Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEBANGKITAN DAN KEMAJUAN BARAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN DUNIA


ISLAM

Dosen Pengampu:

Dr. H. Imam Ghozali Budiharji, M.Si

Diususun oleh :

Hilda Siti Nurfaizah NIM (1195020054)

Labibah Inas A NIM (1195020065)

Moch Rizny Dickarnia NIM (1195020077)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERTAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasca keruntuhan kejayaan Islam pada Abad Pertengahan yang yang dimaknai sebagai era ”the
Golden Age of Islam,” transformasi filsafat dan ilmu pengetahuan dari dunia Islam ke dunia
Barat memunculkan sebuah Era Reneisans di Barat yang mengusung tema humanisme
(memanusiakan manusia). Meskipun kejayaan Islam yang berpusat di Bagdad telah runtuh,
namun muncul 3 kerajaan besar di Dunia Islam. Tidak dapat dipungkiri bahwa arus modernisasi
di Barat pada abad ke-17 telah membawa pembaharuan dibidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, sementara dunia Islam mengalami kemunduran.

Selama beradab-abad Islam pernah berkuasa di Eropa. Jejak kegemilangan dan warisan berharga
masih terlihat hingga sekarang. Menurut Tufik Abdullah dalam Ensiklopedi Tematis Dunia
Islam, keruntuhan Dinasti Ottoman di Eropa dimulai setelah masa pemerintahan Sulaiman I atau
pada abad 15. Pada masa ini, kerajaan Utsmani hanya dapat bertahan dari serangan musuh dan
hanya dapat meluaskan sedikit wilayah.

Ini dikarenakan kerajaan yang besar ini dipimpin oleh sultan yang lemah. Tidak seperti sultan-
sultan sebelumnya. Kondisi ini dimanfaatkan oleh negara Eropa untuk melakukan ekspansi ke
dunia Islam.

Banyak faktor yang menyebabkan mengalami kemunduran dan kehancuran. Antara lain,
wilayahnya yang demikian luas sehingga sulit diatur dengan baik karena banyak masalah yang
harus dipecahkan, timbulnya ketidakadilan, suburnya praktik kolusi serta sogokan dengan
banyak hadiah, serta merajalelanya perampokan dan kejahatan.

Kemerosotan ekonomi juga menjadi faktor penyebab kemunduran Utsmani, yakni terkait biaya
perang yang begitu mahal sehingga mengurangi keuangan negara. Peperangan yang
berkepanjangan, antara lain, terjadi antara pasukan Ottoman dan Hungaria.

Kekalahan demi kekalahan dialami pasukan Utsmani yang telah letih berperang. Ditambah lagi,
faktor kemanusiaan yang mengabaikan kesejahteraan rakyat karena para pejabat negara
disibukkan dengan masalah perang sehingga kehidupan rakyat dilalaikan.

Kerusakan moral juga merambah istana dengan adanya pesta yang dilakukan dengan minuman
keras dan para dayang yang mengitari para pembesar negara. Kelemahan kerjaan besar itu juga
diakibatkan ikut campurnya para istri sultan dalam mengatur pemerintahan.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana kondisi dunia barat pada abad XVI s.d. XVIII?


2. Apa sebab – sebab yang mendorong kebangkitan dan kemajuan peradaban barat?

3. Bagaimana kondisi dunia Islam pada periode keruntuhannya?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kondisi dunia barat pada abad XVI s.d. XVIII

2. Untuk mengetahui sebab – sebab yang mendorong kebangkitan dan kemajuan peradaban barat

3. Untuk mengetahui kondisi dunia Islam pada periode keruntuhannya


BAB II

PEMBAHASAN

A. Kondisi dunia barat pada abad XVI s.d. XVII

a. Kebangkitan dan kemajuan Barat serta Hubungannya dengan dunia islam

The Enlightenment Age atau Enlightenment Age (Inggris: Enlightenment Age; Jerman:
Aufklärung) adalah era sekitar abad ke-18 di Eropa. Diketahui bahwa ia memiliki semangat
kepercayaan tradisional yang direvisi dan memisahkan pengaruh agama dari pemerintah.
Berawal dari pemikiran seperti ini, masyarakat mulai menyadari pentingnya diskusi dan
pemikiran ilmiah. Sekularisme menjadi landasan peradaban Eropa yang maju.

Semangat ini kemudian menyebar ke wilayah jajahan Asia dan Eropa, termasuk Indonesia,
padahal Indonesia bukan negara sekuler. Contoh nyata adalah pendirian Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Museum Gajah), sebuah asosiasi yang
mempelajari penelitian ilmiah.

Zaman Pencerahan berlangsung dari 1687 hingga 1789 M, masa panen budaya dan sejarah Barat.
Persis seperti penemuan mesiu, mesin cetak dan kompas, ini adalah perubahan besar dan telah
mempengaruhi dunia saat ini.

Transformasi era Pencerahan memiliki empat ciri:

 Kapitalisme awal / merkantilisme.


 Kemandirian / Individualisme.
 Peran rasional.
 Perkembangan teknologi yang pesat.

b. Kemunduran Islam dan kemajuan Barat

Bersamaan dengan mundurnya ketiga kerajaan Islam pada periode pertengahan sejarah Islam,
Barat yang tengah dalam kebodohan dan keterbelakangan memancarkan sinarnya keseluruh
dunia. Kemajuan Barat tidak lepas dari sumbangan khazanah keilmuan dan metode berpikir
Islam yang rasional. Diantara saluran yang masuknya peradaban Islam ke eropa adalah Perang
Salib, Sicilia dan Spanyol yang Eropa merupakan bagian dari Islam itu sendiri. Ketika Islam
berjaya di Spanyol, sejak abad ke-12 M, banyak orang belajar di sana, dan banyak menerjemah
karya-karya ilmiah umat Islam. Sepulang ke negeri masing-masing mereka meniru pola Islam
mengajarkan ilmu pengetahuan yang dipelajari di universitas-universitas Islam, dan inilah yang
selanjutnya melahirkan renaissance, reformasi, dan rasionalisme Eropa.

Abad ke-16 dan 17 M. merupakan era signifikan dalam proses renaissance Barat, sedangkan
akhir abad ke-17 merupakan era kemunduran. Di masa inilah Barat banyak melakukan
penyelidikan terhadap alam semesta, penaklukan laut dan penjelajahan benua yang masih
diselimuti oleh kegelapan. Kemajuan dalam bidang perdagangan bisa dilihat dengan
ditemukannya Benua Amerika pada tahun 1492 M. oleh Christoper Colombus, dan Vasco da
Gama menemukan jalan ke Timur melalui Tanjung Harapan. Disamping perkembangan di
bidang ekonomi, Barat juga berkembang pesat di bidang ilmu pengetahuan, terutama untuk
kekuatan militer. Meskipun sebelumnya pasukan Turki Usmani, memiliki kemajuan yang cukup
pesat dan ini diakui oleh dunia. Dengan semua ini semakin lengkaplah kemunduran Islam di
berbagai bidang di banding Barat. Ini semua bisa dilihat dengan kalah telaknya kekuatan Islam
terhadap Barat, seperti Turki Usmani yang berperang dengan Eropa, dan Kerajaan Mughal
dengan Inggris, dan beberapa kekuatan Islam di Asia Tenggara jatuh ke tangan Barat, terlebih
Mesir sebagai salah satu pusat peradaban Islam jatuh ke tangan Napoleon Bonaparte dari Prancis
pada tahun 1798 M.

Dengan semakin lebarnya jurang antara Timur dan Barat ini, semakin membuka mata orang
Timur untuk banyak belajar dari Barat, disamping dalam perkembangannya hampir seluruh
kekuasaan Islam jatuh ke tangan Barat . Disamping kemunduran yang tersebut diatas, ternyata
ada hal yang cukup signifikan yang perlu kita renungkan, yakni, ternyata keagamaan yang
dimiliki oleh kaum muslim angkatan pertama lebih dahsyat dalam memaknai agamanya, mereka
beranggapan bahwa agama mereka mempunyai keistimewaan dibanding dengan agama lain.

Sedangkan zaman-zaman selanjutnya lebih mengutamakan lahiriah, sehingga berbagai bentuk


ibadah kehilangan jiwanya dan tinggal bentuk amalan belaka. Bahkan, yang ironis, banyak kaum
muslimin yang suka bermewah-mewah, bermaksiat, mereka merasa berhak menggunakan harta
rakyat, ingin mendapatkan kemenangan dengan gratis, mereka enggan menginfakkan harta
karena putus asa menghadapi musuh yang kuat, dan yang lebih parah lagi, mereka enggan
berkorban dengan jiwa. Sedangkan orang Nasrani pada Perang Dunia I dan II, tidak menghitung-
hitung apa yang mereka korbankan.

Selain itu sebenarnya Barat mempunyai utang budaya (cultural indebtedness) terhadap kaum
muslimin, namun karena keangkuhannya Barat mengecilkan, menutupi, dan mengingkari
peranan muslim terhadap perkembangan Barat sampai saat ini.

c. Penetrasi Kolonialisme Barat

Tahun 1800 M sampai sekarang merupakan periode Modern bagi sejarah Islam, yang mana di
awal periode ini, merupakan periode dimana Islam di bawah penetrasi kolonialisme Barat, hal ini
ditandai dengan Kerajaan Shafawi hancur di awal abad ke-18 M, dan kerajaan Mughal hancur
pada awal paro kedua abad ke-19 M di tangan Inggris, yang kemudian mengambil alih
kekuasaan di anak benua India. Kekuatan Islam terakhir yang masih disegani oleh lawan adalah
kerajaan Usmani di Turki. Akan tetapi, yang terakhir ini pun terus mengalami kemunduran demi
kemunduran, sehingga ia dijuluki sebagai The Sick Man of Europe, orang sakit dari Eropa.
Kelemahan kerajaan-kerajaan Islam itu menyebabkan Eropa dapat mencaplok, menduduki, dan
menjajah negeri-negeri Islam dengan mudah. Setidaknya penetrasi Barat terhadap negara muslim
bisa dilihat dari kekalahan Kerajaan Mughal terhadap Inggris pada tahun 1857 M, Inggris pun
berusaha menguasai Afganistan dan Kesultanan Muslim Baluchistan di masukkan dibawah
kekuasaan India-Inggris, pada tahun 1899 M. Sedangkan di Asia Tenggara, dimana Islam baru
berkembang, Portugis menaklukkan Kerajaan Islam Malaya, pada tahun 1511 M, kerajaan ini
berdiri pada awal abad ke-15 M, merupakan kerajaan Islam kedua setelah Kerajaan Samudra
Pasai. Pun, pada tahun 1521 M. Spanyol datang ke Maluku dengan maksud dagang, serta
berhasil menguasai Filipina, yang di dalamnya terdapat kerajaan Islam seperti Kesultanan
Maguindanao, Kesultanan Buayan, dan Kesultanan Sulu.

Dan pada akhir abad ke-16 M. Belanda, Inggris, Denmark, namun kedua negara terakhir tidak
berhasil menjajah negara di Asia Tenggara, melainkan berdagang saja. Lain halnya dengan
Belanda dengan VOC-nya berhasil mengambil peran politik setelah mereka datang ke Nusantara
pada tahun 1595 M. meskipun kedatangan Belanda di tentang oleh penduduk lokal dengan
berbagai peperangan, yang terbesar adalah Perang Aceh, Perang Paderi di Minangkabau, dan
Perang Diponegoro di Jawa, namun kesemua peperangan tersebut dimenangkan oleh Belanda.
Sedangkan Inggris menancapkan kekuasaannya di Semenanjung Malaya, termasuk Singapura,
Kalimantan Barat, dan Brunai, bahkan sempat tercatat bisa menguasai seluruh Indonesia untuk
jangka waktu yang tidak lama.

Sedangkan untuk Turki Usmani, Barat masih memandang mereka sebagai kekuatan yang patut
disegani. Namun setelah kekalahan dalam peperangan Wina Turki terhadap Eropa pada tahun
1683 M, telah membuka mata Barat bahwa Turki dalam kemunduran, dan akhir kekuasaan Turki
di Eropa ditandai dengan ditandanganinya Perjanjian San Stefano (Maret, 1878), dan Perjanjian
Berlin (Juni-Juli, 1878) antara Kerajaan Turki Usmani dan Rusia. Dan kekuasaan Turki Usmani
benar-benar terhapus pada tahun 1924 M, di saat Turki Usmani bersama Jerman kalah dalam
Perang Dunia I, semua kekuasaannya diambil alih oleh Bangsa Eropa yang menang perang, baik
di Asia maupun Afrika. Perang ini merupakan proses akhir penaklukan Eropa terhadap Islam.

Lain halnya di Timur Tengah, penetrasi Barat terhadap Islam dilakukan oleh Prancis yang
merasa perlu memutus jalur komunikasi Inggris di Barat dan India di Timur, dengan menguasai
Mesir pada tahun 1789 M. Selain motivasi tersebut, sebenarnya motif ekonomi juga
melatarbelakangi, yang mana Prancis bermaksud mendistribusikan barang-barangnya ke Turki,
Syiria, Hijaz, pun juga ke Timur Jauh. Napoleon Bonaparte selaku Panglima Ekspidisi
berkeinginan untuk mengikuti jejak Alexander the Greet dari Macedonia, yang menguasai Eropa
dan Asia, sampai ke India. Namun pada tahun 1799 M. kondisi politik Prancis memaksa
Napoleon untuk meninggalkan Prancis, kemudian digantikan Jenderal Kleber, yang kemudian
kalah dalam peperangan melawan Inggris, dan dipaksa meninggalkan Mesir Pada 31 Agustus
1801 M.
Ditengah kekosongan kekuasaan di Mesir, Muhammad Ali (1769-1849 M.), perwira Turki,
mengambil alih kepemimpinan dengan dukungan rakyat berhasil membangun dinastinya, namun
pada tahun 1882 M. Inggris berhasil menaklukkan kekuasaan ini.

Sedangkan negara-negara yang dikuasai Turki Usmani dan jatuh ke Rusia adalah sebagai
berikut; Kaukasia (1834-1859), Asia Tengah (1837-1847), Koakand (1853-1865), Sekitar
Samarkand dan Bukhara (1853-1865), Iran (1941- 1946).

Dari sini nampaklah bagaimana Islam diobok-obok oleh Barat, apalagi Islam merasakan trauma
Perang Salib, dan peperangan lain, serta begitu lamanya Barat menjajah negara-negara Islam.

B. Sebab – sebab yang mendorong kebangkitan dan kemajuan peradaban Barat

Masuknya Islam ke Andalusia (Spanyol) memberikan dampak yang sangat besar terhadap
perkembangan kebudayaan di Eropa. Kebudayaan Islam telah membuka jalan bagi munculnya
peradaban Eropa di masa yang akan datang. Kemajuan itu berdampak pada terjadinya Renaisans
di Eropa selama abad pertengahan.

Hal itu terjadi lantaran Eropa pada masa sebelum Islam datang, masih sangat terbelakang dan
diliputi oleh kegelapan. Selama rentang waktu kurang lebih tujuh setengah abad, umat Islam di
Spanyol telah mencapai kemajuan yang pesat baik di bidang ilmu pengetahuan maupun
kebudayaan.

Dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan, Islam di Spanyol telah mulai membangunnya pada
awal abad ke-9 M, selama masa pemerintahan Muhammad Ibn Abd Ar-Rahman. Kebijakan
mengenai filsafat kemudian dilanjutkan oleh penguasa selanjutnya, Al Hakam, yang
mengeluarkan kebijakan untuk mengirimkan hasil karya ilmiah dari timur dalam jumlah besar ke
wilayah Andalusia.

Kebijakannya itu telah menjadikan Cordoba sebagai pusat pengetahuan Islam di Eropa, sejajar
dengan Baghdad. Beberapa tokoh filsafat yang lahir pada masa itu adalah Ibnu Bajah, Abu Bakar
Ibn Thufail, Ibnu Maimun, Ibnu Arabi, dan masih banyak lagi.

Peradaban Islam di Andalusia dalam bidang sains, melahirkan banyak tokoh penting yang
mengembangkan ilmu pengetahuan, yang banyak digunakan di dunia timur maupun barat.
Seperti Ibnu Sina, yang ahli dalam bidang matematika dan ahli ekologi.

Selanjutnya, ada Ibnu Saffat dan Al-Kimmy, yang ahli dalam bidang matematika dan teknik.
Dalam bidang fisika, salah satu tokoh paling terkenal adalah Ar-Razi. Ia adalah ilmuwan Islam
yang membuat dasar ilmu kimia dan menolak hasil-hasil yang tidak ilmiah. Ar-Razi juga
menemukan rumusan klasifikasi bintang, tumbuhan, dan numerial, serta membuat sejumlah
substasi proses kimiawi.
Tidak hanya perkembangan di bidang ilmu pengetahuan saja, penguasa Islam Spanyol pun
sangat memperhatikan pengmbangunan fisik yang terjadi di wilayah Andalusia. Di sana telah
dibangun fasilitas-fasilitas publik untuk menunjang kemajuan peradaban, seperti perpustakaan
yang jumlahnya sangat banyak, gedung pertanian, jembatan, saluran irigasi, dan lain sebagainya.
Bangunan-bangunan penting itu ditata dengan sedimikian rupa sehingga terlihat sangat rapi.

Menurut para ahli, di Cordoba terdapat 700 masjid, dan 300 tempat pemandian umum. Bangunan
istana yang sangat megah pun dibangun di sana, seperti Istana Raja Az-Zahra dan Istana Al-
Hamra, yang memiliki arsitektur sangat indah dan megah.

Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa- penguasa yang kuat dan
berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan- kekuatan umat Islam, seperti Abd Al
Rahman Al-Dakhil, Abd Al-Rahman Al- Wasith dan Abd Al-Kahman Al-Nashir.

Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-


penguasa lainnya yang mempelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting di antara
penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad Ibn Abd Al-Rahman
(852-886) dan Al- Hakam II Al- Muntashir (961-976). Toleransi beragama ditegakkan oleh para
penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga, mereka ikut berpartisipasi
mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol. Untuk orang Kristen, sebagaimana juga orang-
orang Yahudi, disediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama
mereka masing-masing.

Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas,
baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi beragama, komunitas-komunitas
itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan kelebihannya masing-masing.

Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol,
hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad ke-11 M dan
seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah Islam ke ujung
timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa,
meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat api yang disebut
kesatuan budaya dunia Islam.

Perpecahan politik pada masa Muluk Al-Thawa‟if dan sesudahnya tidak menyebabkan
mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan, merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan,
Kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Sevilla,
Granada, dan lain-lain berusaha menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan
satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk Al-Thawa‟if berhasil
mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang di antaranya justru lebih maju.
C. Kondisi dunia Islam pada periode keruntuhannya

Kemunduran Islam ditandai dengan hancurnya pusat peradaban Islam di Bagdad tahun 1258
akibat serangan bangsa Mongol. Ekspansi terakhir yang dilakukan bangsa Mongol terjadi
permulaan abad ke-15 dipimpin oleh Timur Lenk yang terkenal bengisnya, telah membunuh
umat Islam sekitar 70.000 jiwa setelah serbuan ke Kota Isfahan, Persia.16 Dengan demikian
kemuduran Islam di abad pertengahan ditandai dengan hubungannya dengan Kristen, di mana
negara-negara Islam jatuh ke tangan imperialis kaum Kristen dan hancurnya kota Bagdad yang
merupakan pusat keilmuan umat Islam ke tangan bangsa Mongol.

Demikian pula, masih di abad pertengahan, terutama memasuki tahun 1492 warga muslim yang
berkuasa di Spanyol masih tetap bertahan, sampai pada akhirnya terdapat perjanjian yang
menjamin kebebasan beragama muslim, tetapi pada kenyataannya, setelah memasuki 1501
Perundangan Spanyol memaksa pihak muslim mengambil satu pilihan berpindah agama atau
dikeluarkan dari Spanyol. Banyak warga Spanyol yang secara rahasia tetap sebagai muslim yang
mencoba mendamaikan antara sikap batin yang cenderung kepada Islam dengan sikap lahir yang
memeluk Kristen. Akibatnya sejumlah teks Arab abad lima belas berusaha measukkan tradisi
Kristen kepada keyakinan muslim, misalnya dengan menegaskan bahwa Yesus sebagai tuhan
bapak tidak lain hanyalah sebuah ketokohan dalam perkataan. Demikialah pengalaman buruk
hubungan antara Kristen dan Islam di abad pertengahan. Pengalaman buruk ini disebabkan di
satu sisi muslim tidak kuat lagi secara terang-terangan mempertahankan doktrin keagamaannya,
di sisi lain adanya pemerintahan Kristen yang memaksakan agamanya untuk di anut.

Terpaan moderenisme terhadap dunia Islam bersama-sama dengan berbagai dekadensi di dalam
berbagai peradaban dan pemikiran yang bermula sejak abad ke-18 M, menghancurkan solidaritas
dunia Islam dan mengungkung tradisi Islam secara universal dari pandangan kaum muslimin
sendiri.

Akibat dominasi peradaban Barat terhadap dunia Islam, tak ayal lagi, dunia Islam berada di
persimpangan jalan dengan keterbelakangan yang tertinggal jauh, Beberapa akibat yang muncul
dari keterbelakangan dunia Islam, penulis mencoba mengidentifikasi:

1. Dekadensi

Dekadensi dapat diartikan sebagai suatu kejatuhan dari sebuah norma yang sempurna, namun
masih berkaitan dengan norma tersebut. Menurut Hossein Nasr, baik secara sadar maupun tidak,
peradaban Islam dipengaruhi sistem Sarat moderen yang secara tersembunyi dan secara halus,
memberikan norma dan kriteria untuk menentukan keadaandekadensi. Bagaimana situasi umat
Islam terhadap hadirnya dekadensi ini? Abul

Hasan Ali al-Hasanyan Nadwy menjelaskan:


"Suatu keanehan yang benar-benar sudah menjadi kenyataan bahwa kaum Muslimin di berbagai
penjuru dunia di zaman akhir-akhir ini, termasuk mereka yang berada di pusat-pusat kedudukan
Islam dan kota- kota metropolitannya agama Islam rela menjadi sekutu kejahiliahan Eropa
bahkan mau menjadi pasukan suka-rela Eropa .Akhirnya akhlak kejahiliahan dan prinsip filsafat
Eropa meresap mempengaruhi jasmani dan rohani mereka seperti mengalirnya aliran listrik
melalui kawat-kawat listrik. Kita dapat saksikan Western Materialism (ciri-ciri hidup kebendaan
Eropa) telah menjadi ciri-ciri kehidupan dan masyarakat dalam negara-negara Islam."

Seiring dengan keterangan di atas, Ali Syariati menjelaskan:

"Dewasa ini standar-standar kepantasan didasarkan atas norma-norma yang ditentukan oleh
Barat. Demikianlah pria yang terhormat, wanita yang terhormat, jejaka yang terhormat dan anak
gadis yang terhormat karena mereka telah mempertunjukkan norma kehormatan Barat dalam
sopan- santun mereka."

Kesadaran akan dekadensi ini, dunia Islam diharapkan mampu menjadi situasi yang dinamis
dalam pembangunan serta mencipta dan menjadi keadaan yang penuh kreatifitas moral. Umat
Islam harus memiliki kemampuan untuk mengubah apa yang dimilikinya menjadi makna yang
kreatif dan membangkitkan. Dengan kemampuan seperti ini, dunia Islam dapat melompat ke
depan membawa kemajuan dengan nilai-nilai moral yang tinggi.

2. Konservatisme dan Fundamentalisme Islam

Karena pengaruh Barat, muncullah satu situasi baru dengan komplikasi- komplikasi yang sangat
rumit menimpa umat Islam. Di bidang politik, kolonialisme Barat mendatangkan kemarahan
penduduk yang beragama Islam. Dampaknya benar-benar negatif-deskruktif, tidak saja pada
level politik, tetapi juga arti reaksi-reaksi di bidang sosial, budaya dan ekonomi. Masa peralihan
kolonial telah menciptakan suatu kondisi psikologi di kalangan orang Islam secara luas, sehingga
kebanyakan orang Islam dibius agar berpegang teguh kepada tradisi masa lampau. Hal inilah
yang menyebabkan munculnya konservatisme.

Konservatisme secara teoritis, bisa jadi berarti ketidakjelasan. Konsarvatisme masa kini (yang
disebabkan oleh keterbelakangan) dan rasa percaya diri yang aktual menyebabkan bangkitnya
fundamentalisme Islam. Fundamentalisme bisa diartikan sebagai suatu sikap yang sama sekali
anti Barat. Hal ini menyebabkan terjadi-nya degradasi dalam proses reformasi Islam yang semula
menerima aspek-aspek manfaat dari buahnya Barat seperti, ilmu pengetahuan dan teknologi,
kemajuan demokrasi.Barat yang semula bermaksud menumbuhkan moderenisasi dalam dunia
Islam, ternyata malah membangkitkan konservatisme dan fundamentalisme Islam.35

3. Keterbelakangan di bidang Iptek

Kemunduran di bidang ilmu pengetahuan yang dimulai setelah berakhirnya priode kejayaan
Islam yang ber-langsung secara terus-menerus dan di dunia Islam mendapatkan dirinya di ujung
jalan kemunduran progresif yang panjang. Sekarang ini, praktis tidak ada ilmu pengetahuan dan
teknologi di dunia Islam. Untuk kebutuhan pembangunan, mereka harus menggantungkan diri
pada teknologi yang mereka beli dengan harga yang sangat tinggi di Barat .

Teknologi konvensional yang bersumber dari Barat mengandung seperangkat nilai eksploitatif
dan menimbulkan ketergantungan dan perbudakan di negeri-negeri Islam pemakainya.Sardar,
yang menulis artikel studi tentang kemandirian domestik, mencatat: "Alih teknologi tidak hanya
menyebabkan negeri-negeri Muslim semakin tergantung pada negeri-negeri industri, tetapi juga
menimbulkan pengaruh yang me-rusak terhadap kebudayaan dan lingkungan Muslim. Misalnya
pengaruh teknologi yang diterapkan di Makkah dan Madinah, dan di kawasan lain yang dipakai
haji telah dirombak tanpa ampun, diputus dari akar-akar sejarahnya, oleh semacam teknologi
brutal yang didasarkan pada perusakan dan kekerasan lingkungan, suatu kenyataan yang
memperlihatkan kekurangannya perhatian akan nilai-nilai kultur dan concern spritual."

Adapun hal-hal yang menyebabkan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami keterbelakangan
di dunia Islam dibanding di dunia Barat, di antaranya:

a. Menurut perkiraan Organization Islamic Centre (OIC) negara-negara maju menghabiskan


sekitar 97 %dari seluruh anggaran belanja mereka untuk keperluan Iptek, se-hingga mereka
mencapai kemajuan yang sangat pesat. DuniaIslam menggunakan 2 %saja dari seluruh anggaran
belanjauntuk keperluan yang sama.37

b. Dalam dua dasawarsa terakhir, 500.000 orang Islam memiliki berbagai keahlian telah
meninggalkan negeri mereka dan berimigrasi ke Barat, yang menawarkan fasilitas dan penelitian
yang baik.

c. Sikap masa bodoh terhadap ilmu murni

d. Impor teknologi Barat yang tidak disertai dengan pengetahuan ilmiah.

4. Tingkat kemiskinan yang sangat tinggi

Kemiskinan boleh jadi sudah disepakati sebagai masalah sosial, tetapi penyebabnya dan
bagaimana mengatasinya, menurut Jalaluddin Rahmat, bergantung kepada ideologi yang
digunakan.Paling tidak, secara sederhana kita dapat melacak ideologi-ideologi itu pada tiga
kelompok besar, yaitu : konservatisme, liberalisme dan radikalisme.

Konservatisme memandang kemiskinan tidak bermula dari struktur sosial, tetapi berasal dari
karakteristik khas orang-orang miskin sendiri yang memiliki cultur of poverty (budaya
kemiskinan).40kaum liberal memandang manusia sebagai makhluk yang baik, tetapi sangat
dipengaruhi lingkungan. Menurut mereka, budaya kemiskinan hanya semacam "realitas dan
adaptasi situasi" pada lingkungan yang penuh diskriminasi dan peluang yang sempit. Sedangkan
kaum radikal menekankan peranan struktur ekonomi,politik dan sosial. Mereka miskin, karena
mereka dilestarikan untuk miskin oleh elit penguasa.
Negara-negara umat Islam meliputi bagian terbesar dunia ketiga di Asia- Afrika, yakni dunia
yang oleh Barat secara pokrit dan pengelabuan dinamakan "negara-negara berkembang." Dunia
Islam dibagi menjadi negara-negara Utara yang makmur dan teknologinya maju, serta negara-
negara selatan yang miskin dan dieksploitasi oleh Barat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Abad ke-16 dan 17 M. merupakan era signifikan dalam proses renaissance Barat, sedangkan
akhir abad ke-17 merupakan era kemunduran. Di masa inilah Barat banyak melakukan
penyelidikan terhadap alam semesta, penaklukan laut dan penjelajahan benua yang masih
diselimuti oleh kegelapan. Kemajuan dalam bidang perdagangan bisa dilihat dengan
ditemukannya Benua Amerika pada tahun 1492 M. oleh Christoper Colombus, dan Vasco da
Gama menemukan jalan ke Timur melalui Tanjung Harapan. Disamping perkembangan di
bidang ekonomi, Barat juga berkembang pesat di bidang ilmu pengetahuan, terutama untuk
kekuatan militer. Meskipun sebelumnya pasukan Turki Usmani, memiliki kemajuan yang cukup
pesat dan ini diakui oleh dunia. Dengan semua ini semakin lengkaplah kemunduran Islam di
berbagai bidang di banding Barat. Ini semua bisa dilihat dengan kalah telaknya kekuatan Islam
terhadap Barat, seperti Turki Usmani yang berperang dengan Eropa, dan Kerajaan Mughal
dengan Inggris, dan beberapa kekuatan Islam di Asia Tenggara jatuh ke tangan Barat, terlebih
Mesir sebagai salah satu pusat peradaban Islam jatuh ke tangan Napoleon Bonaparte dari Prancis
pada tahun 1798 M.

Masuknya Islam ke Andalusia (Spanyol) memberikan dampak yang sangat besar terhadap
perkembangan kebudayaan di Eropa. Kebudayaan Islam telah membuka jalan bagi munculnya
peradaban Eropa di masa yang akan datang. Kemajuan itu berdampak pada terjadinya Renaisans
di Eropa selama abad pertengahan.

Hal itu terjadi lantaran Eropa pada masa sebelum Islam datang, masih sangat terbelakang dan
diliputi oleh kegelapan. Selama rentang waktu kurang lebih tujuh setengah abad, umat Islam di
Spanyol telah mencapai kemajuan yang pesat baik di bidang ilmu pengetahuan maupun
kebudayaan.

Terpaan moderenisme terhadap dunia Islam bersama-sama dengan berbagai dekadensi di dalam
berbagai peradaban dan pemikiran yang bermula sejak abad ke-18 M, menghancurkan solidaritas
dunia Islam dan mengungkung tradisi Islam secara universal dari pandangan kaum muslimin
sendiri
DAFTAR PUSTAKA

Supriyadi, Dedi. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia

A'laMaududi, Sayyid Abul. The Islamic Law and Constitution. 6th Edition; Lohore (Pakistan):
Islamic Publication, LTD, 1977.

An-Nadwy, Abul Hasan Ali Al-Hasany Kerugian Dunia Islam KarenaKemunduran Umat Islam.
Cet. I; Surabaya: Pustaka, 1983.

Anda mungkin juga menyukai