Anda di halaman 1dari 4

Perkembangan anak dalam konteks berbagai budaya

Perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk lingkungan sosial. Lingkungan sosial
yang dimaksud meliputi perhatian orang tua, budaya sekolah, pergaulan teman sebaya, tradisi kearifan
lokal, nilai agama, Pancasila, dan budaya.. Selain itu, sastra anak juga dapat menjadi sarana untuk
menanamkan nilai-nilai toleransi dan wawasan multikultural pada anak. Pembiasaan budaya antri juga
dapat membantu meningkatkan perkembangan sosial emosional anak. Oleh karena itu, untuk
memaksimalkan perkembangan anak, perlu dilakukan secara terpadu dengan melibatkan tripusat
pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Budaya adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar untuk diubah, budaya
yang diterapkan di dalam keluarga sangat berpengaruh kepada perkembangan anak.
Perkembangan biasanya terjadi secara bertahap dan saling berhubungan, perkembangan
yang dilakukan di lingkungan sosial berdampak baik dan buruk terhadap tahap
perkembangan anak. Pada perkembangan anak gagasan zona proksimal sangat penting
karena dalam beberapahal dimasa pembelajaran anak harus mendapatkan dukungan dari
luar dan dari aspek lain anak bisa belajar sendiri tanpa ada dukungan dari luar. Saat ini
perkembangan sangat di pengaruhi oleh lingkungan sosial dan ditambah lagi semakin
majunya teknologi yang dapat memberikan kemudahan untuk mengakses informasi apabila
anak-anak tidak diawasi maka akan berakibat fatal untuk perkembangan mereka kedepan.

Beberapa cara untuk orang tua agar dapat memfasilitasi perkembangan anak seperti
membimbing untuk belajar membaca, menulis, dan berperilaku baik dalam berhadapan
dengan orang lain. Hal yang harus di perhatikan dan menjadi sangat mendasar pada
perkembangan seorang anak adalah budaya yang mereka kembangkan di dalam suatu
keluarga dan biasanya anak yang berkambang di banyak budaya dapat memperoleh
pelajaran yang lebih mendasar tentang lingkungan mereka, lingkungan budaya juga
membentuk cara berpikir dan berprilaku.

Dari cara berpikir dan berprilaku tuntu sangat mempengaruhi anak dalam memperhatikan
diri sendiri atau hubungan mereka dengan orang lain untuk membentuk identitas mereka
seperti di Negara Eropa barat dan Amerika Utara, anak cenderung memperhatikan dirinya
sendiri “aku bisa mewarnai” atau “aku bisa bernyanyi” sedangkan di Negara Asian Afrika
lebih memperlihatkan ke lingkungan sosisal contohnya seperti “aku anak hebat” atau “aku
adalah pemain gitar” dan lain sebagainya. Peran orang tua sangat penting untuk
membentuk keribadian seorang anak karena anak-anak yang masih belajar memerlukan
bimbingan dari orang tua agar tidak berkembang kearah yang negatif.

Perbedaan budaya juga sangat menojol pada karakteristik seorang anak contohnya dua
orang anak yang yang berumur 3 tahun sama-sama tinggal di Indonesia tetapi memiliki
budaya yang berbeda, seorang anak yang tinggal dengan orang tua yang berbicar
menggukan bahasa Inggris dan yang tidak menggukan bahasa Inggris perbedaannya
sangat jelas anak yang sudah terbiasa tinggal dengan orang tua yang menggunakan
bahasa Inggris sudah pasti mereka bisa berbahsa inggis tetapi anak yang tinggal dengan
orang tua yang berbahasa Indonesia mereka belum bisa berbahasa inggris.

Perkembangan yang telah tumbuh di dalam diri seseorang akan terus berkembang setiap
masyarakat meneruskan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan dengan
cara seperti itulah peradaban berlangsung (Sandrock, 2003) Dalam masyarakat anak-anak
berhubungan dengan teman sepergaulan lainnya, terkadang perilaku dan pergaulan yang
salah dapat membawa anak-anak ke arah negatif, sikap egois, sikap ingin dihargai, dan
menunjukkan eksistensi dalam pergaulannya membuat mereka lebih mudah terjerumus
kearah yang tidak di inginkan, semakin bertambahnya usia anak akan mengalami banyak
masalah dan banyak juga pelajaran yang dapat di ambil mereka bisa berkembang dan
mereka dapat menyesuaikan diri pada lingkungan masyarakat sekitar.

Perkembangan yang sangat menonjol antar lingkungan pendidikan misalnya, anak di


Indonesia berumur 8-14 tahun dengan anak di jepang anak Indonesia sangat di utamakan
dalam pelajaaran membaca, menulis, menghitung, sedangkan anak di Jepang lebih
diutamakan kreatifitasnya di bandingkan pendidikan formal seperti yang di tekankan kepada
anak Indonesia . anak di jepang sangat bersemangat untuk sekolah sedangkan di Indonesia
anak-anak putus sekolah sangat banyak, dikarnakan budaya di Indonesia sudah banyak
anak putus sekolah dan tidak diberi ganjaran apapun oleh sebab itu budaya untuk
lingkungan pendidikan di Indonesia sangat keterbelakang. Budaya sengat berperan penting
dalam tumbuh kembanga anak oleh sebab itu orang tua harus lebih selektif terhadap
budaya-budaya yang anak di terima oleh anak di kalangan lingkungan social.

Perkembangan anak dalam konteks budaya minangkabau:


Dalam kehidupan sehari-hari, orang Minangkabau cenderung lebih demokratis dan terbuka.
Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, pembentukan karakter demokratis pada kaum laki-laki
Minangkabau dimulai dari pola kehidupan di surau yang merupakan langgar tempat anak-
anak dan remaja Minangkabau belajar membaca Alquran. Pola didikan surau ini ikut
memberi pengaruh terhadap karakteristik sosial anak. Inisiatif anak relatif kurang
mendapatkan halangan dari imam & khatib di surau. Dengan demikian, inisiatif dan
pemikiran anak berkembang dengan bebas saat bertukar pikiran dan berdebat.

Keluarga dengan remaja yang lahir di Minang lebih menerima adanya hierarki dan mengakui
bahwa setiap orang secara kodrati berada pada posisi- posisi tertentu tanpa harus
dipersoalkan. Mereka juga lebih mengedepankan kompetisi, ketegasan material, ambisi dan
kekuasaan.

Kehamilan pada anak dalam konteks budaya

Pada masyarakat yang menganut sistem matrilineal seperti di .Minangkabau, masalah


perkawinan adalah masalah yang dipikul oleh mamak (paman). Seorang mamak (paman
dari pihak ibu) peranannya yang sangat besar sekali terhadap kemenakannya yang akan
melakukan perkawinan. Dalam hal batas umur untuk melangsungkan perkawinan, hukum
adat pada umumnya tidak mengatur tentang batas umur untuk melangsungkan perkawinan,
dimana hukum adat membolehkan perkawinan di usia berapapun. Apabila seorang anak
perempuan sudah haid, buah dada sudah menonjol, berarti ia sudah dewasa. Bagi anak
laki- laki ukuran kedewasaan hanya dilihat dari perubahan suara, bagian tubuh dan sudah
mengeluarkan air mani atau sudah mempunyai nafsu seks.

Seseorang yang sudah dianggap dewasa dalam hukum adat boleh melangsungkan
perkawinan, tanpa melihat batas umur dari pihak yang akan menikah. Baik umur dari calon
mempelai laki-laki maupun calon mempelai perempuan.

Hal ini menunjukkan bahwa, masih ada kemungkinan tingginya angka penikahan usia dini
dikalangan masyarakat adat, yang pada akhirnya akan berdampak pada kehamilan pada
usia remaja. Sedangkan untuk budaya kehamilan, masyarakat adat minangkabau memiliki
banyak tradisi. Salah satu tradisinya yaitu, Tradisi Mambubua. Pelaksanaan tradisi ini
melibatkan dua buah keluarga besar serta diperuntukan kepada seorang wanita yang
sedang hamil. Dengan artian memuliakan kaum perempuan.

Tradisi yang dapat juga disebut sebagai tradisi malimaui ini dapat ditemukan di Nagari Matur
Hilir, Kec. Matur, Kab.Agam. Tradisi ini diperuntukan untuk setiap isteri yang memasuki usia
kehamilan 7 bulan. Dalam prosesnya, pihak mertua istri akan memasak berbagai makanan,
menyaipkan segantang beras, kemudian makan bersama dan saling bersilaturahmi.
Disamping itu pihak mertua isteri juga menyiapkan beberapa jenis kelengkapan obat
tradisional, seperti limau kapas, bawang putih, kunyit dan sejenisnya, yang nantinya akan
diramu dan diusapkan berulang kekepala si isteri. Tujuannya adalah untuk menghindarkan
gangguan makhluk halus, dan mengajarkan bahwa bayi yang dikandung isteri merupakan
milik dari dua buah keluarga besar yag harus diperhatikan dan dijaga bersama.

Referensi

Miller, P. (2011). Theories of developmental psychology. New York, NY: Worth Publishers.
https://kbbi.web.id/budaya
Santrock, J.W. (2003). Life- Span Development. Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima.
Jilid 2. Alih Bahasa: Damanik, J., dan Chusairi, A. Jakarta: Erlangga
http://research-report.umm.ac.id/index.php/SENASGABUD (Seminar Nasional Lembaga
Kebudayaan)
https://www.scribd.com/document/363335688/jurnal-pertumbuhan-dan-perkembangan-11-
pdf
http://www.intipesan.com/pengaruh-budaya-terhadap-perkembangan-anak/
http://fppsi.um.ac.id/?p=1274
https://kumparan.com/kabarpaspasuruan/peran-keluarga-dan-masyarakat-terhadap-anak-di-
satuan-pendidikan
https://www.idntimes.com/life/education/hary-setiawan/5-keunikan-pendidikan-anak-usia-
dini-di-jepang-c1c2/full

Anda mungkin juga menyukai