Anda di halaman 1dari 4

Nama : Hillary Indah Lestari

NIM : 180904122

Mata Kuliah : Komunikasi Lintas Budaya

Program Studi : Ilmu Komunikasi 2018

Dosen Pengampu : Prof. Lusiana Andriani Lubis, MA., Ph.D.

PERSEPSI

Persepsi adalah cara seseorang memberikan makna kepada sesuatu benda,


kejadian, ataupun dari seorang kepada orang lainnya. Persepsi bermula dari diri
sendiri dalam bertemu dengan orang lain, berpengaruh terhadap indera melalui
umpan balik yang berharga, mengenai perasaan, pemikiran dan perilaku kita
sendiri (DeVito 1997). Persepsi budaya memiliki 3 pengaruh besar terhadap
individu-individu yang terlibat dalam komunikasi antarbudaya, yakni:

1. Pandangan Dunia
Pandangan dunia merupakan pandangan kelompok masyarakat
tertentu terhadap suatu hal. Hal yang dianggap baik oleh orang barat, bisa
saja merupakan hal yang dicap sebagai negatif dalam masyarakat budaya
timur. Pandangan dunia meliputi kepercayaan agama, nilai, dan perilaku
yang ada dalam kebudayaan tertentu.
Misalnya, pada pandangan orang Asia Tenggara, yang salah
satunya merupakan Indonesia, mayoritas masyarakat Indonesia dalam segi
kepercayaan, mayoritas merupakan pemeluk agama islam. Masyarakat
Indonesia juga umumnya memiliki sifat gotong royongnya yang masih
tinggi, saling membantu antar satu tetangga dengan lainnya masih sangat
kental di Indonesia. Selain itu, nilai budayanya yang bersifat konsevatif
menyebabkan masyarakat Indonesia yang masih memilih untuk memakai
pakaian yang sopan dan tertutup. Sedangkan pada Asia Timur, salah
satunya adalah negara China, masyarakat China mayoritas tidak memiliki
agama yang tidak mempercayai Tuhan. Dari segi sifat, masyarakat China
di pedesaan mungkin masih sangat kental gotong-royongya, namun di
daerah kota, mayoritas merupakan individu-individu yang cenderung
individualistis. Dari segi nilai dalam cara berpakaian juga, mayoritas
masyarakat China juga tidak masalah dengan memakai pakaian yang
sedikit terbuka, mengingat disana juga terdapat 4 musim, dimana musim
panas merupakan musim yang sangat panas sekali, sehingga bila
menggunakan pakaian yang terlalu tertutup akan tidak baik akan kesehatan
tubuh.
Contoh lainnya juga adalah sebauh persepsi mengenai aborsi, di
dunia ini, terdapat 2 kubu dimaa satu menentang adanya praktik aborsi,
dan yang lainnya mendukung adanya praktik aborsi. Keduanya tentu
disertai dengan alasan-alasan yang kuat yang tentunya juga masuk akal.
Misalnya pada kaum penentang aborsi, mereka memiliki nilai kebudayaan
atau keagamaan yang masih kental, sehingga hanya meilhat di satu sisi
faktor. Sedangkan pada kaum pendukung praktik aborsi, bisa saja mereka
tidak melihat dari sisi budaya ataupun kepercayaan mereka, melainkan,
mereka melihat dari sisi betapa bahayanya akan keselamatan ibu bila janin
dalam ibu tersebut dikandung secara lanjut. Dari sini juga dapat dilihat
bahwa kedua kubu yang melihat dari segi nilai dan segi medis.

2. Sistem Lambang
Sistem lambang merupakan bentuk dari komunikasi yang
menggunakan lambang, verbal ataupun nonverbal. Dari cara pengucapan,
bahasa, arti kata, hingga bahasa tubuh.
Contohnya, dalam budaya Indonesia, ketika kita mengangguk,
tandanya kita sudah benar-benar mengerti. Sedangkan, pada budaya orang
Jepang, ketika lawan bicara berbicara, mereka biasanya akan
menganggukkan kepala tanda mendengarkan, belum tentu anggukan
kepalanya berarti bahwa mereka mengerti apa yang dibicarakan. Dalam
contoh lain yang berupa verbal, dalam bahasa Spanyol, kata burro artinya
adalah keledai, sedangkan pada bahasa Italia, burro berarti mentega.
Selain itu, dalam bahasa Inggris, kata gift yang berarti hadiah, memiliki
arti yang berbeda pada bahasa Jerman dan Norwegia yang artinya adalah
racun, sedangkan dalam bahasa Swedia, kata gift memiliki arti menikah.
Selain dalam bentuk bahasa tubuh datau bahasa, non verbal juga
salah satunya merupakan cara berpakaian. Dalam cara berpakaian dapat
menunjukkan persepsi dari orang tersebut terhadap dirinya dan
persepsinya terhadap dunia luar. Misalnya ketika memakai pakaian yang
kasual, ia ingin orang melihat bahwa ia sedang santai dan tidak sedang
berburu-buru akan pekerjaannya. Jarak berbicara yang berbeda pada setiap
budaya juga merupakan sebuah lambang non verbal. Mungkin untuk
orang-orang barat, berpelukan merupakan hal yang lumrah dan
menunjukkan keakraban, sedangkan untuk orang-orang timur, berpelukan
dicap sebagai terlalu dekat dan menimbulkan ketidaknyamanan.

3. Organisasi Sosial
Organisasi sosial merupakan organisasi yang menanamkan budaya
kepada anggotanya. Organisasi yang mengambil andil yang besar dalam
seorang individu adalah keluarga dan sekolah.
a. Keluarga
Keluarga merupakan bentuk masyarakat yang paling kecil
dan paling berpengaruh di dalam kehidupan seseorang. Seseorang
akan ditanamkan nila-nilai, kebiasaan, atau yang disebut dengan
budaya dari dalam keluarganya sendiri. Keluarga-lah yang pertama
kali menanamkan dasar dari sikap seorang individu. Keluarga
menjadi penanam batasan, harapan, aturan dalam komunikasi, serta
pola, dan cara penyelesaian sebuah masalah.
Contohnya ketika di dalam keluarga, ditanamkan sebuah
sikap untuk tepat waktu, maka anak yang besar di keluarga dengan
sikap tepat waktu tersebut akan tumbuh menjadi individu yang
selalu tepat waktu dan mengahargai waktu pula. Dalam keluarga
selain memiliki nilai yang berasal dari keluarga itu sendiri, juga
memiliki nilai dari kedua pasangan yang berasal dari keluarga
dengan nilai yang berbeda pula. Masing-masing keluarga tersebut
akhirnya akan mengembangkan sebuah nilai baru hasil dari
adapatasi antara kedua nilai tersebut. Selain bentuk nonverbal
yakni kebiasaan tepat waktu, cara bicara juga dibentuk dalam
keluarga, misalnya ada keluarga yang berbicara dengan lembut,
dengan pilihan kata yang lebih high context, dan juga ada keluarga
yang low context atau to the point sehingga terkesan kasar.

b. Sekolah
Sekolah merupakan bentuk masyarakat tahap kedua setelah
kedua. Melalui sekolah, seorang individu dibentuk dan
didisiplinkan dengan nilai-nilai realitas sosial yang berlaku pada
negara atau daerah tertentu. Di sekolah lah terjadi berbagai
komunikasi lintas budaya, mengingat sekolah terdiri dari beragam
jenis individu yang berasal dari keluarga berbeda pula yang
membawa nilainya masing-masing dari keluarga mereka.
Dalam organisasi sekolah, para individu belajar mengenai
berbagai macam budaya dengan kebiasaan-kebiasaannya yang
berbeda pula. Meliputi berbagai persepsi, secara verbal maupun
non verbal. Dalam sekolah, individu-individu dituntut untuk
menjadi manusia yang dapat bergaul dengan individu lain yang
berasal dari keluarga dengan budaya yang berbeda. Misalnya
ketika seorang anak yang berasal dari keluarga yang menanamkan
sikap rapi, memakai pakaian yang rapi dan tutur katanya yang
sopan dan tidak menusuk, dipertemukan kepada anak yang
kebiasaannya adalah memakai pakaian dengan biasa-biasa saja,
ataupun berantakkan dengan tutur kata yang kasar, akan
menimbulkan persepsi yang negatif antar satu siswa dengan siswa
lainnya. Namun, di dalam organisasi sekolah inilah para siswa
diwajibkan untuk belajar menerima orang-orang lain dengan
kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan mereka.

Anda mungkin juga menyukai