15-18
http://journal.trunojoyo.ac.id/pamator
ISSN: 1829-7935
Received: Februari 2016; Accepted: April 2016
ABSTRAK
Madura masih dikenal sebagai masyarakat yang kental terhadap budaya dan adat istiadat terdahulu
yang masih dipraktikkan hingga sekarang bahkan hukum adat yang dilegalkan yaitu pernikahan dini.
Dalam budaya pernikahan dini di Madura khususnya di desa Sepulu, Kecamatan Sepulu, Bangkalan
terdapat beberapa proses dalam pernikahan dini, yaitu perjodohan dan manipulasi usia pernikahan.
Posisi perempuan dalam pernikahan dini adalah sebagai orang yang dipilih, ditunjuk, dan dinikahi, tanpa
memiliki hak untuk menolak atau mempertimbangkan. Hak perempuan sejak lahir sudah diarahkan oleh
orang tuanya bahkan dalam dunia pendidikan perempuan dianggap tidak terlalu penting. Sehingga para
perempuan tidak memiliki hak kebebasan apapun. Strereotip masyarakat perempuan berada dibawah
laki-laki. Penelitian ini dianggap penting untuk mengetahui Bagaimana posisi perempuan dalam budaya
pernikahan dini di desa Sepulu Kec Sepulu Kabupaten Bangkalan Madura. Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi komunikai. Selain itu penelitian ini menggunakan
beberapa hal untuk memperoleh data, yaitu observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi yang
akhirnya di analisa menggunakan teori Creswell yaitu dengan cara deskripsi, analisis, dan interpretasi.
Kemudian untuk memeriksa keabsahan data yang sudah di analisis menggunakan triangulasi data.
penting. Setelah lulus SD kebanyakan anak dititip- mengaku bahwa perempuan yang masih berusia
kan di pesantren salaf yang hanya mempelajari belia ketika menghadapi masa hamil maka sangat
kitab-kitab. Masyarakat beranggapan bahwa perem- rawan terhadap resiko keguguran. 2). Dalam segi
puan sebagai istri sekaligus anak yang harus patuh fisik, meskipun terlihat sudah dewasa, namun dalam
kepada suami dan orang tua. Sehingga pendidikan biologisnya mereka belum siap dalam menghadapi
agama dianggap sudah cukup sebagai bekal untuk kehamilan. 3). Pada segi mental/jiwa dan rumah
menikah. tangga perempuan di desa Sepulu menanggung
Bahkan ada yang putus sekolah dengan beban kerja yang terlalu tinggi dibanding dengan
alasan calon suaminya memliki pendidikan yang laki-laki, sehingga rawan terhadap stres, selain itu
lebih rendah. Masyarakat yang beranggapan bahwa perempuan yang masih berusia muda dalam kon-
laki-laki tidak boleh berada dibawah perempuan, teks emosionalnya masih labil. Dengan demikian
sehingga alasan-alasan agar pihak perempuan tidak mereka dipaksa untuk berpikir diluar kemamp-
melanjutkan sekolah pun banyak dilakukan oleh uannya hingga pada akhirnya mereka menjadi tua
pihak laki-laki. Seperti cepat-cepat dinikahi kemu- sebelum waktunya. 4). Dalam ranah pendidikan,
dian dibawa merantau, dll. jelas perempuan sudahtidak memiliki kesempatan
lagi, sebab masa kanak-kanaknya sudah direnggut
Perempuan dalam Rumah Tangga dengan pernikahan yang dipaksa keluarga. 5). Pada
Posisi perempuan dalam rumah tangga masih diang- aspek kependudukan, dengan perndidikan yang
gap sebagai peran pembantu suami. Perempuan me- rendah, maka pertumbuhan penduduk akan terasa
mang sudah memiliki hak untuk bekerja, namun di- kaku. Sehingga kesejahteraan hidup juga kurang di-
sisi lain pekerjaan yang dilakukan perempuan hanya rasakan oleh masyarakat. Dalam hal ini perempuan
dianggap sekadar menunjang pekerjaan suami. Pa- akan dikucilkan dari pendidikan tinggi, sehingga
dahal perempuan memiliki beban kerja yang sangat pertumbahan penduduk dilingkungan akan men-
banyak daripada laki-laki. Semua pekerjaan rumah, galami ketimpangan, seperti tidak ada pembelaan
mengurus anak, bahkan masih ada tambahan kerja bahwa sebenarnya mereka berperan penting dalam
lain. terkadang suami jarang memahami posisi se- meningkatkan kesejahteraan rumah tangga diling-
orang istri, sehingga masih ada pertengkaran karena kungan masyarakat.
perempuan kurang memenuhi kewajibannya dalam
rumah tangga. SIMPULAN
Menurut Fakih 2013 (dalam Munawara Pernikahan dini yang ada di Madura khususnya di
2015) bahwa ada beberapa hal tentang ketidakadi- desa Sepulu sudah menjadi budaya turun temurun
lan gender, yaitu stereotip dan beban kerja yang yang tetap dilakukan hingga sekarang yang dilaku-
ditimpahkan pada perempuan. Seperti yang terjadi kan dengan berbagai macam cara, yaitu; perjodohan
dilapangan bahwa stereotip dan beban kerja dit- dan manipulasi umur pernikahan. Selain praktik
impahkan pada perempuan. perempuan dipercaya pernikahan dini, perempuan di Madura dianggap
untuk menjaga rumah dan mempersiapkan segala sebagai makhluk kedua setelah laki-laki, sehingga
kebutuhan rumah tangga. Baru setelah memiliki peran perempuan dalam hal pendidikan, pekerjaan,
anak, perempuan diijinkan untuk bekerja. Namun dan dalam pranata sosial dalam masyarakat tidak
tidak boleh jauh dari rumah, seperti membantu terlalu dianggap. Dalam urusan rumah tangga pun
bercocok tanam, menjual sayur keliling, membuka seorang perempuan juga tidak memiliki kebebasan
toko dirumah dan lain-lain. dalam melakukan semua hal, perempuan hanya
Berbagai macam usaha yang dilakukan ditugaskan menjaga martabat keluarga, memelihara
perempuan, baik secara domestik ataupun publik, rumah, dan melayani suami dengan baik. Selain
masyarakat dikalangan desa Sepulu tetap saja di- itu perempuan di desa Sepulu juga bekerja untuk
anggap sebagai “membantu suami” mereka tetap membantu suami mencari rizki meskipun peker-
diprioritaskan dirumah. Meskipun mereka bekerja jaan tersebut dilakukan dirumah, perempuan harus
dari pagi hingga sore, namun pekerjaan rumah tetap dalam pengawasan suami, sehingga kondisi yang
ditimpahkan pada perempuan. demikian membuat perempuan merasa tidak memi-
liki hak kebebasan dalam hal apapun.
Dampak Pernikahan Dini terhadap Perempuan
Ada banyak dampak yang terjadi pada pernikahan DAFTAR PUSTAKA
dini. Menurut Rahma (2012) Dalam Munawara, Hairi. 2009. “Fenomena Pernikahan di Usia Muda
Dkk, pernikahan dini akan berisiko dalam beberapa di kalangan Masyarakat Muslim Madura
aspek, yaitu; pada segi kesehatan, fisik, mental/jiwa, (studi kasus di Desa Bajur Kecamatan
pendidikan, kependudukan, dan keberlangsungan Waru Kabupaten Pamekasan).” Skripsi.
rumah tangga. 1). Dalam segi kesehatan informan Yogjakarta: Fakultas Ushuluddin, Univer-
18 | Anis Miswoni: Stereotip Kesetaraan Gender