Anda di halaman 1dari 17

KABUPATEN PEKALONGAN

PERATURAN DESA …………………….


NOMOR … TAHUN 20…
TENTANG
TATA CARA PELAKSANAAN SEWA DAN PENETAPAN TARIF SEWA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA DESA …………….,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengoptimalkan tanah dan/atau


bangunan milik Pemerintah Desa melalui sewa pemanfaatan
tanah dan/atau bangunan, perlu diselenggarakan secara
tepat, efisien, efektif dan optimal dengan tetap menjunjung
tinggi tata kelola pemerintahan yang baik;

b. bahwa agar pelaksanaan sewa sebagaimana dimaksud dalam


huruf a dapat terwujud, perlu mengatur tata cara sewa dan
penetapan tariff sewa antara Pemerintah Desa dengan pihak
penyewa,

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Desa …….. tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa dan
Penetapan Tarif Sewa;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5495);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang


Peraturan Pelaksanaan Undang–Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang–Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 41);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 20l4 tentang Dana


Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5558), sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 20l4 tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5864);

4. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan


Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015
tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul
dan Kewenangan Lokal Berskala Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 158);

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang


Pengelolaan Aset Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 53);

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018


tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 611);

7. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 13 Tahun


2001 tentang Pembentukan Kecamatan Karangdadap,
Kecamatan Siwalan dan Kecamatan Wonokerto Kabupaten
Pekalongan (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun
2001 Nomor 13);

8. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 14 Tahun


2001 tentang Penetapan Kembali Wilayah Kerja Kecamatan
Kedungwuni, Kecamatan Sragi dan Kecamatan Wiradesa
Kabupaten Pekalongan (Lembaran Daerah Kabupaten
Pekalongan Tahun 2001 Nomor 14);

9. Peraturan Bupati Pekalongan Nomor 5 Tahun 2018 tentang


Daftar Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul dan
Kewenangan Lokal Berskala Desa di Kabupaten Pekalongan
(Berita Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2018 Nomor 5);
10. Peraturan Bupati Pekalongan Nomor 69 Tahun 2017 tentang
Pengelolaan Aset Desa (Berita Daerah Kabupaten Pekalongan
Tahun 2017 Nomor 69) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Bupati Pekalongan Nomor 20 Tahun 2021 tentan
Perubahan Atas Peraturan Bupati Pekalongan Nomor 69
Tahun 2017 tentang Pengelolaan Aset Desa (Berita Daerah
Kabupaten Pekalongan Tahun 2021 Nomor 20);

11. Peraturan Bupati Pekalongan Nomor 57 Tahun 2018 tentang


Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Daerah Kabupaten
Pekalongan Tahun 2018 Nomor 59);

12. Peraturan Bupati Pekalongan Nomor 60 Tahun 2019 tentang


Pedoman Teknis Pengadaan Barang/Jasa di Desa (Berita
Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2019 Nomor 60);

13. Peraturan Desa …………….. Nomor …… Tahun ……… tentang


Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul dan
Kewenangan Lokal Berskala Desa (Lembaran Desa ……………..
Tahun ………… Nomor …);

Dengan Kesepakatan Bersama:


Badan Permusyawaratan Desa …………….
dan
Kepala Desa ……………………..

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DESA …………….. TENTANG TATA CARA


PELAKSANAAN SEWA DAN PENETAPAN TARIF.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan:


1. Desa adalah Desa ………………… Kecamatan Siwalan
Kabupaten Pekalongan.
2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat desa
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
4. Kepala Desa adalah Kepala Pemerintah Desa.
5. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD
adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang
anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa
berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis.
6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya
disebut APBDesa, adalah rencana keuangan tahunan
Pemerintahan Desa.
7. Rekening Kas Desa adalah rekening tempat menyimpan uang
Pemerintahan Desa yang menampung seluruh penerimaan
Desa dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran
Desa pada Bank yang ditetapkan.
8. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari
kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa
atau perolehan hak lainnya yang sah.
9. Tanah Kas Desa adalah tanah yang dikuasai dan/atau dimiliki
oleh Pemerintah Desa sebagai salah satu sumber pendapatan
asli Desa, dan/atau untuk kepentingan Pemerintah Desa
maupun sosial.
10. Tanah Bengkok adalah Tanah Kas Desa yang asal usulnya
digunakan untuk gaji Aparatur Pemerintah Desa dan belum
digunakan untuk fasilitas Pemerintah, fasilitas umum dan
fasilitas sosial.
11. Tanah dan bangunan adalah Tanah Kas Desa yang di
atasnya berdiri banguan gedung yang dikuasi oleh
Pemerintah Desa;
12. Pengelolaan Aset Desa merupakan rangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,
pengamanan, pemeliharaan, penghapusan,
pemindahtanganan, penatausahaan, pelaporan, penilaian,
pembinaan, pengawasan dan pengendalian aset Desa.
13. Pemanfaatan adalah pendayagunaan aset Desa secara tidak
langsung dipergunakan dalam rangka penyelenggaraan tugas
Pemerintahan Desa dan tidak mengubah status kepemilikan.
14. Sewa adalah pemanfaatan aset Desa oleh pihak lain dalam
jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai.
15. Penetapan harga sewa tanah bengkok adalah penetapan nilai
sewa yang dituangkan dalam Keputusan Kepala Desa
berdasarkan Berita Acara yang dibuat oleh Tim Penilai Harga
dalam 1 (satu) tahun anggaran.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Peraturan Desa ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman
bagi pengelola Aset Desa dalam penyewaan aset milik desa
berupa tanah dan/atau bangunan.
(2) Tujuan Peraturan Desa ini adalah:
a. meningkatkan tertib administrasi Pengelolaan Aset Desa
berupa tanah dan/bangunan;
b. mengoptimalkan pemanfaatan, daya guna dan hasil guna
asset milik desa berupa tanah dan/atau bangunan secara
efektif dan efesien;
c. meningkatkan pendapatan desa.

BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 3

(1) Peraturan Desa ini mengatur ruang lingkup mengenai tata cara
pelaksanaan sewa dan penetapan tariff atas tanah dan/atau
bangunan yang berada pada Pengelola Aset Desa.
(2) Pengaturan tata cara pelaksanaan sewa dan penetapan tariff
sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. obyek dan subyek sewa;
b. jangka waktu sewa;
c. perhitungan tariff sewa;
d. komponen factor penyesuaian sewa;
e. tata cara pelaksanaan sewa;
f. berakhirnya sewa;
g. pengamanan dan pemeliharaan sewa;
h. penatausahaan;
i. pengawasan dan pengendalian sewa; dan
j. ganti rugi dan denda.
BAB IV

OBYEK DAN SUBYEK SEWA


Bagian Kesatu
Obyek Sewa

Pasal 4

(1) Obyek Sewa tanah dan/atau bangunan adalah aset milik


Pemerintah Desa.
(2) Obyek Sewa tanah dan/atau bangunan meliputi:
a. Tanah Bengkok; dan
b. Tanah Bangunan
(3) Sewa Tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan oleh Panitia Sewa.
(4) Tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), dapat disewakan sepanjang tanah dan/atau bangunan
tersebut berada dalam kondisi baik.

Pasal 5

Aset Milik Desa berupa tanah dan/bangunan yang disewakan,


tidak merubah status kepemilikan Aset Milik Desa.

Bagian Kedua
Subyek Sewa

Pasal 6

(1) Subyek Sewa adalah Pemerintah Desa dan Pihak Penyewa.


(2) Pihak Penyewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari:
a. Petanai warga desa dan berdomisili di desa yang
bersangkutan;
b. Badan Usaha Milik Desa; dan
c. Swasta.
(3) Swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c antara
lain:
a. perorangan;
b. perseroan terbatas;
c. lembaga;
d. yayasan; dan
e. koperasi.
BAB V
JANGKA WAKTU SEWA
Pasal 7

(1) Jangka Sewa Tanah Bengkok paling sedikit 1 (satu) tahun dan
paling lama 3 (tiga) tahun sejak ditandatangani perjanjian sewa
dan dapat diperpanjang.
(2) Jangka Sewa Tanah dan Bangunan paling sedikit 2 (dua) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

BAB VI
PERHITUNGAN TARIF SEWA
Bagian Kesatu
Pasal 8

(1) Perhitungan tariff sewa dapat dilakukan oleh:


a. Pemerintah Desa; dan/atau
b. Panitia Sewa.
(2) Perhitungan tariff sewa yang dilakukan oleh Pemerintah Desa
dan/atau Panitia Sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didasarkan pada harga dasar wajar obyek sewa di desa.
(3) Perhitungan tariff sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
(4) Panitia Sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdiri dari Peragkat Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa
dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

Bagian Kedua
Evaluasi Besaran Sewa
Pasal 9

Besaran Sewa atas tanah dan/atau banguan yang telah dilakukan


perhitungan tariff sewa untuk masa sewa tahun berikutnya, dapat
dievaluasi dengan mempertimbangkan:
a. nilai sewa pada perjanjian sebelumnya atau yang sedang
berjalan dengan mempertimbangkan factor perubahan biaya;
b. informasi lain yang yang dapat dipertanggungjawabkan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VII
KOMPONEN FAKTOR PENYESUAI SEWA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 10
(1) Dalam hal telah diperoleh tariff sewa sesuai perhitungan
sebagaimana dimaksud pada Ayat 8 ayat (2) Kepala Desa
menetapkan besaran sewa dengan Keputusan Kepala Desa.
(2) Faktor penyesuai sewa tanah bengkok tidak diperhitungan
karena semua penyewa merupakan petani dan jenis usaha
bercocok tanam pada dan/atau palawija.
(3) Faktor penyesuai sewa tanah dan bangunan meliputi:
a. jenis kegiatan usaha penyewa;
b. bentuk kelembagaan penyewa; dan
c. periodesasi sewa.
(4) Faktor Penyesuai Sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dihitung dengan persentase dan ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa.
Bagian Kedua
Jenis Kegiatan Usaha Penyewa
Pasal 11
Faktor penyesuai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3)
huruf a, meliputi:
a. kegiatan pertanian;
b. kegiatan bisnis;
c. kegiatan non bisnis; dan
d. kegiatan sosial.

Pasal 12

(1) Kelompok kegiatan pertanian sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 11 huruf a, meliputi:
a. bercocok tanam padi; dan
b. tanam palawija.
(2) Kelompok kegiatan bisnis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 huruf b, diperuntukkan bagi kegiatan yang berorientasi
untuk mencari keuntungan, antara lain:
a. perdangan;
b. jasa; dan
c. industri.
(3) Kelompok kegiatan non bisnis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 huruf c, diperuntukkann bagi kegiatan yang menarik
imbalan atas barang atau jasa yang diberikan namun tidak
mencari keuntungan antara lain:
a. pelayanan kepentingan umum yang memungut biaya
dalam jumlah tertentu atau terdapat potensi keuntungan,
baik materiel atau immateriel;
b. penyelenggaraan pendidikan nasional;
c. upaya pemenuhan kebutuhan pegawai atau fasilitas yang
diperlukan dalam rangka menunjang tugas dan fungsi
pengguna aset; dan
d. kegiatan lainnya yang memenuhi criteria non bisnis.
(4) Kelompok kegiatan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 huruf d, diperuntukkann bagi kegiatan yang tidak menarik
imbalan atas barang atau jasa yang diberikan dan/atau tidak
mencari keuntungan antara lain:

BAB VIII
TATA CARA PELAKSANAAN SEWA
Bagian Kesatu
Tata Cara Pelaksanaan Sewa Tanah Bengkok
Pasal 13

(1) Calon Penyewa adalah petani warga penduduk desa dan


berdomisil di desa tersebut.
(2) Calon Penyewa mendaftarkan diri pada Panitia Sewa disertai
dengan menyerahkan fotocopy Kartu Tanda Penduduk.
(3) Calon Penyewa wajib hadir pada hari dan tanggal yang telah
ditetapkan oleh Panitia Sewa.

Pasal 14
(1) Panitia Sewa menyampaikan Data Tanah Bengkok yang akan
disewakan kepada Calon Penyewa.
(2) Data Tanah Bengkok sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari:
a. gambar atau peta Tanah Bengkok yang akan disewakan;
b. alamat obyek yang akan disewakan; dan
c. perkiraan luas obyek yang akan disewakan.

Pasal 15
(1) Perangkat Desa yang juga berprofesi sebagai petani
sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (1) diberikan
kemudahan atau prioritas untuk menyewa Tanah Bengkok.
(2) Tanah Bengkok yang disewa Perangkat Desa adalah Tanah
Bengkok yang asal muasalnya sebagai gaji Perangkat Desa yang
bersangkutan.
(3) Besaran harga sewa didasarkan atas harga wajar yang ada di
desa.

Pasal 16
Besaran harga sewa sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 ayat (3)
tidak termasuk kewajiban pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.

Pasal 17
Teknik tata cara sewa tanah bengkok diatur lebih lanjut dalam
Tata Tertib Sewa yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

Bagian Kedua
Tata Cara Sewa Tanah dan Bangunan
Pasal 18

(1) Calon Penyewa mengajukan surat permohonan disertai


dokumen pendukung.
(2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat:
a. data calon penyewa;
b. latar belakang permohonan;
c. jangka waktu penyewaan; dan peruntukan sewa.
(3) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari:
a. pernyataan/persetujuan dari pengurus bila calon penyewa
berbentuk hukum/badan usaha;
b. pernyataan kesediaan dari calon penyewa untuk menjaga
dan menyewa tanah dan bangunan serta mengikuti
ketentuan yang berlaku selama jangka waktu sewa; dan
c. data tanah dan bangunan yang diajukan untuk dilakukan
sewa.
Pasal 19
(1) Data calon penyewa sebagaimana dimaksud pada Pasal 18
ayat (2) huruf a, terdiri dari:
a. fotokopi ksrtu tanda penduduk;
b. fotokopi NPWP;
c. fotokopi surat izin usaha; dan
d. data lainnya.
(2) Dalam hal calon penyewa adalah perorangan data calon
penyewa hanya dibuktikan dengan fotokopi kartu tandak
penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Data tanah dan bangunan yang akan disewakan terdiri dari:
a. foto/gambar tanah dan bangunan, berupa:
1. gambar lokasi dan/atau site plan tanah dan bangunan
yang akan disewakan; dan
2. foto bangunan dan bagian bangunan yang akan
disewakan.
b. alamat obyek yang akan disewakan; dan
c. perkiraan luas tanah dan bangunan yang akan
disewakan.

Bagian Ketiga
Perjanjian dan Pembayaran
Paragraf 1
Perjanjian
Pasal 20
(1) Penyewaan tanah dan/bangunan dituangkan dalam perjanjian
sewa yang ditandatangani oleh penyewa dan Kepala Desa.
(2) Perjanjian Sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit memuat:
a. dasar perjanjian;
b. para pihak yang terkait dalam perjanjian;
c. jenis, luas atau jumlah asset, besaran sewa, dan jangka
waktu;
d. tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan
pemeliharaan selama jangka waktu sewa;
e. peruntukan sewa, termasuk jenis kegiatan usaha;
f. hak dan kewajiban para pihak; dan
g. hal lain yang anggap perlu.
(3) Penandatanganan perjanjian sewa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilakukan di kertas bermeterai sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Seluruh biaya yang timbul dalam rangka pembuatan perjanjian
sewa ditanggung penyewa.
Paragraf 2
Pembayaran
Pasal 21
(1) Hasil sewa tanah dan/atau bangunan merupakan pendapatan
asli Desa dan seluruhnya wajib disetorkan ke rekening kas
Desa.
(2) Penyetoran uang sewa harus dilakukan secara tunai paling
lambat 3 (tiga) hari setelah ditandatanganinya perjanjian tanah
dan/atau bangunan.
(3) Pembayaran sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat
dilakukan secara tunai kepada Bendahara Desa atau
menyetorkannya ke rekening Desa.
(4) Pembayaran uang sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3), dibuktikan dengan menyerahkan kwitansi
pembayaran atau bukti setor sebagai salah satu dokumen pada
lampiran yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari perjanjian
sewa.

Bagian Keempat
Perpanjangan Jangka Waktu Sewa
Pasal 22
(1) Jangka waktu sewa tanah dan banguan dapat diperpanjang
dengan persetujuan Kepala Desa.
(2) Penyewa dapat mengajukan permohonan perpanjangan jangka
waktu sewa kepada Kepala Desa.
(3) Pengajuan permohonan perpanjangan jangka waktu sewa
dilakukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya
jangka waktu sewa.
(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan
dengan melengkapi persyaratan sebagaimana permohonan sewa
pertama kali.
(5) Tata cara pengajuan usulan perpanjangan jangka waktu sewa
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan dengan
mekanisme sebagaimana pengajuan usulan sewa baru.

BAB IX
BERAKHIRNYA SEWA
Pasal 23
Perjanjian sewa berakhir dalam hal:
a. jangka waktu sewa berakhir;
b. pengelola aset mencabut persetujuan sewa dalam rangka
pengawasan dan pengendalian atas persetujuan Kepala Desa;
c. berlakunya syarat batal sesuai perjanjian; dan
d. ketentuan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 24
(1) Penyewa wajib menyerahkan obyek sewa pada saat berakhirnya
sewa dalam keadaan baik dan layak digunakan secara optimal
sesuai fungsi dan peruntukannya.
(2) Penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan
dalam Berita Acara Serah Terima.
(3) Pengelola Aset harus melakukan pengecekan sebelum
ditandatangani Berita Acara Serah Terima guna memastikan
kelayakan kondisi obyek sewa.
(4) Penandatanganan Berita Acara Serah Terima sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), dilakukan setelah semua kewajiba
penyewa telah telah dipenuhi.

BAB X
PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN OBYEK SEWA
Bagian Kesatu
Pengamanan
Pasal 25
(1) Penyewa wajib melakukan pengamanan atas tanah dan/atau
bangunan yang disewa.
(2) Pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditujukan
untuk mencegah terjadinya perubahan bentuk dan fungsi
peruntukan tanah dan/atau bangunan.
(3) Penyewa dilarang menggunakan tanah dan/atau bangunan
yang disewakan untuk peruntukan selain dari yang telah
ditetapkan oleh Pengelola Aset sesuai dengan perjanjian sewa.

Bagian Kedua
Pemeliharaan
Pasal 25
(1) Penyewa wajib melakukan pemeliharaan atas tanah dan/atau
bangunan yang disewa.
(2) Seluruh biaya pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), termasuk biaya yang timbul dari pemakaian dan
pemanfaatan tanah dan/atau bangunan menjadi tanggung
jawab sepenuhnya dari penyewa.
(3) Pemeliharaan sebagaimana pada ayat (2) ditujukan untuk
kondisi dan memperbaiki tanah dan/atau bangunan agar selalu
dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya
guna dan berhasil guna.
(4) Pemeliharaan tanah dan/atau bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), harus sudah selesai dilaksanakan
paling lambat 1(satu) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu
sewa.
(5) Dalam hal tanah dan/atau bangunan yang disewa rusak akibat
terjadi bencana (force mejeur), perbaikan dapat dilakukan
berdasarkan kesepakatan oleh Pengelola Aset dan Penyewa.

Bagian Ketiga
Perubahan Bentuk
Pasal 26
(1) Perubahan bentuk tanah dan/atau bangunan dilakukan dengan
persetujuan Kepala Desa.
(2) Perubahan bentuk bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilaksanakan tanpa mengubah konstruksi dasar bangunan.
(3) Dalam hal perubahan bentuk tanah dan/atau bangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mengakibatkan ada
penambahan, bagian yang ditambahkan menjadi tanah
dan/atau banguan dan disertakan dalam Berita Acara Serah
Terima pada saat berakhirnya jangka waktu sewa.

BAB XI
PENATAUSAHAAN
Pasal 27
(1) Pengelola Aset melakukan penatausahaan sewa tanahdan/atau
bangunan yang berada dalam pengelolaanya.
(2) Pengelola Aset menyampaikan laporan kepada Kepala Desa
mengenai pelaksanaan sewa atas obyek sewa yang berupa tanah
dan/atau bangunan yang berada dalam pengelolaannya,
(3) Dalam hal pelaksanaan sewa berakhir, penyewa menyerahkan
tanah dan/atau bangunan kepada Pengelola Aset.
(4) Pengelola Aset harus melakukan pengecekan tanah dan/atau
bangunan yang disewakan sebelum ditandatanganinya Berita
Acara Serah Terima.
BAB XII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 28
(1) Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan sewa tanah
dan/atau bangunan meliputi:
a. pengawasan dan pengendalian teknis dan administratif; dan
b. pengawasan dan pengendalian umum.
(2) Pengawasan dan pengendalian teknis dan administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pengelola
Aset, meliputi:
a. menagih kewajiban pembayaran sewa penyewa;
b. mengamankan secara fisik atas obyek sewa berupa tanah
dan/atau bangunan;
c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan sewa tanah
dan/atau bangunan;
d. memantau pelaksanaan sewa tanah dan/atau bangunan
termasuk apabila terjadi kerusakan, perubahan bentuk atau
kehilangan berupa tanah dan/atau bangunan, sebagian
tanah dan/atau bangunan;
e. membuat laporan kepada Kepala Desa mengenai
pelaksanaan sewa yang dilaksanakan oleh Pengelola Aset.
f. Melaksanakan evaluasi secara berkala atas besaran tariff
sewa setiap tahun berdasarkan laporan perkembangan
pelaksanaan sewa;
g. Menerbitkan surat peringatan/teguran kepada penyewa atas
dilakukan pelanggaran terhadap perjanjian sewa
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. Menghentikan kegiatan sewa apabila surat
peringatan/teguran sebagaimana dimaksud pada angka 7
(tujuh) tidak diindahkan oleh penyewa.
(3) Pengawasan dan pengendalian umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, dilakukan oleh Pengelola Aset Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa, meliputi:
a. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perjanjian
sewa tanah dan/atau bangunan;
b. melakukan pemantauan atas atas pelaksanaan sewa tanah
dan/atau bangunan;
c. melakukan audit atas pelaksanaan sewa tanah dan/atau
bangunan;
d. mencatat laporan hasil audit dan melaporkan kepada Kepala
Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 29
Segala akibat hukum yang menyertai pelaksanaan sewa tanah
dan/atau bangunan setelah penandatanganan perjanjian,
menjadi tanggung jawab sepenuhnya para pihak dalam
perjanjian sewa yang bersangkutan.

BAB XIII
GANTI RUGI DAN DENDA
Pasal 30
(1) Penyewa dikenakan sanksi administrasi berupa surst teguran
dalam hal penyewa belum menyerahkan tanah dan/atau
bangunan yang disewa.
(2) Dalam penyerahan belum dilakukan terhitung 1 (satu) minggu
sejak diterbitkannya surat teguran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), penyewa dikenakan sanksi sdministrasi berupa surat
peringatan.
(3) Dalam penyerahan belum dilakukan terhitung 1 (satu) minggu
sejak diterbitkannya surat peringatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), penyewa dikenakan sanksi administrasi berupa
denda sebagai berikut:
a. kegiatan bisnis sebesar 2,5% (dua koma lima persen); dan
b. non bisnis sebesar 1% (satu persen).
(4) Besaran denda sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dihitung
secara pro[orsional dalam hitungan harian sesuai keterlambatan
penyerahan tanah dan/atau bangunan.

Pasal 31
Dalam hal denda sebagaimana dimaksud pada Pasal 30 tidak
dilunasi penyewa, maka penyelesaiannya diserahkan kepada pihak
berwajib untuk diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Pasal 32
Pengelola Aset Desa mengenakan denda kepada penyewa atas
pelanggaran yang dilakukan selain dari ketentuan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 30, dalam batas kewenangan berdasarkan
perjanjian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 33

(1) Perjanjian sewa tanah bengkok yang telah ditandatangani


sebelum Peraturan Desa ini diundangkan tetap berlaku
dengan ketentuan jangka waktu sewa paling lama 3 (tiga)
tahun.
(2) Apabila terdapat perjanjian sewa tanah bengkok yang tidak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dilakukan perubahan perjanjian sewa tanah bengkok.

BAB XV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 34

Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Desa ini dengan penempatan dalam Lembaran Desa
……………….

Ditetapkan di ……………………
pada tanggal ………………….

KEPALA DESA ………………

………………………………………
Tanpa Gelar
Diundangkan di ………………….
pada tanggal ………………………

SEKRETARIS DESA …………………..

………………………………………….
Tanpa Gelar

LEMBARAN DESA ….. TAHUN 20…. NOMOR …..

Anda mungkin juga menyukai