Anda di halaman 1dari 10

Proposal Penelitian

Judul

Moderasi Beragama dalam Menjaga Tradisi Baritan di Masyarakat Pesisir

(Studi kasus tradisi baritan di Pemalang)

Bidang Penelitian:

1. Keagamaan Islam

Nama Peneliti

1. Esa Ababiel Ikhtiar Akbar


2. Nashrulloh Al Afani Shafar

Asal Madrasah

Madrasah Aliyah Negeri Pemalang

A. Latar Belakang Masalah

Tradisi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat pesisir di Pemalang,
Jawa Tengah. Salah satu tradisi yang mencerminkan hubungan erat mereka dengan lautan dan
sumber daya alam adalah tradisi Baritan. Tradisi ini melibatkan serangkaian ritual, musik, tarian, dan
persembahan kepada leluhur serta dewa-dewa laut. Namun, dalam menjaga keberlanjutan tradisi
Baritan, masyarakat pesisir Pemalang seringkali dihadapkan pada dilema tentang bagaimana
mempertahankan tradisi tersebut sambil memperhatikan nilai-nilai agama yang mereka anut.
Moderasi beragama dalam menjaga tradisi di masyarakat pesisir Pemalang menjadi aspek penting
dalam studi ini .

Moderasi beragama merupakan pendekatan yang seimbang antara tradisi lokal dan nilai-nilai
agama yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Dalam konteks ini, moderasi beragama berarti
menghormati dan mempertimbangkan nilai-nilai agama sambil tetap mempertahankan dan
merayakan tradisi budaya yang khas. Studi kasus yang fokus pada moderasi beragama dalam
menjaga tradisi Baritan di masyarakat pesisir Pemalang akan memberikan wawasan yang lebih
mendalam tentang bagaimana masyarakat mengintegrasikan nilai-nilai agama dengan tradisi mereka.
Peneliti akan melakukan,survie, wawancara dengan tokoh agama, pemimpin adat, dan anggota
masyarakat yang terlibat dalam tradisi Baritan untuk memahami pandangan mereka tentang
pentingnya menjaga tradisi sambil tetap memperhatikan nilai-nilai agama yang dijunjung tinggi.

Menurut para ahli, moderasi beragama dapat menjadi solusi yang efektif dalam menjaga
keberlanjutan tradisi di masyarakat pesisir. Menurut Ahmad Najib Burhani (2018), seorang
antropolog budaya Indonesia, dalam penelitiannya tentang agama dan tradisi budaya,
mengungkapkan pentingnya moderasi beragama dalam menjaga keberlanjutan tradisi budaya. Beliau
menekankan bahwa moderasi beragama memungkinkan adaptasi dan evolusi tradisi agar tetap
relevan dengan perubahan sosial dan konteks modern.1

Pendapat lain datang dari Aris Ananta (2015), seorang demografi dan peneliti sosial,
menyoroti pentingnya moderasi beragama dalam masyarakat multikultural seperti Pemalang. Beliau
berpendapat bahwa moderasi beragama memfasilitasi pengakuan dan penghormatan terhadap
pluralitas budaya dan keberagaman agama, sehingga mendorong kerukunan sosial dan harmoni
antar kelompok.2

Dalam kondisi ini, sering terjadinya perdebatan antara para tokoh agama dengan masyarakat
apakah tradisi tersebut sesuai dengan ajaran ajaran islam sehingga mengakibatkan kebingungan bagi
masyarakat itu sendiri. Studi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
bagaimana masyarakat pesisir Pemalang mengelola dan menyeimbangkan tradisi dan agama. Hasil
penelitian ini dapat menjadi acuan penting bagi masyarakat pesisir lainnya dalam menjaga
keberagaman budaya dan harmoni sosial melalui pendekatan.

B. Permasalahan dan Tujuan

Permasalahan

Dari latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan untuk bahan
penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk ritual adat baritan di masyarakat pesisir Pemalang


2. Bagaimana pandangan tokoh agama masyarakat pesisir di Pemalang terhadap ritual
adat baritan

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Menjelaskan bentuk ritual adat Baritan di masyarakat pesisir Pemalang: Tujuan pertama
penelitian ini adalah untuk mempelajari secara mendalam dan menjelaskan bentuk ritual adat
Baritan yang dilakukan oleh masyarakat pesisir Pemalang. Penelitian akan mencakup aspek-
aspek seperti tarian, musik, prosesi, dan persembahan yang terkait dengan tradisi Baritan.
Dengan memahami bentuk ritual adat ini, penelitian ini akan memberikan pemahaman yang
lebih baik tentang praktik tradisi ini dan bagaimana masyarakat melestarikannya.

1
Burhani, A. N. (2018). Religious Pluralism and Local Wisdom in Javanese Culture: The Case of Purwodadi Botanical
Garden. Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, 8(2), 257-280.
2
Ananta, A., & Yap, M. T. (2015). Religion and Ethnicity in Indonesian Politics: A Statistical Analysis. Asian Journal of
Social Science, 43(6), 731-757.
2. Menganalisis pandangan tokoh agama masyarakat pesisir di Pemalang terhadap ritual adat
Baritan: Tujuan kedua penelitian ini adalah untuk menganalisis pandangan tokoh agama yang
ada di masyarakat pesisir Pemalang terhadap ritual adat Baritan. Penelitian akan melibatkan
wawancara dan interaksi dengan tokoh agama, seperti pemuka agama atau ulama, untuk
memahami perspektif mereka terhadap tradisi ini. Analisis ini akan mengungkapkan sudut
pandang agama terkait dengan keberlanjutan dan integrasi tradisi adat dengan nilai-nilai agama
yang dipegang oleh masyarakat pesisir Pemalang.

C. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat dari Penelitian ini dapat Dilihat Dari bentuk:

1. Pelestarian Budaya Lokal: Penelitian tentang bentuk ritual adat baritan di masyarakat pesisir
Pemalang dapat membantu dalam pelestarian budaya lokal. Dengan memahami dan
mendokumentasikan ritual adat tersebut, penelitian ini dapat memainkan peran penting
dalam menjaga keberlanjutan budaya tradisional dan mencegah hilangnya pengetahuan dan
praktik-praktik yang unik. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan untuk mengembangkan program pendidikan dan kesadaran budaya di
kalangan masyarakat, termasuk generasi muda, sehingga mereka dapat memahami,
menghargai, dan melanjutkan tradisi tersebut.3
2. Harmoni Agama dan Budaya: Penelitian ini dapat membantu membangun harmoni antara
agama dan budaya dalam konteks ritual adat baritan di masyarakat pesisir Pemalang. Dengan
memahami pandangan tokoh agama terhadap ritual adat, penelitian ini dapat
mengidentifikasi nilai-nilai universal atau prinsip-prinsip yang bersamaan dalam ajaran agama
dan tradisi budaya. Hal ini dapat memperkuat keterkaitan antara agama dan budaya, serta
mendorong kesepakatan dan pemahaman bersama di antara keduanya4

3
Daryanto, M. A. (2018). Ritual Baritan sebagai Simbol Identitas Masyarakat Pesisir Pemalang: Kajian Antropologi
Budaya. Komunitas: International Journal of Indonesian Society and Culture, 10(2), 195-206.
4
Ariyanto, D. D. S. (2021). Pandangan Tokoh Agama Masyarakat Pesisir Pemalang Terhadap Ritual Adat Baritan di
Desa Tambaksari. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 2(2), 100-107.
D. Kajian Teori

Berdasarkan konteks permasalahan di atas peneliti menggunakan teori sebagai berikut:

1. Teori Pluralisme Agama adalah kerangka pemikiran yang mengakui dan menghargai
keragaman keyakinan dan praktik keagamaan di dalam suatu masyarakat. Dalam konteks
penelitian ini teori pluralisme agama relevan untuk memahami bagaimana keberagaman
agama dapat menjadi sumber kekuatan dalam menjaga dan mempertahankan tradisi
budaya.5
2. Teori Sosiologi Agama adalah pendekatan atau kerangka pemikiran yang digunakan untuk
memahami peran agama dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Teori ini melibatkan
penelitian tentang bagaimana agama mempengaruhi perilaku individu, struktur sosial,
norma, konflik, dan interaksi antarindividu dalam konteks kehidupan sosial.6
3. Teori moderasi adalah kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian untuk
memahami bagaimana variabel ketiga dapat mempengaruhi hubungan antara dua variabel
yang terkait. Variabel moderasi mempengaruhi kekuatan, arah, atau bentuk hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen, Baron dan Kenny (1986) menjelaskan
bahwa moderasi terjadi ketika hubungan antara dua variabel tidak konsisten, tetapi
bergantung pada tingkat atau keadaan variabel ketiga. Dengan kata lain, efek atau hubungan
antara dua variabel dapat berbeda tergantung pada nilai atau kondisi variabel moderasi yang
terlibat.7
4. Teori Dialog Antarbudaya dan Antaragama adalah konseptual yang di gunakan dalam
penelitian untuk mengetahui dialog dan interaksi yang saling menguntungkan antara budaya
dan agama. Dalam konteks penelitian ini, dialog antara masyarakat pesisir dan tokoh agama
dapat memperkaya pemahaman bersama tentang pentingnya menjaga tradisi ini dengan
mempertimbangkan nilai-nilai agama yang dijunjung tinggi.8

5
Khaerurrozikin, A. (2015). Problem Sosiologis Pluralisme Agama di Indonesia. Kalimah: Jurnal Studi Agama dan
Pemikiran Islam, 13(1), 93-114.
Hanik, U. (2017). PLURALISME AGAMA PERSPEKTIF TEORI STRUKTUAL FUNGSIONAL DAN INTERAKSIONISME
SIMBOLIK. Tribakti, 28(1).
6
Soehadha, M. (2021). MENUJU SOSIOLOGI BERAGAMA: Paradigma Keilmuan dan Tantangan Kontemporer Kajian
Sosiologi Agama di Indonesia. Jurnal Sosiologi Agama, 15(1), 1-20.
Abdussalam, A. (2014). Teori Sosiologi Islam (Kajian Sosiologis Terhadap Konsep-Konsep Sosiologi Dalam Alquran
Al-Karim). Ta’lim, 12(1), 25-40.
7
Baron, R. M., & Kenny, D. A. (1986). The moderator-mediator variable distinction in social psychological research:
Conceptual, strategic, and statistical considerations. Journal of Personality and Social Psychology, 51(6), 1173-
1182.
8
Albab, A. U. (2019). Interpretasi Dialog Antar Agama Dalam Berbagai Prespektif. Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial,
Dan Budaya, 2(1), 22-34.
E. Tinjauan Pustaka

Ritual adat baritan merupakan salah satu tradisi budaya yang masih dilestarikan oleh
masyarakat pesisir di Pemalang. Ritual ini melibatkan serangkaian upacara dan praktik yang
dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan juga sebagai sarana untuk
memohon berkah dan perlindungan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, penting
untuk memahami pandangan tokoh agama dalam masyarakat tersebut terhadap ritual adat
baritan.

Beberapa penelitian telah dilakukan yang berkaitan dengan pandangan tokoh agama terhadap
ritual adat di berbagai konteks budaya, di antara nya terdapat penelitian oleh:

1. Penelitian oleh Abdullah dan Ali (2017) mengungkapkan bahwa moderasi beragama
memainkan peran penting dalam menjaga kerukunan antaragama dalam tradisi. Beliau
menemukan bahwa pemahaman agama yang moderat dapat mendorong toleransi, rasa
hormat, dan kerja sama antar pemeluk agama dalam menegakkan tradisi tradisional. Kajian
ini menggaris bawahi pentingnya dialog antaragama yang dilandasi rasa saling menghargai
dan memahami untuk mempertahankan tradisi budaya seperti Baritan.9
2. Penelitian oleh Sari, N. L. A., & Pranata, A. pada tahun 2017 yang menunjukkan bahwa
moderasi beragama terdiri dari interaksi antara tokoh agama dan masyarakat dalam
mengukuhkan dan melaksanakan tradisi Baritan. Kajian ini menunjukkan pentingnya
pemahaman agama yang moderat dalam meneguhkan tradisi adat, menjaga kerukunan
antar umat beragama, dan mendorong kerjasama antar umat beragama di masyarakat
pesisir Pemalang.10
3. Penelitian Susilo dan Raharjo (2019) menekankan peran tokoh agama dalam mendorong
moderasi beragama dalam melestarikan tradisi. Kajian ini menunjukkan bahwa tokoh
agama memiliki kekuatan dan pengaruh untuk membentuk sikap dan pemahaman yang
moderat dalam masyarakat. Dalam konteks Baritan, pemuka agama bertindak sebagai
mediator antara kelompok agama yang berbeda, mempromosikan dialog antaragama dan
mempromosikan toleransi dan keragaman dalam menegakkan tradisi tradisional.11

Pada penelitian ini, peneliti lebih menitik beratkan pada pendapat antara tokoh agama
dan masyarakat yang sering menimbulkan perdebatan di antara keduanya tentang kesesuaian
tradisi tersebut dengan ajaran islam.

9
Sari, N. L. A., & Pranata, A. (2017). Konstruksi Moderasi Beragama dalam Tradisi Baritan di Masyarakat Pesisir
Pemalang. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 30(1), 37-45.
10
Abdullah, F., & Ali, M. (2017). Religious Moderation in the Context of Malaysian Traditional Games. Religions,
8(9), 197.
11
Susilo, S., & Raharjo, T. (2019). Pluralism and Moderate Islamic Teachings in the Efforts of Counteracting Radical
Ideology in Indonesia. Dinamika Ilmu, 19(1), 37-51.
F. Hipotesis

Adanya perbedaan pendapat pada tingkat moderasi antara tokoh agama dan
masyarakat dalam menjaga tradisi baritan dan kesesuaiannya dengan ajaran islam, sehingga
menimbulkan perdebatan dan kebingungan yang terus berlanjut.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran moderasi beragama dalam


menjaga tradisi Baritan di masyarakat pesisir, dengan fokus pada studi kasus tradisi Baritan di
Pemalang. Tradisi Baritan merupakan salah satu tradisi budaya yang dijalankan oleh masyarakat
pesisir Pemalang dengan erat kaitannya dengan nilai-nilai agama yang mereka anut. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, melibatkan partisipan yang
terlibat secara aktif dalam menjaga dan mempraktikkan tradisi Baritan.12Terdiri Dari:
1. Metode yang Digunakan:
Metode Kualitatif
Metode penelitian kualitatif digunakan untuk memahami fenomena sosial dalam
konteks yang mendalam dan komprehensif. Dalam penelitian ini, metode kualitatif akan
digunakan untuk menggali perspektif, sikap, dan pengalaman individu terkait dengan
moderasi beragama dan peran tradisi Baritan dalam menjaga harmoni sosial di masyarakat
pesisir.
Peneliti menggunakan metode ini dengan tujuan peneliti dapat memahami secara
perspektif dan pengalaman individu yang terkait dengan moderasi beragama dalam menjaga
tradisi Baritan.

2. Subjek Penelitian (Populasi dan Sampel):


-Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh obyek penelitian atau objek yang akan diteliti. Kelompok
sasaran penelitian ini adalah masyarakat dan tokoh agama di pesisir Pemalang.
-Sampel Penelitian
Dalam konteks penelitian, sampel mengacu pada sebagian kecil dari populasi yang
dipilih untuk penelitian dan dari mana generalisasi atau kesimpulan dibuat tentang populasi
secara keseluruhan. Sampel dipilih untuk mewakili karakteristik dan variasi yang terdapat
pada populasi, sehingga hasil pemeriksaan sampel dapat diekstrapolasikan ke populasi yang
lebih luas. 13

3. Teknik dan Alat Pengumpul Data:


12
Creswell, J. W. (2013). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches (4th ed.). SAGE
Publications.
13
Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldana, J. (2014). Qualitative data analysis: A methods sourcebook (3rd ed.).
SAGE Publications.
-Teknik
Wawancara (Interviews). Peneliti mewawancarai masyarakat pesisir dan pemuka agama
yang terlibat dalam tradisi Baritani di Pemalang. Wawancara dapat dilakukan secara
langsung atau melalui telepon dan dapat memberikan informasi kualitatif yang terperinci
tentang persepsi, pengalaman, dan pandangan mereka tentang moderasi beragama dan
pentingnya menegakkan tradisi Baritan.

-Alat Pengumpul Data


Rekaman Audio atau Video. Anda dapat menggunakan alat rekaman audio atau video untuk
merekam wawancara dengan anggota masyarakat pesisir yang terlibat dalam tradisi baritan
di Pemalang. Rekaman ini dapat membantu dalam mereproduksi informasi secara akurat
dan mendetail saat melakukan analisis lebih lanjut.

4. Rencana Analisis Data


1. Tahapan Reduksi Data
Tahapan reduksi data dilakukan dengan tujuan untuk merangkum data data yang telah
di kumpulkan dari hasil wawancara. Data yang telah terangkum akan difokuskan pada
hal hal penting yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Tahapan penyajian data
Tahap penyajian data merupakan Proses mengkomunikasikan temuan atau hasil analisis
dari data penelitian kepada pembaca atau audiens dengan cara yang jelas dan
informatif. Data yang telah direduksi perlu diorganisir dengan baik sebelum disajikan.
Hal ini mencakup pengaturan data dalam format yang mudah dibaca dan dipahami hal
ini dilakukan supaya data penelitian dapat dipahami dengan jelas dan memberikan
gambaran yang akurat tentang temuan atau hasil analisis yang telah dilakukan.14
3. Tahapan validasi data
Tahapan validasi data merupakan tahapan terakhir pada proses analisis data kualitatif.
Pada tahap ini, akan di jelaskan kesimpulan data-data yang diperoleh saat penelitian.
Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk menunjukan bukti bahwa laporan ini dapat
di pertanggung jawabkan.15

Jadwal Penelitian
14
ufte, E. R. (2006). Beautiful evidence. Graphics Press.
15
Muhson, A. (2006). Teknik analisis kuantitatif. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta, 183-196.
Agusta, I. (2003). Teknik pengumpulan dan analisis data kualitatif. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Litbang
Pertanian, Bogor, 27(10).
No. Uraian 20 29 8 – 11 16 23 4 - 6 11 - 20 3 – 7
Kegiatan Mar. – Mei Jun. Jun Jun. - Agu. 13 Agu. Agu.
19 23 23 23 3 Agu. 23 Agu. 23 23
Mei 23 23
23
1 Pendaftaran
Unggah
Proposal
Penelitian
2 Pengumuman
Hasil
Penilaian
Proposal
3 Pengumuman
Proposal
Penelitian
4 Pengumuman
Hasil
Presemtasi
Proposal
5 Pembibingan
dan
Pelaksanaan
Penelitian
6 Pengumpulan
Hasil
Penelitian &
Draf Artikel
7 Presentasi
Hasil
Penelitian
8 Pengumuman
Hasil
Presentasi
Penelitian
9 Grand Final
dan
Presentasi
Hasil dan
MYRES EXPO
Daftar Pustaka
Abror, M. (2020). Moderasi Beragama Dalam Bingkai Toleransi. Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, 1(2),
143-155.

Abdussalam, A. (2014). Teori Sosiologi Islam (Kajian Sosiologis Terhadap Konsep-Konsep Sosiologi Dalam
Alquran Al-Karim). Ta’lim, 12(1), 25-40

Abdullah, F., & Ali, M. (2017). Religious Moderation in the Context of Malaysian Traditional Games.
Religions, 8(9), 197.

Agusta, I. (2003). Teknik pengumpulan dan analisis data kualitatif. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi.
Litbang Pertanian, Bogor, 27(10).

Akhmadi, A. (2019). Moderasi beragama dalam keragaman Indonesia. Inovasi-Jurnal Diklat


Keagamaan, 13(2), 45-55.

Ananta, A., & Yap, M. T. (2015). Religion and Ethnicity in Indonesian Politics: A Statistical Analysis. Asian
Journal of Social Science, 43(6), 731-757.

Burhani, A. N. (2018). Religious Pluralism and Local Wisdom in Javanese Culture: The Case of
PurwodadiBotanical Garden. Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, 8(2), 257-280.

Creswell, J. W. (2013). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches (4th
ed.). SAGE Publications.

Daryanto, M. A. (2018). Ritual Baritan sebagai Simbol Identitas Masyarakat Pesisir Pemalang: Kajian
Antropologi Budaya. Komunitas: International Journal of Indonesian Society and Culture, 10(2), 195-206.

Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (Eds.). (2018). The Sage Handbook of Qualitative Research. Sage
Publications.

Fahri, M., & Zainuri, A. (2019). Moderasi beragama di Indonesia. Intizar, 25(2), 95-100.

Haryanto, J. T. (2022). Moderasi Beragama pada Tradisi Perang Centong dalam Prosesi Pernikahan di
Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Harmoni, 21(1), 25-44.

Hanik, U. (2017). PLURALISME AGAMA PERSPEKTIF TEORI STRUKTUAL FUNGSIONAL DAN


INTERAKSIONISME SIMBOLIK. Tribakti, 28(1).

Khaerurrozikin, A. (2015). Problem Sosiologis Pluralisme Agama di Indonesia. Kalimah: Jurnal Studi
Agama dan Pemikiran Islam, 13(1), 93-114.

Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldana, J. (2014). Qualitative data analysis: A methods sourcebook
(3rd ed.). SAGE Publications.

Muhson, A. (2006). Teknik analisis kuantitatif. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta, 183-196.
Nisa, M. K., Yani, A., Andika, A., Yunus, E. M., & Rahman, Y. (2021). Moderasi Beragama: Landasan
Moderasi Dalam Tradisi Berbagai Agama Dan Implementasi Di Era Disrupsi Digital. Jurnal Riset
Agama, 1(3), 79-96.

Rachmawati, I. N. (2007). Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif: wawancara. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 11(1), 35-40.

Sari, N. L. A., & Pranata, A. (2017). Konstruksi Moderasi Beragama dalam Tradisi Baritan di Masyarakat
Pesisir Pemalang. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 30(1), 37-45.

Soehadha, M. (2021). MENUJU SOSIOLOGI BERAGAMA: Paradigma Keilmuan dan Tantangan


Kontemporer Kajian Sosiologi Agama di Indonesia. Jurnal Sosiologi Agama, 15(1), 1-20.

Susilo, S., & Raharjo, T. (2019). Pluralism and Moderate Islamic Teachings in the Efforts of Counteracting
Radical Ideology in Indonesia. Dinamika Ilmu, 19(1), 37-51.

Soegijono, M. S. (1993). Wawancara sebagai salah satu metode pengumpulan data. Media Penelitian
Dan Pengembangan Kesehatan, 3(1), 157152.

Ufte, E. R. (2006). Beautiful evidence. Graphics Press.

Anda mungkin juga menyukai