Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

JENIS – JENIS KALIMAT

Dosen Pengampu :

Dra. Endang Sri Widayati, M.Pd.

Disusun oleh :

Devira Azzahroh (200810201117)

Eva Wahyu Arianti (200810301009)

Farah Firgina Rahman (200910201118)

Jurusan

Fakultas

Universitas Jember

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberi rahmat dan
karunia-Nya, tidak lupa shalawat dan salam penyusun curah dan limpahkan kepada nabi besar
Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya, berkat bantuan dan dorongan dari
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas ini. Adapun judul tugas ini adalah "
". Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
kelas 50 pada semester 1 . Maka dengan itu pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa
terima kasihnya atas segala petunjuk, bimbingan dan bantuannya kepada :

1. Dra. Endang Sri Widayati, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia
kelas 50

2. Dan semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat kami ungkapkan satu
persatu.

Kami menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran dari semua pihak yang ingin memberikan saran baiknya dari
pengembangan positif.

Demikian tugas ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan penyusun
sendiri. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jember, 05 November 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 3

BAB 2 PEMBAHASAN ...................................................................................................... 4

2.1 Perluasan Subjek dan Predikat Inti Kalimat ....................................................... 4

2.1.1 Perluasan Subjek Inti Kalimat dengan Atributif/Keterangan ..................... 4

2.1.2 Perluasan Subjek Inti Kalimat dengan Aposisi/Keterangan Pengganti ...... 5

2.1.3 Perluasan Predikat Inti Kalimat dengan Objek ........................................... 6

2.1.4 Perluasan Predikat Inti Kalimat dengan Keterangan .................................. 8

2.2 Jenis-jenis Kalimat .............................................................................................. 11

2.2.1 Jenis Kalimat menurut Jumlah Klausa ...................................................... 11

2.2.2 Jenis Kalimat menurut Respon yang Diharapkan ..................................... 16

2.2.3 Jenis Kalimat Dipandang dari Segi Sifat Hubungan Aktor-Aksi .............. 17

BAB 3 PENUTUP.............................................................................................................. 21

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 21

3.2 Saran.................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 22

ii
iii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan antara lain
karena dengan perantara kalimatlah seseorang baru dapat menyampaikan maksudnya secara
lengkap dan jelas. Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran
kalimat adalah kata (mis. tidak) dan frasa atau kelompok kata (mis. Tidak tahu). Kata dan frasa
tidak dapat mengungkapkan suatu maksud secara lengkap dan jelas, kecuali jika kata dan frasa
itu sedang berperan sebagai kalimat minor. Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita
pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan
predikat (P) dan intonasi yang menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna.
Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya, atau
tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan kalimat bukanlah
semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap
dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap
sebagai pengungkap maksud penulis atau penuturnya.
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia
lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek
(O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku
sekurangkurangnya terdiri atas dua unsur, yakni S dan P. Unsur lain (O, Pel, dan Ket) dapat
wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir dalam suatu kalimat.
Hal penting yang perlu kita ketahui untuk dipraktikkan kelak dalam penyusunan
kalimat adalah tentang satuan bentuk yang akan mengisi S, P, O, Pel, Ket. Pengisi S,P,O,Pel,
Ket secara sekilas, dan sebelum membahas kelima fungsi sintaksis itu satu per satu,
1) Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan tindakan apa atau
dalam keadaan bagaimana S yaitu (pelaku/tokoh atau sosok di dalam suatu kalimat). Selain
memberi tahu tindakan atau perbuatan S, predikat dapat pula menyatakan sifat, situasi, status,
citi, atau jati diri S. Termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah
sesuatu yang dimiliki S. Satuan bentuk P dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas
verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numerelia, nomina, atau frasa nominal.
2) Subjek

1
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh, sosok (benda),
sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Sebagian besar S
diisi oleh kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.
3) Objek
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif,
yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O.
4) Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel
umumnya dibelakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis
kata yang mengisi Pel atau O juga sama, yaitu nomina, frasa nominal, atau klausa. Akan tetapi,
antara Pel dan O terdapat perbedaan.
5) Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai
bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel.
Posisinya bersifat manasuka, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah
frasa nominal, frasa preposisional, adverbia, atau klausa.
Bagian inti yang harus terdapat pada kalimat adalah subjek (S) dan predikat (P). Bagian
inti kalimat adalah bagian yang tak dapat dihilangkan dalam struktur kalimat. Subjek kalimat
berfungsi sebagai inti pembicaraan, sedangkan predikat berfungsi sebagai penjelasan terhadap
subjek, yang dapat dilengkapi dengan objek (O) atau keterangan (K).
1) Subjek dan Predikat
Setiap kalimat sebagai bentuk pernyataan pikiran mempunyai subjek dan predikat, baik
yang dinyatakan secara tersurat maupun yang dinyatakan secara tersirat. Subjek sebagai inti
pembicaraan barulah menyatakan pikiran jika dijelaskan oleh predikat. Hubungan antara
subjek dan predikat dalam kalimat turut menentukan isi pikiran yang dimaksud. Kata-kata yang
digaris bawahi pada contoh berikut berfungsi sebagai subjek (S) dan predikat (P) kalimat. Isi
pikiran yang terdapat pada kalimat tercermin pada hubungan antara subjek dan predikat. Tanpa
adanya subjek, pokok pembicaraan dalam setiap kalimat menjadi tidak jelas. Sebaliknya, tanpa
adanya predikat, keadaan subjek atau situasi yang meliputi subjek tidak jelas.
2) Objek dan Keterangan
Objek dan keterangan adalah dua bagian kalimat yang sering muncul dalam kalimat
untuk melengkapi predikat. Hubungan antara objek (O) dan predikat (P) ternyata lebih erat
daripada hubungan antara keterangan (K) dan predikat Keterangan yang menyertai predikat
2
kalimat bervariasi sesuai dengan fungsinya untuk melengkapi predikat. Hubungan yang agak
longgar antara keterangan dan predikat memungkinkan penempatan keterangan dalam struktur
kalimat.

1.2 Rumusan Masalah


 Jelaskan perluasan subjek inti kalimat dengan atribut dan aposisi ?
 Jelaskan perluasan predikat inti kalimat dengan objek dan keterangan ?
 Jelaskan pembagian dalam kalimat ?

3
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Perluasan Subjek dan Predikat Inti Kalimat

Perluasan diklarifikasikan sebagai berikut :

• Perluasan subjek inti kalimat dengan atributif/keterangan

• Perluasan subjek inti kalimat dengan aposisi/keterangan pengganti

• Perluasan predikat inti kalimat dengan objek

• Perluasan predikat inti kalimat dengan keterangan

2.1.1 Perluasan Subjek Inti Kalimat dengan Atributif/Keterangan


Contoh:
Cerita itu mengasyikkan.
Subjek kalimat inti pada contoh tersebut ialah cerita itu. Subjek tersebut dapat diperluas,
misalnya menjadi:
Cerita itu // P
Cerita pembunuhan itu // P
Cerita pembunuhan tawanan itu // P
Cerita pembunuhan tawanan perang itu // P
Cerita pembunuhan tawanan perang Yahudi itu // P
Cerita pembunuhan tawanan perang Yahudi di Kamp itu // P
Cerita pembunuhan tawanan perang Yahudi di Kamp Jerman itu // P
Keterangan seperti itu masih dapat diperbanyak lagi, misalnya:
Cerita villa pembunuhan tawanan perang Yahudi di Kamp Jerman Barat yang sudah dibukukan
oleh seorang pengarang terkenal telah dua kali mendapat hadiah Nobel itu // Mengasyikkan.
Keterangan subjek inti itu, sesuai dengan adanya pengecualian Hukum DM, dapat pula
diletakkan di depan subjek inti, misalnya menjadi:
Semua cerita…// P
Sebagian besar cerita…// P
Hampir seluruh bagian cerita…// P
Jadi, keterangan/atributif untuk subjek inti dapat diletakkan di depan atau di belakang subjek
atau sekaligus di depan dan di belakang subjek inti.

4
2.1.2 Perluasan Subjek Inti Kalimat dengan Aposisi/Keterangan Pengganti
Atributif dan aposisi mempunyai kesamaan fungsi, yaitu menerangkan/memberi keterangan
pada subjek. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut.
1. Aposisi selalu terletak di belakang subjek inti.
2. Kecuali bertugas menerangkan subjek inti, aposisi berfungsi juga sebagai pingganti
subjek inti sendiri. Oleh karena itu, aposisi juga disebut keterangan pengganti.
3. Aposisi selalu terletak di belakang kata yang diinginkan, biasanya diceraikan dengan
koma.
4. Aposisi terdiri atas kata atau kelompok kata.
5. Aposisi berfungsi menerangkan kata benda, dapat pula menjadi aposisi predikat dan
objek.

Contoh aposisi yang berwujud kelompok kata:


1. Made Ayu, putri tunqgalnya, sudah lulus ujian bidan.
2. Tanaka, Perdana Menteri Jepang, pernah berkunjung ke Indonesia.
3. Rudy Hartono, pernegang supremasi bulu tangkis tingkat internasional, pernah menjadi
pemain film.

Contoh aposisi selain aposisi subjek, aposisi predikat:


1. Tamunya (ialah) para pejabat tinggi, peninjau pembangunan pabrik baja itu. (P = kata
benda).
2. Bala bantuannya tiga kompi, pasukan gerak cepat pimpinan seoranq kapten. (P = kata
bilangan).

Contoh aposisi objek:


1. Dia mengembalikan buku, catatan sejarah Asia. (Aposisi objek penderita)
2. Hutan itu dibuka oleh transmigrasi, petani-petani muda asal Bali. (Aposisi objek pelaku)
3. Jawaban kilat itu dikirimkan kepada nakhoda, seoranq nelayan tua itu. (Aposisi objek
berkepentingan)
Untuk memberikan keterangan tambahan pada S, P, atau 0 dapat pula dengan
mengombinasikan atribut dan aposisi.
Misalnya:
Semua pedagang eceran yang tidak mempunyai ijin usaha, harus mendaftarkan diri. (Kalimat
inti: pedagang mendaftarkan diri)
5
2.1.3 Perluasan Predikat Inti Kalimat dengan Objek
Perluasan dengan objek ialah pengembangan dengan penambahan keterangan predikatyang
erat hubungannya dengan kata kerja yang menjadi inti predikat. Keterangan yang erat ini
disebut objek kalimat. Berdasarkan jenis keterangan yang diberikan, maka objek kalimat dapat
dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
1. Obiek Penderita (Open);
2. Objek Pelaku (Opel);
3. Objek Penyerta atau Berkepentingan (Okep); dan
4. Objek Berkata Depan (Odep).

Sementara itu, pengembangan dengan adverbial adalah pengembangan dengan penambahan


keterangan predikat yang erat hubungannya dengan kata kerja yang menjadi inti predikat.
Adverbial ini jenisnya beragam, bergantung pada segi nama inti predikat itu diberi keterangan,
boleh jadi waktu, tempat, sebab, akibat, dan sebagainya.

a) Perluasan dengan Objek Penderita (Open)


Objek ini hanya terdapat dalam kalimat aktif transitif. Disebut objek penderita karena dia
langsung dikenai pekerjaan yang tersebut pada kata kerja inti. Contoh: Guru itu sedang
menerangkan. Predikat inti pada kalimat tersebut ialah menerangkan. Kata menerangkan
ini dapat dikembangkan dengan menambahkan objek di belakangnya sehingga menjadi:
 menerangkan soal;
 menerangkan soal ilmu ukur;
 menerangkan soal ilmu ukur sudut; dan
 menerangkan soal ilmu ukur sudut nomor 10 bagian a.

sehingga kalimat terakhir menjadi: Guru itu menerangkan soal ilmu ukur sudut nomor
10 bagian a.
Objek penderita adalah objek yang paling erat hubungannya dengan predikat dan
letaknya selalu berada di belakang kata kerja intinya. Apabila kalimat tersebut dibalik
(dijadikan inversi) maka letak objek penderita itu tetap mengikuti kata kerjanya sehingga
bentuk inversinya akan menjadi:
Menerangkan (P) soal ilmu ukur guru (S) itu.

6
b) Perluasan dengan Objek Pelaku
Disebut objek pelaku karena objek inilah yang melakukan pekerjaan yang tersebut pada
kata kerja inti. Objek pelaku hanya terdapat pada kalimat pasif. Contoh: Soal itu
diterangkan.
Predikat inti pada kalimat tersebut ialah diterangkan. Kata ini dapat dikembangkan
dengan menambahkan objek pelaku sehingga menjadi:
 diterangkan oleh guru itu;
 diterangkan oleh guru ilmu ukur itu;
 diterangkan oleh guru ilmu ukur sudut itu;
 diterangkan oleh guru ilmu ukur sudut tamatan IKIP itu; dan
 diterangkan oleh guru ilmu ukur sudut tamatan IKIP Singaraja itu.
sehingga kalimat terakhir menjadi: Soal itu diterangkan oleh guru ilmu ukur tamatan
IKIP Singaraja itu.
Hubungan objek pelaku dengan kata kerja intinya sedikit renggang. Oleh karena itu,
letaknya dapat pula dipindahkan. Perhatikan contoh berikut!
 Soal itu diterangkan oleh guru.
 Oleh guru soal itu diterangkan.
 Soal itu, oleh guru diterangkan.

c) Objek Penyerta/Berkepentingan
Disebut penyerta karena objek ini menyertai kata kerja yang disebutkan oleh predikat
inti. Objek jenis ini terdapat dalam kalimat aktif dan kalimat pasif. Perhatikan contoh
berikut!
 Dia mengirimkan uang itu. (aktif)
 Uang itu dikirimkan. (pasif)
Predikat mengirimkan dapat dikembangkan dengan menambahkan objek penyerta
sehingga menjadi:
 mengirimkan kepada anaknya;
 mengirimkan kepada anak laki-lakinya; dan
 mengirimkan kepada anak laki-laki pertamanya.
Demikian pula kata diterangkan dapat diperlakukan seperti pada contoh tersebut. Seperti
halnya objek pelaku, objek penyerta ini mempunyai ikatan yang sedikit renggang dengan

7
kata kerjanya. Oleh karena itu, letaknya dapat pula dialihkan dari belakang kata kerja.
Misalnya:
 Kepada anaknya uang itu dikirimkan.
 Uang itu, kepada anaknyalah dikirimkan.

d) Objek Berkata Depan


Disebut Berkata Depan karena objek ini harus menggunakan kata depan. Objek ini hanya
terdapat dalam kalimat aktif yang menggunakan kata kerja intransitif . Sebenarnya, objek
ini mempunyai fungsi yang sama dengan objek penderita. Perbedaannya terletak pada
strukturnya, yaitu sebagai berikut.
 Objek penderita bisa langsung mengikuti kata kerjanya.
 Objek berkata depan tidak bisa langsung mengikuti kata kerjanya.
Objek berkata depan bisa langsung mengikuti kata kerjanya setelah didahului oleh kata
depan. Perhatikan contoh berikut!
 Penduduk desa itu berterima kasih atas bantuan kita.
 Peraturan ini berdasar pada undang-undang.
 Semua siswa harus maklum akan nasihat itu.
 Setiap orang harus waspada terhadap lawannya.
 Semua orang pasti yakin kepada kebesaran Tuhan.
Frasa atas bantuan kita, pada undang-undang, akan nasihat itu, terhadap lawannya, dan
kepada kebesaran Tuhan disebut objek berkata depan.

2.1.4 Perluasan Predikat Inti Kalimat dengan Keterangan


a) Keterangan Waktu: frasa ini menerangkan tentang waktu berlangsungnya predikat.
Contoh tanpa kata penghubung (implisit):
1. Tanggal 18 Januari anak pertama dilahirkan.
2. Besok dia akan meninggalkan daerah ini.
3. Asisten apoteker ini sudah membuktikan.
Contoh dengan kata penghubung (eksplisit):
1. Ketika ayahnya meninggal, dia baru berumur tiga tahun.
2. Sebelum meninggalkan kota itu, semua bangunan dibumihanguskan.
3. Ibunya pingsan, setelah berita kematian itu disiarkan.

8
b) Keterangan Tempat: frasa ini menerangkan tempat terjadinya predikat. Contoh:
1. Ibunya baru saja datang dari kampunq.
2. Di lembah Hallen ditemukan banyak bijih tembaga.
3. Ke muara itulah, perahu itu dikayuh.

c) Keterangan Sebab: frasa ini menerangkan tentang sebab terjadinya predikat.


Contoh frasa tanpa kata penghubung (implisit):
1. Melihat darah itu, dia muntah-muntah.
2. Ibunya amat senang, anaknya lulus ujian.
3. Malu bertanya, sesat di jalan.
Contoh frasa dengan kata penghubung (eksplisit):
1. Karena tak sabar lagi, anaknya dipukulnya.
2. Banjir besar itu bisa diatasi, karena semua dibuka.
3. Oleh sebab desakan keluarganya, dia terpaksa mengalah.

d) Keterangan Akibat: frasa ini menerangkan akibat yang terjadi pada predikat. Contoh:
1. Mereka mendaki dan mendaki, hingga tidak dapat melanqkah lagi.
2. Sampai kehabisan nafas, pelari itu memasuki stadion.
3. Pencuri itu dihajar bersama-sama, hingga tidak dapat berjalan lagi.

e) Keterangan Syarat: frasa ini menerangkan syarat yang harus ada agar apa yang ditanyakan
oleh predikat dapat terjadi. Contoh:
1. Nasib kita akan menjadi baik, kalau kita mau berusaha.
2. Kalau keadaan lapangan sudah aman, perintahkan agar mendarat.
3. Pasti ibumu tidak setuju, jika kau minta yang bukan-bukan.

f) Keterangan Tujuan: frasa ini menerangkan tujuan yang dilakukan predikat. Contoh:
1. Keluarganya datang untuk melihat kejadian itu.
2. Agar segera sampai¸dipercepatnyalah kendaraan itu.
3. Pembuatan kuda troya itu dipercepat, agara penyusunan ke benteng lawan segera bisa
dilaksanakan.

g) Keterangan Perlawanan: frasa ini menerangkan sesuatu perlawanan (sesuatu yang


seharusnya tidak terjadi) karena tidak sejalan dengan apa yang tersebut dalam predikat.
9
Contoh frasa yang menggunakan kata penghubung:
1. Dia bekerja juga, walaupun kesehatannya belurn pulih.
2. Walau bagaimanapun sulitnya persoalan itu, dia berkewajiban menyelesaikannya.
3. Sekalipun dia tahu bahwa itu tugas seorang prajurit, nantinya hancur juga kotika
mendengar penyerangan yang gagal total.

h) Keterangan Perbandingan: frasa ini menerangkantentang perbandingan yang ada antara


yang ditanyakan predikat dengan keadaan yang lain.
Contoh frasa yang menggunakan kata penghubung:
1. Wajahnya amat cerah, sebagai bulan purnama.
2. Dia amat ribut, seperti kebakaran jenggot saja.
3. Hampir semua penonton wanita ikut menangis, seakan-akan mereka sendiri ikut
menderita.

i) Keterangan Alat: frasa ini menerangkan alat untuk menjelaskan predikat. Contoh kata
penghubung yang dipakai hanya kata dengan
1. Begawan Bhisma dibunuhnya juga dengan panah Sakti itu.
2. Dengan sekerat kayu ini, kuhalau pencuri itu.
3. Karena pesawatnya tak dapat ditolong lagi, maka pilot muda itu menyelamatkan diri
dengan parasut cadangan.

j) Keterangan Keadaan: frasa ini menerangkan keadaan apa yang tersebut pada predikat. Salah
satu kata penghubung yang dipakai pada kata keterangan keadaan ini ialah kata dengan.
Jadi, sama dengan yang dipakai oleh keterangan alat,tetapi frasa yang terdapat di belakang
kata dengan tidak sama. Bandingkan kedua contoh berikut!
1. Dia melempar kekasihnya dengan bunga.
2. Dia melempar kekasihnya dengan senyumon manis.

Pada kalimat pertama, di belakang kata dengan terdapat kata bunga. Bunga dipakai sebagai
alat untuk melempar. Karena itu, frasa dengan bunga itu dinamai keterangan alat. Pada
kalimat kedua, di belakang kata dengonterdapat frasa tersenyum manis. Frasa ini
menerangkan keadaan waktu pekerjaan melempar dilakukan. Karena itu, frasa tersebut
dinamai keterangan keadaan. Contoh lain dapat dilihat pada kalimat berikut ini.
1. Dia menunggui jenazah anaknya dengan mengucurkan air meta.
10
2. Sambil menggelengkon kepala, pedagang itu menolak tawaran pembelinya.
3. Pemain akrobat itu mendemonstrasikan keterampilannya tanpa perasaan takut sedikit
pun.

2.2 Jenis-jenis Kalimat

Kalimat diklarifikasikan berdasarkan dengan :

 Jenis kalimat menurut jumlah klausa


 Jenis kalimat menurut respon yang diharapkan
 Jenis kalimat dipandang dari segi sifat hubungan aktor-aksi

2.2.1 Jenis Kalimat menurut Jumlah Klausa


Menurut jumlah klausa pembentukannya, kalimat dapat dibedakan atas dua macam,
yaitu :
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Kalimat tunggal hanya
mengandung satu unsur S, P, O, Pel dan Ket. tentu saja kelima unsur itu tidak harus muncul
samua sekaligus karena unsur minimal sebuah kalimat adalah S dan P. Mengingat unsur
pembentuk utamnya yaitu S dan P yang serba tunggal itulah kalimatnya dinamakan kalimat
tunggal. Berdasarkan jenis kata/frasa pengisi P-nya, kalimat tunggal dapat dipilah lagi menjadi
empat macam, dan kalimat-kalimat tunggal itu diberi nama sesuai dengan unsur P-nya masing-
masing. Untuk itu, struktur kalimat tunggal bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
S + P + O / Pel / Ket
Contoh:
• Kami mahasiswa Indonesia. (kalimat nominal)
• Jawaban anak pintar itu sangat tepat. (kalimat adjektiva)
• Sapi-sapi sedang merumput. (kalimat verbal)
• Mobil orang kaya itu ada delapan. (kalimat numeral)
Kalimat tunggal ada yang dapat dilengkapi atau diperluas dengan menambah satu unsur O, Pel,
dan Ket. Selain itu, unsur S, O dapat pula diperluas lagi dengan memberinya berbagai
keterangan. Jadi, kalimat tunggal tidak mesti berupa kalimat pendek. Bila fungsi sintaksis
utama, yaitu S dan P-nya tidak lagi tunggal, alias sudah menjadi majemuk, nama kalimatnya
pun berubah menjadi kalimat majemuk.

11
b. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat
tunggal. Mengingat kalimat tunggal hanya terdiri atas satu klausa, berarti kalimat majemuk
mengandung lebih dari satu klausa.
Contoh :
• Seorang manajer harus mempunyai wawasan yang luas dan
S P1 O1
harus menjunjung tinggi etika profesi.
P2 O2
• Anak-anak bermain layang-layang di halaman kampus ketika
S1 P1 O1 Ket
para dosen, karyawan, dan mahasiswa menikmati hari libur.
S2 P2 O2
Setelah memperhatikan contoh diatas, maka dapat diketahui bahwa kalimat majemuk
setidaknya mempunyai P lebih dari satu, sedangkan S yang sebenarnya ganda.
1) Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang terbentuk dari penggabungan
beberapa kalimat tunggal yang setara kedudukannya dan menyatakan peristiwa yang terjadi
secara berturut-turut atau dalam waktu yang bersamaan. Hubungan koordinatif antara
bagian kalimat yang satu dan bagian kalimat yang lain yang setara itu akan terlihat pada
penggunaan kata sambung (kata penghubung) sebagai koordinator dalam struktur kalimat
majemuk. Kalimat majemuk setara mempunyai ciri-ciri, yaitu dibentuk dari dua atau lebih
kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat yang sederajat. Karena kalimat majemuk
merupakan gabungan kalimat, lebih tepat jika kalimat yang digabung itu disebut dengan
istilah klausa. Untuk itu, struktur kalimat majemuk setara adalah sebagai berikut.
S1 + P1 + O / Pel /Ket + Kt Hubung + S2 + P2 + O /Pel /Ket
Terdapat beberapa jenis hubungan dan fungsi dalam penggabungan kalimat-kalimat tunggal
yaitu :
a) Penjumlahan, menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa,
dan proses (dan, serta, baik, maupun)
b) Pertentangan, menyatakan bahwa hal yang yang dinyatakan dalam klausa pertama
bertentangan dengan klausa kedua (tetapi, sedangkan, bukannya, melainkan)
c) Pemilihan, menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan (atau)
d) Perurutan, menyatakan kejadian yang berurutan (lalu, kemudian)
12
e) Penguatan, menyatakan penguatan atau penekan terhadap kejadian atau peristiwa
(malah[an], bahkan, apalagi, lagipula, tambahan pula)
Contoh kalimat majemuk setara:
a) Erni mengonsep surat itu dan Rini mengetiknya.
b) Yusril rajin membaca, baik ketika menjadi mahasiswa, maupun setelah
c) bekerja.
d) Muridnya kaya, tetapi ia sendiri miskin.
e) Para peserta seminar sudah mulai berdatangan, sedangkan panitia belum
siap.
f) Engkau tinggal di sini, atau ikut dengan saya.
g) Ia memarkir mobil di lantai 3, lalu naik lift ke lantai 7.

2) Kalimat Majemuk Rapatan


Kalimat majemuk rapatan merupakan kalimat majemuk yang terbentuk oleh dua kata yang
mempunyai satu unsur kalimat yang sama. Adapun unsur kalimat yang sama tersebut bisa
berupa kesamaan subjek, predikat, atau mungkin objek. Seperti halnya jenis-jenis kalimat
majemuk lainnya, kalimat majemuk ini juga terbagi lagi ke dalam beberapa jenis. Adapun
beberapa jenis kalimat majemuk rapatan sendiri adalah seperti berikut :
a) Kalimat Majemuk Rapatan Subjek
Kalimat majemuk rapatan subjek merupakan kalimat majemuk rapatan yang terbentuk
oleh adanya persamaan subjek pada dua kalimat yang digabungkan pada kalimat
majemuk ini.
Contoh :
• Klausa 1 : Laras merupakan anak dari Pak Handoko
Klausa 2 : Laras merupakan anak dari Bu Ira
Gabungan : Laras merupakan anak Pak Handoko dan Bu Ira

• Klausa 1 : Randy merupakan suami dari Rini


Klausa 2 : Randy merupakan rekan kerja Rini
Gabungan : Randy merupakan suami sekaligus rekan kerja Rini

b) Kalimat Majemuk Rapatan Predikat


Kalimat majemuk rapatan predikat merupakan kalimat majemuk yang terbentuk dari
gabungan dua kalimat yang mempunyai kesamaan unsur predikat.
13
Contoh :
Klausa 1 : Anni sedang membaca buku di perpustakaan
Klausa 2 : Lily sedang membaca buku di perpustakaan
Gabungan : Anni dan Lily sedang membaca buku di perpustakaan.

c) Kalimat Majemuk Rapatan Objek


Kalimat majemuk rapatan objek merupakan kalimat yang terbentuk oleh dua kalimat
yang mempunyai kesamaan objek.
Contoh :
Klausa 1 : Laras sangat menyukai kopi
Klausa 2 : Laras sangat menyukai jeruk
Klausa 3 : Laras sangat menyukai boneka
Gabungan : Laras sangat menyukai kopi,jeruk, dan boneka

d) Kalimat majemuk rapatan keterangan


Kalimat majemuk jenis ini bagian unsur keterangan yang dirapatkan.
Contoh :
Klausa 1 : ibu mencari adik disekolah
Klausa 2 : ibu mencari adik dirumah andi
Klausa 3 : ibu mencari adik di masjid
Gabungan : ibu mencari adik disekolah, di rumah andi, dan di masjid

3) Kalimat Majemuk Bertingkat/Kompleks/Subordinatif


Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terbentuk dari sebuah kalimat tunggal
yang salah satu bagiannya mengalami perluasan atau penggantian dengan
kalimat lain. Hubungan bagian kalimat yang satu dengan bagian kalimat yang lain dalam
suatu struktur kalimat majemuk tidak sama atau bertingkat. Bagian yang lebih tinggi
kedudukannya disebut induk kalimat (klausa utama), sedangkan bagian yang lebih rendah
kedudukannya disebut anak kalimat (klausa sematan).
Hubungan antara induk kalimat dan anak kalimatnya bersifat subordinatif. Penggunaan kata
sambung tertentu sebagai subordinator dalam perluasan kalimat tunggal menentukan
hubungan induk kalimat dengan anak kalimat. Oleh karena itu, konjungtor yang
menghubungkan antara klausa kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan konjungtor

14
pada kalimat majemuk setara. Terdapat beberapa jenis perluasan hubungan antarklausa,
konjungtor atau kata penghubung, dan fungsinya, yaitu:
a) Waktu, klausa bawahan menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan yang
dinyatakan dalam klausa utama (sejak, sedari, sewaktu, sementara, seraya, setelah,
sambil, sehabis, sebelum, ketika, tatkala, hingga, sampai)
Contoh : Ia berhasil mengembangkan pabriknya setelah memperoleh pinjaman modal
dari bank.
b) Syarat, klausa bawahan menyatakan syarat atau pengadaian terlaksananya halyang
disebut dalam klausa utama (agar, supaya, untuk, biar)
Contoh : Saya bekerja dengan tekun bila berhasil diterima sebagai pegawai di kantor itu.
c) Tujuan, klausa bawahan menyatakan satu tujuan atau harapan dari apa yang disebut
dalam klausa utama (jika[lau], seandainya, andaikata, andaikan, asalkan, kalau, apabila,
bilamana, manakala)
Contoh : Engkau harus belajar dengan sungguh-sungguh agar dapat mencapai indeks
prestasi yang tinggi.
d) Perlawanan (konsensif), klausa bawahan memuat pernyataan yang tidak akan mengubah
apa yang dinyatakan dalam klausa utama (walau[pun], meski[pun], sekalipun, biar[pun],
kendati[pun], sungguh[pun])
Contoh : Meskipun hari hujan, anak itu pergi juga ke sekolah.
e) Pembandingan, memperlihatkan perbandingan antara pernyataan pada klausa utama
dengan pernyataan pada klausa bawahan (seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana,
daripada, alih-alih, ibarat)
Contoh : Wajah gadis itu cantik dan menawan laksana bulan purnama.
f) Penyebaban, klausa bawahan menyatakan sebab atau alasan terjadinya sesuatu yang
dinyatakan dalam klausa utama (sebab, karena, oleh karena)
Contoh : Pekerja itu tidak dapat merampungkan pekerjaannya sebab seminggu ia sakit.
g) Pengakibatkan, klausa bawahan menyatakan akibat apa yang dinyatakan dalam klausa
utama (sehingga, sampai-sampai, maka)
Contoh : Ayah bekerja terlalu keras sehingga jatuh sakit.
h) Cara, klausa bawahan menyatakan cara-cara pelaksanaan dan alat dari apa yang
dinyatakan oleh klausa utama (dengan, tanpa)
Contoh : Polisi menyelidiki peristiwa kejahatan tersebut dengan menyamar sebagai
buruh pabrik.

15
i) Kemiripan, klausa bawahan menyatakan adanya kenyataan yang mirip dengan keadaan
yang sebenarnya (seolah-olah, seakan-akan)
Contoh : Seandainya usul-usul yang diajukannya itu diterima oleh pengurus, tentu
program kerja organisasi dapat terlaksana dengan baik.
j) Penjelasan atau penegasan, klausa bawahan menyatakan penegasan atau penjelasan
terhadap peristiwa yang dinyatakan pada klausa utama (bahwa)
Contoh : Ia baru sadar bahwa pendidikan itu sangat penting bagi masa depan anak-
anaknya.

4) Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat majemuk campuran adalah gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat, sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh :
Toni bermain dengan Kevin (kalimat tunggal 1)
Rina membaca buku di kamar kemarin (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
Ketika aku datang ke rumahnya (anak kalimat)
Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke
rumahnya. (kalimat campuran)

2.2.2 Jenis Kalimat menurut Respon yang Diharapkan


Dipandang dari segi responsi yang diharapkan, kalimat dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk,
yaitu (1) kalimat pernyataan, (2) kalimat pertanyaan, dan (3) kalimat perintah. Ketiga bentuk
kalimat ini, dalam konsep pragmatik sering juga disebut dengan istilah modus kalimat.
1) Kalimat Pernyataan
Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi tanpa
mengharapkan responsi tertentu. Ciri untuk mengenal kalimat pernyataan ini yaitu melalui pola
intonasinya yang bernada akhir turun (dalam bahasa lisan) dan tanda titik seperti ayo, mari;
kata-kata persilahkan, seperti silahkan, dipersilahkan; dan kata larangan (jangan).
Contoh :
 Ridwan bermain bola.
 Cita-cita anak itu sangat mulia.
 Saya tidak membawa uang sama sekali.
 Syahidin seorang penyanyi.

16
 Mayan pecandu rokok.

2) Kalimat Pertanyaan
Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang berupa
jawaban. Kalimat pertanyaan dapat dikenal dari pola intonasinya yang bernada akhir naik serta
nada terakhir dan pola intonasi kalimat pertanyaan. Nada akhir kalimat pertanyaan ditandai
dengan tanda tanya (dalam bahasa tulisan).
Contoh :
 Di mana rumahmu?
 Mengapa anak itu tidak tidur ?
 Apakah kakak sudah menikah ?
 Siapa nama anak Bu Dian?

3) Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang berupa
tindakan. Kalimat perintah ditandai dengan tanda seru, tetapi penggunaan seru ini biasanya
tidak dipakai kalau sifat perintah itu menjadi lemah dan juga predikatnya diikuti partikel-lah.
Kalimat perintah dapat bersifat negatif. Untuk menegatifkan kalimat perintah, digunakan kata
jangan yang biasanya ditempatkan pada bagian awal kalimat. Kalimat perintah yang bersifat
negatif berubah menbjadi larangan.
Contoh :
 Cepat masuk, Rahma!
 Masuklah!
 Marilah kita belajar bersama-sama!
 Jangan membuang sampah di sembarang tempat!
 Jangan dimakan, Indra!

2.2.3 Jenis Kalimat Dipandang dari Segi Sifat Hubungan Aktor-Aksi


Dipandang dari segi sifat hubungan aktor-aksi, kalimat dapat dibedakan ke dalam empat jenis,
yaitu (1) kalimat aktif, (2) kalimat pasif, (3) kalimat medial, dan (4) kalimat resiprokal.
1) Kalimat Aktif
Jika subjek suatu kalimat merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan pada predikat, kalimat
itu disebut kalimat aktif. Oleh karena itu, kalimat aktif hanya terdapat pada kalimat yang

17
predikatnya berupa verba aktif. Kalimat aktif dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu
kalimat aktif yang berobjek yang dinamakan transitif dan kalimat aktif yang tidak berobjek
yang disebut intransitif. Verba yang mengisi predikat kalimat aktif dinamakan verba aktif.
Verba aktif umumnya ditandai oleh awalan me-, seperti menulis, membaca, membawa,
mencatat, menyeberangi, dan melintasi.
Contoh :
 Saya menulis surat.
 Anak itu memetik bunga di taman.
 Pembantu itu sedang menyapu halaman.
 Dia memukul saya.
 Ayah membelikan kakak baju baru.

2) Kalimat Pasif
Jika subjek suatu kalimat tidak berperan sebagai pelaku, tetapi sebagai sasaran perbuatan yang
dinyatakan predikat, kalimat itu disebut kalimat pasif. Kalimat semacam ini merupakan kalimat
ubahan dari kalimat aktif. Hal ini dilakukan dengan pengubahan unsur objek kalimat aktif
menjadi subjek kalimat pasif. Pengubahan ini menyebabkan perubahan bentuk verba pengisi
predikat, yaitu verba aktif menjadi verba pasif. Kalimat-kalimat tak berobjek (intransitif) tidak
dapat dijadikan kalimat pasif sebelum diubah menjadi kalimat transitif. Di samping ditandai
oleh peran subjek sebagai sasaran, kalimat pasif itu ditandai pula oleh bentuk verba pengisi
predikatnya. Di dalam bahasa Indonesia ada dua macam bentuk verba pasif, yaitu verba pasif
berawalan di- dan verba pasif tanpa awalan di- plus pelaku. Kalimat-kalimat aktif dapat
dijadikan kalimat pasif dengan mengubah unsur objek dijadikan subjek, dan hal itu akan
mengakibatkan perubahan bentuk verba predikat berawalan me- menjadi berawalan di-.
Contoh :
Pengusaha itu meminjami ayah uang.
Kalimat aktif di atas kemudian diubah menjadi kalimat pasif:
Ayah dipinjami uang oleh pengusaha itu
Kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif dengan unsur pelaku pronomina persona (kata
ganti orang) pertama, kedua, dan ketiga dapat juga memiliki bentuk yang berbeda dengan
kalimat pasif di atas. Perbedaan ini terdapat pada predikat yang tidak berawalan di-. Verba
pengisi predikat kalimat pasif ini adalah verba yang diperoleh dari verba aktif dengan

18
menanggalkan awalan me-. Sebagai pengganti awalan di-, penanda verba pasif, digunakan
pronomina persona atau nomina pelaku pada kalimat asal (kalimat aktifnya).
Contoh :
Saya sudah mengirimkan lamaran ke kantor.
Kalimat aktif diatas kemudian diubah menjadi kalimat pasif dengan predikat tanpa awalan di-
Lamaran sudah saya kirimkan ke kantor.
Bagian yang dicetak tebal di atas merupakan predikat kalimat. Pada kalimat pasif jenis ini,
verba pasif tidak berupa sebuah kata, tetapi berupa gabungan dua kata, yaitu verba transitif
tanpa awalan di- atau me- dan unsur pelaku yang dalam kalimat aktif berfungsi sebagai subjek.
Kalimat pasif juga dapat ditandai oleh predikat verba pasif yang berawalan ter-. Kalimat yang
berpredikat veba berawalan ter- memperlihatkan bahwa subjek dikenai perbuatan yang
dinyatakan oleh predikat dan mempunyai makna tidak disengaja.
Contoh:
Kaki saya terinjak orang.
Di samping itu, kalimat pasif dalam pengertian tidak disengaja dapat juga ditandai oleh kata
kena.
Contoh :
Mereka kena tipu orang .
Selain berciri verba berawalan di-, ter, dan kata kena, kalimat pasif ditandai oleh verba
berimbuhan ke- -an. Verba jenis ini amat terbatas jumlahnya dan biasanya berhubungan dengan
peristiwa alam.
Contoh :
Anak-anak kehujanan sepanjang jalan.

3) Kalimat Medial
Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku maupun sebagai
penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat tersebut.
Contoh :
 Dia mengobati luka hatinya.
 Jangan menyiksa diri-sendiri.
 Wanita itu berhias di depan cermin.
 Aku menampar wajahku.

19
4) Kalimat Resiprokal
Kalimat resiprokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan sesuatu perbuatan
yang saling berbalas-balasan. Verba yang berfungsi sebagai predikat pada kalimat respirokal
adalah verba yang berprefiks me- yang didahului oleh kata dasarnya, verba berulang yang
berkombinasi dengan konfiks ber-kan, verba dasar yang diikuti oleh kata baku, dan yang saling
diikuti verba yang berprefiks me- atau me-/kan.
Contoh :
 Anwar sering sekali baku hantam dengan tetangganya.
 Dua bersaudara itu saling mencintai dan saling menyayangi.
 Kedua negara itu tuduh-menuduh tentang pelanggaran perbatasan.
 Kita harus tolong menolong dalam kebajikan.

20
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai


berikut :

A. Perluasan Subjek dan Predikat Inti Kalimat

Perluasan diklarifikasikan sebagai berikut :

 Perluasan Subjek Inti Kalimat dengan Atributif/Keterangan


 Perluasan Subjek Inti Kalimat dengan Aposisi/Keterangan Pengganti
 Perluasan Predikat Inti Kalimat dengan Objek
 Perluasan Predikat Inti Kalimat dengan Keterangan
B. Jenis-jenis Kalimat
Kalimat diklarifikasikan berdasarkan dengan :
 Jenis Kalimat Menurut Jumlah Klausa
 Jenis Kalimat Menurut Respon yang Diharapkan
 Jenis Kalimat Dipandang dari Segi Sifat Hubungan Aktor-Aksi

3.2 Saran
Menyadari bahwa penyusun masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan
pengetahuan dan referensi, kedepannya para pembaca dapat menambahkan hal-hal yang
kurang dalam karya tulis ini. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik
yang membangun. Penulis berharap bahwa nantinya para pembaca banyak mengetahui
cara-cara yang tepat, benar,dan baik dalam mengembangkan sebuah kalimat. Penulis juga
menyarankan agar pembaca lebih memperbanyak lagi referensi-referensi mengenai jenis-
jenis kalimat selain makalah ini. Ini dikarenakan oleh keterbatasan penulis dalam mencari
referensi-referensi dalam penyusunan makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Nurdjan, Sukirman, Firman, dan Mirnawati. 2016. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Sulawesi Selatan: Aksara Timur.
Suyatno, Tri Pujiati, Didah Nurhamidah, Lutfi Syauki Faznur. 2017. Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Bogor : IN MEDIA.

Damayanti, Rini dan Indrayanti, Tri. 2015. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Surabaya: Victory Inti Cipta.

Sukartha, I Nengah, I Nyoman Suparwa, I Wayan Teguh. 2010. Bahasa Indonesia Akademik
untuk Perguruan Tinggi. Udayana: Udayana Univerity Press.

22

Anda mungkin juga menyukai