Kaifa halukum abnai at-thalabah?. Semoga kalian di rumah tetap sehat dan selalu dalam
lindungan Allah subhanahu wa ta’ala. Mari kita senantiasa bersyukur kepada Allah Swt dengan
meningkatkan ibadah dan amal sholih kepada-Nya. Tidak lupa juga mari kita bershalawat kepada Rasul,
Muhammad Saw yang kita jadikan panutan dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Wa Ba’du.
Baik, pada pertemuan ini kita akan melanjutkan pembahasan tentang NAAT HAQIQI DAN NAAT
SABABI agar lebih tajam. Kita akan mengupas tentang contoh-contoh Na’at Sababi beserta
pembahasannya. Sebelum kita masuk ke contoh-contoh, silahkan dibaca ulang dengan seksama materi
pertemuan sebelumnya.
Jadi,
Jadi,
ِّ ْت بِّالطَّائِّريْ ِّن الْغَ ِّري
ب َش ْكلُ ُه َما ُ َعثَـ ْر
َ
(Aku menemukan dua burung yang bentuknya
unik).
Jawabannya adalah karena hakikatnya kata ٌَعاقِّلَة Ya, sudah. Karena ( طَالِّبُـ ْو َنman’ut) adalah
(munnats dan mufrod) mensifati kata jamak, nakirah, mudzakkar, dan marfu
setelahnya, yaitu ( أ َُّم َهاتـُ ُه ْمmuannats dan jamak) (dengan wawu karena jamak mudzakkar
bukan kata sebelumnya, yaitu ( طَالِّبُـ ْو َنmudzakkar salim). Dan kata ( َعاقِّلُ ْو َنna’at) juga jamak,
dan jamak) nakirah, mudzakkar, dan marfu’ (dengan
wawu karena jamak mudzakkar salim).
Pertanyaan kedua. Mengapa na’at berbentuk
mufrod ٌ َعاقِّلَةbukan ت ِّ
ٌ َعاق ََلberbentuk jamak Oleh karena itu syarat na’at kepada man’ut
padahal kata yang disifati adalah berbentuk di atas sudah terpenuhi semua, yaitu :
jamak, yaitu ? أ َُّم َهاتُـ ُه ْم 1. man’utnya jamak na’atnya juga ism
jamak,
2. man’utnya nakirah, na’atnya juga
Jawabannya adalah karena na’at sababi itu
nakirah,
hanya berbentuk mufrod saja tidak boleh
3. man’utnya mudzakkar , na’atnya
mutsanna ataupun jamak. Dia (na’at sababi)
juga mudzakkar,
hanya menyesuaikan dengan kata yang disifati
man’utnya marfu’ (dengan wawu karena
(kata yang terletak setelah na’at sababi) dalam
jamak mudzakkar salim), na’atnya juga
hal mudzakkar atau muannatsnya saja tanpa
marfu’ (dengan wawu karena jamak
memperhatikan mutsanna ataupun jamak.
mudzakkar salim).
Pertanyaan ketiga. Mengapa kata yang terletak
setelah na’at sababi pasti marfu’? Inilah yang disebut dengan na’at haqiqi,
yaitu na’at yang mensifati pada diri
Jawabannya adalah karena kata yang setelan man’utnya secara langsung. Kata َعاقِّلُ ْو َن
na’at sababi menduduki sebagai fa’il (jika na’at langsung mensifati طَالِّبُـ ْو َن.
sababi berbentuk ism fa’il atau shifat
musyabbahah) dan na’ibul fa’il (jika na’at sababi
berbentuk ism maf’ul).
Demikian penjelas tentang Naat Haqiqi dan Na’at Sababi, jika ada hal-hal yang belum dipahami
bisa tanya teman atau langsung ke saya via Whatsapp.