Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“HAK WARGA NEGARA DALAM MENERIMA


JAMINAN SOSIAL”
Disusun guna untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Hukum Ketenagakerjaan
Dosen Pengampu:
Taufiq Alamsyah, S.H.,M.H

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6

AM Fawwaz Hanif NIM.C1B180702


Daffa Alrafi Hakim NIM.C1B180704
Siti Zahrotul Mulkiyah NIM. C1B180706

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS AL-GHIFARI

2020-2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil a’lamin puji syukur atas segala nikmat dan karunia Allah swt,.
Yang telah memberikan kesehatan kepada kami semua sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan makalah berjudul “Hak Hak Warga Negara Dalam Menerima Jaminan Sosial “
untuk memenuhi tugas Hukum Ketenagakerjaan. Yang mana dalam penyusunan makalah ini
membuat kami sebagai mahasiswa dapat menambah wawasan ilmu. Dan kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dalam
penyusunan, materi dan penulisannya. Namun kami telah berupaya semaksimal mungkin
dengan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami sebagai penulis, dengan senang hati menerima masukan dan saran guna
penyempurnaan makalah ini.

Bandung, 24 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………,……………………………………………..1
C. Tujuan Makalah…………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah BPJS KESEHATAN…………………………………………………………2
B. Dasar Hukum BPJS Kesehatan…………………………………………………...…..2
C. Program BPJS Kesehatan……………………..……………………………..………..3
D. Pentingnya K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)………………………...…....…..3
A. Mampu menjaga reputasi perusahaan………………………………………...……3
B. Membuat karyawan lebih sadar dengan bahaya dan risiko di tempat kerja………..3
C. Mengurangi stres yang dirasakan karyawan…………………………………...…..3
D. Menurunkan angka kerugian perusahaan………………………………………….4
E. Meningkatkan performa karyawan…………………………………..….…………4
E. Perbedaan Keselamatan Kerja Preventif dan Represif……………….........................4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………5
B. Saran………………………………………………………………….…..5
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………...……6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan
kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat.
Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti halnya negara
berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social
security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat
pekerja di sektor formal.
Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang, dimulai
dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri
Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha
penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial
Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS),
diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara kronologis
proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.
Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum,
bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu
tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977
tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap
pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula
PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.
B.Rumusan Masalah
1. Apa yang melandasi lahirnya BPJS ?
2. Apa dasar hukum tentang BPJS Ketenagakerjaan ?

C.Tujuan Makalah
1.Untuk mengetahui Tanggung jawab dan kewajiban negara dalam memberikan
perlindungan sosial kepada masyarakat ?
2.Untuk mengetahui jenis jenis program apa saja yang diselenggarakan oleh BPJS
Ketenagakerjaan ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH LAHIRNYA BPJS KESEHATAN


Sebelum adanya BPJS Ketenagakerjaan yang dahulu bernama Jamsostek mengalami
proses yang panjang, dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan
kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang
pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang
pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana
Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga
Kerja. Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.
Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT Jamsostek
sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan
perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya,
dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai
pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.
Pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu berhubungan dengan Amendemen UUD
1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat
memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam
meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja.
Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januri 2014 PT Jamsostek akan
berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek tetap dipercaya untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT
dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015. Pada tahun 2014 pemerintah
menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai program jaminan
sosial bagi masyarakat sesuai UU No. 24 Tahun 2011, Pemerintah mengganti nama Askes
yang dikelola PT Askes Indonesia (Persero) menjadi BPJS Kesehatan dan mengubah
Jamsostek yang dikelola PT Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan.

B. DASAR HUKUM BPJS KESEHATAN


1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 20, Pasal 21, Pasal 23A, Pasal 28H ayat (1), ayat
(2) dan ayat (3), dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) 
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

2
C. JENIS PROGRAM BPJS KESEHATAN

1. BPJS-PBI ( Penerima Bantuan Iuran)


Jenis kepesertaan BPJS-PBI (Peserta Bantuan Iuran) hanya diperuntukkan untuk
fakir miskin atau orang tidak mampu menurut data dari di Dinas Sosial. Peserta
BPJS-PBI ini tidak dibebani biaya iuran bulanan karena semua biaya sepenuhnya
ditanggung oleh pemerintah. Selain fakir miskin dan orang tidak mampu, yang
berhak menjadi peserta BPJS-PBI adalah yang mengalami cacat total tetap.
Peserta BPJS ini hanya berhak atas kelas III, & hanya akan mendapatkan
pelayanan kesehatan di puskesmas kelurahan atau desa setempat. Bagi seluruh
warga yang dulunya merupakan peserta program Jamkesda dan Jamkesmas,
sekarang dialihkan menjadi peserta BPJS-PBI.
2. Berbeda dengan BPJS-PBI yang iuran bulanannya ditanggung pemerintah, peserta
BPJS-Non-PBI berkewajiban membayar biaya bulanan sendiri. Hal itu
dikarenakan peserta BPJS-Non-PBI dianggap mampu dan tidak termasuk dalam
kategori fakir miskin maupun orang tidak mampu. BPJS-Non-PBI terbagi
menjadi 3 (tiga) yaitu:
a. Pekerja Penerima Upah (PPU) dan Anggota Keluarganya
Pekerja Penerima Upah (PPU) adalah setiap orang yang bekerja dan menerima
gaji atau upah, misalnya Pegawai Negeri Sipil (PNS), Anggota POLRI, Anggota
TNI, Pejabat Negara, Pegawai Honorer, Staf Ahli, Staf Khusus, Pegawai Swasta,
dan pekerja lain yang telah memenuhi kriteria Pekerja Penerima Upah.
b. BPJS-Non-PPU didaftarkan oleh perusahaan dimana mereka bekerja, sehingga
iuran bulanannya sebagian ditanggung oleh perusahaan dan sebagian lagi
ditanggung oleh peserta. Anggota keluarga yang dapat diikutsertakan maksimal 5
orang.PBPU (Pekerja Bukan Penerima Upah) dan Anggota Keluarganya Pekerja
Bukan Penerima Upah (PBPU) adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha
dengan risiko sendiri, seperti pekerja mandiri atau pekerja di luar hubungan kerja
atau pekerja lain yang memenuhi kriteria Pekerja Bukan Penerima Upah.
c. Pihak WNA yang bekerja minimal selama 6 bulan di Indonesia termasuk dalam
kategori Pekerja Bukan Penerima Upah. Untuk iuran bulanannya ditanggung
sendiri oleh peserta dan peserta bebas mengikutsertakan anggota keluarganya
tanpa batasan. Bukan Pekerja (BP) dan Anggota Keluarganya Yang termasuk
dalam kategori Bukan Pekerja (BP) adalah Investor, Pemberi Kerja, Penerima
Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan sebagainya. Untuk setiap kategori
Bukan Pekerja (BP) yang mampu membayar iuran bulanan, wajib mendaftarkan
diri menjadi peserta BPJS Mandiri (Perorangan) dan membayar iuran bulanan
sesuai kelas yang diambil. Untuk peserta BPJS Mandiri (Perorangan), semua
anggota keluarga yang tercantum dalam 1 KK harus didaftarkan menjadi peserta
BPJS Mandiri (Perorangan) tanpa terkecuali, dan wajib membayar iuran bulanan,
besar kecilnya iuran peserta sesuai dengan kelas yang dipilih (dengan catatan
semua anggota keluarga berada dalam kelas yang sama).

D. PESERTA BPJS KESEHATAN

3
1. Pekerja Penerima Upah (PPU)
Pekerja Penerima Upah Penyelenggara Negara (PPU PN/Pegawai Negeri Sipil)
adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan negara, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.Pegawai Negeri Sipil terdiri dari :
A. Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah PNS yang gajinya dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada
Kementerian/Lembaga, Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Instansi
Vertikal di daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, Kepaniteraan Pengadilan, atau PNS
dipekerjakan untuk tugas negara lainnya.
B. Pegawai Negeri Sipil Diperbantukan adalah PNS yang diperbantukan pada
Instansi Pusat lainnya atau Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota atau Badan Usaha
Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang gajinya dibayar oleh instansi yang
menerima perbantuan.
C. Pegawai Negeri Sipil Dipekerjakan adalah PNS yang dipekerjakan pada
Instansi Pusat lainnya atau Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota atau instansi lainnya
yang gajinya dibayar oleh instansi induknya
D. Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah PNS Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan
bekerja pada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
2. Prajurit
Pegawai Negeri Sipil Polri adalah PNS pada Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
3. Polri
Anggota Polri adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang melaksanakan fungsi kepolisian
4. Pejabat Negara
Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga negara sebagaimana
dimaksudkan dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan pejabat negara yang ditentukan oleh Undang-Undang, terdiri dari :
a. Presiden dan Wakil Presiden
b. Presiden dan Wakil Presiden
c. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
d. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Agung pada Mahkamah Agung,
serta Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim pada semua Badan Peradilan
e. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Pertimbangan Agung.
5. Kepala desa
Kepala Desa adalah Pemerintah dalam desa atau dengan nama lain dibantu
Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Desa. Berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 82 tahun 2018, Kepala Desa dan Perangkat Desa
menjadi bagian dari segmen Pekerja Penerima Upah dalam Program JKN-KIS.
6. PPNPN
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN) adalah Pegawai Tidak Tetap,
Pegawai Honorer, Staf Khusus dan pegawai lain yang dibayarkan oleh Anggaran
Pendapatan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Pegawai
tersebut merupakan pegawai yang diangkat untuk jangka waktu tertentu guna
melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis

4
profesional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
organisasi.
7. PPU badan usaha
Pekerja Penerima Upah Badan Usaha adalah etiap orang yang bekerja pada
Pemberi Kerja dengan menerima Gaji atau Upah pada suatu Badan Usaha.
Pekerja Penerima Upah Selain Penyelenggara Negara (PPU BU).
8. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena
suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara
Pekerja/buruh dan Pemberi Kerja berdasarkan peraturan perundang-undangan
3. PD Pemda.
Penduduk yang Didaftarkan oleh Pemerintah Daerah (PD Pemda) adalah
Penduduk yang belum diikutsertakan sebagai Peserta Jaminan Kesehatan, yang
didaftarkan dan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi atau Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dalam program Jaminan Kesehatan pada BPJS
Kesehatan. Pendaftaran penduduk dilakukan berdasarkan Perjanjian Kerja Sama
(PKS) antara BPJS Kesehatan dengan pemerintah daerah provinsi dan/atau
pemerintah kabupaten/kota
4. Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Buka Pekerja (BP)
a. Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) adalah setiap orang yang bekerja atau
berusaha atas risiko sendiri, terdiri dari
1. Pekerja di Luar Hubungan Kerja atau Pekerja Mandiri antara lain:
 Berskala mikro dengan modal kecil
 Menggunakan teknologi sederhana/rendah
 Menghasilkan barang dan atau jasa dengan kualitas relatif rendah
2. Pekerja yang termasuk kelompok bukan penerima upah antara lain :
 Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter,konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris
 Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati,
pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya
 Olahragawan
b. Bukan pekerja (BP)
 Investor yaitu perorangan yang melakukan suatu investasi (bentuk penanaman
modal sesuai dengan jenis investasi yang dipilihnya) baik dalam jangka pendek
atau jangka panjang.
 Pemberi Kerja yaitu orang perseorangan yang mempekerjakan tenaga kerja
dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.
 Penerima pension terdiri dari :
a. Pemberi Kerja yaitu orang perseorangan yang mempekerjakan tenaga kerja
dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.
b. Penerima Pensiun Pegawai Negeri Sipil; yaitu Pegawai Negeri Sipil yang
berhenti dengan hak pensiun termasuk janda/duda/anak yatim piatu dari Pegawai
Negeri Sipil yang mendapat hak pension
c. Penerima Pensiun Prajurit/anggota Polri; yaitu anggota TNI/Polri yang
berhenti dengan hak pensiun termasuk janda/duda/anak yatim piatu dari anggota
Prajurit/Polri yang mendapat hak pension
3. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI JK)
a. Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata
pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak

5
mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan
dirinya dan/atau keluarganya
b. Orang Tidak Mampu adalah orang yang mempunyai sumber mata
pencaharian, gaji atau upah yang hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar yang
layak namun tidak mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan bagi dirinya dan
keluarganya.

Kepesertaan PBI JK berlaku terhitung sejak didaftarkan oleh Kementerian


Kesehatan berdasarkan Penetapan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dibidang Sosial kecuali untuk bayi yang dilahirkan dari ibu
kandung dari keluarga yang terdaftar sebagai PBI JK otomatis sebagai peserta,
sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

E. PENTINGNYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)


A. Mampu menjaga reputasi perusahaan
Jika perusahaan tidak memiliki tunjangan kesehatan dan keselamatan kerja yang
terjamin, bisa saja suatu saat hal ini muncul di internet sebagai kekurangan
perusahaan. Namun sebaliknya jika perusahaan memiliki tunjangan kesehatan dan
keselamatan kerja yang bagus, biasanya reputasi perusahaan juga akan meningkat.

B. Membuat karyawan lebih sadar dengan bahaya dan risiko di tempat kerja
Banyak sekali karyawan yang tidak peduli dengan bahaya dan risiko di
tempatnya bekerja. Dengan lebih menekankan peraturan tentang keselamatan kerja,
karyawan juga bisa lebih sadar akan hal ini. Sehingga, hal ini dapat membantu
perusahaan untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja dan dapat memiliki langkah
pencegahan yang lebih baik. Ada beberapa risiko kesehatan dan keselamatan kerja
yang umumnya mengintai penderita kantoran, misalnya:
1. Terjatuh.
2. Cedera punggung akibat duduk seharian di meja kerja.
3. Mata lelah akibat terlalu lama bekerja di depan komputer.
4. Asma dan gangguan pernapasan akibat kualitas udara dalam ruangan yang
buruk.

C. Mengurangi stres yang dirasakan karyawan


Dengan mencanangkan budaya kesehatan dan keselamatan kerja, perusahaan
juga harus menuntut pegawainya untuk lebih menjaga kesehatan dan mentalnya.
Dengan demikian, jam kerja sudah diatur dan jadwal lembur tidak akan terlalu
menyiksa karyawan. Sebab, jika jam kerja terlalu panjang dan jadwal lembur
sangat banyak dan cenderung tidak jelas akan rawan membuat karyawan stress

D. Meningkatkan performa karyawan


Menurut analisis dan sebuah penelitian, kesehatan dan keselamatan kerja yang
terjamin mampu meningkatkan performa karyawan. Karena ternyata tunjangan ini

6
juga dapat meningkatkan lingkungan kerja menjadi lebih nyaman. Rasa nyaman ini
ternyata mampu membuat karyawan bekerja lebih giat dan disiplin sehingga
produktivitas karyawan.

E. Menurunkan angka kerugian perusahaan


Cara ini juga membuat kerugian yang harus ditanggung perusahaan menjadi
menurun. Sebab, dengan adanya tunjangan dan pengetahuan mengenai kesehatan
dan keselamatan kerja, kecelakaan menjadi lebih mungkin untuk dihindari dan
dicegah. Oleh karena itu, perusahaan dapat menurunkan angka kerugian akibat
karyawan yang tidak masuk karena sakit, atau tidak masuk karena kecelakaan
kerja.

E.PERBEDAAN KESELAMATAN KERJA PREVENTIF DAN REPRESIF

Keselematan Kerja Preventif adalah Pelayanan yang diberikan oleh suatu perusahaan guna
mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit menular di lingkungna kerja dengan
menciptakan kondisi pekerja dan mesin atau tempat kerja agar ergonomis, menjaga kondisi
fisik maupun lingkungan kerja yang memadai dan tidak menyebabkan sakit atau
membahayakan pekerja serta menjaga pekerja tetap sehat.

Sedangkan Keselamatan Kerja Represif adalah suatu tindakan pengendalian yang


dilakukan oleh sebuah perusahaan setelah terjadinya suatu pelanggaran atau peristiwa buruk.
Dengan kata lain tindakan ini dilakukan setelah terjadinya suatu peristiwa.

BAB III
PENUTUP
7
A.KESIMPULAN
BPJS Merupakan Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung
jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada
masyarakat. Indonesia seperti halnya negara berkembang lainnya, mengembangkan program
jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh
peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.
Fasilitas kesehatan BPJS Kesehatan ini terdiri dari fasilitas kesehatan tingkat I dan fasilitas
kesehatan rujukan tingkat II. Dimana pada fasilitas kesehatan tingkat I adalah tempat pertama
yang harus didatangi oleh peserta BPJS Kesehatan jika ingin berobat, diantaranya yaitu
klinik, puskesmas, praktik dokter, praktik dokter gigi dan rumah sakit kelas D yang setara.
Jika kondisi peserta yang berobat masih berlajut dan butuh penangan lebih lanjut, maka
peserta akan dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yaitu rumah sakit umum, rumah
sakit khusus maupun klinik spesialis.

B. SARAN
Demikianlah Makalah yang kami buat semoga bermanfaat bagi pembaca.Apabila ada
kritikan dan saran yang ingin disampaikan,silahkan bisa langsung sampaikan.dan jika
terdapat kekurangan mohon dimaafkan dan dapat memakluminya karena saya hanya manusia
yang tidak luput dari kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA

8
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/15/160000469/bpjs-ketenagakerjaan--sejarah-
singkat-jenis-visi-dan-misi?page=all)
https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/11

Anda mungkin juga menyukai