Anda di halaman 1dari 5

FONOLOGI

Fonologi adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari bunyi bahasa, proses
pembentukannya dan perubahan. Fonologi berasal dari Bahasa Inggris phonology, secara
etimologi dibentuk dari kata “phone” yang berarti bunyi dan “logos” yang berarti ilmu, nah maka
secara harifah fonologi berarti ilmu bunyi. Secara uum fonologi berarti cabang dari ilmu
linguistic yang mempelajari bunyi-bunyi ujar yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Fonologi
memeriksa bunyi bahasa secara keseluruhan dan fungsional. Istilah fonem dapat didefinisikan
Sebagai satuan fungsional terkecil dari bahasa tersebut, berarti satuan fonem memiliki fungsi
untuk membedakan makna. Varian fonem berdasarkan posisi dalam kata, misalnya fonem
pertama pada kata makan dan makna secara fonetis berbeda atau adanya perbedaan suara. Varian
fonem yang tidak membedakan makna disebut alofon. Riset suara dibagi menjadi Klasifikasi
bunyi, sebagian besar bunyi dalam bahasa Indonesia adalah bunyi yang keluar. Yang kedua
adalah membentuk Vokal, konsonan, diftong, dan kluster. Dalam hal fonetik perlu adanya
fonemisasi yang bertujuan untuk menentukan struktur fonemis sebuah Bahasa dan membuat
ortografi yang praktis atau ejaan sebuah Bahasa.
Bunyi bahasa dibedakan menjadi dua yaitu, bunyi-bunyi yang tidak membedakan makna yang
disebut dengan fon dan dikenal dengan sebutan fonetik. Dan bunyi-bunyi yang membedakan
makna yang disebut dengan fonem atau fonemik
1. Fonetik
Abdul Chaer mendefinisikan bahwa fonetik adalah cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai
fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Menurut Verhaar fonetik ialah cabang ilmu
linguistik yang meneliti dasar “fisik” bunyi-bunyi bahasa. Ia meneliti bunyi bahasa
menurut cara pelafalannya, dan menurut sifat-sifat akuistiknya.
secara umum dapat dikatakan bahwa fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari
bunyi bahasa baik itu prosesi terbentuknya, dan bagaimana bunyi diterima oleh telinga
pendengar, tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai
pembeda makna atau tidak.
Chaer membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi tiga jenis fonetik,
yaitu:
a) Fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari
bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan
bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
b) Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena
alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya, dan
intensitasnya alam).
c) Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa
itu oleh telinga kita.
Adapun ilustrasi perbedaan antara 3 jenis fonetik diatas

Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik
adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah
bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia.
Dalam fonetik, bunyi bahasa dianggap setara dengan bunyi, yaitu sebuah gejala fisika
yang dapat diamati proses produksinya. Fonetik memang berorientasi dalam deskripsi
produksi bunyi bahasa serta cara-cara yang dapat mengubah bunyi bahasa itu dalam
produksinya. Oleh karena itu, fonetik bertugas mendeskripsikan bunyi-bunyi bahasa
yang terdapat di dalam suatu bahasa. Salah satu contoh konkretnya adalah identifikasi
bunyi-bunyi kontoid dan vokoid dalam suatu bahasa.
2. Fonemik
Menurut Abdul Chaer fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi
bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. Menurut
Ahmad Muaffaq bahwa fonemik adalah cabang studi fonologi yang menyelidiki dan
mempelajari bunyi ujaran/bahasa atau sistem fonem suatu bahasa dalam fungsinya
sebagai pembeda arti.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Istilah fonemik dapat didefinisikan sebagai
satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi
untuk membedakan makna.Pada dasarnya, setiap kata atau kalimat yang diucapkan
manusia itu berupa runtutan bunyi bahasa. Pengubahan suatu bunyi dalam deretan itu
dapat mengakibatkan perubahan makna. Perubahan makna yang dimaksud bisa berganti
makna atau kehilangan makna.
Contoh:

b a b i ‘binatang berkaki empat’


↓ ↓

p a p i sebutan lain untuk ayah

Pada contoh di atas, kata babi memiliki dua konsonan [b] yang menjadi awal suku kata pertama
dan kedua sedangkan kata papi memiliki konsonan [p] sebagai awal suku kata pertama dan
keduanya. Selain kedua bunyi itu, bunyi lainnya dan posisi/urutan bunyi lain itu sama. Perbedaan
bunyi [b] dan [p] pada posisi/urutan yang sama dapat mengubah makna kata, inilah yang dikaji
oleh fonemik.

MORFOFONEMIK
Morfofonemik adalah proses perubahan-perubahan fonem yang timbul dalam pembentukan kata
akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Misalnya kata membaca terdiri dari dua morfem,
yaitu morfem meN- dan morfem baca. Akibat pertemuan kedua morfem itu, fonem nasal (N)
pada morfem meN- berubah, sehingga meN- menjadi mem-. Perubahan fonem itu tergantung
pada kondisi bentuk dasar (dasar kata) yang diikutinya.

Morfofonemik sebagai proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem
awal kata yang bersangkutan. Ramlan membagi perubahan fonem dalam proses morfofonemik
ini dalam tiga wujud, yaitu proses perubahan fonem, proses penambahan fonem, dan proses
hilangnya fonem.

Kajian morfofonemik tidak dibicarakan dalam tataran fonologi karena masalahnya baru muncul
dalam kajian morfologi. Ada berbagai macam pengertian mengenai istilah morfofonemik.
Ramlan menyatakan, morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul
sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Selanjutnya, Kridalaksana
mendefinisikan bahwa proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena
pertemuan morfem dengan morfem.

Proses perubahan fonem, yaitu proses yang terjadi akibat pertemuan


morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya. Fonem /N/ pada kedua morfem itu berubah
menjadi /m, n, ň, ŋ/ sehingga morfem meN- berubah menjadi mem-, men-, meny-, dan meng-,
serta peN- berubah menjadi pem-, pen-, peny-, dan peng-. Adapun kaidah-kaidah perubahan-
perubahan fonem yang terpenting adalah sebagai berikut.
Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN-

Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem/m/kalau dasar kata (bentuk


dasar) yang mengikutinya berawal dengan fonem /p, b, f/.

Contoh:

meN- + pakai → memakai


meN- + paksa → memaksa
meN- + pukul → memukul
meN- + periksa → memeriksa
meN- + potong → memotong
peN- + picu → pemicu

Proses Morfofonemik

a.   Proses Penambahan Fonem

Proses penambahan fonem terjadi akibat pertemuan meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang


bersuku satu. Fonem tambahannya adalah /”/ sehingga meN- berubah
menjadi menge- dan peN- menjadi penge-. Selain itu ada pula penambahan fonem apabila
morfem –an, ke-an, peN-an bertemu dengan bentuk dasarnya, terjadi penambahan fonem /?/
apabila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/, penambahan fonem /w/ apabila bentuk
dasarnya berakhir /u, o, aw/, dan penambahan fonem /y/ apabila bentuk dasar berakhir dengan /i,
ay/.

Proses penambahan fonem antara lain terjadi pada bentuk dasar (dasar kata) yang bersuku satu.
Hal ini terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan morfem peN- dengan bentuk dasar
yang terdiri dari satu suku. Fonem tambahannya adalah /”/ sehingga meN- berubah menjadi
mengedan peN- berubah menjadi penge-.

Contoh:

meN- + las → mengelas


meN- + cat → mengecat
meN- + los → mengelos

b. Proses Hilangnya Fonem

Dalam proses hilangnya fonem Anda dapat mengikuti uraian sebagai berikut

1)    Proses Hilangnya Fonem /N/

Proses hilangnya fonem /N/ akan terjadi apabila morfem-morfem meN- dan peN- bertemu atau


bergabung dengan bentuk dasar (dasar kata) yang berfonem awal /l, r, y, w, dan nasal/.

Contoh:
meN- + lupakan → melupakan
meN- + lirik → lirik
meN- + lestarikan → melestarikan
meN- + lenggang → melenggang

Anda mungkin juga menyukai