Anda di halaman 1dari 19

Makalah Sosiologi Hukum

Pemahaman Masyarakat Mengenai Rendahnya Kesadaran Pelanggaran Tata Lalu Lintas


serta Upaya Kepolisian Untuk Meningkatkan Kesadaran Di Kalangan Remaja dan
Mahasiswa

Disusun oleh:
1. Laili Zabrina (2216011099)
2. Matteo Ivan Yitran Marbun (2216011127)
3. Salma Suhartini (2216011104)
4. Bagas Fathal Fata El-riz (2216011128)
5. Yolanda Betriliana Mirny (2216011114)
6. Raffi Ahmad Dhany (2216011118)
7. Novia Safitri (2216011121)
8. Framesty Hendayani (2216011120)
9. Khori Rahma Destria (2216011103)

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul
"Pemahaman Masyarakat Terutama Kalangan Pelajar dan Mahasiswa Mengenai
Pelanggaran Tata Lalu Lintas". Seiring dengan pertumbuhan jumlah kendaraan
bermotor yang semakin meningkat setiap tahunnya, maka pelanggaran tata lalu
lintas juga semakin banyak terjadi. Pelanggaran tata lalu lintas dapat
menyebabkan kecelakaan yang berakibat fatal bagi pengendara, penumpang, dan
orang lain yang berada di sekitar lokasi kejadian. Oleh karena itu, diperlukan
kesadaran dan pemahaman yang tinggi mengenai aturan-aturan tata lalu lintas agar
dapat meminimalisir terjadinya pelanggaran dan kecelakaan. Makalah ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terutama kalangan
pelajar dan mahasiswa mengenai pentingnya mematuhi aturan tata lalu lintas serta
dampak negatif yang ditimbulkan apabila tidak mematuhinya. Dalam makalah ini
juga dijelaskan mengenai beberapa jenis pelanggaran tata lalu lintas yang sering
terjadi, beserta sanksi yang diberikan kepada pelanggar. Penulis menyadari bahwa
makalah ini tidak dapat terwujud tanpa dukungan dari berbagai pihak, oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai tata lalu lintas
bagi masyarakat terutama kalangan pelajar dan mahasiswa.
Wassalamualaikum wr. wb.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 1


DAFTAR ISI ...................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .............................................................................................. 3
1. Latar Belakang ............................................................................................ 3
2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
3. Tujuan ......................................................................................................... 5
4. Metode Penelitian ........................................................................................ 5
BAB II ................................................................................................................ 8
PEMBAHASAN MASALAH ............................................................................ 8
1. Mengapa Pelajar atau Mahasiswa melakukan pelanggaran dan faktor
penyebab terjadinya pelanggaran? .............................................................. 8
a. Peraturan Lalu Lintas .............................................................................. 8
b. Pelanggaran Lalu Lintas.......................................................................... 9
c. Faktor Penyebab Pelanggaran Lalu Lintas ............................................. 10
2. Apa akibatnya jika hal ini terus berlanjut? ................................................. 12
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan dari kurangnya
pemahaman kesadaran pelanggaran lalu lintas di kalangan masyarakat
(terkhusus pelajar dan mahasiswa)? .......................................................... 13
a. Upaya preventif .................................................................................... 13
b. Upaya Represif .................................................................................... 14
BAB III ............................................................................................................. 16
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 16
1. Kesimpulan ............................................................................................... 16
2. Saran ......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 17

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Latar belakang penulisan makalah ini adalah semakin
meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan pengguna jalan raya yang
tidak mematuhi aturan tata lalu lintas. Pelanggaran tata lalu lintas yang
terjadi di jalan raya tidak hanya merugikan pelanggarnya sendiri, tetapi
juga dapat membahayakan keselamatan pengguna jalan lainnya. Data dari
Kementerian Perhubungan menunjukkan bahwa pada tahun 2020 terjadi
sebanyak 98.484 kecelakaan lalu lintas di Indonesia dengan jumlah korban
meninggal sebanyak 24.478 orang dan korban luka berat sebanyak 33.094
orang. Kecelakaan lalu lintas tersebut disebabkan oleh berbagai faktor,
salah satunya adalah pelanggaran tata lalu lintas. Di samping itu,
pelanggaran tata lalu lintas juga kerap terjadi di kalangan pelajar dan
mahasiswa. Mereka yang baru memiliki SIM atau sedang belajar mengemudi
seringkali kurang memahami aturan tata lalu lintas sehingga lebih rentan
melakukan pelanggaran. Selain itu, di kalangan pelajar dan mahasiswa juga
banyak yang menggunakan kendaraan roda dua seperti sepeda motor, yang
mana rentan terjadi pelanggaran tata lalu lintas seperti tidak memakai helm
atau melanggar rambu-rambu lalu lintas. Dalam Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkuta Jalan didefinisikan sebagai
gerak kendaraan dan orang diruang lalu lintas jalan sedangkan yang dimaksud
dengan ruang lalu lintas jalan yaitu: “prasarana yang diperuntukkan bagi
gerak pindah kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa jalan dan
fasilitas pendukung.”
Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan
angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dam teratur, nyaman
dan efisien melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Tata cara
berlalu lintas dijalan diatur dengan peraturan perundangan menyangkut arah
lalu lintas, prioritas menggunakan jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas dan

3
pengendalian arus dipersimpangan. Untuk mengatur hal tersebut maka
diperlukan rambu-rambu lalu lintas untuk membantu arus lalu lintas
dijalan tersebut, rambu-rambu tersebut terdiri dari 4 golongan:3
1) Rambu peringatan;
2) Rambu larangan;
3) Rambu perintah;
4) Rambu petunjuk.
Rambu-rambu lalu lintas merupakan bagian dari perlengkapan jalan,
yang dapat berupa lambang, angka, huruf, kalimat dan atau perpaduan
diantaranya sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai
jalan. Rambu-rambu tersebut digunakan untuk menyatakan perintah yang
wajib dilakukan oleh pemakai jalan. Terkait dengan perbuatan melawan
hukum, sebagai salah satu contoh perbuatan melawan hukum adalah
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh kendaraan bermotor. Padahal
dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 telah diatur secara tegas
tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Sebagai pengganti dari Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Yang mulai berlaku efektif pada januari 2010 setelah di sahkan oleh DPR
pada 22 Juli. Pelanggaran lalu lintas ini menjadi masalah yang sangat serius di
tengah-tengah masyarakat pada saat sekarang ini. Terutama di wilayah hukum
Polisi Resort Kuantan Singingi. Menurut Ajun Komisaris Polisi Kuantan
Singingi H. Fauzan Domo, meskipun upaya-upaya untuk menanggulangi
pelanggaran lalu lintas telah dilakukan. Baik itu upaya preventif dan upaya
represif. Upaya preventif berupa mengadakan penyuluhan hukum ke sekolah-
sekolah dan untuk masyarakat umum, memasang spanduk, baliho serta
pemasangan rambu-rambu peringatan. Upaya represif berupa penindakan
dengan pemberian surat teguran dan surat tilang kepada pelaku pelanggar lalu
lintas. Namun tingkat pelanggaran lalu lintas yang terjadi terus meningkat.
Maka dari itu, penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terutama
kalangan pelajar dan mahasiswa mengenai aturan tata lalu lintas agar dapat
meminimalisir terjadinya pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas di jalan raya.
Makalah ini

4
bertujuan untuk memberikan informasi dan pemahaman yang lebih baik
mengenai tata lalu lintas serta dampak negatif yang ditimbulkan apabila
tidak mematuhinya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
dan kepatuhan masyarakat terhadap aturan tata lalu lintas.

2. Rumusan Masalah
a. Mengapa masyarakat khususnya mahasiswa/pelajar masih kurang
kesadaran dalam pemahaman menaati peraturan lalu lintas, faktor apa
yang menjadi penyebab masalah tersebut?
b. Apa akibatnya jika hal ini terus berlanjut?
c. Bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan dari kurangnya
pemahaman kesadaran pelanggaran lalu lintas di kalangan masyarakat
(terkhusus pelajar dan mahasiswa)?

3. Tujuan
a. Mengetahui masyarakat khususnya mahasiswa/pelajar masih kurang
kesadaran dalam pemahaman menaati peraturan lalu lintas, mengetahui
faktor yang menjadi penyebab masalah tersebut.
b. Mengetahui akibatnya jika hal ini terus berlanjut.
c. Mengetahui solusi untuk mengatasi permasalahan dari kurangnya
pemahaman kesadaran pelanggaran lalu lintas di kalangan masyarakat
(terkhusus pelajar dan mahasiswa)?

4. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini dapat digolongkan dalam jenis penelitian yuridis
sosiologis yang artinya meninjau keadaan permasalahan yang ada
dilapangan dikaitkan dengan aspek hukum yang berlaku dan yang
mengatur permasalahan tersebut. Karena dalam penelitian ini penulis
langsung mengadakan penelitian pada lokasi atau tempat yang diteliti
guna memberikan gambaran secara lengkap dan jelas tentang masalah
yang diteliti.

5
b. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan hukum Universitas Lampung
karena diwilayah hukum tersebut jumlah pelanggaran lalu lintas oleh
kendaraan bermotor masih meningkat dari tahun sebelumnya.

c. Populasi dan Sampel


1. Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri-ciri
yang sama atau dapat diartikan sebagai sekumpulan objek atau
orang yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan
yang membentuk suatu masalah pokok dalam suatu riset khusus.
Adapun yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah pelaku
pelanggar lalu lintas.
2. Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi yang
dapat mewakili keseluruhan objek penelitian untuk mempermudah
penelitian dalam menentukan penelitian.15 Penulis menggunakan
metode Purposive Sampling atau dapat diartikan pengambilan
sampel dengan terlebih dahulu menentukan kriteria tertentu oleh
peneliti sesuai dengan yang diperlukan, Untuk lebih jelasnya
mengenai responden dari penelitian ini dapat dilihat dari tabel
sebagai berikut:

6
Tabel 1.1.
Klasifikasi Responden Sesuai Status
Mahasiswa Pelajar Masyarakat Sipil

87,1% 9,7% 3,2%

Tabel 1.2.
Klasifikasi Tingkat Pengetahuan Tata Lalu Lintas
Sedikit Tahu Tahu Sangat Tahu
56,5% 35,5% 8%

Tabel 1.3.
Klasifkasi Tingkat Pemahaman Tata Lalu Lintas

Tidak Paham Sedikit Paham Paham

70% 18% 12%

Rincian Total Presentase Rincian Total Presentase Rincian Total Presentase


Sampel: Usia 19 tahun Sampel: Usia 19 tahun Sampel: Usia 19 tahun
50℅, usia ≤ 19 tahun 10%, usia ≤ 19 tahun 5%, usia ≤ 19 tahun 2%,
5%, usia ≥ 19 tahun 3%, usia ≥ 19 tahun 5 % usia ≥ 19 tahun 5%.
15%.

7
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

1. Mengapa Pelajar atau Mahasiswa melakukan pelanggaran dan


faktor penyebab terjadinya pelanggaran?
a. Peraturan Lalu Lintas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peraturan adalah peraturan yang
mengikat anggota suatu kelompok masyarakat dan digunakan sebagai pedoman,
peraturan dan pedoman tingkah laku yang patut dan dapat diterima: Setiap
anggota masyarakat harus menaati peraturan yang berlaku; atau ukuran, aturan
yang digunakan sebagai standar untuk mengevaluasi atau membandingkan
sesuatu. Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan menyatakan bahwa lalu lintas adalah pergerakan kendaraan
dan orang dalam ruang lalu lintas jalan. Dalam undang- undang No 22 Tahun
2009 pasal 258 berbunyi “Masyarakat wajib berperan serta dalam
pemeliharaan sarana dan prasarana jalan, pengembangan disiplin dan
etika berlalu lintas, dan berpartisipasi dalam pemeliharaan keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.” Menurut Warpani ( 2002 ) lalu lintas (traffic) adalah kegiatan lalu
lalang atau gerak kendaraan, orang, atau hewan di jalanan.
Menurut Muhammad Ali, lalu lintas mengalir bolak-balik di jalan tersebut.
Ramdlon Naning juga mengemukakan pengertian transportasi yaitu
perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain, dengan atau tanpa alat
transportasi. Pada saat yang sama, menurut Poerwodarminto, lalu lintas
bolak-balik; sehubungan dengan perjalanan darat dll.; hubungan antar
tempat.
Berdasarkan pengertian dan definisi di atas, dapat diartikan bahwa lalu
lintas adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan keadaan jalan umum
sebagai sarana utama untuk mencapai suatu tujuan. Lalu lintas juga dapat
diartikan sebagai hubungan antar manusia, yang dapat melibatkan atau tidak

8
melibatkan sarana perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, dengan
menggunakan jalan sebagai ruang gerak.

b. Pelanggaran Lalu Lintas


Pelanggaran lalu lintas jalan adalah perbuatan atau tindakan yang
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan
lalu lintas (Ramdlon Naning). Pelanggaran yang dimaksud adalah
pelanggaran yang sebagaimana diatur dalam Pasal 105 Undang-undang
Nomor 22 Tahun 2009 yang berbunyi “Berperilaku tertib dan/atau
mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan
dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan atau yang dapat
menimbulkan jalan”.
Menurut Wirjono Prodjodikoro pengertian pelanggaran adalah
“overtredingen” atau pelanggaran berarti suatu perbuatan yang melanggar
sesuatu dan berhubungan dengan hukum, berarti tidak lain dari pada
perbuatan melawan hukum. Sedangkan menurut Bambang Poernomo
mengemukakan bahwa pelanggaran adalah politis-on recht dan Kejahatan
adalah crimineel-on recht. Politis-on recht itu merupakan perbuatan Yang
tidak menaati larangan atau keharusan yang telah ditentukan oleh penguasa
negara. Sedangkan crimineel-on Recht itu merupakan perbuatan yang
bertentangan dengan hukum. Dari berbagai definisi pelanggaran tersebut
maka dapat diartikan bahwa unsur-unsur pelanggaran Ialah:
1. Adanya perbuatan yang Bertentangan dengan perundang-Undangan
2. Menimbulkan akibat hukum
Dari berbagai pengertian di atas dapat diartikan bahwa pelanggaran adalah
suatu perbuatan atau tindakan yang bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan terhadap 62 responden
sebanyak 87,1% responden adalah mahasiswa; 9,7% adalah pelajar, dan
sisanya adalah masyarakat biasa.

9
Dari 62 responden tersebut dapat diketahui bahwa sekitar 48, 4% pernah
melakukan pelanggaran, 9,7% sering melakukan pelanggaran, 19,4% jarang
melakukan pelanggaran, dan sisanya tidak pernah melakukan pelanggaran.

c. Faktor Penyebab Pelanggaran Lalu Lintas


Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pelanggar yang paling
sering melakukan pelanggaran adalah pelajar atau mahasiswa hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor baik secara internal maupun eksternal
seperti :
1. Faktor Manusia
Jumlah dan perilaku pengguna jalan, baik sebagai
Pengemudi/penumpang maupun pejalan kaki, yang secara langsung
berhubungan dengan jumlah Populasi suatu wilayah. Faktor manusia
dipengaruhi oleh mental dan perilaku yang membudaya dari pengguna
jalan, minimnya etika toleransi antar pengguna jalan, ketidakmatangan

10
dalam pengendalian emosi serta kurangnya kepedulian pengguna jalan
di jalan raya.

2. Faktor penegak hukum


Aparat penegak hukum adalah pihak-pihak dalam penegakan
hukum. Mentalitas penegakan hukum adalah titik kunci dalam proses
pemolisian. Karena masyarakat Indonesia masih memiliki
kecenderungan yang kuat untuk selalu mengidentikkan hukum dengan
para penegaknya. Jika pelaksananya berakal sehat, maka dengan
sendirinya hukum yang berlaku juga berakal sehat. Jika penegak hukum
tidak menyukainya, maka hukum yang ditegakkan secara adil dan
konsisten dianggap buruk. Instansi kepolisian merupakan kelompok
panutan dalam masyarakat yang dituntut memiliki keahlian khusus
sesuai dengan keinginan masyarakat. Anda harus dapat berkomunikasi
dan mendapatkan pemahaman dengan audiens target, serta dapat
melakukan atau melakukan peran yang dapat diterima oleh mereka.
Golongan panutan juga harus dapat memilih waktu, lingkungan yang
tepat dalam memperkenalkan norma-norma atau kaidah-kaidah hukum
yang baru, serta memberikan keteladanan yang baik. Penegak hukum
seringkali melakukan tindakan penyalahgunaan kekuasaan terhadap
masyarakat, seperti halnya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh
oknum kepolisian. Hal yang dimaksudkan penulis ialah oknum polisi
melakukan penilangan tanpa adanya surat tugas dari atasan sehingga jika
pelanggar tidak ingin ditilang maka diberikan pilihan apakah
penyelesaiannya di tempat kejadian atau mengikuti sidang.

3. Faktor sarana dan prasarana


Sarana atau fasilitas mencakup tenaga manusia yang cerdas dan
terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, dan keuangan
yang cukup. Tanpa adanya sarana atau fasilitas, maka tidak mungkin
Penegak hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana dan prasarana
mempunyai Pengaruh yang sangat besar bagi kelancaran pelaksanaan

11
penegakkan hukum sangat mudah dipahami, dan banyak sekali contoh-
contoh masyarakat.
Misalnya pada UU No. 22 Tahun 2009 Paragraf 9 tentang Tata
Cara Berlalu Lintas bagi Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum Pasal
126 “setiap orang yang mengemudikan Kendaraan bermotor umum
angkutan orang Dilarang berhenti selain di tempat yang telah
ditentukan”. Tetapi kenyataan di jalan, jumlah halte yang disediakan
sangat terbatas. Sehingga menimbulkan pelanggaran-pelanggaran
terhadap undang-undang tersebut.
4. Faktor kendaraan
Faktor yang dapat mempengaruhi keamanan dan ketertiban lalu
lintas adalah kesadaran masyarakat akan peraturan berlalu lintas dan
kepentingan manusia yang berlainan. Hal ini menyebabkan manusia
cenderung bersikap ceroboh dan lalai. Bahkan kesengajaan menjadi
faktor dominan terjadinya pelanggaran lalu lintas. Semakin tinggi
kesadaran masyarakat akan hukum maka semakin memungkinkan
adanya penegakkan hukum di masyarakat. Karena hukum berasal dari
masyarakat dan diperuntukkan mencapai kedamaian di masyarakat
pula. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu maka masyarakat
dapat mempengaruhi penegakkan hukum tersebut.

2. Apa akibatnya jika hal ini terus berlanjut?


Kurangnya kesadaran akan tertib berlalu lintas menyebabkan pengemudi
pengabaikan keselamatan berlalu lintas. Yang kemudian akibatnya dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.selain dari terjadinya kecelakaan
lalulintas yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa maupun harta benda,
pengemudi yang tidak memiliki kesadaran lalu lintas juga dapat mengakibatkan
terjadinya kemacetan. ini biasanya terjadi akibat dari jenis pelanggaran seperti
tidak mempunyai/ membawa SIM, melanggar batas kecepatan lalu lintas,
melanggar rambu-rambu lalu lintas, serta mengemudi dengan tidak wajar. Ini
semua terjadi salah satunya diakibatkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat

12
terhadap keselamatan dan keamanan dalam menggunakan transportasi dan juga
pemahaman hukum mengenai pelanggaran lalu lintas.

3. Bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan dari kurangnya


pemahaman kesadaran pelanggaran lalu lintas di kalangan masyarakat
(terkhusus pelajar dan mahasiswa)?
a. Upaya preventif
Upaya preventif merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya suatu pelanggaran lalu lintas yang dilakukan untuk
menanggulangi pelanggaran lalu lintas ini polisi memiliki peranan yang
penting dan usaha preventif yang dilakukan oleh pihak kepolisian berupa,
1. Progam polsanak, program pks, program Police go to campus program
safety riding, program taman lalu lintas, program saka bhayangkara,
program mayarakat terorganisir, program masyarakat tidak terorganisir,
program sekolah mengemudi. Khusus untuk anak dibawah umur
program yang dilakukan adalah program POLSANAK yag bertujuan
untuk mengenalkan etika berlalu lintas sejak dini kepada anak-anak
dengn mengajarkan tata cara dan tata tertib berlalulintas di sekolah
diharapkan anak di bawah umur dapat menjadi pelopor ketika berlalu
lintas.
2. Memberikan peringatan-peringatan kepada masyarakat umum tentang
pentingnya mematuhi rambu-rambu lalu lintas, seperti memasang
spanduk-spanduk dan baliho-baliho yang berhubungan dengan lalu
lintas serta menghimbau masyarakat melalui media elektronik yaitu
radio. Agar mematuhirambu-rambu lalu lintas. Yang mana hal ini telah
diatur didalam Pasal 25 ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yaitu : setiap jalan yang
digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan
perlengkapan jalan berupa : rambu lalu lintas, marka jalan, alat pemberi
syarat lalu lintas, alat penerangan jalan, alat pengendali dan
pengamanan jalan, fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan
jalan yang berada dijalan dan diluar badan jalan.

13
b. Upaya Represif
Upaya penanggulangan setelah terjadinya suatu pelanggaran lalu lintas.
upaya represif ini lebih menekankan pada jalur penal. Setelah terjadinya
suatu pelanggaran maka diambil tindakan sebagai proses hukum.
Contoh Upaya preventif yang bisa dilakukan oleh aparat kepolisian:
1. Penindakan dengan pemberian teguran. Hal ini telah diatur didalam
Pasal 265 ayat 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Aturan Jalan yaitu: untuk melaksanakan suatu tindakan
berupa pemeriksaan kendaraan bermotor, petugas kepolisisan republik
indonesia berwenang untuk melalkukan tindakan lain berupa
menghentikan kendaraan bermotor, meminta keterangan kepada
pengemudi dan melakukan tindakan lain menurut hukum secara
bertanggung jawab. Penindakan teguran hanya diberikan kepada
pelanggar yang tidak terlalu fatal seperti anak sekolah yang mengendarai
dibawa umur yang melakukan pelanggaran.
2. Penindakan dengan pemberian surat tilang. Hal ini berkaitan dengan pasal
265 ayat 1 butir a Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan jalan yang berbunyi: pemeriksaan kendaraan bermotor
dijalan yang meliputi : pemeriksaan suart izin pengemudi, surat tanda
nomor kendaraan bermotor, surat tanda coba kendaraan bermotor, tanda
nomor kendaraan bermotor, atau tanda coba kendaraan bermotor. Setiap
pengendara sepeda motor yang kedapannya melanggar lalu lintas maka
akan ditindaki dengan tilang. Hal ini dapat kita lihat apa bila ada operasi
yang dilakukan oleh polisi lalu lintas, baik itu mengenai perlengkapan
kendaraan, surat-surat maupun marka atau rambu. Seperti penggunaan
kanelpot yang nyaring atau tidak sesuai dengan standar sepeda motor
tersebut. Yang telah diatur didalam Pasal 265 ayat 1 butir c berupa
pemeriksaa terhadap fisik kendaraan bermotor. Seperti yang kita ketahui
bahwa sanksi itu merupakan bagian hukum pidana yang lain secara tegas
ditulis oleh Moeljatno sebagai berikut “Hukum pidana adalah

14
bagian dari pada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang
mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:
a. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan,
yang dilarang dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa
sanksi tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut;
b. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi sanksi
sebagaimana yang telah diancamkan;
c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan sanksi itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar
larangan tersebut.

15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Lalu lintas adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan keadaan jalan
umum sebagai sarana utama untuk mencapai suatu tujuan. Lalu lintas juga
dapat diartikan sebagai hubungan antar manusia, yang dapat melibatkan atau
tidak melibatkan sarana perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, dengan
menggunakan jalan sebagai ruang gerak. Pelanggaran lalu lintas jalan adalah
perbuatan atau tindakan yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan
peraturan perundang-undangan lalu lintas (Ramdlon Naning). Pelanggaran
yang dimaksud adalah pelanggaran yang sebagaimana diatur dalam Pasal 105
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Berdasarkan hasil survei yang telah
dibagikan ke media sosial melalui google form terdapat 62 responden dengan
banyaknya 87,1% responden adalah mahasiswa; 9,7% adalah pelajar, dan
sisanya adalah masyarakat biasa. Dari 62 responden yang telah mengisi angket
survei dapat diketahui bahwa sekitar 48, 4% pernah melakukan pelanggaran,
9,7% sering melakukan pelanggaran, 19,4% jarang melakukan pelanggaran,
dan sisanya tidak pernah melakukan pelanggaran.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pelanggar yang paling
sering melakukan pelanggaran adalah mahasiswa dan pelajar. hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor, baik secara internal maupun eksternal seperti:
Faktor Manusia, Faktor penegak hukum, Faktor sarana dan prasarana, dan
Faktor kendaraan. hal ini juga dapat mengakibatkan terjadinya keabaian
terhadap keselamatan dan kecelakaan lalu lintas yang dapat menyebabkan
hilangnya nyawa.

2. Saran
Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dari permasalahan yang
terjadi dengan maksud ingin memaksimalkan upaya aparat kepolisian dalam
sebagai satuan lalu lintas antara lain; peningkatan giat lalu lintas, penyuluhan
mengenai keselamatan berkendara, sanksi yang lebih tertib bagi pelanggar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sasambe, R. O. (2016). Kajian terhadap penyelesaian pelanggaran peraturan lalu


lintas oleh kepolisian. Lex Crimen, 5(1).

Safitri, A., & Rahman, T. (2013). Tingkat Kepatuhan Hukum Siswa SMA
KARTIKA IV-3 Surabaya Terhadap Etika Berlalu Lintas Menurut
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan. Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor, 1.

Jatiputro, A. H., Setiyaningsih, I., & Mulyono, G. S. (2015). Pemahaman Siswa


SMA Tentang Arti Marka Jalan dan Peraturan Lalu Lintas. Eco Rekayasa:
Jurnal Teknik Sipil, 11(1), 54-60.

Hidayati, N., & Erwanda, A. (2019). Analisis Perilaku Lalu Lintas Pengguna Jalan
di Sekitar Simpang Gendengan. Journal of Indonesia Road Safety, 2(1),
11– 20.

Kansil, C,S,T , 1995, Disiplin Berlalu Lintas di Jalan Raya, PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Marpaung, Larden, 2005, Asas, Teori, Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika,
Jakarta.

Pelaksanaan Pidana Penjara dengan Sistem Pemasyarakatan, Yogyakarta.


Abdullah, Mustafa, 1986, Intisari Hukum Pidana, Jakarta, Ghalia Indonesia.

Pope, Jeremy, 2003, Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas


Nasional, Jakarta, Kerjasama Antara Transparency Internastional
Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia.

Harahap, M. Yahya, 2003, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,


Sinar Grafika, Jakarta

17
Peraturan Perundang-undangan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3029).

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu


Lintas dan Angkutan jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5025.

3. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002


Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2)

18

Anda mungkin juga menyukai