Anda di halaman 1dari 4

Nama: Hestika Diva Azahra

NIM: 230212607748
Offering: E
Review Materi Fonemik 12 Maret 2024

FONEMIK

A. Definisi Fonem
Fonemik merupakan cabang ilmu fonologi yang mengkaji tentang pengaruh bunyi
bahasa dalam perubahan fonem tertentu yang dapat mengubah makna dari suatu kata itu
sendiri. Misalnya pada kata "malam" yang akan berubah maknanya bila fonem "m" diganti
dengan fonem "d" yang akan menjadi kata "dalam" (Muslich, 2013:8).
Fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi memebedakan
makna (Muslich, 2013:77). Kemudian menurut Pike dalam Muslich(2013:77) mengatakan, "a
phonem is one the significant units of sound, or a contranstive sound unit." Selanjutnya
menurut Bloomfield dalam Muslich (2013:77) mengatakan, "a minimu unit of distinctive sound
feature is a phonem." Sedangkan menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2003:26),
"Bunyi bahasa yang minimal yang membedaan bentuk dan makna kata dinamakan fonem".
Berdasarkan rumusan tersebut jelaslah bahwa fonem mempunyai "fungsi pembeda", yaitu
pembeda makna.
Bunyi-bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis dan masing-masingnya berdistribusi
komplementer merupakan alofon dari fonem yang sama. Sebagai bentuk linguistic terkecil
yang membedakan makna, wujud fonem tidak hanya berupa bunyi-bunyi segmental baik vocal
maupun konsonan), tetapi bisa juga berupa unsure-unsur suprasegmental (baik nada, tekanan,
durasi, maupun jeda). Walaupun kehadiran unsur-unsur suprasegmetal ini tidak bisa dipisahkan
dengan bunyi-bunyi segmental, selama ia bisa dibuktikan secara empiris sebagai unsure yang
bisa membedakan makna, ia juga dapat disebut fonem.
Proses fonemik merupakan salah satu pembahasan yang terdapat dalam fonologi.
Proses fonemik juga berperan dalam pembentukan kata sehingga dapat dikatakan bahwa proses
fonemik ini berkaitan dengan aspek morfologi. Berdasarkan pendapat Marsono (2019) proses
fonemik adalah proses perubahan, penambahan, penanggalan, dan pertukaran distribusi fonem
dalam kata karena pemakaian kata tersebut dalam ujaran. Proses fonemik terdiri atas variasi
bebas, protesis, epentesis, paragoge, aferesis, sinkope, apokope, metatesis dan kontraksi.
Proses fonemik yang menguraikan penambahan fonem terdiri dari tiga jenis, yakni
protesis (awal kata), epentesis (tengah kata), dan paragoge (akhir kata). Proses fonemik berupa
penanggalan fonem terdiri atas tiga jenis yang mencakup aferesis (awal kata), sinkope (tengah
kata), dan apokope (ujung kata). Metatesis adalah proses fonemik yang menguraikan
perpindahan-pertukaran fonem dalam kata karena pemakaian kata tersebut dalam suatu ujaran
(Marsono, 2019). Kontraksi adalah proses penyusutan-perubahan dua fonem atau lebih dalam
kata atau frasa karena pemakaian kata atau frasa tersebut dalam suatu ujaran (Marsono, 2019).

B. Jenis-jenis Fonem
a) Fonem Vokal
Dalam ilmu fonologi, fonem vokal disebut sebagai bunyi vokoid. Menurut Muslich
(2013: 46), bunyi vokoid yaitu bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau
penutupan pada daerah artikulasi. Adapun menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
(2003:50). "Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan
kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor: tinggi-rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang
dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembetukan vokal itu". Jadi dapat disimpulkan bahwa vokal
adalah bunyi bahasa yang tidak mengalami penyempitan rongga udara dan dipegaruhi oleh alat
ucap manusia.
b) Fonem Konsonan
Fonem konsonan dalam fonologi disebut bunyi kontoid. Menurut Muslich (2013:48),
bunyi kontoid yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan penyempitan atau penutupuan
pada daerah arikulatoris. "Bunyi konsonan dibuat dengan cara yang berbeda, Pada pelafalan
konsonan, ada tiga faktor yang terlibat: keadaan pita suara, penyentuhan atau pendekatan
berbagai alat ucap, dan cara alat ucap itu bersentuhan atau berdekaan" (Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia, 2003:50).

C. Dasar Analisis Fonem


Dasar-dasar analisis fonem adalah pokok-pokok pikiran yang dipakai sebagai pegangan
untuk menganalisis fonem-fonem suatu bahasa.Pokok –pokok pikiran tentang bunyi berbentuk
pernyataan-pernyataan yang lumrah atau maklum sehingga tidak perlu dipersoalkan lagi, maka
pokok-pokok pikiran itu bisa disebut premis-premis. Pokok-pokok pikiran atau premis-premis
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Bunyi-Bunyi Suatu Bahasa Cenderung Dipengaruhi oleh lingkungannya
Premis ini bisa dibuktikan dengan deretan bunyi pada kata-kata bahasa Indonesia
berikut:
[nt] pada [tinta] dan [ṇḍ] pada [tuṇḍa]
[mp] pada [mampu] dan [mb] pada [kәmbar]
[ñc] pada [piñcaƞ] dan [ƞg] pada [taƞga]
[ƞk] pada [nanka] dan [ñj] pada [panjaƞ]
Deretan bunyi tersebut saling mempengaruhi dan saling menyesuaikan demi
kemudahan pengucapan. Deretan bunyi tersebut mempunyai kesamaan fonetis. Bunyi
[n], [t], dan [d] sama-sama bunyi dental, bunyi [m], [p] dan [b] sama-sama bunyi
bilabial, bunyi [ñ], [c], dan [j] sama-sama bunyi palatal, sedangkan bunyi [ƞ], [k], dan
[g] sama-sama bunyi velar.
2. Sistem Bunyi Suatu Bahasa Berkecenderungan Bersifat Simetris
Kesimetrisan sistem bunyi ini bisa dilihat pada bunyi-bunyi bahasa Indonesia
berikut.Selain ada bunyi hambat bilabial[p]dan [b],juga ada nasal bilabial[m].Selain
ada bunyi hambat dental[t] dan [d],juga ada bahasa nasal dental [n].Pemikiran pola
simetris ini bisa dikembangkan pada sistem bunyi lain ketika menemukan fonem-fonem
yang menyangkut bunyi-bunyi bahasa yang diteliti,baik pola-pola atau sistem
pengucapan maupun pola-pola atau sistem fonemnya.
3. Bunyi-Bunyi Suatu Bahasa Cenderung Berfluktuasi
Gejala fluktuasi bunyi ini sering dilakukan penutur bahasa,tetapi dalam batas-batas
wajar,yaitu tidak sampai membedakan makna.
Contoh: Untuk makna yang sama,selain [papaya]juga diucapkan[pәpaya], selain
[sәkadar] juga diucapkan [sәkәdar].
4. Bunyi-Bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis digolongkan tidak berkontras apabila
berdistribusi komplementer dan atau bervariasi bebas.
Tidak berkontras adalah tidak membedakan makna.bunyi-bunyi dikatakan berdistribusi
komplementer apabila bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis itu saling
mengekslusifkan.
Contoh:Bunyi [k] dan [?] adalah bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis.Dalam
bahasa indonesia, kedua bunyi itu saling mengekslusifkan.bunyi [k] tak pernah
menduduki posisi [?] dan bunyi [?] tak pernah menduduki.
5. Bunyi-bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis digolongkan ke dalam fonem yang
berbeda apabila berkontras dalam lingkungan yang sama atau mirip. Mengetahui
kontras tidaknya bunyi-bunyi suatu bahasa dilakukan dengan cara pasangan
minimal,yaitu penjajaran dua atau lebih bentuk bahasa terkecil dan bermakna dalam
bahasa tertentu yang secara ideal(berbunyi)sama,kecuali satu bunyi yang berbeda.
Contoh:[tari] -[dari], [paku]-[baku]

D. Prosedur Analisis Fonem


1. Mencatat korpus data setepat mungkin dalam transkripsi fonetis
Korpus data ini bisa dari ucapan kata-kata terpisah dari penutur asli bahasa yang
diteliti,percakapan sehari-hari,cerita –cerita pribadi.
Contoh:
1) #pa+pan#] ‘papan’
2) [#ra+tap’#] ‘ratap’
3) [#pi+kīr#] ‘fikir’
4) [#pa+pa+ya#] ‘pepaya’
5) [fa+mili+li#] ’kelap-kelip’
6) [#pa+sar#] ‘pasar’
7) [#kә+lap’+ kә+lip’# ‘kelap-kelip’
8) [#ku+ku#] ‘kuku’
9) [fi+kīr#] ‘fikir’
10) [#pa+mi+li#]
2. Mencatat bunyi yang ada dalam korpus data ke dalam peta bunyi.
Depan Tengah Belakang
Tinggi I U
Agak Tinggi I ә
Agak Rendah ԑ O
Rendah a
3. Memasangkan bunyi-bunyi yang dicurigai karena mempunyai kesamaan fonetis.
Bunyi-bunyi dikatakan mempunyai kesamaan fonetis apabila bunyi-bunyi tersebut
terdapat pada lajur sama,kolam sama atau pada lajur dan kolam yang sama.
Contoh:
1)[p]-[p’]
2)[p]-[b]
3)[t]-[t’]
4. Mencatat bunyi-bunyi selebihnya karena tidak mempunyai kesamaaan fonetis.
Bunyi-bunyi yang tidak mempunyai kesamaan fonetis adalah bunyi[s],[c]dan [h].
5. Mencatat bunyi-bunyi yang berdistribusi komplementer.
Berdasarkan korpus di atas,pasangan bunyi yang berdistribusi komplementer
adalah[p]dan[p’]
[p] [p’]
1) [#pa+pan#] ‘papan’
2) [#ra+tap’#] ‘ratap’
3) [#pi+kīr] ‘fikir’ 14) [kɛ+cap’#] ‘kecap’
Kalau bunyi –bunyi yang berdistribusi komplementer ,masing-masing bunyi tersebut
bagaiman distribusinya?
Ternyata: [p] sebagai onset silaba [p’] sebagai koda silaba
Jadi [p] dan [p’] adalah alofon dari fonem yang sam, yaitu /p/.
6. Mencatat bunyi-bunyi yang bervariasi bebas.
[p] [p]
Golongan 1 Golongan 2 Golongan 2
1)[#pa+pan#] ‘papan’ 3)[#pi+kīr#] 9)[#fi+kīr#]
Kalau [p] dan [f] bervariasi bebas
Ternyata: [f] sebagai onset silaba dalam kata golongan 2-1
[p] sebagai koda silaba bervariasi bebas denfan f dalam kata-kata golongan 2
[p] sebagai onset silaba dalam kata golongan 1
Jadi [p] dan [f] adalah alofon dari fonem yang sam, pada kata golongan , yaitu fonem
/p/ .
7. Mencatat bunyi-bunyi yang berkontras dalam lingkungan yang sama(identis).
8. Contoh:14) [#kԑcap’#] ‘kecap’
18) [#ki+cap’#] ‘kicap
Lingkungan identis adalah [#k..+cap’#]
Jadi [ɛ] dan [i] adalah alofon dari fonem yang berbeda, yaitu fonem /ɛ/ dan /i/.
9. Mencatat bunyi-bunyi yang berkontras dalam lingkungan yang mirip(analogis).
Contoh: 6) [#pa+sar#] ‘pasar’
12) [#bә+sar#] ‘besar’
Lingkungan yang mirip adalah [#p…+sar#] dan [#b…+sar#]
Jadi ,[a]dan [ә] adalah alofon dari fonem yang berbeda ,yaitu fonem /a/ dan /ɘ/.
10. Mencatat bunyi-bunyi yang berubah karena lingkungan.
Contoh:[k]: plosif ,velar mati [k]: plosif, palatal mati
7) [#kә+lap’+ kә+lip’# ‘kelap-kelip’ 3) [#pi+kīr#] ‘fikir’
8) [#ku+ku#] ‘kuku’ 9) [fi+ḳīr#] ‘fikir’
Ternyata: [k] jika diikuti oleh vokoid belakang.
[ḳ] jika diikuti oleh vokoid depan
Jadi, [k] dan [ḳ] adalah berubah lingkungan
11. Mencatat bunyi-bunyi dalam inventori fonetis dan fonemis,condong menyebar secara
simetris.
Contoh: [t] [t’]
2) [#ra+tap’#] ‘ratap’ 13) [#si+pat’#] ‘sifat’
Terbukti : [t] onset silaba [t’] koda silaba
Jadi, [t] dan [t’] adalah alofon dari fonem yang sama, yaitu/t/.
12. Mencatat bunyi-bunyi yang berfluktuasi.
Contoh: 4) [#pa+pa+ya#] ‘pepaya’
16) [pɘ+pa+ya#] ‘pepaya’
Yang tidak berkontras atau tidak membedakan makna. Oleh karena itu, kedua bunyi
korpus tersebut dianggap sebagai bunyi yang berfluktuasi.
13. Mencatat bunyi-bunyi selebihnya sebagai fonem tersendiri.
Contoh: [s],[c],[h].
Bunyi-bunyi tersebut dianggap sebagai fonem tersendiri,yaitu/s/,/c/,/h/.

Daftar Rujukan
Asri, Aswati. 2019. FONEM DASAR-DASAR ANALISIS DAN PROSEDUR ANALISIS
FONEM. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Wanti, Gania. 2014. MAKALAH FONOLOGI FONEMIK: FONEM, DASAR, PROSEDUR
ANALISIS. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yayasan Pendidikan
Merangin
Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskritif Sistem Bunyi Bahasa
Indonesia.Jakarta: Bumi Aksara
Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Anda mungkin juga menyukai