Disusun oleh:
1. Laili Zabrina (2216011099)
2. Matteo Ivan Yitran Marbun (2216011127)
3. Salma Suhartini (2216011104)
4. Bagas Fathal Fata El-riz (2216011128)
5. Yolanda Betriliana Mirny (2216011114)
6. Raffi Ahmad Dhany (2216011118)
7. Novia Safitri (2216011121)
8. Framesty Hendayani (2216011120)
9. Khori Rahma Destria (2216011103)
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
KATA PENGANTAR
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Latar belakang penulisan makalah ini adalah semakin
meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan pengguna jalan raya yang
tidak mematuhi aturan tata lalu lintas. Pelanggaran tata lalu lintas yang
terjadi di jalan raya tidak hanya merugikan pelanggarnya sendiri, tetapi
juga dapat membahayakan keselamatan pengguna jalan lainnya. Data dari
Kementerian Perhubungan menunjukkan bahwa pada tahun 2020 terjadi
sebanyak 98.484 kecelakaan lalu lintas di Indonesia dengan jumlah korban
meninggal sebanyak 24.478 orang dan korban luka berat sebanyak 33.094
orang. Kecelakaan lalu lintas tersebut disebabkan oleh berbagai faktor,
salah satunya adalah pelanggaran tata lalu lintas. Di samping itu,
pelanggaran tata lalu lintas juga kerap terjadi di kalangan pelajar dan
mahasiswa. Mereka yang baru memiliki SIM atau sedang belajar mengemudi
seringkali kurang memahami aturan tata lalu lintas sehingga lebih rentan
melakukan pelanggaran. Selain itu, di kalangan pelajar dan mahasiswa juga
banyak yang menggunakan kendaraan roda dua seperti sepeda motor, yang
mana rentan terjadi pelanggaran tata lalu lintas seperti tidak memakai helm
atau melanggar rambu-rambu lalu lintas. Dalam Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkuta Jalan didefinisikan sebagai
gerak kendaraan dan orang diruang lalu lintas jalan sedangkan yang dimaksud
dengan ruang lalu lintas jalan yaitu: “prasarana yang diperuntukkan bagi
gerak pindah kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa jalan dan
fasilitas pendukung.”
Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan
angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dam teratur, nyaman
dan efisien melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Tata cara
berlalu lintas dijalan diatur dengan peraturan perundangan menyangkut arah
lalu lintas, prioritas menggunakan jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas dan
3
pengendalian arus dipersimpangan. Untuk mengatur hal tersebut maka
diperlukan rambu-rambu lalu lintas untuk membantu arus lalu lintas
dijalan tersebut, rambu-rambu tersebut terdiri dari 4 golongan:3
1) Rambu peringatan;
2) Rambu larangan;
3) Rambu perintah;
4) Rambu petunjuk.
Rambu-rambu lalu lintas merupakan bagian dari perlengkapan jalan,
yang dapat berupa lambang, angka, huruf, kalimat dan atau perpaduan
diantaranya sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai
jalan. Rambu-rambu tersebut digunakan untuk menyatakan perintah yang
wajib dilakukan oleh pemakai jalan. Terkait dengan perbuatan melawan
hukum, sebagai salah satu contoh perbuatan melawan hukum adalah
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh kendaraan bermotor. Padahal
dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 telah diatur secara tegas
tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Sebagai pengganti dari Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Yang mulai berlaku efektif pada januari 2010 setelah di sahkan oleh DPR
pada 22 Juli. Pelanggaran lalu lintas ini menjadi masalah yang sangat serius di
tengah-tengah masyarakat pada saat sekarang ini. Terutama di wilayah hukum
Polisi Resort Kuantan Singingi. Menurut Ajun Komisaris Polisi Kuantan
Singingi H. Fauzan Domo, meskipun upaya-upaya untuk menanggulangi
pelanggaran lalu lintas telah dilakukan. Baik itu upaya preventif dan upaya
represif. Upaya preventif berupa mengadakan penyuluhan hukum ke sekolah-
sekolah dan untuk masyarakat umum, memasang spanduk, baliho serta
pemasangan rambu-rambu peringatan. Upaya represif berupa penindakan
dengan pemberian surat teguran dan surat tilang kepada pelaku pelanggar lalu
lintas. Namun tingkat pelanggaran lalu lintas yang terjadi terus meningkat.
Maka dari itu, penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terutama
kalangan pelajar dan mahasiswa mengenai aturan tata lalu lintas agar dapat
meminimalisir terjadinya pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas di jalan raya.
Makalah ini
4
bertujuan untuk memberikan informasi dan pemahaman yang lebih baik
mengenai tata lalu lintas serta dampak negatif yang ditimbulkan apabila
tidak mematuhinya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
dan kepatuhan masyarakat terhadap aturan tata lalu lintas.
2. Rumusan Masalah
a. Mengapa masyarakat khususnya mahasiswa/pelajar masih kurang
kesadaran dalam pemahaman menaati peraturan lalu lintas, faktor apa
yang menjadi penyebab masalah tersebut?
b. Apa akibatnya jika hal ini terus berlanjut?
c. Bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan dari kurangnya
pemahaman kesadaran pelanggaran lalu lintas di kalangan masyarakat
(terkhusus pelajar dan mahasiswa)?
3. Tujuan
a. Mengetahui masyarakat khususnya mahasiswa/pelajar masih kurang
kesadaran dalam pemahaman menaati peraturan lalu lintas, mengetahui
faktor yang menjadi penyebab masalah tersebut.
b. Mengetahui akibatnya jika hal ini terus berlanjut.
c. Mengetahui solusi untuk mengatasi permasalahan dari kurangnya
pemahaman kesadaran pelanggaran lalu lintas di kalangan masyarakat
(terkhusus pelajar dan mahasiswa)?
4. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini dapat digolongkan dalam jenis penelitian yuridis
sosiologis yang artinya meninjau keadaan permasalahan yang ada
dilapangan dikaitkan dengan aspek hukum yang berlaku dan yang
mengatur permasalahan tersebut. Karena dalam penelitian ini penulis
langsung mengadakan penelitian pada lokasi atau tempat yang diteliti
guna memberikan gambaran secara lengkap dan jelas tentang masalah
yang diteliti.
5
b. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan hukum Universitas Lampung
karena diwilayah hukum tersebut jumlah pelanggaran lalu lintas oleh
kendaraan bermotor masih meningkat dari tahun sebelumnya.
6
Tabel 1.1.
Klasifikasi Responden Sesuai Status
Mahasiswa Pelajar Masyarakat Sipil
Tabel 1.2.
Klasifikasi Tingkat Pengetahuan Tata Lalu Lintas
Sedikit Tahu Tahu Sangat Tahu
56,5% 35,5% 8%
Tabel 1.3.
Klasifkasi Tingkat Pemahaman Tata Lalu Lintas
7
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
8
melibatkan sarana perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, dengan
menggunakan jalan sebagai ruang gerak.
9
Dari 62 responden tersebut dapat diketahui bahwa sekitar 48, 4% pernah
melakukan pelanggaran, 9,7% sering melakukan pelanggaran, 19,4% jarang
melakukan pelanggaran, dan sisanya tidak pernah melakukan pelanggaran.
10
dalam pengendalian emosi serta kurangnya kepedulian pengguna jalan
di jalan raya.
11
penegakkan hukum sangat mudah dipahami, dan banyak sekali contoh-
contoh masyarakat.
Misalnya pada UU No. 22 Tahun 2009 Paragraf 9 tentang Tata
Cara Berlalu Lintas bagi Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum Pasal
126 “setiap orang yang mengemudikan Kendaraan bermotor umum
angkutan orang Dilarang berhenti selain di tempat yang telah
ditentukan”. Tetapi kenyataan di jalan, jumlah halte yang disediakan
sangat terbatas. Sehingga menimbulkan pelanggaran-pelanggaran
terhadap undang-undang tersebut.
4. Faktor kendaraan
Faktor yang dapat mempengaruhi keamanan dan ketertiban lalu
lintas adalah kesadaran masyarakat akan peraturan berlalu lintas dan
kepentingan manusia yang berlainan. Hal ini menyebabkan manusia
cenderung bersikap ceroboh dan lalai. Bahkan kesengajaan menjadi
faktor dominan terjadinya pelanggaran lalu lintas. Semakin tinggi
kesadaran masyarakat akan hukum maka semakin memungkinkan
adanya penegakkan hukum di masyarakat. Karena hukum berasal dari
masyarakat dan diperuntukkan mencapai kedamaian di masyarakat
pula. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu maka masyarakat
dapat mempengaruhi penegakkan hukum tersebut.
12
terhadap keselamatan dan keamanan dalam menggunakan transportasi dan juga
pemahaman hukum mengenai pelanggaran lalu lintas.
13
b. Upaya Represif
Upaya penanggulangan setelah terjadinya suatu pelanggaran lalu lintas.
upaya represif ini lebih menekankan pada jalur penal. Setelah terjadinya
suatu pelanggaran maka diambil tindakan sebagai proses hukum.
Contoh Upaya preventif yang bisa dilakukan oleh aparat kepolisian:
1. Penindakan dengan pemberian teguran. Hal ini telah diatur didalam
Pasal 265 ayat 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Aturan Jalan yaitu: untuk melaksanakan suatu tindakan
berupa pemeriksaan kendaraan bermotor, petugas kepolisisan republik
indonesia berwenang untuk melalkukan tindakan lain berupa
menghentikan kendaraan bermotor, meminta keterangan kepada
pengemudi dan melakukan tindakan lain menurut hukum secara
bertanggung jawab. Penindakan teguran hanya diberikan kepada
pelanggar yang tidak terlalu fatal seperti anak sekolah yang mengendarai
dibawa umur yang melakukan pelanggaran.
2. Penindakan dengan pemberian surat tilang. Hal ini berkaitan dengan pasal
265 ayat 1 butir a Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan jalan yang berbunyi: pemeriksaan kendaraan bermotor
dijalan yang meliputi : pemeriksaan suart izin pengemudi, surat tanda
nomor kendaraan bermotor, surat tanda coba kendaraan bermotor, tanda
nomor kendaraan bermotor, atau tanda coba kendaraan bermotor. Setiap
pengendara sepeda motor yang kedapannya melanggar lalu lintas maka
akan ditindaki dengan tilang. Hal ini dapat kita lihat apa bila ada operasi
yang dilakukan oleh polisi lalu lintas, baik itu mengenai perlengkapan
kendaraan, surat-surat maupun marka atau rambu. Seperti penggunaan
kanelpot yang nyaring atau tidak sesuai dengan standar sepeda motor
tersebut. Yang telah diatur didalam Pasal 265 ayat 1 butir c berupa
pemeriksaa terhadap fisik kendaraan bermotor. Seperti yang kita ketahui
bahwa sanksi itu merupakan bagian hukum pidana yang lain secara tegas
ditulis oleh Moeljatno sebagai berikut “Hukum pidana adalah
14
bagian dari pada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang
mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:
a. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan,
yang dilarang dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa
sanksi tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut;
b. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi sanksi
sebagaimana yang telah diancamkan;
c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan sanksi itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar
larangan tersebut.
15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Lalu lintas adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan keadaan jalan
umum sebagai sarana utama untuk mencapai suatu tujuan. Lalu lintas juga
dapat diartikan sebagai hubungan antar manusia, yang dapat melibatkan atau
tidak melibatkan sarana perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, dengan
menggunakan jalan sebagai ruang gerak. Pelanggaran lalu lintas jalan adalah
perbuatan atau tindakan yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan
peraturan perundang-undangan lalu lintas (Ramdlon Naning). Pelanggaran
yang dimaksud adalah pelanggaran yang sebagaimana diatur dalam Pasal 105
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Berdasarkan hasil survei yang telah
dibagikan ke media sosial melalui google form terdapat 62 responden dengan
banyaknya 87,1% responden adalah mahasiswa; 9,7% adalah pelajar, dan
sisanya adalah masyarakat biasa. Dari 62 responden yang telah mengisi angket
survei dapat diketahui bahwa sekitar 48, 4% pernah melakukan pelanggaran,
9,7% sering melakukan pelanggaran, 19,4% jarang melakukan pelanggaran,
dan sisanya tidak pernah melakukan pelanggaran.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pelanggar yang paling
sering melakukan pelanggaran adalah mahasiswa dan pelajar. hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor, baik secara internal maupun eksternal seperti:
Faktor Manusia, Faktor penegak hukum, Faktor sarana dan prasarana, dan
Faktor kendaraan. hal ini juga dapat mengakibatkan terjadinya keabaian
terhadap keselamatan dan kecelakaan lalu lintas yang dapat menyebabkan
hilangnya nyawa.
2. Saran
Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dari permasalahan yang
terjadi dengan maksud ingin memaksimalkan upaya aparat kepolisian dalam
sebagai satuan lalu lintas antara lain; peningkatan giat lalu lintas, penyuluhan
mengenai keselamatan berkendara, sanksi yang lebih tertib bagi pelanggar.
16
DAFTAR PUSTAKA
Safitri, A., & Rahman, T. (2013). Tingkat Kepatuhan Hukum Siswa SMA
KARTIKA IV-3 Surabaya Terhadap Etika Berlalu Lintas Menurut
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan. Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor, 1.
Hidayati, N., & Erwanda, A. (2019). Analisis Perilaku Lalu Lintas Pengguna Jalan
di Sekitar Simpang Gendengan. Journal of Indonesia Road Safety, 2(1),
11– 20.
Kansil, C,S,T , 1995, Disiplin Berlalu Lintas di Jalan Raya, PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Marpaung, Larden, 2005, Asas, Teori, Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika,
Jakarta.
17
Peraturan Perundang-undangan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3029).
18