Anda di halaman 1dari 15

TRADISI ADAT JAWA DALAM MENYAMBUT KELAHIRAN BAYI

(Studi Tentang Pelaksanaan Tradisi Jagongan Pada Sepasaran Bayi) di Desa


Harapan Harapan Jaya Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan

OLEH : Listyani Widyaningrum/1301123729


Listywidy24@gmail.com

Pembimbing : Dr. Swis Tantoro, M. Si


Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Kampus
Bina Widya Jln. HR Soebrantas Km 12,5 Simpang Baru Panam Pekanbaru 28293
Telp/FAX 0761-63272

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Desa Harapan Jaya Kecamatan Pangkalan Kuras
Kabupaten Pelalawan. Dengan rumusan masalah (1) Bagaimana sistem pelaksanaan
tradisi jagongan pada sepasaran bayi di Desa Harapan Jaya Kecamatan Pangkalan Kuras
Kabupaten Pelalawan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tujuan sistem
tradisi jagongan pada sepasaran bayi bagi masyarakat Jawa di Desa Harapan Jaya
Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan, untuk tata aturan pelaksanaan
tradisi jagongan pada sepasaran bayi bagi masyarakat Jawa di Desa Harapan Jaya
Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan, untuk mengetahui perbedaan
pelaksanaan tradisi jagongan pada sepasaran bayi bagi masyarakat Jawa di Desa
Harapan Jaya Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan. Penenlitian ini
merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan subjek penelitian yang di pilih secara
purposive sampling yaitu pemilihan informan dalam penelitian ini ditentukan secara
sengaja. Dengan jumlah informannya sebanyak 8 orang responden, pengumpulan
datanya di ambil dari data primer yaitu data langsung yang menyangkut tentang
pendapat dari informan tentang variabel penelitian yang di peroleh dari jawaban hasil
interview dan data sekunder yaitu data yang di peroleh untuk melengkapi data. Dengan
teknik pengumpulan data berupa observasi (pengamatan), wawancara, dan dokumentasi.
Maka di dapatkanlah responden 1 orang key informan, 5 orang responden, dan 2 orang
responden sebagai masyarakat setempat. Berdasarkan hasil penelitian dapat di
simpulkan bahwa tradisi jagongan bayi sangat cocok dan menjadi ciri khas sendiri dari
masyarakat Jawa pedesaan yang mengutamakan rasa kekeluargaan dan rasa empati.
Tradisi jagongan bayi hanya dilakukan ketika terdapat kelahiran bayi saja dan
dilaksanakan sejak kelahiran bayi sampai dengan tujuh harinya.tradisi jagongan bayi
diisi dengan permainan kartu remi, domino, catur, dan permainan lainnya. Manfaat dari
adanya pelaksanaan jagongan bayi yaitu bisa berkumpul dengan sanak saudara,
persediaan peralatan dan perlengkapan bayi terbantu, hubungan antar sesama warga
desa lain semakin erat, suasana rumah menjadi ramai, dan ibu yang baru saja
melahirkan merasa terhibur dan ada yang menemani. Salah satu maksud dari jagongan
ini adalah sebagai ucapan memberikan selamat kepada keluarga yang memiliki hajatan
tanpa memberikan sesuatu yang berkesan seperti uang dan barang.
Kata Kunci : Masyarakat Jawa, Tradisi Jagongan, Sepasaran Bayi

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 1


Java Culture Tradition to Welcome The Birth of a Baby
(Study Case: Implementation of Jagongan Tradition to Baby’s Sepasaran at
Harapan Jaya Village, Pangkalan Kuras Subdistrict, Pelalawan Regency)

By : Listyani Widyaningrum/1301123729
Listywidy24@gmail.com

Preceptor : Dr. Swis Tantoro, M. Si


Department Of Sociology Faculty Of Social and Political Sciences
University Riau
Campus Bina Widya Jln. HR Soebrantas KM 12,5 Simpang Baru Panam
Pekanbaru 28293 Telp/FAX 0761-63272

ABSTRACT

This research was conducted in Harapan Jaya Village, Pangkalan Kuras Sub-district,
Pelalawan Regency. With the formulation of the problem (1) How the system of
implementation of jagongan tradition on baby’ Sepasaran at Harapan Jaya Village
Pangkalan Kuras subdistrict Pelalawan regency. The purpose of this research is to
know the system of jagongan tradition in baby’s sepasaran for Javanese people in
Harapan Jaya Village Pangkalan Kuras Subdistrict of Pelalawan Regency, to rules
procedure jagongan tradition on baby’s sepasaran for Javanese people in Harapan
Jaya Village Pangkalan Kuras Sub-district, Pelalawan Regency to know the difference
execution of jagongan tradition at baby’s sepasaran for Java society in Harapan Jaya
Village Pangkalan Kuras Sub-district of Pelalawan Regency. This research is a
descriptive qualitative research with the research subjects selected by purposive
sampling that the selection of informants in this study determined deliberately. With the
number of informants as many as 8 respondents, the data collection taken from the
primary data is the direct data concerning the opinion of the informant about the
research variables obtained from the answers of interviews and secondary data is data
obtained to complete the data. With data collection techniques such as observation
(observation), interviews, and documentation. So get respondents 1 person key
informant, 5 respondents, and 2 respondents as local community. Based on the results
of the research can be concluded that the tradition of baby jagongan is very suitable
and become its own characteristic of rural Javanese society that prioritizes the sense of
kinship and empathy. Baby jagongan tradition is only done when there is a baby only
and carried out from the birth of the baby up to seven hari.tradisi baby jagongan filled
with playing cards playing cards, dominoes, chess, and other games. Benefit from the
implementation of baby jagongan that can be gathered with relatives, supplies of
equipment and baby supplies helped, relationships among other villagers more closely,
the atmosphere of the house to be crowded, and the mother who had just given birth feel
comforted and someone to accompany. One of the intentions of this jagongan is as a
congratulation to families who have a celebration without giving something memorable
like money and goods.

Keywords: Java Community, Jagongan Tradition, Baby’s Sepasaran.

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 2


PENDAHULUAN mengadakan upacara disertai sesaji,
disamping itu mereka percaya bahwa
Tradisi atau kebiasaan, dalam apa yang telah mereka bangun adalah
pengertian yang paling sederhana hasil dari pergulatan dengan alam,
adalah sesuatu yang telah dilakukan kekuatan alam disadari merupakan
sejak lama dan menjadi bagian dari penentuan dari kehidupan seluruhnya.
kehidupan suatu kelompok masyarakat Dalam menghadapi kepercayaan lama,
dari suatu masyarakat, kebudayaan, para penyiar Islam menyeleksi
agama, waktu, dan Negara. Tradisi lokal kepercayaan mana yang dapat diterima,
pada masyarakat kita dewasa ini, serta mana yang harus ditolak dan
khusunya masyarakat perdesaan dihilangkan. Upacara-upacara dalam
diseluruh pelosok tanah air masih ada agama Hindu tampak memiliki
yang dipertahankan dan masih sering kekuatan magic, yang diwujudkan
dilakukan. Tradisi lokal pada dalam bentuk sesaji. Sesaji merupakan
masyarakat desa yang masih dilakukan, warisan budaya Hindu sedangkan doa
seperti “slametan”, “biodo”, “rewang” merupakan inti ibadah dalam Islam,
pada masyarakat Jawa, perlu keduanya menjadi tradisi dikalangan
dipertahankan dalam masyarakat kita banyak masyarakat Jawa.
pada masa sekarang ini, karena tradisi
lokal tersebut sebagai modal sosial PELAKSANAAN TRADISI
untuk menumbuhkan solidaritas sosial MENYAMBUT KELAHIRAN BAYI
antar sesama warga masyarakat.1
Masyarakat memiliki Identitas Informan
kepercayaan tentang animisme dan Informan I (Key Informan)
dinamisme. Salah satu ciri masyarakat Informan pertama yaitu Ibu
Jawa adalah berketuhanan, yaitu suatu Sunarti yang merupakan key informan
kepercayaan tentang adanya roh atau dalam penilitian ini. Informan pertama
jiwa pada benda-benda, tumbuh- sebagai juru kunci dalam tradisi
tumbuhan, hewan dan juga manusia itu sepasaran bayi dan biasa disebut
sendiri, mereka membuat monument sebagai Mbah Dukun bayi. Masyarakat
dari batu besar sebagai tempat untuk di desa ini biasa memanggil Ibu Sunarti
meningat roh nenek moyang agar dengan sebutan Mbah Karmu dan sudah
keluarga mereka terlindung dari roh-roh menjadi panggilan akrab beliau. Mbah
jahat, mereka menyiapkan sesajen dan Karmu berusia 52 Tahun, ia memiliki 4
membakar kemenyan yang orang anak yaitu 2 orang perempuan
disempurnakan dengan bunyi-bunyian dan 2 orang anak laki-laki dan sekarang
dan tarian. ia hanya membiayai satu orang anak
Dinamisme masyarakat Jawa laki-laki yang sedang bersekolah di
beranggapan bahwa semua yang SMK desa sebelah. Dahulunya Mbah
bergerak itu hidup dan mempunyai Karmu tinggal di daerah Lampung
kekuatan ghaib, memiliki watak baik karena ada program transmigrasi dari
maupun buruk dan agar terhindar dari pemerintah ia dan suaminya
itu mereka merekayasa dengan jalan memutuskan untuk ikut dalam program
tersebut. Ia sudah lama sekali menetap
1
Zulkarnain, Tradisi Slametan Jumat LegiUpaya dan tinggal di desa ini, sekitar 25 Tahun
Mempertahankan Solidaritas Sosial Masyarakat dan berprofesi sebagai dukun bayi pun
Desa, diakses pada tanggal 24 Maret 2016 sudah sangat lama. Ia mendapat
pukul 23.12
JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 3
keahlian sebagai dukun bayi itu dari 8. Miso
orang tuanya, tidak sebagai dukun bayi 9. Jeruk
saja, Mbah Karmu biasanya bekerja 10. Aqua
untuk membantu orang-orang yang
memintanya untuk dipijat dari yang Hidangan Bapak-bapak :
sedang tidak enak badan, capek, masuk 1. Lauknya berupa rendang daging
angin, terkilir, sampai mengurus bayi 2. Tumis buncis
dan Ibu yang baru melahirkan. Untuk 3. Taoco kikil (kulit kambing)
tarif pijat biasanya ia tidak mematok 4. Membawa pulang berkat
harga khusus, akan tetapi masyarakat
banyak yang membayar jasanya Selesai upacara sepasaran bayi
sejumlah Rp 50.000,00,- setiap selalu dilakukan yang namanya bersih-
orangnya dan terkadang ada juga yang bersih rumah mulai dari dalam sampai
melebihkan sebagai ucapan terimakasih. halaman rumah lainnya. Beliau
Tradisi jagongan yang dilakukan membuat bubur sum-sum untuk
pada sepasaran bayi itu biasanya dibagikan kepada orang-orang yang
dilakukan hanya 6 hari, malam pertama sudah rewang. Acara lainnya yang
dilakukan jagongan dari sehabis magrib menurutnya wajib yaitu :
atau sehabis isya’ sampai sekitar jam 10 1. Menggundul rambut bayi
atau jam 12 malam tergantung dari 2. Sunat untuk bayi perempuan
permintaan tuan rumahnya. Untuk (supitan)
malam pertama atau hari keenam 3. Tindik bagi bayi perempuan
jagongan besoknya akan dilaksanakan 4. Ritual mandi kembang untuk bayi
sepasaran bayi yang orang Jawa kenal
dengan sebutan slametan bayi bisa di Kesimpulan dari wawancara
barengi aqiqahan atau hanya sekedar dengan Ibu Siti adalah terdapat hal
pemberian nama bayi dan slametan bayi menarik dalam tradisi jagongan yaitu
itu semua tergantung dari orang tua dalam bidang sosial meskipun
sang bayi karena dalam hal sepasaran masyarakat tidak di undang secara
Mbah Dukun sudah tidak terlalu penting formal, tetangga dan masyarakat yang
perannya. datang berbondong-bondong untuk
Acara sepasaran bayi berupa memberikan selamat atas kelahiran
sumbangan dari Ibu-ibu yang tinggal di bayinya, ada yang membawa amplop,
dekat rumahnya bisa saja sampai satu membawa bingkisan sabun, dan
desa ikut acara sumbangan dan bingkisan perlengakapan bayi sehingga
malamnya acara kenduren (slametan hal tersebut membuat hubungan antar
yang dilakukan oleh Bapak-bapak). sesama menjadi semakin erat.
Hidangan yang di sediakan pada saat
sumbangan dan kenduren yaitu : Sistem Tradisi dalam Menyambut
Hidangan Ibu-ibu : Kelahiran Bayi
1. Kue iwel-iwel Masyarakat Indonesia memang
2. Agar-agar dikenal sebagai masyarakat dengan adat
3. Bolu istiadat (tradisi) yang masih bersifat
4. Akar kelapa tradisional. Kelahiran seorang anak
5. Peyek merupakan kebahagiaan yang tak terkira
6. Krupuk bagi pasangan-pasangan yang memang
7. Semangka sangat mengharapkan kehadiran

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 4


seorang anak. Bagi masyarakat Jawa, nutrisi dan oksigen dari ibu ke
mereka sudah mempercayai adanya janin di dalam rahim. Lewat ari-
tradisi sepasaran bayi setelah beberapa ari juga zat-zat antibodi,
hari yang lalu melahirkan bayinya. berbagai hormon dan gizi
Dengan lahirnya seorang bayi biasanya disalurkan sehingga janin bisa
seorang anak juga disambut dengan tumbuh dan berkembang
ritual aqiqahan, yaitu penyembelihan menjadi bayi.
hewan aqiqah pada hari ketujuh Bagi orang Jawa ari-ari memiliki
kelahirannya sebagai tebusan dari jasa yang cukup besar sebagai
lahirnya seorang bayi. Meskipun tidak batir bayi (teman bayi) sejak
harus pada hari ketujuh bisa juga dalam kandungan. Oleh karena
pelaksanaan aqiqah disesuaikan dengan itu sejak fungsi utama ari-ari
kemampuan dari orang tua si jabang berakhir ketika bayi lahir, organ
bayi. ini akan tetap di rawat dan di
Ketika menyambut kelahiran kubur sedemikian rupa agar
bayi orang Jawa memiliki beberapa tidak di makan binatang atau
upacara penting yang biasa dilakukan. pun membusuk di tempat
Berbagai upacara ini bertujuan sebagai sampah. Upacara mendhem ari-
rasa syukur atas anugerah yang ari ini biasanya dilakukan oleh
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sang ayah, berada di dekat pintu
berupa momongan yang menjadi utama rumah, diberi pagar
harapan setiap keluarga. Selain sebagai bambu dan penerangan berupa
salah satu bentuk rasa syukur, berbagai lampu minyak selama 35 hari
tradisi Jawa untuk menyambut kelahiran (selapan).
bayi biasanya juga dilangsungkan 2. Brokohan
sebagai salah satu bentuk doa agar si Brokohan merupakan salah satu
jabang bayi dan keluarganya selalu upacara tradisi Jawa untuk
diberi kesehatan, keselamatan dan menyambut kelahiran bayi yang
kesejahteraan oleh Yang Kuasa. dilaksanakan sehari setelah bayi
Tradisi yang sudah berlangsung lahir. Kata brokohan sendiri
sejak zaman dahulu, ada sejumlah ritual berasal dari kata brokoh-an,
lain yang harus dilakukan pada yang artinya memohon berkah
kalangan masyarakat Jawa untuk dan keselamatan atas kelahiran
menyambut kelahiran seorang bayi bayi. Acara ini biasanya para
yaitu berupa brokohan yang tetangga dekat dan sanak
pelaksanaannya setelah bayi dilahirkan, saudara berdatangan berkumpul
puputan yang dilakukan setelah tali sebagai tanda turut bahagia atas
pusar sang bayi terlepas dari perut sang kelahiran bayi yang dapat
bayi, dan selapanan yang di gelar ketika berjalan dengan lancar. Tidak
bayi telah genap selapan umurnya (36 sedikit para tetangga yang
atau 40 hari). Berikut ini beberapa membawa berbagai macam oleh-
tradisi Jawa yang dilakukan saat oleh berupa perlengkapan bayi
kelahiran bayi yaitu : dan makanan untuk keluarga
1. Mengubur ari-ari yang melahirkan.
Ari-ari secara medis merupakan
sebuah organ yang berfungsi
untuk menyalurkan berbagai

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 5


3. Sepasaran berupa domba atau kambing.
Sepasaran menjadi salah satu Apabila anak yang dilahirkan
upacara adat Jawa yang laki-laki biasanya menyembelih
dilakukan setelah lima hari sejak dua ekor kambing dan apabila
kelahiran bayi. Dalam acara ini anak yang dilahirkan perempuan
pihak keluarga mengundang maka akan menyembelih satu
tetangga sekitar beserta keluarga ekor kambing.
besar untuk mendoakan atas bayi 6. Selapanan
yang telah dilahirkan. Acara Upacara selapanan dilakukan 35
sepasaran secara sederhana hari setelah kelahiran bayi.
biasanya dilakukan dengan Upacara selapanan ini
kenduri, bagi yang memiliki dilangsungkan dengan rangkaian
rezeki yang lebih biasanya acara bancakan weton (kenduri
dilaksanakan seperti orang hari kelahiran), pemotongan
punya hajat (mantu). Adapun rambut bayi hingga gundul dan
inti dari acara sepasaran ini pemotongan kuku bayi.
adalah upacara slametan Pemotongan rambut dan kuku
sekaligus mengumumkan nama bayi ini bertujuan untuk menjaga
bayi yang telah lahir. kesehatan bayi agar kulit kepala
4. Puputan dan jari bayi tetap bersih.
Upacara puputan dilakukan Sedangkan bancakan selapanan
ketika tali pusar yang menempel dimaksudkan sebagai rasa
pada perut bayi sudah putus. syukur atas kelahiran bayi,
Pelaksanaan upacara ini sekaligus sebuah doa agar
biasanya berupa kenduri kedepannya si jabang bayi selalu
memohon pada Tuhan Yang diberi kesehatan, cepat besar,
Maha Esa agar si anak yang dan berbagai doa kebaikan
telah puput puser selalu lainnya.
diberkahi, diberi keselamatan
dan kesehatan. Orang tua zaman Tata Aturan Tradisi Jagongan Bayi
dahulu melaksanakan upacara Jagongan bayi disebut oleh
puputan dengan menyediakan masyarakat pedesaan di Jawa
berbagai macam sesaji, namun merupakan tradisi menjaga sang bayi
masyarakat Jawa modern yang baru lahir dari perilaku atau
biasanya acara puputan dibuat perkataan yang tidak baik, biasanya
bersamaan dengan upacara dilakukan oleh masyarakat yang datang
sepasaran atau pun selapanan, kerumah tetangga yang baru melahirkan
hal ini tergantung kapan tali untuk berkumpul setiap malam selama
pusar putus dari pusar bayi. beberapa malam. Dahulu, kegiatan
5. Aqiqah jagongan ini hanya di peruntukkan bagi
Akulturasi budaya Jawa-Islam orang-orang tua yang sudah
sangat terlihat dalam upacara berpengalaman dalam kehidupan,
aqiqahan. Upacara yang memahami berbagai seluk beluk
dilakukan setelah tujuh hari kehidupan yang kemudian mereka
kelahiran bayi ini biasanya tularkan kepada si jabang bayi tersebut.
dilaksanakan dengan Para orang tua menjaga si bayi melalui
penyembelihan hewan kurban tradisi jagongan dengan cara

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 6


membacakan petuah-petuah yang baik yang dijatuhkan pada hari selasa atau
dan petuah-petuah itu mereka sabtu maksudnya hari jumat merupakan
nyanyikan melalui tembang-tembang hari kamis siang sampai dengan malam
Jawa. Dengan cara tersebut si bayi akan (malam jumat), untuk hari selasa adalah
mendengar kata-kata yang baik. hari senin siang sampai dengan malam
(malam selasa), dan untuk hari sabtu
Upacara Tingkeban Sebagai Upacara adalah hari jumat siang sampai malam
Tradisional Masyarakat Jawa (malam sabtu). Penyelenggaraan
Upacara tingkeban disebut upacara tingkeban biasanya jatuh pada
sebagai upacara mitoni, upacara tanggal gasal atau tanggal 7 sebelum
tingkeban ini dilaksanakan apabila usia tanggal 15 menurut kalender Jawa yang
kehamilan seseorang berusia tujuh dilaksanakan pada siang hari mulai dari
bulan dan pada kehamilan yang pertama jam 11 siang, karena menurut tradisi
kali. Upacara tingkeban adalah salah Jawa pada saat itulah para bidadari
satu tradisi masyarakat Jawa, hal ini turun dari kayangan untuk mandi.
bermakna bahwa pendidikan bukan saja Bertolak dari tradisi Jawa tersebut,
setelah dewasa akan tetapi semenjak maka upacara tingkeban dilaksanakan
benih tertanam di dalam rahim sang Ibu. mulai dari jam 11 siang dengan harapan
Selama hamil banyak sekali hal-hal agar wanita yang sedang menjalani
yang bersifat baik yang harus dijalankan upacara tingkeban memperoleh berkah
oleh sang Ibu dan berusaha menghindari dari para bidadari.
hal-hal yang buruk, dengan maksud
agar anak yang dilahirkan nanti menjadi Perawatan Bayi setelah Kelahiran
anak yang baik dan patuh kepada kedua Perawatan pertama kali setelah
orang tuanya. seorang ibu melahirkan yaitu mengubur
Dalam upacara tersebut sang Ibu ari-ari (batir bayi). Ari-ari secara medis
yang sedang hamil tujuh bulan merupakan sebuah organ yang berfungsi
dimandikan dengan air kembang untuk menyalurkan berbagai nutrisi dan
setaman serta disertai doa-doa khusus oksigen dari ibu ke janin di dalam
untuk Ibu dan jabang bayi. Tingkeban rahim. Bagi orang Jawa ari-ari memiliki
mencerminkan perkenalan seorang jasa yang cukup besar sebagai batir
wanita Jawa kepada kehidupannya bayi(teman bayi) sejak dalam
sebagai ibu. Doa tersebut bertujuan kandungan. Oleh karena itu sejak fungsi
memohon kepada Tuhan Yang Maha utama ari-ari berakhir ketika bayi lahir,
Esa agar selalu memberikan rahmat- organ ini akan tetap dirawat dan dikubur
Nya sehingga bayi yang akan dilahirkan sedemikian rupa agar tidak dimakan
nanti sehat tanpa gangguan apa pun. binatang atau pun membusuk ditempat
Upacara tingkeban ini tidak diadakan sampah. Upacara mengubur ari-ari ini
pada hari tertentu sesuai dengan biasanya dilakukan oleh sang ayah.
mulainya kehamilan, tetapi Penguburan ari-ari ditempatkan
dilaksanakan harus pada hari Sabtu didalam kendhil dan diberi daun talas
yang terdekat dengan bulan kandungan sebagai alasnya, daun talas merupakan
yang ketujuh sepanjang hal itu bisa daun yang tidak menyerap air hal ini
diperkirakan. merupakan simpol yang menyimpan
Upacara tingkeban banyak harapan agar kelak sang anak
penyelenggaraannya harus menurut tidak hanya memikirkan hal-hal duniawi
peraturan adat istiadat yang berlaku, saja. Sesajen lain yang harus diletakkan
bersamaan dengan ari-ari tersebut
JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 7
adalah kembang boreh, minyak wangi, Selapanan dan Aqiqahan Bayi
dan kunir yang dipakai untuk landasan. Selapanan (peringatan 36 atau
Selain ari-ari didalamnya juga 40 hari seorang bayi dari hari
diletakkan garam, benang, jarum, kelahirannya sampai ke wetonnya yang
kinang, kemiri, tulisan arab, Jawa, atau pertama) merupakan ungkapan rasa
huruf alphabet, hal tersebut memiliki syukur kehadirat Allah atas kelahiran
maksud agar kelak anaknya menguasai sang bayi dan biasanya selapanan
bahasa dengan baik. seperti ini di kalangan muslim
Menurut orang Jawa perawatan Indonesia diadakan bersamaan dengan
yang harus dilakukan untuk bayinya pelaksanaan aqiqah. Apabila orang tua
dalah dengan memijat dua kali sehari bayi secara materi tidak mampu
selama lima hari pertama, kemudian melaksanakan selapanan secara besar-
selama 30 hari berikutnya. Hal tersebut besaran itu tidaklah menjadi masalah
bertujuan untuk membentuk tubuh agar karena acara tersebut merupakan tradisi
serasi serta untuk melatihnya sehingga yang dilakukan secara turun temurun
menjadi lentur (lemes) dan tidak kaku. pada masyarakat Jawa, akan tetapi
Orang Jawa mempunyai pengetahuan untuk aqiqah sangatlah dianjurkan.
tua tentang obat-obatan tradisional yang Acara aqiqah dilaksanakan pada hari
sangat maju, hampir setiap orang tua ketujuh kelahiran bayi dan dibarengi
dapat memberikan resep untuk penyakit dengan adanya penyembelihan kambing
apapun dengan ramuan tertentu daun- disertai dengan mencukur rambut bayi
daunan, akar, buah tanaman-tanaman serta memberikannya nama yang baik
yang terdapat disekitar lingkungan dari kedua orang tuanya. Apabila hal
tempat tinggalnya. Ramu-ramuan yang tersebut tidak bisa dilaksanakan pada
tidak terdapat dikebun dapat dibeli dari hari ketujuh maka pelaksanaannya
sejumlah toko obat-obatan. boleh pada hari keempat belas, apabila
tidak bisa juga maka masih bisa
Perbedaan Cara Penguburan Ari-ari : dilakukan di hari kedua puluh satu, dan
Dahulu jika pada ketiga hari tersebut belum bisa
1. Memakai kendhil. melakukan aqiqahan tersebut maka
2. Harus memakai daun talas. orang tua sang bayi bisa melakukannya
3. Sesajen berupa kembang boreh, ketika mereka sudah merasa mampu.
minyak wangi, dan kunir. Namun apabila orang tua benar-benar
4. Perlengkapan berupa garam, tidak mampu melaksanakannya, maka
benang, tulisan arab, tulisan aqiqah bisa dilaksanakan oleh masing-
jawa, atau huruf alphabet. masing individu setelah ia dewasa.
Pelaksanaan selapanan bayi ini
Sekarang tidak berhenti pada hari-hari itu saja,
1. Memakai besek atau ceting nasi pada weton-weton berikutnya juga
atau ember kecil dilaksanakan tradisi “bancakan” dengan
2. Daun pisang atau kain putih. memberikan bubur merah dan putih
3. Sesajen berupa bunga tujuh pada tetangga terdekat saja. Tradisi
warna dan minyak wangi. bancakan tersebut bisa disebut sebagai
4. Perlengkapan berupa benang, slametan yang bertujuan agar sang bayi
jarum, tulisan arab atau surat selalu selamat dari bahaya.
pendek Al-Quran, dan huruf Tradisi selapanan bayi sering
alphabet. ditemukan dalam masyarakat Jawa,

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 8


dimana masyarakat Jawa ini melakukan sang ibu hamil, seperti tingkeban,
selapanan bayi dengan tradisi aqiqahan mitoni, dan juga sepasaran. Semua
bayi secara bersamaan. Meskipun pada ritual yang dilakukan tidaklah sama
dua hal ini pelaksanaan dan tujuannya dalam waktu pelaksanaannya, ada yang
berbeda-beda akan tetapi orang tua sang dilaksanakan pada pagi hari, sore hari
bayi sering melakukan secara dan bahkan pada saat malam hari. Akan
bersamaan, namun mereka tetap tetapi mayoritas masyarakat Jawa
mengartikan acara ini memiliki tujuan dilaksanakan pada waktu malam hari,
untuk keselamatan bayi dan bentuk rasa yaitu setelah shalat isya’ sampai
syukur orang tua atas kelahiran bayi. berakhirnya rangkaian ritual acara
Aqiqahan bayi biasanya disertai selapanan.
dengan pemberian nama bayi dari orang Orang-orang yang mengikuti
tuanya yang mana menurut keyakinan acara selapanan ini merupakan laki-laki
masyarakat Jawa nama merupakan dewasa yang bertempat tinggal disekitar
sarana untuk mempermudah mengenali rumahnya, mereka datang dengan
seseorang dan memperlancar hubungan sengaja atas undangan tuan rumah yang
dengan lingkungannya kelak ia dewasa. melakukan acara selapanan dan
Untuk aturan penyembelihan hewan biasanya mereka juga memberikan doa
aqiqah yaitu anak laki-laki biasanya dua selamat untuk ibu dan sang bayi yang
ekor kambing dan cukup satu ekor belum lama dilahirkannya. Untuk
untuk anak perempuannya. Yang rangkaian doa-doanya itu dilaksanakan
pertama dilakukan dalam rangkaian selama satu jam dan bahkan ada yang
selapanan adalah potong rambut atau sampai dua jam apabila terdapat hadroh
parasan. Pemotongan rambut pertama- (lantunan sholawat nabi).
tama dilakukan oleh ayah dan ibu bayi
kemudian dilanjutkan oleh sesepuh Prosesi Acara Selapanan Bayi
bayi. Potong rambut ini dilakukan untuk Istilah selapanan bayi bukanlah
mendapatkan rambut bayi yang benar- hal yang asing di kalangan masyarakat
benar bersih, mereka meyakini bahwa Jawa, khususnya masyarakat Jawa
rambut asli adalah bawaan dari lahir Tengah karena mayoritas masyarakat
yang masih terkena air ketuban. Alasan Jawa sudah sangat mengenal tradisi
lainnya adalah supaya rambut bayi bisa tersebut. Hanya saja acara
tumbuh bagus, oleh karena itu rambut pelaksanaannya yang berbeda. Dalam
bayi paling tidak di gunduli sebanyak perkembangannya, tidak hanya
tiga kali. Akan tetapi pada tradisi sepasaran bayi saja pada selapanan bayi
potong rambut ini beberapa orang ada juga merupakan ungkapan rasa syukur
yang takut untuk menggunduli bayinya atas keselamatan dan keselamatan ibu
maka pemotongan rambut hanya dan juga sang bayi bisa di wujudkan
dilakukan seperlunya saja dan acara dengan nasi tumpeng beserta lauk pauk
pemotongan rambut pada selapanan seadanya. Sebagai tuan rumah pada
bayi hanya untuk simbolisasi. acara selapanan beliau mengucapkan
terimaksihnya atas kehadiran para
undangan dan menganggap mereka
Waktu Pelaksanaan Selapanan Bayi sebagai saksi dari keikhlasan dan
kesungguhan niatnya serta berharap
Umumnya waktu pelaksanaan
agar anaknya mendapat berkah, menjadi
selapanan bayi ini tidak jauh berbeda
dengan tradisi yang dilakukan pada saat

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 9


anak yang sholeh atau sholehah dan memberikan hidangan daging
hidupnya selalu dalam kebaikan. kambing yang telah disembelih
Acara selapanan bayi ini sebelum acara tersebut diadakan.
biasanya mengundang tetangga kanan
kiri untuk menghadiri selametan Acara Dalam Selapanan Bayi :
(kenduren), membaca tahlil dan berdoa
bersama-sama dan diakhiri dengan nasi Masyarakat Jawa Asli Dahulu
tumpeng yang dibagi rata setelah acara 1. Mendatangkan tamu yang cukup
doa selesai untuk dibawa pulang banyak.
sebagai oleh-oleh. Untuk pagi harinya 2. Mementaskan klenengan,
yang diperlukan dalam acara selapanan ketoprak, bahkan pentas
adalah nasi tumpeng beserta sayur- wayang.
sayuran, jenang merah putih, jajan 3. Makan bersama berupa nasi
pasar, telor ayam yang telah direbus gudhangan.
secukupnya. Di dekat tempat tidur si
bayi diletakkan sesaji berupa intuk- Masyarakat Jawa Asli Sekarang
intuk yaitu tumpeng kecil yang dibalut 1. Hanya keluarga terdekat.
dengan daun pisang dan dihiasi dengan 2. Berupa hadroh (sholawat atas
bermacam-macam warna bunga. Setelah nabi) bagi yang memiliki rezeki
sesajen tersebut semuanya lengkap bayi lebih.
tersebut rambutnya dicukur dan 3. Hanya ater-ateran nasi untuk
kukunya di potong yang dilaksanakan kerabat dan tetangga terdekat.
bebarengan dengan acara aqiqahan.
Untuk acara yang dilakukan pada Manfaat Tradisi Selapanan Bayi
pelaksanaan tradisi selapanan bayi Bagi masyarakat Jawa tradisi
adalah : yang dimiliki sangatlah banyak dan
1. Pembukaan, biasanya tradisi tersebut berbeda-beda dengan
menggunakan bacaan surat al- daerah yang lain. Hal tersebut
Fatihah atau hanya cukup dikarenakan budaya lokal dan sosialnya
dengan membaca basmalah. yang tidak sama. Akan tetapi suatu
2. Pembacaan kalam Illahi, hal ini tradisi memeiliki daya kekuatan bagi
merupakan harapan yang mereka yang sudah mempercayainya
bertujuan untuk mendoakan sejak lama. Dalam hal ini tradisi
sang bayi agar menjadi anak selapanan bayi memiliki manfaat
yang cerdas. tersendiri, yaitu :
3. Pembacaan sholawat Nabi, 1. Mengenang hari lahir sang bayi.
bertujuan untuk rasa syukur atas 2. Harapan orang tua dan keluarga
nikmat dan rezeki yang telah agar sang bayi selalu sehat.
diberikan. 3. Menjadikan sang anak tersebut
4. Makan bersama, setelah acara sholeh atau sholehah.
berdoa selesai maka para 4. Dijauhi dari marabahaya.
undangan harus memakan 5. Bentuk rasa syukur orang tua
sesajian yang telah disediakan kepada Allah SWT.
oleh orang tua sang bayi dan 6. Memohon rahmat, barokah dan
apabila acara selapanan bayi Ridha Allah SWT.
dibarengi dengan aqiqahan maka
orang tua sang bayi wajib

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 10


Perbedaan dan Sanksi Pelaksanaan apabila terdapat individu yang tidak
Tradisi Jagongan pada mengikutinya maka akan menjadi bahan
Sepasaran bayi pembicaraan dan dikucilkan oleh
Jagongan bayi yang berada di penduduk sekitar. Tidak jarang dalam
Desa Harapan Jaya ini sudah suatu jagongan ada permainan kartu
berlangsung sejak lama dan sekarang remi atau permainan kartu lainnya yang
sudah menjadi kegiatan yang rutin bisa juga disebut perjudian akan tetapi
dilakukan oleh masyarakat Jawa di semua ini hanya sebatas hiburan saja
Desa ini. Mereka juga tidak tahu kapan tanpa ada rasa untuk memperoleh
tradisi ini mulai datang dan menjadi keuntungan bagi dirinya sendiri hanya
kebiasaan dalam kehidupan sosial untuk menghormati sebuah tradisi,
masyarakat Desa Harapan Jaya, yang karena bagi mereka yang mengikuti
jelas mereka mempercayai jagongan ini tradisi jagongan yang menang uangnya
dapat mempererat tali persaudaraan pun juga akan dibelikan atau digunakan
diantara satu dengan yang lainnya. untuk bersama-sama. Ada juga yang
Jagongan bayi merupakan tradisi Jawa dinamakan cuk an dalam permainan
setiap kali ada tetangga atau kerabat kartu di jagongan cuk an ini berupa
dekat yang memiliki hajatan berupa piring atau mangkok yang di isi dengan
pernikahan, khitanan, syukuran uang seikhlasnya dan apabila tidak diisi
kelahiran bayi atau biasa disebut dengan pun tidak masalah karena yang mengisi
sepasaran bayi. Dalam kegiatan itu adalah para penjagong yang datang.
jagongan bayi ini tuan rumah Pihak rumah yang memiliki
memberikan jamuan yang telah mereka hajatan juga memberikan hidangan atau
siapkan untuk tamu-tamu yang telah sajian makanan dan minuman untuk
bersedia datang kerumahnya. Jagongan para penjagong, biasanya pada tengah
ini hanya dilakukan pada malam hari malam di hidangkan dengan hidangan
dari sore hari sampai pagi harinya, khasnya yaitu nasi pecel dengan
meskipun hanya berbincang bersama kerupuk singkong dan teh hangat
tetapi mereka sangat menikmati tradisi sebagai minumannya. Salah satu
tersebut. Tradisi ini hanya dilakukan maksud dari jagongan ini adalah
dirumah keluarga yang melahirkan bayi sebagai ucapan memberikan selamat
kemudian sebelum tujuh harinya bayi kepada keluarga yang memiliki hajatan
mulai dari kelahiran sampai tujuh meskipun tanpa memberikan hidangan
harinya, semua masyarakat sekitar yang istimewa atau pun berkesan untuk
berkunjung atau menjenguk sang ibu tamu-tamu yang datang, bagi keluarga
yang baru saja melahirkan selain semakin banyak orang yang datang
menjenguk masyarakat yang datang semakin mereka merasa bangga dan
juga mendoakan ibu dan sang bayi bahagia karena merasa banyak yang
selalu sehat. Pelaksanaan jagongan peduli terhadap keluarganya.
biasanya dilaksanakan didalam rumah
di ruang depan dengan beralaskan tikar Perbedaan Pelaksanaan Jagongan
seadanya mereka berkumpul dari orang Bayi :
tua sampai yang muda pun ikut Dahulu
berkumpul bersama. Tradisi jagongan 1. Dimulai pada sore hari sampai
ini dilakukan oleh seluruh lapisan pagi hari.
masyarakat yang ada disekitar 2. Berlangsung selama tujuh hari
lingkungan tempat tinggalnya dan setelah bayi dilahirkan.

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 11


3. Dilakukan sejak bayi dilahirkan Tumpeng dan lauk pauk tersebut
sampai sepasar (5 hari) nantinya akan dibagikan kepada yang
4. Jagongan diisi dengan hadir yang biasa disebut dengan nasi
berbincang-bincang selama berkat. Tujuan diadakannya kenduren
semalam suntuk, terkadang ada itu sendiri adalah meminta selamat
yang melantunkan ayat-ayat Al- untuk bayi yang telah dilahirkan
Qur’an. tersebut.
5. Hidangan berupa nasi, sayur
pecel, dan minuman seadanya. Sajian Makanan Slametan
6. Acara sepasaran diisi dengan (Kenduren) :
hiburan klenengan, ketoprak, Dahulu
dan pentas wayang. 1. Nasi tumpeng dan nasi golong 7
buah dengan lauk pauk yang
Sekarang terdiri dari gudhangan,
1. Dimulai setelah isya’ sampai panggang ayam, telor rebus,
menjelang subuh. lodheh kluwih.
2. Sejak bayi lahir sampai pada 2. Pisang raja dua sisir.
permintaan tuan rumah bisa lima 3. Jajan pasar berupa makanan
hari, tujuh hari, bahkan empat kecil (kue-kue) dan buah-
puluh hari. buahan.
3. Dilakukan sejak bayi dilahirkan 4. Bubur merah, bubur putih,
sampai pada malam acara jenang sengkolo yaitu bubur
sepasaran bayi saja. merah yang diatasnya diberi
4. Jagongan diisi dengan bubur putih.
permainan domino, kartu remi, 5. Nasi brokohan yaitu nasi yang
dan catur. ditaruh di dalam satu piring
5. Hidangan berupa cemilan kecil dengan lauk pauknya.
atau kue-kue, minuman seperti
kopi dan teh panas.
6. Acara sepasaran biasanya diisi Sekarang
dengan hiburan hadroh, berjanji
1. Nasi putih, lauk berupa ayam,
atau tepung tawar, dan kuda
tahu goreng, tempe goreng, telor
lumping.
rebus, dan sayur-sayuran.
Slametan dalam Pemberian Nama 2. Pisang barangan.
Bayi (Kenduren) 3. Makanan kecil berupa kue
apem, nagasari, dan iwel-iwel.
Kenduren atau slametan adalah 4. Bubur putih dan bubur merah.
tradisi yang sudah turun temurun 5. Tidak memakai nasi brokohan,
diadakan oleh masyarakat Jawa yang nasi brokohan dibuat ketika sang
bertempat tinggal di Desa Harapan Jaya, bayi baru saja dilahirkan.
slametan ini merupakan doa bersama
yang dihadiri oleh para tetangga dan di Sajian tersebut diatas
pimpin oleh pemuka adat atau yang dikendurikan dengan mengundang para
dituakan di lingkungan tersebut. tetangga, di samping sajian untuk
Hidangan yang di sajikan oleh tuan kenduri pada slametan sepasaran bayi
rumah biasanya berupa nasi tumpeng terdapat beberapa orang yang membuat
lengkap dengan lauk pauknya. sajian tulakan yaitu alat untuk menolak

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 12


bala. Tulakan ini terdiri dari sebungkus sampai dengan tujuh harinya. Setelah
kecil nasi dan lauk pauk serta kue-kue tujuh hari diadakan jagongan bayi maka
sama seperti untuk kenduri. Tulakan pihak keluarga segera melakukan acara
yang telah dibuat harus diletakkan pada aqiqahan bagi mereka yang memiliki
tempat-tempat yang dipandang sangat rezeki berlebih yang biasanya disebut
penting. dengan sepasaran bayi.
Tradisi jagongan bayi diisi
Tempat Sajian Tulakan : dengan permainan kartu remi, domino,
catur, bahkan permainan lainnya yang
Dahulu bisa juga disebut sebagai perjudian akan
1. Tempat pada waktu bayi tetapi semua itu dilakukan hanya
dilahirkan. sebatas hiburan tanpa ada rasa untuk
2. Tempat untuk tidur ibu yang memperoleh keuntungan bagi diri
melahirkan. sendiri atau pun orang lain, sehingga
3. Tempat untuk menanam masyarakat menyebutnya hanya sebagai
tembuni (ari-ari). tradisi saja. Karena dalam permainan ini
4. Tempat untuk mandi ibu yang orang yang dikatakan menang uangnya
melahirkan. pun akan digunakan untuk bersama-
5. Jamban. sama. Pihak rumah atau biasa disebut
6. Sumur. dengan tuan rumah ikut memberikan
makanan, kopi, dan teh hangat untuk
Sekarang para penjagong. Salah satu maksud dari
1. Kamar yang digunakan untuk jagongan ini adalah sebagai ucapan
tempat tidur bayi dan ibu yang memberikan selamat kepada keluarga
melahirkan. yang memiliki hajatan tanpa
2. Tempat untuk mengubur ari-ari memberikan sesuatu yang berkesan
(batir bayi). seperti uang dan barang, bagi pihak
keluarga semakin banyak orang yang
KESIMPULAN DAN SARAN datang maka mereka akan merasa
bangga dan senang karena masih
Kesimpulan banyak yang peduli dan memperhatikan
keluarganya.
Tradisi jagongan bayi yang
Ketika terdapat seorang ibu yang
dilakukan oleh masyarakat Jawa di
melahirkan, seluruh masyarakat Jawa
Desa Harapan Jaya merupakan tradisi
yang bertempat tinggal di Desa Harapan
turun temurun yang sudah sejak lama
Jaya ini sangatlah antusias untuk segera
dilakukan oleh orang-orang Jawa asli
melakukan jagongan bayi karena rasa
terdahulu dan sekarang masih
penasaran yang kuat untuk mengetahui
dilanjutkan oleh para generasi
bagaimana keadaan sang ibu yang
masyarakat Jawa. Tradisi tersebut
melahirkan dan keadaan bayi yang baru
sangat cocok dan menjadi ciri khas
dilahirkannya, selain ikut serta dalam
sendiri dari masyarakat Jawa pedesaan
jagongan bayi mereka pun datang untuk
yang mengutamakan rasa kekeluargaan
mendoakannya. Masyarakat desa yang
dan rasa empati yang sangat kuat
melakukan jagongan bayi sudah seperti
terhadap masyarakat yang lainnya.
kegiatan wajib bagi mereka karena
Tradisi jagongan bayi hanya dilakukan
mereka merasa adanya kekeluargaan
ketika terdapat kelahiran bayi saja dan
yang sangat kuat yang membuat hal
dilaksanakan sejak kelahiran bayi

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 13


tersebut tetap mendarah daging dan ikut serta dalam kegiatan tradisi-
apabila mereka tidak melaksanakan atau tradisi lain yang sudah sejak
pun tidak memiliki alasan yang kuat lama menjadi suatu kebudayaan
untuk tidak melaksanakannya maka yang dimiliki sekarang.
mereka akan merasa jauh dari tali 2. Penulis menyarankan apabila
silaturahmi dan terkadang menjadi buah terdapat perbedaan dalam tata
bibir orang-orang disekitarnya. Ada pun aturan pelaksanaan tradisi
manfaat dari pelaksanaan jagongan bayi jagongan pada sepasaran bayi
yaitu : baik pada masa dahulu maupun
sekarang jangan sampai nilai-
1. Bisa berkumpul dengan sanak nilai yang sudah ada didalamnya
saudara menjadi hilang.
2. Persediaan peralatan dan 3. Kepada informan khususnya
perlengkapan bayi terbantu keluarga yang melakukan tradisi
3. Hubungan antar sesama warga jagongan dan para penjagong
desa lain semakin erat agar tetap melestarikan tradisi
4. Suasana rumah menjadi ramai ini dan tetap mempererat tali
5. Ibu yang baru saja melahirkan silaturahmi antara satu dengan
merasa terhibur dan ada yang yang lainnya.
menemani
DAFTAR PUSTAKA
Saran
Buku:
Semakin berkembangnya
teknologi dan ilmu pengetahuan jelas Bratawidjaja, Wiyasa, Thomas.
membawa dampak perubahan bagi Upacara Tradisional Masyarakat
masyarakat. Perubahan tersebut dapat Jawa. Penatar
berupa kemajuan yang sifatnya
Bahasa dan Tatakrama Jawa.
membangun dan ada juga perubahan
yang mengakibatkan dari kebudayaan Bhaskar, Roy dalam Salim, Agus,
masyarakat desa tepatnya di desa Perubahan Sosial (Sketsa Teori
Harapan Jaya. Setelah penulis dan Refleksi Metodologi
melakukan penelitian tentang tradisi KasusIndonesia).
menyambut kelahiran bayi (studi Yogyakarta: Tiara Wicana. 2002, hal 20
tentang tradisi jagongan pada sepasaran Geertz, Clifford. Abangan, Santri,
bayi), penulis ingin menyampaikan Priyayi Dalam Masyarakat
beberapa hal yang akan menjadi saran Jawa.
atau rekomendasi, adapun saran dan
rekomendasi yang ingin penulis PT. Dunia pustaka Jaya: Jakarta
sampaikan adalah sebagai berikut :
Geertz, Hildred. Keluarga Jawa. PT.
1. Generasi muda sekarang Temprint: Jakarta. Grafiti Pers,
maupun generasi muda yang April 1983. Hal 95
akan datang sebaiknya bisa
mempertahankan dan Johnson, Paul. D., Teori Sosiologi
melaksanakan tata aturan Klasik dan Modern.
pelaksanaan tradisi jagongan PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta,
pada sepasaran bayi dan dapat 1990

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 14


Moleong, Lexy. J., Metodologi Sztompka, Piotr, Sosiologi Perubahan
Penelitian Kualitatif. PT. Sosial, The Sosiology Of Social
Remaja Rosdakarya: Exchange.
Bandung Aswiyati, Indah. Makna dan Jalannya
Upacara Puputan dan Selapanan
Malo, Manasse danTrisnoningtias, Sri. DalamAdat Upacara Tradisional
Metode Penelitian Masyarakat. Kelahiran Bayi Bagi Masyarakat Jawa.
Pusat antar Universitas Ilmu-ilmu Diakses pada tanggal 17 Maret
Sosial. Universitas Indonesia. 2016 pukul 23.10
Moore, Wilbert dalam Lauer, R. H, Dewi, Puspa, Sri, Tradisi Rewang
Perspektif tentang Perubahan Dalam Adat Pernikahan Komunitas
Sosial, Jakarta: JawaDi Desa Petapahan Jaya SP-1
Kecamatan Tapung Kabupaten
Bina Aksara, 1989, hal 4
Kampar.
Sajogyo, Pudjiwati, Sosiologi Diakses pada tanggal 13 Maret
Pembangunan. Jakarta: Fakultas 2017 pukul 22.00
Pasca Sarjan Vera, Nawiroh dan Wihardi, Doddy,
Jagongan Sebagai bentuk
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu KomunikasiSosial Pada Masyarakat
Pengantar, Jakarta: Raja Solo dan Manfaatnya Bagi
Grafindo Persada.2007. Op.cit., Pembangunan Daerah.
hal 121-124
Sholikhin, Muhammad. 2010. Ritual &
Tadisi Islam Jawa, Jakarta:
PT.Gramedia
Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi,
edisi revisi. Jakarta: Lembaga
PenerbitFakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. 2004. Hal
222
Parwoto, Dampak Globalisasi Informasi
dan Komunikasi terhadap
Kehidupan Sosial Budaya.
Koentjoroningrat, Pengantar Ilmu
Antropologi. PT. Rineka Putra:
Jakarta.Cetakan Kesepuluh.
Edisi Revisi. Hal 165
Koentjoroningrat, Pengantar Ilmu
Antropologi. PT. Rineka Putra.
Jakarta.Cetakan Kesembilan.
Edisi Revisi 2009. Mei 2009.
Hal 165
JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 15

Anda mungkin juga menyukai