Anda di halaman 1dari 16

PENYUSUNAN KALIMAT

Makalah ini untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Bahasa Indonesia”
Dosen Pengampu:
Dr Iwan Marwan,, M.Hum

oleh:

Ahmad Tegar Aditya (22201057)


Latifatul Qolby (22201060)
Yuni Rohmatul Hidayah (22201073)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas


segala limpahan rahmat, taufik serta inayah-Nya. Shalawat serta salam semoga
tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah ini.
Melalui makalah ini, penulis harapkan dapat membantu pembaca mendapat
pengetahuan tentang masyarakat madani dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-
hari.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua


pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Terkhusus kepada kedua
orang tua dan Bapak Dr Iwan Marwan,, M.Hum. sebagai dosen pengampu mata
kuliah Bahasa Indonesia. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat
ganda atas segala bantuan yang telah diberikan. Makalah ini sangat banyak
kekurangannya, mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan. Kritik dan saran yang membangun penulis nantikan agar nantinya
meningkatkan dan merevisi kembali pembuatan makalah di waktu berikutnya.

Kediri, 18 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalimat ....................................................................................... 3


2.2 Pola Kalimat .................................................................................................. 3
2.3 Jenis-jenis Kalimat ........................................................................................ 5
2.4 Kalimat efektif .............................................................................................. 9
2.5 Fungsi Kalimat .............................................................................................. 11
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 12


3.2 Saran ............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perangakaian kalimat yang baik menjadi indikator keberhasilan


berkomunikasi, baik itu komunikasi langsung ataupun komunikasi tidak langsung.
Setiap orang yang berada di belahan bumi yang berbeda, memiliki kalimat yang
berbeda pula. Hal ini karena setiap komunitas manusia memiliki bahasa dan
budaya yang berbeda. Dimensi ruang, waktu, dan suasana juga memengaruhi
seseorang dalam membentuk suatu kalimat dalam sebuah percakapan sehari-hari.
Pembentukan kalimat dalam suasana formal dan tidak formal akan berbeda sama
sekali. Pembentukan kalimat pada pagi atau sore hari pun akan berbeda karena
kondisi mental yang berbeda. Dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tulis,
kita sebenarnya tidak mengunakan kata-kata secara lepas. Akan tetapi, kata-kata
itu terangkai mengikuti aturan atau kaidah yang berlaku sehingga terbentuklah
rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan.
Rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan itu
dinamakan kalimat.
Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui tentang bagaimana
pengertian kalimat, bagaimana susunan pola kalimat dan jenis kalimat. Oleh
karena itu penulis berusaha untuk memberikan pemahaman tentang pertanyaan
tersebut dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi jawaban dan
memberikan pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian kalimat?
2. Bagaimana susunan pola kalimat ?
3. Apa saja jenis-jenis kalimat?
4. Apa pengertian kaliamt efektif?
5. Apa fungsi kalimat?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang kalimat.

1
2. Untuk mengetahui pola-pola kalimat.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis kalimat.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kalimat.
5. Untuk mengetahui fungsi kalimat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalimat

Dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tulis, kita sebenarnya tidak
mengunakan kata-kata secara lepas. Akan tetapi, kata-kata itu terangkai mengikuti
aturan atau kaidah yang berlaku sehingga terbentuklah rangkaian kata yang dapat
mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan. Rangkaian kata yang dapat
mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan itu dinamakan kalimat.

2.2 Pola Kalimat

Kalimat dasar bukanlah nama jenis kalimat, melainkan acuan untuk


membuat berbagai tipe kalimat. Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur
kalimat yang dibentuk dengan lima unsur kalimat, yaitu S,P,O,Pel,Ket.
Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya ada enam tipe kalimat yang dapat
dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia. Keenam tipe kalimat itu
tercantum di bawah ini :

a) Kalimat dasar berpola SP


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat
untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
Misalnya:
➢ Mereka (S) / sedang berenang (P) : kata kerja
➢ Ayahnya (S) / guru SMA (P) : kata benda
➢ Gambar itu (S) / bagus (P): kata sifat
➢ Peserta penataran ini (S) / empat puluh orang (P) : kata bilangan
b) Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek
berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah.
S P O

3
c) Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat,
dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:
Anaknya / beternak / ayam.
S P Pel.

d) Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap.
subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek
berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa
nominal. Misalnya:
Dia / mengirimi / saya / surat.
S P O Pel.

e) Kalimat Dasar Berpola S P K


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki
unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau
frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa
berpreposisi. Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya.
S P K

f) Kalimat Dasar Berpola S P O K


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan.
subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek
berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
S P O K

4
g) Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan
keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan keterangan
berupa frasa berpreposisi. Misalnya
Ungu / bermain / musik / di atas panggung.
S P Pel. K

h) Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina
atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
S P O Pel. K

2.3 Jenis-jenis Kalimat


Kalimat adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang menghasilkan
sebuah pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat bahasa Indonesia dapat
dibedakan menjadi kalimat simpleks, kompleks, majemuk, dan majemuk
campuran.
1. Kalimat simpleks
Kalimat simpleks yang lazim disebut dengan kalimat tunggal
adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa atau satu struktur
predikat. Satu struktur predikat di dalam kalimat dapat berupa (a) subjek
dan predikat (S-P); (b) subjek, predikat, dan objek (S-P-O); (c) subjek,
predikat, dan pelengkap (S-P-Pel); (d) subjek, predikat, objek, dan
pelengkap (S-P-O-Pel); atau (e) subjek, predikat, dan keterangan (S-P-K).
Bahkan, dapat pula hanya berupa (f) predikat (P).
a. Orang itu guru kami. (S-P)
b. Yuni sedang membuat surat jawaban. (S-P-O)
c. Kepakaran Ifa diakui banyak orang. (S-P-Pel)

5
d. Lukman mengajari anaknya melukis. (S-P-O-Pel)44
e. Kami berangkat pukul 07.30. (S-P-K)
f. Minggir! (P

Contoh kalimat di atas termasuk kalimat simpleks karena hanya


terdiri atas satu klausa. Satu klausa biasanya berupa satu informasi. Oleh
karena itu, unsur inti (komponen inti) yang terdapat di dalam kalimat
simpleks pun juga hanya satu informasi. Satu informasi itu biasanya
ditandai oleh kehadiran satu fungsi predikat.

2. Kalimat kompleks
Kalimat kompleks yang lazim disebut kalimat majemuk bertingkat
adalah kalimat yang terdiri atas klausa utama dan klausa subordinatif.
Klausa utama lazim disebut induk kalimat, sedangkan klausa subordinatif
lazim disebut anak kalimat. Klausa yang utama dapat berdiri sendiri
sebagai kalimat yang lepas, tidak bergantung pada klausa yang lain,
sedangkan klausa subordinatif selalu bergantung pada klausa utama.
Tanpa kehadiran klausa utama, klausa subordinatif tidak dapat
mengungkapkan apa-apa karena informasinya belum jelas. Selain itu,
klausa subordinatif merupakan pengembangan dari salah satu fungsi
kalimat sehingga klausa ini hanya menduduki salah satu fungsi yang ada
di dalam kalimat. Oleh karena itu, hubungan antar kedua klausa dalam
kalimat kompleks ini tidak sederajat atau tidak sejajar.
a. Alfin tetap berangkat meskipun hari telah gelap.
b. Ketika hujan turun, Aziz masih berada di atas bus.
Kalimat di atas merupakan kalimat kompleks sebab terdiri atas
klausa utama dan klausa subordinatif. Klausa Alfin tetap berangkat pada
(a) dan Aziz masih berada di atas bus pada (b) merupakan klausa utama,
sedangkan meskipun hari telah gelap pada (a) dan ketika hujan turun pada
(b) merupakan klausa subordinatif. Klausa subordinatif dapat terletak pada
akhir kalimat atau awal kalimat, seperti contoh (a) dan (b).

6
3. Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa
utama atau lebih yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat yang lepas.
a. Khitam membaca stilistika dan istrinya membuatkan susu jahe.
b. Rahayu memesan bakso, tetapi suaminya memesan sate sapi.
c. Amjat sedang belajar atau malah tidur di kamar depan.
d. Peserta dilarang makan atau minum serta dilarang bergurau.
e. Adikku bekerja di Medan, sedangkan kakakku bekerja di Yogya.

Contoh (a-d) tersebut merupakan kalimat majemuk yang masing-


masing terdiri atas dua klausa utama, yaitu Khitam membaca stilistika
(klausa pertama) dan istrinya membuatkan susu jahe (klausa kedua) pada
(a); Rahayu memesan bakso (klausa pertama) dan suaminya memesan sate
sapi (klausa kedua) pada (b); Amjat sedang belajar (klausa pertama) dan
(Amjat) malah tidur di kamar depan (klausa kedua) pada (c); Peserta
dilarang makan atau minum (klausa pertama) dan (peserta) dilarang
bergurau (klausa kedua) pada (d); serta Adikku bekerja di Medan (klausa
pertama) dan kakakku bekerja di Yogya (klausa kedua) pada (e).
Klausa utama yang satu dan klausa utama yang lain dalam kelima
kalimat majemuk di atas dihubungkan dengan konjungsi koordinatif dan
pada (a), tetapi pada (b), atau pada (c), serta pada (d), dan sedangkan pada
(e). Konjungsi koordinatif dan pada (a) menyatakan hubungan kumulatif
atau penjumlahan, tetapi pada (b) menyatakan hubungan kontradiktif atau
perlawanan, atau pada (c) menyatakan hubungan alternatif atau pemilihan,
serta pada (d) menyatakan hubungan pendampingan, serta sedangkan pada
(e) menyatakan hubungan pertentangan. Kalimat (a) dan (b) berstruktur
sama, yaitu S-P-O konj S-P-O; kalimat (c) berstruktur S-P konj (S)-P-K;
kalimat (d) berstruktur S-P-Pel konj (S)- P-Pel; sedangkan kalimat (e)
berstruktur S-P-K konj S-P-K.

7
4. Kalimat majemuk kompleks
Kalimat majemuk kompleks adalah kalimat yang terdiri atas tiga
klausa atau lebih. Dua di antara klausa dalam kalimat majemuk ini
merupakan klausa utama, sedangkan klausa yang lain merupakan klausa
subordinatif yang berfungsi sebagai pemerluas salah satu atau kedua
fungsi dalam klausa utama.
a. Ayah sedang melukis dan adik sedang belajar ketika kebakaran
itu terjadi.
b. Bahwa setiap amal ibadah akan mendapat 700 kali kebaikan
sudah diketahui banyak orang, tetapi tidak semua orang mau
melakukannya karena manusia cenderung kikir.
c. Jika rapel penelitinya turun, Arvin akan membelikan adiknya
sepatu basket, sedangkan Amjat akan membelikan istrinya
ponsel.
Kalimat majemuk kompleks (31a) terdiri atas dua klausa utama,
yaitu Ayah sedang melukis dan adik sedang belajar serta satu klausa
subordinatif ketika kebakaran itu terjadi. Kedua klausa utama yang
dirangkaikan dengan konjungsi dan merupakan kalimat majemuk,
sedangkan klausa yang lain adalah klausa subordinatif yang ditandai
dengan penggunaan konjungsi ketika. Klausa subordinatif dalam kalimat
majemuk kompleks bukan merupakan kalimat yang mandiri, melainkan
merupakan bagian dari salah satu fungsi yang ada di dalam kalimat
majemuk. Dengan demikian, kekompleksan kalimat majemuk tersebut
ditandai dengan perluasan salah satu atau lebih unsur (fungsi) dalam
klausa utama.
Kalimat pada contoh (31b) terdiri atas dua kalimat kompleks, yaitu
(i) Bahwa setiap amal ibadah akan mendapat 700 kali kebaikan sudah
diketahui banyak orang dan (ii) tidak semua orang mau melakukannya
karena manusia cenderung kikir. Kedua kalimat kompleks tersebut
dirangkaikan dengan konjungsi tetapi. Kekompleksan pada kalimat (31b)
ini ditandai dengan penggunaan klausa subordinatif yang berbeda. Klausa
subordinatif Bahwa setiap amal ibadah akan mendapat 700 kali kebaikan

8
yang berfungsi sebagai subjek menandai kekompleksan kalimat pertama,
sedangkan klausa karena manusia cenderung kikir yang berfungsi sebagai
keterangan menandai kekompleksan kalimat kedua. Dengan demikian,
kalimat majemuk kompleks dalam contoh (31b) ini terdiri atas empat
klausa. Klausa pertama ialah Bahwa setiap amal ibadah akan mendapat
700 kali kebaikan; klausa kedua ialah sudah diketahui banyak orang;
klausa ketiga ialah tidak semua orang mau melakukannya; serta klausa
keempat ialah karena manusia cenderung kikir.
Kalimat majemuk kompleks (31c) terdiri atas satu klausa
subordinatif dan dua klausa utama. Dua klausa utama, yaitu Arvin akan
membelikan adiknya sepatu basket dan Amjat akan membelikan istrinya
ponsel, yang dirangkaikan dengan konjungsi sedangkan merupakan
kalimat majemuk, sedangkan klausa yang lain, yaitu jika rapel penelitinya
turun merupakan klausa subordinatif yang ditandai dengan penggunaan
konjungsi jika. Klausa subordinatif dalam kalimat majemuk kompleks
bukan merupakan kalimat yang mandiri, melainkan merupakan bagian dari
salah satu fungsi yang ada di dalam kalimat majemuk. Dengan demikian,
kekompleksan kalimat majemuk tersebut ditandai dengan perluasan salah
satu atau lebih unsur (fungsi) dalam klausa utama.

2.4 Kalimat Efektif


Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai
dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca (Arifin, 1998:84). Secara lebih
rinci, Widjono (2005: 148) mengemukakan beberapa ciri kalimat efektif
adalah sebagai berikut:
a. keutuhan, kesatuan, kelogisan, atau kesepadanan makna dan
struktur,
b. kesejajaran bentuk kata, dan (atau) struktur kalimat secara
gramatikal,
c. kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami,
d. kehematan pengunaan unsur kalimat,
e. kecermatan dan kesantunan, dan

9
f. kevariasian kata, dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran
bahasa.
a) Keutuhan
Keutuhan atau kesatuan kalimat ditandai oleh adanya
kesepadanan struktur dan makna kalimat. Kesepadanan yang
dimaksud adalah adanya keseimbangan pikiran atau gagasan dan
struktur bahasa yang digunakan. Ciri kesepadanan ini di antaranya
sebuah kalimat harus mengandung gagasan pokok, terdiri S
(subjek)dan P (predikat), penggunaan konjungsi intrakalimat dan
antarkalimat secara tepat.
Contoh: Jika Anda tidak membayar pajak, akan dikenakan
denda. Kalimat tersebut tidak sepadan karena Subjeknya tidak ada.
Seharusnya kalimat yang baku adalah “Jika tidak membayar pajak,
Anda akan didenda”.
b) Kesejajaran
Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan
secara konsisten atau penggunaan bentuk-bentuk yang sama untuk
menyatakan gagasan yang sederajat.
Contoh: Penelitian ini memerlukan tenaga yang terampil,
biaya yang banyak serta cukup waktu (tidak sejajar). Penelitian ini
memerlukan tenaga yang terampil, biaya yang banyak, serta waktu
yang cukup (sejajar).
c) Kefokusan
Kalimat efektif harus memfokuskan pesan terpenting agar
mudah dipahami maksudnya.
Contoh: Sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitas produk
hortikultura ini (tidak efektif). Produk hortikultura ini sulit
ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya (efektif).
d) Kehematan
Prinsip kehematan ini seperti yang sudah disinggung di atas
tentang kehematan menggunakan kata dalam mengungkapkan
gagasan.

10
1) Kita harus saling hormat-menghormati. Makalah PPM
Penulisan Karya Ilmiah Bagi Guru-Guru SMAN 10
Yogyakarta 2006 (seharusnya tidak menggunakan „saling‟
karena sudah berarti „saling menghormati)
2) Makalah ini akan membicarakan tentang faktor motivasi
siswa dalam belajar. (seharusnya tidak menggunakan
„tentang‟ karena „membicarakan‟ sudah berarti “berbicara
tentang‟).

e) Kecermatan dan kesatuan


Kecermatan dam kesantunan meliputi ketepatan memilih
kata sehingga menghasilkan komunikasi baik, tepat, tanpa
gangguan emosional pembaca atau pendengar. Kalimat yang baik
adalah kalimat yang singkat, jelas, lugas, dan tidak berbelit-belit.
Dalam kaitannya dengan kesantunan ini, sebuah karya tulis
ilmiah di Indonesia pada umumnya mengikuti kaidah bahwa
penulis harus menghindari subjektivitas, contohnya penggunaan
ungkapan “ menurut pendapat saya.... adalah ungkapan yang
kurang tepat, seharusnya data menunjukkan bahwa atau penelitian
membuktikan bahwa...
f) Kevariasian
Untuk membentuk kevariasian kalimat dapat ditempuh
dengan cara membuat variasi struktur, diksi, dan gaya, atau bahkan
jenis kalimat asalkan jangan sampai mengubah isinya atau gagasan
asli yang akan disampaikan kepada pembaca.

2.5 Fungsi Kalimat


✓ Meminta atau melarang seseorang untuk melakukan sesuatu
✓ Untuk memberikan informasi atau berita tentang sesuatu.
✓ Untuk meminta informasi tentang sesuatu.
✓ Untuk bertanya kepada seseorang mengenai suatu hal.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan
pikiran yang utuh atau setiap tuturan yang dapat mengungkapkan
suatu informasi secara lengkap.
Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tetapi bahasa itu bersistem.
Dengan demikian, dalam berbahasa, kita bukan sekadar asal mengerti,
tetapi perlu menaati kaidah atau aturan yang berlaku. Kalimat-kalimat
yang digunakan dalam ragam formal, apalagi dalam penulisan karya
ilmiah, haruslah kalimat yang baik dan benar. Artinya, kalimat-
kalimatnya harus disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku, serta
harus dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu untuk membangun perbaikan pada
penyusunan selanjutnya, kami membutuhkan kritik dan saran dari
para pembaca. Kami mohon maaf jika terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Sekian makalah dari
kami, guna menyelesaikan tugas bahasa Indonesia. Semoga dapat
menjadi salah satu sumber ilmu bagi kita semua.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, Iyo. 2012. Ihwal Kalimat Bahasa Indonesia dan Problematik


Penggunaannya. Bandung: Yrama Widya.
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Parera, J.D. 2009. Dasar-dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Erlangga.
Makalah PPM Penulisan Karya Ilmiah Bagi Guru-Guru SMAN 10 Yogyakarta
2006
Sangka, Sry Satriya Tjatur Wisnu, 2014, Kalimat, Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
http://www.wikipedia.com
http://www.google.com

13

Anda mungkin juga menyukai