Anda di halaman 1dari 4

Matkul Islam dan budaya Minangkabau

TRADISI MANJAPUIK MARAPULAI DALAM BUDAYA ADAT


MINANGKABAU
Melati Bakriana Putri

Abstrak
Adat Minangkabau mengatur tatanan sosial di suatu wilayah dan interaksi antara satu suku dengan suku lain di
wilayah yang disesuaikan dalam budaya daerah masing-masing. Masyarakat Minangkabau adalah matrilineal. Sistem
matrilokal bagi masyarakat Minangkabau diwujudkan dalam prosesi upacara adat Minangkabau. Salah satu tradisi
tersebut adalah “manjapuik marapulai”. Tradisi ini tidak diadakan di semua wilayah Sumatera Barat, namun hanya
beberapa daerah saja yang masih melakukan tradisi bajapuik ini, salah satunya di Kabupaten Pesisir Selatan. Tradisi
“manjapuik marapulai” adalah salah satu prosesi ritual perkawinan, dimana setelah akad nikah, mempelai pria akan
dijemput oleh keluarga mempelai wanita. Masyarakat Minangkabau masih memegang teguh tradisi manjapuik
marapulai dalam pelaksanaan perkawinan. Sebagai tradisi yang harus dipertahankan oleh masyarakat secara turun
temurun agar budaya Minangkabau tetap terjaga dan tidak hilang sedikit demi sedikit oleh perkembangan jaman.
Hasil temuan menunjukkan bahwa upacara perkawinan di Pesisir Selatan terdiri dari: manyilau, maminang, batimbang
tando, akad nikah, manjapuik marapulai, baralek dan manjalang.
Kata kunci:Manjapuik marapulai,pernikahan,budaya,Minangkabau

PENDAHULUAN
Minangkabau terkenal dengan adat-istiadatnya yang kuat dari dulu hingga sekarang dengan semboyan adat ”Adaik Basandi
Syara Syara Basandi Kitabullah”. Adat Minangkabau berarti mengatur tatanan sosial di suatu nigari atau daerah dan interaksi
antara satu suku dengan suku lainnya disesuaikan dengan budaya di daerah masing-masing. Adat ini dibuat atas kesepakatan
antara panguhulu, ninik mamak, alim ulama, cerdik pandai, bundo kanduang dan pemuda di sebuah nagari di Minangkabau, yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman dengan menggunakan etika dalam adat minang tetapi tetap berdasarkan tuntunan islam.
Untuk menggunakan Adaik Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah, masyarakat Minang menekankannya dalam kalimat ”Syara’
mangato Adaik mamakai”artinya Islam mengajarkan, memerintahkan, berpendapat sedangkan adat menjalankannya.
Pada kenyataannya, Islam di Minangkabau dianut oleh orang Minang dan adat Minang dianut menurut ajaran Islam
dengan landasan dan tuntunan dari Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, dan dapat dikatakan bahwa ”adat
Minangkabau adalah islami”. Semboyan ini sejalan dengan pelaksanaan perkawinan di sumatera barat yang mayoritas
penduduknya disebut masyarakat Minangkabau. Masyarakat Minangkabau adalah salah satu masyarakat matrilineal
terbesar di dunia selain India.
Masyarakat minang masih mempertahankan adat perkawinan khususnya manjapuik marapulai. Diduga adat ini
dapat menguasai masyarakat dari waktu ke waktu. Sistem matrilokal bagi masyarakat Minangkabau berarti marapulai
atau suami yang tinggal disekitar tempat tinggal istri sehingga suami tetap dianggap sebagai tamu atau tamu
terhormat. Jadi secara alami bisa dikatakan suami harus bisa akrab dengan Perkawinan adat dalam masyarakat
Minangkabau diyakini sebagai ikatan hubungan antara dua keluarga besar, yaitu antara keluarga laki-laki dan perempuan.
Ungkapan yang sering diutarakan tentang pernikahan memang sepasang mempelai (anak daro dan marapulai), namun yang
menikah juga merupakan dua keluarga besar (Nofiardi, 2018). Perkawinan adat pada masyarakat Minangkabau identic atau
biasa dengan adanya upacara adat yang sangat kental di dalamnya dan memiliki banyak keunikan. Ada beberapa aturan
yang harus dipatuhi, baik berdasarkan ketentuan adat maupun menurut ajaran Islam. Prosesi pernikahan adat Minangkabau
terdiri dari beberapa syarat yang harus dilakukan sebelum pernikahan akhirnya dilaksanakan. Persyaratan tersebut terdiri
dari tahap persiapan pernikahan, pelaksanaan pernikahan, dan setelah menikah. Syarat ini wajib dilaksanakan jika mereka
akan mengadakan akad nikah. Tujuannya agar makna adat dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap prosesi tetap
terjaga dan dilestarikan, terutama untuk generasi mendatang.
Tradisi “manjapuik” dalam adat Minangkabau mengalami perubahan dari masa ke masa. Dalam hal ini penyesuian
tradisi budaya atau tradisi lisan merupakan Gerakan perubahan tradisi. Norma dan nilai terkandung dalam tradisi
manjapuik marapulai yang tercermin dalam pelaksanaannya dan sebagai cerminan dari proses tradisi tersebut. Tradisi
lisan yang digunakan dalam tradisi manjapuik marapulai memiliki kearifan lokal. Sebagian besar penegakan tradisi
lisan dalam adat manjapuik marapulai dalam upacara perkawinan di Pesisir Selatan dilakukan dengan menggunakan
bahasa Oleh karena itu, tradisi lisan selalu hadir dalam seluruh rangkaian upacara perkawinan. Selain itu adat
manjapuik marapulai mulai mengatur tata kehidupan perkawinan yang terbentuk dari kesepakatan penghulu, ninik
mamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang dan pemuda sehingga dapat tercipta produk aturan dari situasi
tersebut, yaitu aturan adat dan hukum adat yang terkumpul dalam tatanan adat. Upacara perkawinan adat di Pesisir
Selatan terdiri dari: manyilau, maminang, batimbang tando, akad nikah, manjapuik marapulai, baralek dan manjalang.

METODE
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan gaya studi literatur. Menurut Zed (2008), studi kepustakaan adalah
kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan data kepustakaan dari berbagai sumber, seperti buku, artikel, karya ilmiah,
dan jurnal, dengan cara membaca, memahami, menganalisis, dan menyimpulkan hasil analisis dengan menggunakan kajian
teori.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkawinan dalam masyarakat Minangkabau merupakan salah satu peristiwa yang sangat penting dan sakral.
Perkawinan dalam siklus hidup masyarakat Minangkabau merupakan masa peralihan dengan tujuan membentuk keluarga
baru. Bagi laki-laki Minang, perkawinan merupakan proses untuk memasuki lingkungan baru, yakni ke dalam keluarga
istrinya. Sedangkan perkawinan bagi perempuan Minangkabau merupakan proses penambahan anggota baru dalam rumah
gadang. Prosesi perkawinan dalam masyarakat adat Minangkabau disebut Baralek Gadang atau pesta besar. Terdiri dari
beberapa tahapan proses yang biasa dilakukan, mulai dari prosesi maminang (melamar), manjapuik marapulai (menjemput
pengantin), hingga basandiang (duduk berdampingan di pelaminan). Setelah maminang dan kesepakatan untuk menentukan
hari pernikahan diperoleh, Prosesi selanjutnya dalam pernikahan adalah pelaksanaan upacara adat dan sesuai dengan
ketentuan ajaran Islam (Trimilanda & Desriyeni, 2018). Baralek gadang (pesta besar) dalam masyarakat Minangkabau pada
umumnya berlangsung selama dua sampai tiga hari berdasarkan kesepakatan adat dan ketentuan yang harus dilakukan agar
perkawinan dianggap sah (Hati, 2018).

Manjapuik dimulai setelah upacara akad nikah dilaksanakan. Upacara pernikahan ini umumnya diadakan di masjid-
masjid dan dipimpin oleh penghulu. Penghulu ini didatangkan dari Kantor Urusan Agama (KUA). Dalam hal ini akad
nikah dilaksanakan. Artinya, marapulai dan anak daro sah sebagai suami istri dalam hukum pemerintah. Setelah akad
nikah dilangsungkan dihadapan penghulu, orang tua, keluarga besar dan saksi-saksi yang merupakan bagian dari
prosesi ijab kabul, maka marapulai yang telah menyandang status baru sebagai suami akan hanya boleh berkunjung ke
rumah istrinya setelah marapulai dijemput oleh keluarga istri sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku
diminangkabau.

Utusan atau orang untuk Manjapuik Marapulai, pernikahan adat Minangkabau ini mewajibkan para marapulai atau
suami untuk menetap di rumah istri, oleh karena itu proses manjapuik ini merupakan proses pindahan bagi marapulai
keluarga sehingga marapulai tidak boleh berpindah tempat melainkan harus dijemput secara adat. Hal ini dilakukan
agar pihak keluarga maupun para marapulai tidak merasa sedih akibat berpisah dengan keluarganya. Sebaliknya, akan
ada rasa gembira karena keluarga mereka akan memiliki keluarga baru.Dalam pelaksanaan manjapuik marapulai,
orang tua anak daro tidak diperbolehkan mengambil marapulai. Ini hanya dilakukan oleh utusan keluarga itu sendiri,
urang sumando, atau orang yang sama yang merupakan pendatang baru dalam keluarga istri. Dengan adanya
penyerahan wewenang, maka bingkisan adat tersebut akan dibawa oleh urang sumando sebagai pemungut marapulai

Bingkisan atau hadiah Panjapuik dibawa untuk menjemput marapulai yang menyampaikan pesan-pesan dari keluarga
anak daro. Pesan dan nasehat tergambar dari berbagai macam bingkisan atau hadiah yang dibawa. Masing-masing
mewakili orang yang menyampaikan pesan, yaitu: seperinduan dan sepesukuan (kekerabatan yang sama), urang
ampek jinih (pemimpin), urang rumah mamak sumando, orang tua anak daro, dan anak daro.Setibanya di sana,
bingkisan adat diberikan dengan tata cara adat kepada keluarga yang menunggu, yaitu: mamak adat, urang sumando,
dan kerabat.Isi bingkisannya adalah Sirih langkok (sirih lengkap), terdiri dari daun sirih, kapur sirih, gambir, pinang,
dan tembakau
Sirih sakapur, yaitu sirih yang sudah diramu dan siap disantap,RokokBeras dalam gambut, ditempatkan dalam wadah
kecil dengan penutup. Wadah ini berselaput dari daun pandan.Uang sesuai kesepakatan sebelumnya Sapatagapakaian

KESIMPULAN
Perkawinan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau merupakan masa peralihan dalam rangka membentuk
keluarga baru. Bagi laki-laki Minang, perkawinan merupakan proses memasuki lingkungan baru, yaitu keluarga istrinya.
Sedangkan bagi perempuan, perkawinan merupakan proses penambahan anggota baru dalam rumah gadang. Prosesi
pernikahan dalam masyarakat adat Minangkabau disebut Baralek Gadang (pesta besar), yang terdiri dari prosesi persiapan
pernikahan, pelaksanaan pernikahan, dan setelah pernikahan.M asyarakat Minang merupakan salah satu etnis terbesar
yang masih menerapkan sistem matrilineal dalam aspek kehidupannya. Sebagai masyarakat yang menganut paham
matrilineal, peran dan kedudukan perempuan juga ditentukan dalam aspek kehidupan dan sosial. Hal ini tergambar
tidak hanya dari segi garis keturunan, tetapi juga terkait dengan aspek sosial lainnya; salah satunya dalam hal
pernikahan.
Perkawinan merupakan proses pertama bagi seseorang untuk melepaskan diri dari lingkungan kelompok keluarganya
sendiri dan mulai membentuk kelompok kecilnya sendiri namun tidak sepenuhnya menghilangkan pengaruh
kelompok sebelumnya. Artinya, perkawinan merupakan titik tolak kelompok dalam proses perpecahan. Masyarakat
Minangkabau masih menerapkan tradisi manjapuik marapulai dalam proses pernikahan. Manjapuik marapulai adalah
salah satu proses dimana keluarga anak daro akan mendatangi keluarga marapulai untuk menjemputnya bersama-sama
melakukan proses selanjutnya yaitu baralek (pesta perkawinan). Manjapuik marapulai dilakukan secara adat karena
melibatkan keluarga besar dari kedua belah pihak; yaitu anak daro dan marapulai.

REFERESNSI

Amir, MS (2011). Adat Minangkabau: Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta:
Citra Harta Prima.

Moleong, Lexy J. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:


Remaja Rosda Karya.

Navis, AA (1984). Alam Terkembang jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau Jakarta:
Pers Grafiti.

Taylor EB (2002) seorang pembaca Antropologi Agama. Boston:


Blackwell

Affandy, S. (2019). Penanaman nilai-nilai kearifan lokal dalam meningkatkan perilaku keberagaman peserta didik.
Jurnal Pembelajaran Agama Islam

Alif,M. (2016). Komunikasi antar budaya dalam pernikahan adat Minangkabau di kota Banjarbaru: Metakomuikasi

Amir, M. (2011). Adat Minangkabau pola dan tujuan hidup orang Minang. Jakarta:
Mutiara Sumber Widya.

Ardillah, N. (2019). Kegiatan komunikasi di maresek untuk mempersiapkan pernikahan adat Minang (Etnografi
tradisi komunikasi maresek adat Minang Bukittinggi nagari Salo).

Asmaniar, A. (2018). Perkawinan adat Minangkabau

Firdaus, DRS, Djuara, L., Susanto, D., & Soetarto, E. (2018). Potret budaya Minangkabau menurut enam dimensi
budaya Hofstede. Sodalitas: Jurnal Sosiologi Pedesaan,

Gustin, NY, Baidar., & Elida. (2016). Makna juadah pada acara manjalang mintuo di nagari Lubuk Pandan kabupaten
Padang Pariaman. Ekonomi Rumah Tangga dan Pariwisata,

Hastuti, E., & Oswari, T. (2016). Budaya pernikahan masyarakat Minang rantau di Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai