Anda di halaman 1dari 9

MINI RISET

SOSIOLOGI PENDIDIKAN AGAMA

Judul Penelitian : PEMALI DALAM MASYARAKAT ETNIK BANJAR DI KOTA


BANJARMASIN
Nama/NIM : 1. Helda Suci Rahmadhani / 200101010831
2. Nurul Izatil Hasanah / 200101010143
Dosen Pengampu : Noor Hasanah, MA

Abstrak
Penelitian ini membahas tentang makna pemali dalam masyarakat etnik Banjar yang berada
di Kota Banjarmasin. Pemali adalah pantangan berdasarkan adat, kebiasaan, dan biasanya
selalu dikaitkan dengan mitos. Pemali ini juga hidup dalam masyarakat Banjar di Kalimantan
Selatan sebagai bentuk kearifan lokal dari masyarakat setempat. Pemali Banjar begitu
dipatuhi masyarakat Banjar terutama pada zaman dahulu, namun saat ini ada beberapa
pemali yang sudah tidak di laksanakan oleh sebagian masyarakat Banjar. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah bentuk-bentuk kepercayaan lokal orang Banjar
yang terdapat di dalam pemalinya serta fungsi pemali tersebut di tengah masyarakat
pendukungnya. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pemali atau mitos apa
saja yang masih dilaksanakan dan tidak dilaksanakan oleh masyarakat etnik Banjar dan
menentukan makna terkandung di dalam budaya pemali masyarakat Banjar. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dan termasuk dalam jenis
penelitian lapangan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Antropologi Budaya agar
mudah untuk memahami sebuah kebudayaan dan segala perilaku yang ada di suatu
masyarakat. Subjek dan lokasi penelitian dilakukan di Kota Banjarmasin. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara yang diperoleh dari informan
mengenai ungkapan pamali bahasa Banjar. Prosedur pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik wawancara responden/narasumber.

Kata kunci: mitos, dan pemali

Pendahuluan

1|Sospenag 2023
Salah satu bentuk tradisi lisan masyarakat Banjar adalah pamali. Pamali merupakan
salah satu jenis sastra lisan Banjar yang digunakan atau pernah digunakan dalam masyarakat
Banjar dengan menggunakan bahasa Banjar sebagai mediumnya. Pamali merupakan salah
satu bentuk sastra lisan Banjar yang merupakan pernyataan larangan melakukan aktivitas
bagi masyarakatnya, sebab diyakini jika melanggar akan menerima akibat yang tidak
dikehendaki.1 Pamali dapat di artikan sebagai tradisi lisan yang berisi larangan atau
pantangan. Pamali memang tidak tertulis sehingga penyebarannya bermodel dari mulut ke
telinga.2
Sebagai tradisi lisan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat
Banjar, ungkapan pamali mencerminkan sikap dan pandangan masyarakat tersebut.
Setidaknya ada dua hal yang tercermin, pertama masyarakat Banjar adalah masyarakat yang
mengutamakan kesopanan dan kesatuan dalam menyampaikan maksud. Larangan tidak
disampaikan secara langsung, tetapi dalam bentuk ungkapan lain yaitu kata pamali yang
bermakna tabu. Larangan dengan istilah pamali dimaksudkan agar penerima pesan tidak
merasa didikte atau digurui. Kedua, penggunaan pamali sebagai media pembentukan karakter
terutama yang berkenaan dengan nilai karakter religius, toleransi, disiplin, dan peduli sosial.3
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, rasa, tindakan, serta karya yang
dihasilkan oleh manusia. Hampir semua tindakan manusia disebut sebagai budaya, bahkan
berbagai tindakan yang merupakan naluri pada manusia seperti makan juga telah banyak
diganti oleh manusia untuk menjadi tindakan yang berbudaya. Manusia makan pada waktu-
waktu tertentu yang dianggap wajar, ia makan dan minum dengan menggunakan alat, cara,
serta sopan-santun atau protokol yang kadang sangat rumit dipelajari.
Kebudayaan mempunyai unsur unsur yang bersifat universal. Unsur-unsur tersebut
telah disebutkan, yaitu: bahasa, sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial, sistem
pengetahuan, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem
religi, dan kesenian. Pada dasarnya tata kehidupan dalam masyarakat merupakan cerminan
yang konkret dari nilai budaya yang bersifat abstrak.4
Berbicara tentang budaya, maka akan ditemukan pembahasan tentang warisan masa
lampau. Warisan masa lampau adalah peninggalan orang-orang terdahulu baik berupa tulisan,
1
Dede Hidayatullah, Pamali Banjar Dan Ajaran Islam Banjar, Vol. 18, No.1, Juni 2019. H. 14.
2
Jami’ah, Dkk, Analisis Kontruksi Sosial Dalam Pemaknaan Tradisi Lisan Budaya Pamali Masyarakat
Banjar, Vol. 5 No. 1, 2021. h. 288.
3
Sriwati, dkk, Pamali: Intervensi Dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Pola Piker Logis Remaja
Dalam Masyarakat, Jurnal Ilmusosial Dan Pendidikan, Vol . 6 No. 1, 2022. h. 2361.
4
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi I, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), h. 73.

2|Sospenag 2023
bangunan, benda, karya seni, dan adat istiadat. Salah satu warisan masa lampau yang masih
berkembang sampai saat ini adalah pemali, atau biasa disebut dengan pantangan. Pemali
merupakan salah satu budaya yang diwariskan oleh leluhur kepada anak cucunya. Istilah
pemali sudah menyebar luas dari pedesaan sampai ke perkotaan, dari Sabang sampai
Marauke. Kastanya juga menyebutkan pemali adalah sebuah larangan untuk melakukan atau
mengucapkan sesuatu yang berakibat buruk bagi diri dan lingkungannya.5
Pamali banjar merupakan manifestasi budaya yang cukup melekat dan kerap dijadikan
para orangtua untuk mendidik anak-anaknya dalam berperilaku. Bahkan ungkapan ini sudah
berfungsi sebagai media control sosial berupa pengetahuan normative bagi masyarakat.6
Etnik Banjar juga mempercayai pemali, mereka menyebutnya dengan pantangan atau
larangan. Bagi orang Banjar pemali merupakan ungkapan tradisional yang menyatakan suatu
makna atau maksud tertentu dan mengandung nilai-nilai luhur. Pemali berarti tabu atau
pantangan, misalnya: pamali mambanam acan basanjaan (dilarang membakar terasi pada
waktu senja). Orang hamil, anak gadis, orang yang sedang bepergian, orang yang sedang
bekerja di hutan atau tempat-tempat tertentu juga memiliki sejumlah pemali yang pantang
untuk dilanggar.7
Pemali masih ada dan melekat dalam masyarakat Banjar dan masih digunakan sebagai
bentuk dan nilai-nilai dalam prilaku di manapun orang Banjar berada. Kekuatan nilai tradisi
yang mereka yakini terhadap pemali membuat masyarakat masih mempertahankannya dalam
kehidupan mereka. Pantangan atau pemali merupakan ketentuan hukum yang tidak tertulis
dijunjung tinggi, dan dipatuhi oleh setiap orang Banjar.8
Pemali Banjar adalah ungkapan yang berisi paparan tentang siapa saja yang tidak boleh
melakukan perbuatan-perbuatan tertentu, pada waktu-waktu tertentu, di tempat-tempat
tertentu, dan akibat-akibat tertentu yang melekat sebagai hukuman yang diancamkan kepada
siapa saja yang berani melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang tidak boleh dilakukan.
Alasan itu merupakan hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai norma dan etika supaya
menuntun ke arah yang baik dan benar.9

5
Rokhmansyah, Alfian, Studi dan Pengkajian Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 15.

6
Sumasno Hadi, “Studi Etika Tentang Ajaran-Ajaran Moral Masyarakat,” 219.
7
Hatmiati, “Revitalisasi Pemali dalam Tradisi Lisan Orang Banjar”, 2015.
http://hiskiulmbjm.files.wordpress.com. (diakes 12 April 2023).

8
Sudarni, Pelangi Kalimantan Selatan, (Amuntai: Hemat Publishing, 2012), h. 28.
9
Ganie, Tajuddin Noor, Berjodoh dengan Suami Bermasalah Gara-gara Melanggar Pamali Banjar
Bagian II, (Banjarmasin: Karya Banjar Sejahtera, 2013), h. 23.

3|Sospenag 2023
Kadang-kadang pemali jauh lebih dipercayai bila dibandingkan dengan hukum atau
aturan undang-undang. Jika ditelusuri alasan di balik hadirnya pemali di masyarakat, maka
akan ditemukan adanya pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya. Pemali tidak hanya
digunakan sebagai ketentuan hukum, namun juga digunakan oleh masyarakat suku Banjar
untuk mengajarkan norma, etika, dan pendidikan terhadap anak cucu mereka. Berdasarkan
hal tersebut penelitian ini disajikan dengan menggunakan pemali yang ada pada Etnik Banjar
yang berada di Kota Banjarmasin.

Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif yang dipaparkan secara deskriptif. penelitian ini berusaha menjelaskan fenomena
yang akan diteliti secara mendalam melalui pengumpulan data yang sedalam-dalamnya
Sedangkan, deskriptif berarti penelitian ini akan mengeksplorasi, mendeskripsikan, suatu
variabel, gejala, atau keadaan secara sistematis, akurat dan faktual mengenai data, sifat-sifat
serta hubungan fenomena yang diteliti.10
Penelitian lapangan ini memiliki data, yaitu pemali yang ada pada Etnik Banjar di Kota
Banjarmasin. Kemudian sumber data dalam penelitian ini yaitu masyarakat Etnik Banjar yang
berada di Kota Banjarmasin. Pengambilan data penelitian ini dilakukan pada tanggal (10
April 2023) di Kota Banjarmasin. Teknik dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik
wawancara, dengan teknik catat. Sedangkan data sekunder dari penelitian ini adalah buku-
buku yang berkaitan tentang mantra seperti buku Sastra Lisan Banjar dan buku-buku lain
yang berbicara tentang pamali dan pamali Banjar.

Hasil dan Pembahasan


1. Pemali yang ada pada Masyarakat Etnik Banjar di Kota Banjarmasin
a. Pemali yang Dilaksanakan
Ungkapan pamali sebagian besar diketahui oleh masyarakat Banjar dari orang tua,
nenek atau kakeknya dan sebagian lagi diketahui dari teman atau tetangga. Hal ini
menandakan bahwa pewarisan ungkapan pamali sebagai tradisi lisan masyarakat Banjar
masih berlangsung hingga saat ini. Mengingat banyaknya nilai dan makna yang
terkandung dalam ungkapan pamali Banjar, masyarakat tetap perlu meyakini ungkapan
10
Hariwijaya, Metodologi dan teknik penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, (Yogyakarta: el Matera
Publishing, 2017), h. 85-86.

4|Sospenag 2023
pamali Banjar. Hal ini dibuktikan dengan pendapat sebagian besar informan yang
menjawab bahwa hal tersebut tetap diperlukan sepanjang tidak bertentangan dengan
ajaran agama. Melalui pemahaman terhadap ungkapan pamali tersebut dapat diperoleh
nilai dan makna yang masih relevan dengan kehidupan saat ini.
Pamali Banjar sebagai fenomena kedaerahan yang sarat makna. Pamali Banjar berisi
pantang larang yang mengatur pola tutur kata dan tingkah laku masyarakat Banjar. Pamali
Banjar bukan suatu hukum tertulis yang dimiliki oleh masyarakat Banjar. Namun, secara
konvensi, pamali Banjar begitu dipatuhi oleh masyarakat Banjar terutama pada zaman
dahulu. Pamali Banjar dilaksanakan oleh masyarakatnya karena takut akan katulahan atau
kualat. Apabila pantang larang dilanggar maka dipercaya akan mengakibatkan sesuatu
yang buruk bagi si pelanggar. Katulahan atau kualat yang dialami salah satunya adalah
sakit.
Pamali yang ada di masyarakat itu terbagi menjadi dua yaitu pamali yang masih
dilaksanakan dan juga pamali yang sudah tidak di laksanakan. Untuk pamali yang
dilaksanakan misalnya, Pamali duduk atawa badiri di muhara lawang, kaina balambat
balaki atawa babini, (Pemali duduk di depan pintu, nanti lambat dapat jodoh). Pantangan
tersebut apabila dilanggar, dipercaya akan mengakibatkan seseorang tersebut lambat
mendapatkan jodoh.
Meski sebagian masyarakat meyakini pamali sebagai mitos saja, nyatanya pamali
banyak dipercaya dari generasi ke generasi sampai sekarang. Dalam penelitian ini kami
membahas dan melakukan mini riset yang mana dilaksanakan di Kota Banjarmasin.
Mungkin banyak pertanyaan dari kita mengenai masalah pamali ini contohnya,
kenapa harus ada pamali? dan jawaban yang saya dapat dari masyarakat adalah pamali ini
berfungsi menjaga keselamatan diri maupun orang lain dan merupakan bentuk larangan
jika diamati kendungannya membawa keselamatan, sebab jika melanggar akan terjadi
keburukan yang membahayakan keselamatan diri. Lalu apakah ada pamali dalam Islam?
Menurut Adian Husaini dalam buku Liberalisasi Islam di Indonesia, dalam kajian aqidah
dikenal dengan istilah thiyarah atau tathayyur yang artinya merasa bernasib sial karena
sesuatu. Semuanya diharamkan dalam syari’at Islam dan termasuk perbuatan syirik.
Sebab, dengan ber-tathayyur, manusia dianggap telah menyalahi keyakinan terhadap
takdir atau ketentuan Allah SWT.
Dan menurut Firmansyah Lafiri dalam buku Spirit Al Bayan: Tausyiah dan
Pemikiran Pilihan juga beranggapan bahwa keyakinan tersebut tidak sesuai dengan
tauhid. Ia bahkan menyebutnya sebagai salah satu bentuk kesyirikan. Namun, menurut

5|Sospenag 2023
Nurhazmah dkk. Pamali menurut bahasa Arab disebut sebagai al-‘Aadah yang artinya
adat atau kebiasaan masyarakat. Sementara dalam fikih, pamali lebih dikenal dengan
nama ‘urf. Menurutnya, tidak semua pamali itu bertentangan dalam ajaran Islam. Salah
satu contohnya adalah larangan para orang tua kepada anaknya untuk tidak keluar rumah
ketika masuk waktu magrib karena dianggap bukan waktu yang baik.11
Pemali yang dilaksanakan biasanya berupa pemali yang masih jadi panutan dan
dianggap sebagai pembentuk nilai-nilai dalam perilaku, baik yang berhubungan dengan
Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan.

Pemali yang dilaksanakan sebagai berikut:


1. Pamali bangun malandaw, kaina kada parajakian.
(Pemali bangun kesiangan, nanti tidak lancar rezekinya).
2. Pamali guring imbah ashar, kaina tuha bisa gigilaan.
(Pemali tidur setelah salat ashar, nanti ketika tua akan menyebabkan kegilaan).
3. Pamali duduk atawa badiri di muhara lawang, kaina balambat balaki atawa babini.
(Pemali duduk di depan pintu, nanti lambat dapat jodoh).
4. Pamali masuk ke dalam rumah jalan lulungkang, kaina rumahnya bisa dimasuki maling.
(Pemali masuk ke dalam rumah lewat jendela karena akan menyebabkan rumahnya
dimasuki maling).
5. Pamali duduk di atas bantal kaina bisa babisul.
(Pemali duduk di atas bantak karena akan berbisul).
6. Pamali calon pangantin bajalan sebelum akad nikah, kaina manis dagingan. (Pemali
calon pengantin berjalan sebelum hari akad karena bisa menimbulkan hal-hal yang tidak
diinginkan).
7. Pamali guring imbah sumbahyang subuh, kaina mawaris miskin.
(Pemali tidur setelah salat subuh akan mewaris miskin).
8. Pamali bacacatuk ari malam, kaina mangiyau kamularatan.
(Pemali memukul-mukul dengan menimbulkan suara yang keras diwaktu malam hari
karena akan memanggil kesialan).
9. Pamali banyu mata gugur ka awak urang mati, kaina mayat kesakitan.
(Pemali air mata jatuh ketubuh orang yang sudah mati karena mayat akan kesakitan).
10. Pamali manilik urang di jamban, kaina matanya timbilan

11
Nurhazmah dkk, Hisabuna: Jurnal Ilmu Falak, Vol. 3 No. 3, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makasar, 2022.

6|Sospenag 2023
(Pemali mengintip orang yang lagi di toilet nanti matanya timbilan).

b. Pemali yang Tidak Dilaksanakan

Dan pemali yang tidak dilaksanakan umumnya karena konsep ruang dan waktu yang
telah berbeda. Pemali yang tidak dilaksanakan saja umumnya berupa kepercayaan-
kepercayaan animisme dan dinamisme atau percaya pada roh dan benda-benda. Pamali
dalam masyarakat adat Banjar yang sudah jarang dilakukan ini termasuk karena adanya
pergeseran nilai-nilai kehidupan akibat pengaruh modernisasi yang terjadi pada
masyarakat Banjar. Budaya modernisasi yang melanda masyarakat Banjar menjadikan
pamali sebagai salah satu tradisi lisan yang dijadikan sebagai batasan normatif dalam
perilaku sosial budaya, baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial yang
terpinggirkan.12

Pemali yang tidak dilaksanakan sebagai berikut:


1. Pamali manunjuk balahindang, kaina kutung tangan.
(Pemali menunjuk pelangi, karena akan menyebabkan kutung tangan).
2. Pamali bamainan kalayangan musim mangatam kaina bisa hilang sumangat banih.
(Pemali memainkan layang-layang di waktu musim panen karena akan hilang semangat
padi).
3. Pamali imbah makan langsung mandi, kaina parut buris.
(Pemali setelah makan langsung mandi, nanti perut buncit).
4. Pamali bajalan bajijir, kaina diranjah hantu.
(Pemali berjalan berjejer, nanti akan ditabrak hantu).
5. Pamali bajalan pas tangah hari jumat babahaya.
(Pemali berjalan diwaktu tengah hari jumat, karena berbahaya).
6. Pamali basuruy malam, bisa gugur iman.
(Pemali menyisir rambut malam hari, nanti jatuh iman).
7. Pamali bajajahit ari malam, kaina bisa miskin.
(Pemali menjahit malam hari, nanti jatuh miskin).
8. Pamali karancakan bagambar, kaina lakas mati.

12
Hatmiati Masyud, Tradisi “Pamali” Banjar dan Denyutnya yang Melemah, 2018,
https://alif.id/read/hatmiati-masyud/tradisi-pamali-banjar-dan-denyutnya-yang-melemah-b206837p/ (diakses
pada 22 april 2023)

7|Sospenag 2023
(Pemali terlalu sering berfoto, nanti akan cepat mati).
9. Pamali manatak kuku kakanakan parahatan guring, nanti handap umurnya. (Pemali
memotong kuku anak-anak saat tidur, nanti umurnya pendek).
10. Pamali masuk toilet kada batutukup kapala.
(Pemali masuk toilet tidak menutupi kepala).

Berdasarkan hail penelitian dilapangan adapun beberapa hal yang bisa


dijadikan saran sekaligus masukan sebagai berikut:
1. Setiap kepercayaan atau aturan apapun yang berlaku pada setiap etnik tidak apa-apa untuk
ditaati sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku, selagi tidak bertentangan dengan
agama dan masih dalam batas wajar.
2. Boleh menaati aturan dari pamali karena pamali merupakan kearifan lokal masyarakat
sehingga dengan tetap melaksanakan larangan pamali sama dengan menjaga kearifan
lokal, asalkan yang tidak bertentangan dengan ajaran agama.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebelumnya, disimpulkan bahwa pemali
bagi orang Banjar, merupakan sarat nilai-nilai yang berhubungan dengan ketuhanan, sesama
manusia, dan alam. Pemali membentuk sikap dan perilaku yang sejalan dengan norma adat
istiadat yang mereka miliki, yang dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu; pemali yang
etnik banjar laksanakan dan tidak dilaksanakan.

Pemali yang tidak dilaksanakan biasanya merupakan pemali yang berasal dari nenek
moyang yang berbeda zaman dan kebiasaan, namun adapula pemali yang sampai saat ini
masih dilaksanakan oleh etnik Banjar karena merupakan aturan yang tidak dapat dilanggar
dan akan mendapat musibah atau akibat yang biasanya masih berlaku sampai saat ini.

Setiap kepercayaan atau aturan apapun yang berlaku pada setiap etnik tidak apa-apa
untuk ditaati sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku, selagi tidak bertentangan dengan
agama dan masih dalam batas wajar.

Rekomendasi
Bagi masyarakat hendaklah untuk tidak terlalu mempercayai pamali, karena pamali
ituhanya kebiasaan yang berkembang di masyarakat akan tetapi jikalau pamali tersebut

8|Sospenag 2023
memberikan dapmpak positif bagi kita dan tidak menyimpang dari agama maka lakukan lah
dengan norma yang berlaku.

Daftar Pustaka

Dede Hidayatullah, Pamali Banjar Dan Ajaran Islam Banjar, Vol. 18, No.1, Juni 2019.
Ganie, Tajuddin Noor, Berjodoh dengan Suami Bermasalah Gara-gara Melanggar Pamali
Banjar Bagian II, (Banjarmasin: Karya Banjar Sejahtera, 2013)
Hariwijaya, Metodologi dan teknik penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, (Yogyakarta: el
Matera Publishing, 2017)
Jami’ah, Dkk, Analisis Kontruksi Sosial Dalam Pemaknaan Tradisi Lisan Budaya Pamali
Masyarakat Banjar, Vol. 5 No. 1, 2021.
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi I, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015)
Nurhazmah dkk, Hisabuna: Jurnal Ilmu Falak, Vol. 3 No. 3, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makasar, 2022.
Rokhmansyah, Alfian, Studi dan Pengkajian Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 15.
Sriwati, dkk, Pamali: Intervensi Dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Pola Piker Logis
Remaja Dalam Masyarakat, Jurnal Ilmusosial Dan Pendidikan, Vol . 6 No. 1, 2022.
Sudarni, Pelangi Kalimantan Selatan, (Amuntai: Hemat Publishing, 2012)
Sumasno Hadi. “Studi Etika Tentang Ajaran-Ajaran Moral Masyarakat” 3 (Juni 2015): 219.
Hatmiati Masyud, Tradisi “Pamali” Banjar dan Denyutnya yang Melemah, 2018,
https://alif.id/read/hatmiati-masyud/tradisi-pamali-banjar-dan-denyutnya-yang-
melemah-b206837p/ (diakses pada 22 april 2023)
Hatmiati, “Revitalisasi Pemali dalam Tradisi Lisan Orang Banjar”, 2015.
http://hiskiulmbjm.files.wordpress.com. (diakes 12 April 2023).

9|Sospenag 2023

Anda mungkin juga menyukai