Disusun Oleh:
Ardalif Lulhaq Musbir K011171360
Hasdar K011171049
Rini Damayanti K011171317
Nurhikmah Amalia K011171535
Annisa Nur Ardin K011171061
Srikandi Ayu Lestari K011171551
Sri Astuti Zainuddin K011171330
Puspa Ayu Damayanti K011171338
Nur Ihsanullah Aminuddin K011171350
Adinda M. Jamil Latief K011171503
Muh Nur Ilham Arifin K011171534
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan
tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan salam dan shalawat atas junjungan Nabi
Besar kita, Nabi Muhammad SAW, kepada para sahabat dan keluarganya, yang
selalu menjadi tauladan bagi setiap umat muslim.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari
dosen mata kuliah Kesehatan Masyarakat Pesisir dan Kepulauan..Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada dosen mata kuliah Kesehatan Masyarakat Pesisir dan Kepulauan yakni Ibu
Erniwati Ibrahim, S. KM., M. Kes yang telah membimbing kami dalam
penyusunan makalah ini hingga selesai serta pihak-pihak lainnya yang telah
membantu kami.
Penulis
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat muncul beberapa rumusan
masalah, yaitu:
1. Apa saja kebijakan yang dibuat terkait penanganan masalah kesehatan di Australia,
siapa yang membuat kebijakan tersebut dan pada tahun berapa kebijakan tersebut
dilaksanakan?
2. Bagaimana metode pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam mengatasi
permasalahan kesehatan di 5egara Australia?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
gambaran masalah kesehatan di Australia serta cara mengatasi measalah tersebut
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa saja kebijakan yang dibuat terkait penanganan masalah
kesehatan di Australia, siapa yang membuat kebijakan tersebut dan pada tahun
berapa kebijakan tersebut dilaksanakan.
2. Untuk mengetahui bagaimana metode pemecahan masalah yang dapat
diterapkan dalam mengatasi permasalahan kesehatan di 5egara Australia.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat
memahami apa saja kebijakan yang dibuat terkait penanganan masalah kesehatan
di negara Australia, siapa yang membuat kebijakan tersebut dan pada tahun berapa
kebijakan tersebut dilaksanakan. Serta dapat memahami bagaimana metode
pemecahan masalah yang diterapkan dalam mengatasi permasalahan kesehatan di
5egara Australia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebijakan yang Dibuat Terkait Penanganan Masalah Kesehatan Masyarakat Di
Daerah Pesisir dan Kepulauan Di Australia
Pemerintah Australia berpartisipasi dalam Forum Arafura dan Laut Timor Expert
(Arafura and Timor Seas Expert Forum/ ATSEF). Tujuan dari forum ini adalah untuk
membantu mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan di
wilayah Arafura dan Laut Timor, khususnya bagi masyarakat pesisir, yang mayoritas
hidupnya bergantung kepada sumber daya kelautan dan perikanan sebagai mata
pencaharian mereka.
Terdapat lima fokus prioritas ATSEF yang seluruhnya mengarah kepada kegiatan
penelitian9 :
1. Preventing, deterring and eliminating Illegal, Unreported, and Unregulated
Fishing. Mencegah, menghalangi, dan menghapuskan kegiatan perikanan
illegal (yakni yang tidak sesuai dengan UU Kelautan yang disepakati di Laut
Arafura, dan Laut Timor, mencakup kegiatan perikanan yang tidak diatur,
tidak dilaporkan, dan tidak diregulasikan) yang menjadi penyebab utama
menipisnya stok sumber daya laut dan pesisir yang tidak berkelanjutan,
membahayakan kelangsungan hidup spesies dan habitat laut dan pesisir.
Upaya ini ditujukan untuk mencegah pemanfaatan dan pengembangan sumber
daya laut hidup secara berlebihan;
2. Sustaining fish stock, marine habitats, and coastal biodiversity.
Mempertahankan stok ikan, mempertahankan habitat lau, dan
keanekaragaman hayati pesisir dan laut. Pengetahuan tentang kondisi spesies
yang dipanen, biota laut, dan habitat mereka, adalah prasyarat penting untuk
mewujudkan manajemen yang bijaksana bagi kelangsungan sumberdaya
hayati;
3. Sustainable and/ or alternative livelihoods for coastal, and indigeneous
communities. Membantu mewujudkan mata pencaharian yang berkelanjutan
dan atau alternative bagi masyarakat pesisir dan adat. Yakni dengan
melakukan penelitian serta tindakan untuk memastikan mata pencaharian yang
berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat adat dan pesisir, ini sangat
penting untuk mengejar tujuan pengentasan kemiskinan dan tujuan
pembangunan berkelanjutan dalam ATSEF;
4. Understanding the marine, coastal, and catchments dynamics. Memahami laut,
dinamika pesisir dan sistem tangkapan dari laut: yakni sebuah pemahaman
yang mendalam tentang dinamika sistem laut yang merupakan dasar untuk
mencapai prioritas ATSEF dan pemanfaatan sumber daya laut hidup
berkelanjutan; dan
5. Improving capacity for information management and sharing between the
littoral nations of the Arafura and Timor Seas. Meningkatkan kapasitas
informasi berbasis data, manajemen, dan sharing (berbagi) dengan negara-
negara pesisir lautan, khususnya dengan negaranegara kawasan Segitiga
Karang. Hal ini sangat krusial karena, tanpa adanya berbagi informasi, basis
pengetahuan untuk pengelolaan laut dan penggunaan sumber daya yang tidak
akan dapat diakses oleh manajer, instansi pemerintah, masyarakat pesisir,
masyarakat adat, dan sangat diperlukan oleh operasi komersial, serta
pemangku kepentingan lainnya tidak akan tercapai. Pengelolaan data juga
sangat penting untuk mencegah duplikasi penelitian yang boros.
B. Metode Pemecahan Masalah yang Diterapkan Dalam Mengatasi Permasalahan
Kesehatan Masyarakat Di Daerah Pesisir dan Kepulauan Australia
Meski Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia telah melakukan perjanjian
bilateral untuk mengatasi masalah pelanggaran kedaulatan yang dilakukan nelayan-
nelayan tradisional Indonesia, namun di lapang ternyata masih saja terjadi pelanggaran.
Hal ini tercermin dari data tertangkapnya nelayan-nelayan Indonesia, baik tradisional
maupun modern oleh aparat Pemerintah Australia.
Sebagian kalangan di Australia, baik dari kelompok akademisi, pemerintah dan
pencinta lingkungan menganggap bahwa penangkapan ikan oleh para nelayan Indonesia
di perairan Australia menyebabkan dampak buruk terhadap kerusakan lingkungan laut,
ekonomi, kesehatan dan keamanan nasional Australia. Keprihatinan Australia ini
dikemukakan oleh Menteri Perikanan, Eric Abetz dalam kunjungannya di Darwin pada
16 Mei 2006, misalnya, bahwa perahu-perahu nelayan ilegal Indonesia bisa membawa
berbagai macam penyakit, seperti flu burung, rabies, atau penyakit kuku dan mulut yang
bisa menimbulkan kerugian bernilai milyaran dollar pada perekonomian Australia.
Adapun pemberdayaan alternatif dan upaya penyelesaian masalah mata pencaharian :
Mengenai kebijakan pemberdayaan alternatif mata pencaharian yang ditawarkan
Australia perlu disikapi secara bijaksana. Hal ini dikarenakan, pengalihan mata
pencaharian nelayan tradisional Indonesia dari status sebagai nelayan menjadi
pembudidaya ikan dapat melemahkan eksistensi hak perikanan tradisional. Padahal,
status hak-hak perikanan tradisional sudah diakui dalam hukum internasional. Oleh
karenanya, yang harus dilakukan oleh Pemerintah Australia dalam hal menjalin
kerjasama, bukanlah bertujuan mengalihkan secara total kegiatan para nelayan,
melainkan membina pengembangan diversifikasi usaha selain nelayan. Dalam rangka
pemberdayaan alternatif mata pencaharian nelayan tradisional Indonesia perlu
diperhatikan beberapa hal, yaitu: Pertama, pendekatan program. Belajar dari kegagalan
program pemberdayaan di masa lalu, dimana program pemberdayaan selalu memasukan
institusi baru dan menafikan institusi lokal. Tingginya ketergantungan nelayan terhadap
kegiatan penangkapan ikan harus segera menjadi perhatian. Di samping akan
mempercepat laju overfishing, ketergantungan pada usaha penangkapan ikan
menyebabkan perekonomian keluarga nelayan semakin sulit ketika musim paceklik.
Adapun beberapa bidang usaha yang dapat dikembangkan sebagai bentuk diversifikasi
usaha nelayan adalah pembudidayaan ikan dan pengolahan ikan. Namun demikian,
keberhasilan program diversifikasi usaha nelayan menuntut keseriusan pemerintah dalam
memberdayakan nelayan, yang dicerminkan dengan keberlanjutan program.Ketiga,
pengenalan atau diseminasi teknologi tepat guna. Rendahnya penguasaan nelayan
khususnya dan masyarakat pesisir umunya terhadap teknologi menyebabkan mereka
tidak mampu memanfaatkan sumberdaya secara optimal. Sumberdaya ikan yang bersifat
cepat rusak (perishable) menuntut penanganan yang cepat dan tepat, sehingga teknologi
sangat diperlukan dalam mengatasi permasalahan tersebut. Oleh karena itu, pada tahun
1989 kedua negara kemudian menyepakati amandemen MoU 1974 yang memberikan
referensi lebih tegas mengenai kapal dan teknologi perikanan yang diperbolehkan untuk
digunakan nelayan tradisional Indonesia ketika mencari ikan di perairan
Australia.Terkait dengan tindakan Australia terhadap nelayan-nelayan tradisional di atas,
pemerintah Indonesia sejauh ini telah mengupayakan ragam cara untuk memberikan
perlindungan terhadap mereka. Salah satunya adalah membangun kerjasama bilateral
dengan Australia. Dalam hal ini, pemerintah kedua negara telah menyepakati berbagai
kerjasama yang sifatnya praksis. Salah satunya adalah pada tanggal 7 November 2013,
misalnya, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan dan
pemerintah Kabupaten Rote Ndao serta pemerintah Australia sepakat melaksanakan
kegiatan yang dinamakan “MoU Box – Vesseland Fisher Identification Activity”.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan suatu skema khusus untuk mengatasi
persoalan nelayan tradisional Indonesia di Australia. Skema yang dikembangkan
meliputi empat komponen utama: (1) identifikasi kapal dan nelayan yang melakukan
penangkapan ikan; (2) pencatatan hasil ikan tangkap dan hasil yang didaratkan; (3)
penggunaan alat keselamatan di laut; dan (4) pembentukan kerangka kerja kelembagaan.
Kegiatan berlangsung mulai Juli 2013 – Juni 2015.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1. Warga Australia pada umumnya dipandang memiliki kesehatan yang baik dan
sistem kesehatan yang efektif. Berdasarkan data Australia’s Health (2018), pada
tahun 2014- 2015, lebih dari separuh (57%) warga Australia berusia 15 tahun ke
atas menilai kesehatan mereka ‘sangat baik’ dengan proporsi yang dicatat satu
dekade sebelumnya pada 2004-2005 (ABS 2015).
2. Pemerintah Australia berpartisipasi dalam Forum Arafura dan Laut Timor Expert
(Arafura and Timor Seas Expert Forum/ ATSEF). Tujuan dari forum ini adalah
untuk membantu mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan pengentasan
kemiskinan di wilayah Arafura dan Laut Timor, khususnya bagi masyarakat
pesisir, yang mayoritas hidupnya bergantung kepada sumber daya kelautan dan
perikanan sebagai mata pencaharian mereka.
3. Meski Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia telah melakukan perjanjian
bilateral untuk mengatasi masalah pelanggaran kedaulatan yang dilakukan
nelayan-nelayan tradisional Indonesia, namun di lapang ternyata masih saja terjadi
pelanggaran. Hal ini tercermin dari data tertangkapnya nelayan-nelayan Indonesia,
baik tradisional maupun modern oleh aparat Pemerintah Australia.
B. Saran
Adapun saran dari makalah ini yaitu :
1. Kepada masyarakat agar lebih memperhatikan atau peduli terhadapan masalah
kesehatan masyarakat pesisir agar masalah kesehatan pesisir dapat menurun.
2. Kepada pemerintah agar lebih peduli dan perhatian terhadap kawasan pesisir yang
cenderung memiliki masalah kesehatan masyarakat dan tentunya kepada
masyarakatnya.
DAFTAR PUSTAKA