Anda di halaman 1dari 49

MENJELAJAHI POLA & PENULISAN WACANA DAN

PARAGRAF

Oleh :

Kelompok 8

Auliya Intan Mawarika (062230400839)


Merzi Revi Gres (062230400849)
Prayessa Arianti (062230400854)

Kelas : 2 KB
Dosen pembimbing : Muhammad Bujaya,S.Pd.,M.Pd

PROGRAM STUDI
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN 2022/2023
ABSTRAK

Paragraf adalah seperangkat atau sekelompok kalimat yang tersusun dari satu
Kalimat pokok dan beberapa kalimat penjelas. Yang di maksud Kalimat Pokok
adalah suatu kalimat yang berisikan masalah atau kesimpulan dari paragraf Itu
sendiri. Dan Kalimat Penjelas merupakan suatu kalimat yang berisikan Penjelasan
masalah yang terdapat di kalimat pokok.
Paragraf sendiri terbagi menjadi tiga bagian, yaitu paragraf berdasarkan pola
penalaran, paragraf berdasarkan gaya ekspresi serta paragraf berdasarkan urutan.
Sedangkan untuk pola dan Teknik pengembangan paragraf terdiri dari dua bagian,
yaitu pengembangan paragraf berdasarkan Teknik dan pengembangan paragraf
berdasarkan isi.
Wacana adalah kesatuan makna antarkomponen bahasa di dalam suatu
struktur bahasa yang terkait dengan konteks. Kesatuan struktur di dalam wacana
bersifat abstrak sehingga membedakannya dari teks, tulisan, bacaan, tuturan, atau
inskripsi dalam pengertian yang sama. Sementara kesamaannya yaitu sama-sama
memiliki wujud konkret yang terlihat, terbaca, atau terdengar.
Secara keseluruhan terdapat beberapa pengelompokan wacana, diantaranya
adalah wacana berdasarkan cara penyampaian, wacana berdasarkan pemaparan,
wacana berdasarkan penutur, wacana berdasarkan bentuk, wacana berdasarkan isi
dan wacana berdasarkan cara penyampaian.

i
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. yang dengan segala nikmat-Nya segala
kebaikan menjadi sempurna sehingga dapat menyelesaikan makalah Bahasa
Indonesia yang berjudul “Paragraf dan Wacana” bisa selesai, mengingat makalah ini
memerlukan waktu yang cukup lama dan sempat berhenti di tengah jalan.

Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Bujaya,S.Pd., M.Pd.


selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing kami
dalam pengerjaan makalah ini. Terimakasih untuk rekan-rekan kelas karena telah
memberikan support pada kami dalam pembuatan makalah ini.

Terima kasih juga kepada diri kami sendiri karena telah berjuang sejauh ini
dan mengorbankan waktu, pikiran, tenaga serta materi. Penulisan makalah ini dalam
keadaan menyambut Hari Raya Idul Fitri, saat rekan-rekan telah banyak yang pulang
ke kampung halaman. Kami harus menunda kepulangan kami untuk menulis
makalah. Alhamdulillah seletah cuti bersama Hari Raya Idul Fitri kami melanjutkan
penulisan makalah ini.

Mohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan Makalah ini, yang salah
adalah mutlak karena keterbatasan kami sebagai manusia, yang benar datangnya
hanya dari Allah SWT. pemilik segala kesempurnaan. Semoga ada sedikit manfaat
yang bisa diambil oleh pembaca dan menjadi amal kebaikan bagi kami.

Palembang, 10 Mei 2023

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................3
1.4 Manfaat ..........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................4
2.1 Hakikat Paragraf ............................................................................................4
2.2 Unsur Pembentuk Paragraf ............................................................................4
2.3 Jenis-jenis Paragraf ........................................................................................5
2.3.1 Berdasarkan Pola Penalaran .................................................................5
2.3.2 Berdasarkan Gaya Ekspresi ..................................................................9
2.3.3 Berdasarkan Urutan ............................................................................12
2.4 Syarat paragraf .............................................................................................14
2.5 Teknik dan Pola Pengembangan Paragraf ..................................................17
2.5.1 Berdasarkan Teknik ............................................................................17
2.5.2 Berdasarkan Isi ...................................................................................20
2.6 Hakikat Wacana ...........................................................................................24
2.7 Jenis-jenis Wacana .......................................................................................25
2.7.1 Berdasarkan Cara Pemaparan ............................................................25
2.7.2 Berdasarkan Media Penyampaian ......................................................28
2.7.3 Berdasarkan Jumlah Penutur ..............................................................29
2.7.4 Berdasarkan Bentuk ..........................................................................30
2.7.5 Berdasarkan Isi ...................................................................................30
2.7.6 Berdasarkan Cara Pengungkapan .......................................................32
2.7.7 Berdasarkan tujuan berkomunikasi ....................................................33

iii
2.8 Syarat Wacana ..............................................................................................36
2.9 Langkah-langkah Mengarang ......................................................................39
BAB III PENUTUP ................................................................................................41
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................41
3.2 Implikasi ............................................................................................................41
3.3 Saran ...................................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 43

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berkembangnya pengetahuan, kita juga dituntut untuk ikut
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi agar nantinya dapat dinikmati
oleh banyak orang. Membuat karya ilmiah, buku sains dan sebagainya
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan dan
mempublikasikan ilmu pengetahuan. Dalam penulisan karya ilmiah maupun
buku-buku tidak lepas dari penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dalam perkembangannya bahasa Indonesia saat ini telah mengalami beberapa
perubahan, seperti dalam penggunaan ejaan, tata bahasa, penambahan kata-kata
baru, dan sebagainya.
Bahasa, mulai dari unit gramatikal terkecil, yaitu kata, kalimat, paragraf,
wacana, semuanya mempunyai kesinambungan yang tidak dapat terpisahkan.
Dari mulai unsur kata, hingga wacana yang merupakan unit gramatikal terbesar
dari bahasa, mempunyai sebuah maksud yang ingin disampaikan kepada
pembaca. Wacana yang merupakan gramatikal terbesar mempunyai peran untuk
menyampaikan maksud secara rinci dan jelas kepada pembaca. Untuk itu pada
kesempatan kali ini penulis ingin memaparkan tentang paragrafsebagai unsur
pembentuk wacana.
Menurut Akhadiah (dalam Nasucha, Rohmadi dan Wahyudi. 2009: 33)
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah pikiran. Dalam
paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat
dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau topik,
kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini
saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Paragraf dapat juga dikatakan karangan yang paling pendek/singkat (Nasucha
dkk, 2009: 33)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1552), wacana adalah
satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau
laporan utuh seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah. James Deese
karyanya Thought Into Speech : The Psychology Of A Language (1984:2,

1
sebagimana dikutip ulang oleh Sumarlan, 2009:6) menyatakan bahwa wacana
adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan
suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau
keterpaduan itu sendiri harus muncul dari isi wacana, tetapi banyak sekali rasa
keterpaduan yang dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara
pengutaraan, yaitu pengutaraan itu sendiri
Dalam penulisan paragraf dan wacana banyak hal yang harus
diperhatikan misalnya sebuah paragraf yang baik harus terdiri dari kalimat topik
dan kalimat pengembang, dalam sebuah paragraf harus terdiri dari satu gagasan
pokok serta harus adanya kekompakan jalinan kalimat antar paragraf. Oka dan
Suparno (1994:23) menyatakan bahwa syarat wacana yang baik adalah kohesi
dan koherensi serta menambahkan satu syarat lagi, yaitu topik. Dari pernyataan
tersebut menjelaskan bahwa diperlukan penerapan syarat penulisan paragraf dan
wacana.
Demi menghindari pelanggaran hak cipta dan dengan mempertimbangkan
etika dalam penulisan diperlukan wawasan tentang wacana dan paragraf supaya
tidak terjadinya kesalahpahman dalam pengertian wacana dan paragraf. Maka
dari itu kami membahas topik wacana dan paragraf.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan yang telah kami uraikan pada latar belakang
maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, antara lain :
1. Bagaimana definisi paragraf secara umum?
2. Bagaimana unsur-unsur paragraf ?
3. Bagaimana pengelompokkan paragraf ?
4. Apa saja syarat-syarat paragraf ?
5. Bagaimana penerepan Teknik dan pola pengembangan paragraf ?
6. Bagaimana hakikat dalam wacana ?
7. Bagaimana pengelompokkan wacana ?
8. Bagaimana tahapan dalam mengarang wacana ?

2
1.3 Tujuan
Tujuan dibuat makalah ini yaitu agar kita sebagai mahasiswa/i dapat
mengetahui apa itu paragraf dan wacana, bagaimana pengelompokkan paragraf
dan wacana, apa saja teknik yang perlu diperhatikan dalam pembuatan paragraf
dan wacana. Dan supaya kita semua dapat mengetahui bahwa ada beberapa
kalimat yang perlu dipilah-pilah dalam penulisan wacana dan paragraf.

1.4 Manfaat
Terdapat dua manfaat dari pembuatan makalah ini, manfaat tersebut
adalah manfaat praktis dan manfaat teoritis. Kedua manfaat tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut :

1. Manfaat praktis
Secara praktis makalah ini bermanfaat bagi para pembaca yaitu
menambah wawasan mengenai paragraf dan wacana.
2. Manfaat teoritis
Secara teoritis makalah ini bermanfaat untuk meningkatkan
kesadaran akan pentingnya mengetahui cara pembuatan paragraf dan
wacana yang baik dan benar.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Paragraf


Segala jenis tulisan tidak lepas dari adanya paragraf. Paragraf merupakan
kata dalam bahasa Indonesia yang diserap dari Bahasa Inggris paragraf di mana
kata tersebut berasal dari bahasa Yunani para yang memiliki arti “sebelum” dan
grafein yang berarti “menulis”. Paragraf adalah seperangkat atau sekelompok
kalimat yang tersusun dari satu Kalimat pokok dan beberapa kalimat penjelas.
Yang di maksud Kalimat Pokok adalah suatu kalimat yang berisikan masalah
atau kesimpulan dari paragraf Itu sendiri. Dan Kalimat Penjelas merupakan
suatu kalimat yang berisikan Penjelasan masalah yang terdapat di kalimat pokok.
Paragraf merupakan ide pokok yang dikembangkan oleh kalimat-
kalimat penjelas yang merupakan ide-ide penjelasan baik secara deduktif
maupun induktif, secara Sebab-akibat atau akibat sebab (Soejito, 2006).
Pengembangan tersebut dapat dilakukan Dengan cara menentukan kata-kata
kunci, kemudian kata-kata kunci disusun menjadi kalimat,Dan kalimat-kalimat
itu disusun menjadi paragraf. Paragraf merupakan suatu piranti untuk
Berkomunikasi secara tertulis, yakni komunikasi antara penulis dengan
pembaca. Seorang Penulis menyatakan gagasan/pikirannya dalam tulisan,
sehingga seorang pembaca dapat Mengerti ide sedikit demi sedikit hingga
keseluruhan kalimat dalam paragraf (Syafi’ie, 2010).

2.2 Unsur Pembentuk Paragraf


2.2.1 Kalimat topik
Ada berbagai istilah yang sama maknanya dengan kalimat topik.
Dalam bahasa Inggris, kita mengenal istilah-istilah, major point, main
idea, central idea, dan topic sentence. Keempat-empatnya bermakna sama
mengacu kepada pengertian kalimat topik. Dalam bahasa Indonesia kita
pun mengenal istilah-istilah, seperti pikiran utama, pokok pikiran, ide
pokok, dan kalimat pokok. Keempat-empatnya juga mengandung makna
yang sama, yaitu mengacu pada kalimat topik.

4
2.2.2 Kalimat pengembang
Sebagian besar, kalimat-kalimat yang terdapat dalam satu paragraf
termasuk kalimat pengembang. Susunan kalimat pengembang tidak
sembarangan. Urutan kalimat pengembang sebagai perluasan pemaparan
ide pokok yang bersifat abstrak menuruti hakikat ide pokok.
Pengembangan kalimat topik yang bersifat kronologis, biasanya
menyangkut hubungan antara benda atau kejadian dan waktu. Urutanya
masa lalu, kini, dan yang akan dating.

2.2.3 Kalimat penegas


Kalimat penegas adalah elemen paragraf yang keempat dan
terakhir. Elemen pertama adalah transisi, elemen kedua adalah kalimat
topik, dan elemen ketiga adalah kalimat penegas. Fungsi kalimat penegas
ada dua. Pertama, kalimat penegas sebagai pengulang atau penegas
kalimat topik. Kedua, kalimat penegas sebagai daya penarik bagi para
pembaca atau sebagai selingan untuk menghilangkan kejemuan.
Kedudukan kalimat penegas dalam suatu paragraf tidak bersifat mutlak.
Kalimat penegas ada bila pengarang merasa memerlukanya untuk
menunjang kejelasan informasi. Kalimat penegas tidak ada bila pengarang
memandang kehadirnya tidak diperlukan. Selain itu kalimat penegas tidak
ada bila pengarang merasa kejelasan informasi tidak terganggu tanpa
adanya kalimat penegas.

2.3 Jenis – jenis paragraf


2.3.1 Berdasarkan Pola Pernalaran
a. Paragraf deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang ide pokok atau
gagasan utamanya terletak di awal paragraf dan diikuti oleh kalimat-
kalimat penjelas untuk mendukung gagasan utama. Ide pokok atau
gagasan utama berupa pernyataan umum yang dikemas dalam kalimat
topik.

5
Contoh :
Ibuku bernama Wulandari.
(Kalimat Topik)
Mukanya selalu bersinar seperti bulan. Cocok sekali dengan
namanya yang berarti bulan bersinar. Mukanya bulat dengan alis
tipis seperti semut beriring. Kulit ibuku sawo matang, khas wanita
Jawa. Beliau tidaklah tinggi, tidak pula pendek. Rambutnya hitam
bergelombang. Sampai usia 56 tahun kulihat rambutnya masih
legam tanpa semir. Pandangan matanya yang kuat kini sudah mulai
sayu termakan usia. Namun mata hatinya tetap kuat bagaikan baja.
(Kalimat Pengembang)
Paragraf ini berjenis paragraf deduktif. Hal ini karena kalimat
topiknya yang terdapat pada awal paragraf. Kalimat pertama
merupakan kalimat topik yang menyebutkan jika ibu bernama
Wulandari. Lalu, kalimat-kalimat selanjutnya menggambarkan ciri
fisik ibu mulai dari wajah hingga postur tubuhnya. Kalimat-kalimat
tersebut merupakan kalimat pengembang dari kalimat topik.

b. Paragraf induktif
Paragraph induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya
terdapat pada bagian akhir. paragraf induktif mempunyai ciri-ciri,
yaitu a) diawali dengan penyebutan peristiwa-peristiwa khusus yang
berfungsi sebagai penjelas dan merupakan pendukung gagasa utama
dan b) kemudian menarik simpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa
khusus itu
Contoh :
Tidak seperti orang Batak yang logatnya agak keras, ayahku
sangat pendiam. Beliau yang irit kata, lebih suka memberi contoh
langsung kepada anaknya tanpa perlu menggurui. Bagai air yang
mengalir tenang, tetapi sangat dalam.
(Kalimat Pengembang)
Beliau adalah teladan bagi anakanaknya.

6
(Kalimat Topik)
Paragraf ini berjenis paragraf induktif. Hal ini karena kalimat
topiknya yang terdapat pada akhir paragraf. Kalimat pertama hingga
ketiga menggambarkan sifat-sifat ayah seperti, pendiam, irit kata, dan
suka memberi contoh. Lalu, kalimat terakhir merupakan kalimat topik
yang berupa kesimpulan yang menyebutkan jika sifat-sifat ayah yang
disebutkan dalam kalimat-kalimat sebelumnya menjadi teladan bagi
anak-anaknya.

c. Paragraf Deduktif-Induktif (Campuran)

Paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya


terdapat pada bagian awal dan akhir paragraf.

Contoh :

Meskipun sudah berumur, ibuku masih menuntut ilmu.

(Kalimat Topik)

Ibuku melanjutkan ke jenjang S-2. Padahal harusnya dia sudah tidak


disibukkan oleh tugas kuliah. Tetapi, sepertinya ibuku sangat
menikmati sekolahnya. Sambil bernyanyi kecil dia mengerjakan
tugas kuliahnya.

(Kalimat Pengembang)

Belajar terus sepanjang hayat, itulah semboyannya.

(Kalimat Penegas)

Paragraf ini berjenis paragraf campuran. Hal ini karena kalimat


topiknya yang terdapat pada awal dan akhir paragraf

d. Paragraf ineratif

Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya


terletak di tengah-tengah paragraf.

7
Contoh :

Fungsi museum yang utama adalah menyimpan, merawat,


mengamankan, dan memanfaatkan koleksi museum berupa benda
cagar budaya.

(Kalimat Pengembang)

Dengan demikian, museum memiliki fungsi besar yaitu sebagai


tempat pelestarian.

(Kalimat Topik)

Secara lebih rinci fungsi museum mencakup kegiatan penyimpanan,


perawatan, dan pengamanan.

(Kalimat Pengembang)

Paragraf ini berjenis paragraf ineratif. Hal ini karena kalimat


topiknya yang terdapat di tengah paragraf. Kalimat pertama dan
ketiga memiliki isi kalimat yang sama yaitu dengan menyebutkan
jika fungsi museun adalah merawat, menyimpan, dan
mengamankan. Kalimat tersebut merupakan kalimat pengembang.
Lalu, kalimat topiknya yaitu terletak pada kalimat kedua yang
menjelaskan jika fungsi besar museum yaitu sebagai tempat
pelestarian.

e. ide pokok menyebar

Paragraf dengan pola semacam itu tidak memiliki kalimat


utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat
pada kalimat-kalimatnya.

Contoh:

Matahari belum tinggi benar. Embun masih tampak


berkilauan. Warna bunga menjadi sangat indah diterpa sinar matahari.
Tampak kupu-kupu 59 dengan berbagai warna terbang dari bunga
yang satu ke bunga yang lain. Angin pun semilir terasa menyejukkan

8
hati. Gagasan utama paragraf tersebut tidak terdapat pada kalimat
pertama, kedua, dan seterusnya. Untuk dapat memahami gagasan
utama paragraf itu, pembaca harus menyimpulkan isi paragraf itu.
Dengan memperhatikan setiap kalimat dalam paragraf itu, kita dapat
menyarikan isinya, yaitu gambaran suasana pada pagi hari yang cerah.
Inti sari itulah yang menjadi gagasan utamanya.

2.3.2 Berdasarkan Gaya Ekspresi/Pengungkapan


a. Paragraf Narasi ( kisahan )

Narasi merupakan gaya pengungkapan yang bertujuan


menceritakan atau mengisahkan rangkaian kejadian atau peristiwa--
baik peristiwa kenyataan maupun peristiwa rekaan atau pengalaman
hidup berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu sehingga
tampak seolah-olah pembaca mengalami sendiri peristiwa itu.
Paragraf narasi dimaksudkan untuk memberi tahu pembaca atau
pendengar tentang sesuatu yang diketahui atau dialami penulis supaya
pembaca terkesan.

Contoh :

Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie


merupakan salah seorang tokoh panutan dan menjadi kebanggaan bagi
banyak orang di Indonesia. Presiden ketiga Republik Indonesia itu
dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936.
Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan
Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo.
Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12
Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan
Thareq Kemal. Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-
saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada
prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang
punya kegemaran menunggang kuda dan membaca ini dikenal sangat

9
cerdas sejak masih duduk di sekolah dasar. (Dimodifikasi dari
www.dbiografi.com)

Berdasarkan sifat informasinya, paragraf di atas dapat


dikategorikan sebagai paragraf narasi yang berisi fakta. Penulis
berusaha menceritakan tokoh menurut realitas atau faktasebenarnya.

b. Paragraf Deskripsi

Paragraf deskripsi berisi gambaran mengenai suatu objek atau


suatu keadaan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
Paragraf ini bertujuan untuk memberikan kesan/impresi kepada
pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan semacamnya
yang ingin disampaikan penulis.

Contoh :

Pantai Wediombo mungkin hanya salah satu diantara sekian


banyak pantai yang masih belum terjamah di Kabupaten Gunung
Kidul, Yogyakarta. Pantai dengan hamparan pasir putih mahaluas ini
seolah menggoda kaki untuk terus memijak dan berjalan-jalan
diatasnya. Di kanan kiri pantai dapat kita lihat bukut-bukit kapur hijau
ditumbuhi lumut yang berdiri gagah menantang derasnya ombak
pantai. Suasana pantai yang sepi juga menambah pesona pantai yang
masih perawan ini.

c. Paragraf eksposisi

Paragraf eksposisi merupakan paragraf yang bertujuan untuk


menginformasikan sesuatu sehingga memperluas pengetahuan
pembaca. Paragraf eksposisi bersifat ilmiah/nonfiksi. Sumber untuk
penulisan paragrafni dapat diperoleh dari hasil pengamatan,
penelitian atau pengalaman.

Contoh :

Pemerintah akan memberikan bantuan pembangunan rumah


atau bangunan kepada korban gempa. Bantuan pembangunan rumah

10
atau bangunan tersebut disesuaikan dengan tingkat kerusakannya.
Warga yang rumahnya rusak ringan mendapat bantuan sekitar 10 juta.
Warga yang rumahnya rusak sedang mendapat bantuan sekitar 20 juta.
Warga yang rumahnya rusak berat mendapat bantuan sekitar 30 juta.
Calon penerima bantuan tersebut ditentukan oleh aparat desa setempat
dengan pengawasan dari pihak LSM.

d. Paragraf Persuasif

Paragraf persuasi adalah paragraf yang berisi ajakan. Paragraf


persuasi bertujuan untuk membujuk pembaca agar mau melakukan
sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat
tercapai, penulis harus mampu menyampaikan bukti dengan data dan
fakta pendukung.

Contoh :

Pencemaran Sungai Ciliwung sudah sangat parah dan dapat


dikategorikan sebagai pencemaran tingkat berat. Rumah tangga
merupakan penyumbang terbesar sampah di Sungai Ciliwung. Jika
kondisi ini terus berlanjut, sejumlah daerah yang menggantungkan
sumber air dari Sungai Ciliwung dikhawatirkan akan mengalami
krisis. Untuk itu, kesadaran untuk menjaga lingkungan perlu
ditanamkan secara kuat kepada masyarakat. Jika lingkungan
terjaga,kita jugalah yang akan diuntungkan.

Dalam paragraf persuasi, penulis ingin memengaruhi pembaca


atau mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu.

e. Paragraf Argumentasi

Paragraf argumentasi atau paragraf bahasan adalah suatu corak


paragraf yang bertujuan membuktikan pendapat penulis agar pembaca
menerima pendapatnya. Dalam paragraf ini penulis menyampaikan
pendapat yang disertai penjelasan dan alasan yang kuat dan
meyakinkan dengan maksud agar pembaca bisa terpengaruh.

11
Contoh :

Memilih SMA tanpa pertimbangan yang matang hanya akan


menambah pengangguran karena pelajaran di SMA tidak memberi
bekal bekerja. Menurut Iskandar, sudah saatnya masyarakat
mengubah paradigma agar lulusan SMP tidak latah masuk SMA.
Kalau memang lebih berbakat pada jalur profesi, sebaiknya lulusan
SMP memilih SMK. Dia mengingatkan sejumlah risiko bagi lulusan
SMP yang sembarangan melanjutkan sekolah. Misalnya, lulusan SMP
yang tidak mempunyai potensi bakat-minat ke jalur akademik sampai
perguruan tinggi, tetapi memaksakan diri masuk SMA, dia tidak akan
lulus UAN karena sulit mengikuti pelajaran di SMA. Namun, tanpa
lulus UAN mustahil bisa sampai perguruan tinggi.

Dalam paragraf argumentasi, suatu gagasan utama dijelaskan


dengan kalimat pengembang yang berupa alasan. Dengan data atau
bukti yang nyata, pernyataan dalam gagasan utama semakin kuat.
Penulis ingin meyakinkan pembaca terhadap ide atau gagasan utama
yang dikemukakannya dengan argumen disertai fakta.

2.3.3 Berdasarkan urutan


a. Paragraf pembuka atau pengantar

Paragraf ini merupakan pembuka untuk sampai pada


permasalahan yang dibicarakan. Dengan kata lain paragraf pembuka itu
mengantarkan pembaca pada pembicaraan. Berkaitan dengan itu,
paragraf ini berfungsi untuk memberi tahu latar belakang, masalah
tujuan, dan anggapan dasar. Pengantar yang baik dapat mengetuk hati
dan memperoleh simpati, menggugah minat dan gairah orang lain untuk
mengetahui lebih banyak.Ada beberapa fungsi paragraf pengantar, di
antaranya, yaitu :

1. Menunjukkan pokok persoalan yang mendasari masalah,

12
2. Menarik minat pembaca dengan mengungkapkan latar belakang
dan pentingnya peme cahan masalah.

3. Menyatakan tesis, yaitu ide sentral karangan yang akan dibahas,


dan menyatakan pendirian (pernyataan maksud) sebagai
persiapan ke arah pendirian selengkapnya sampai dengan akhir
karanga

Contoh :

Asam urat merupakan terjemahan dari uric acid. Uric merupakan


sesuatu yang berasal dari urine atau air seni. Pada penderita penyakit
asam urat, asam urat akan keluar melalui urine berupa endapan putih
dan pekat. Asam urat adalah zat berupa kristal putih sebagai hasil akhir
atau sisa dari metabolisme protein dan penguraian senyawa purin dalam
tubuh. (Khasiat Sakti Tanaman Obat, 2013:2

b. Paragraf isi

Paragraf isi merupakan inti dari sebuah karangan yang terletak


di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Di dalam paragraf isi
inilah inti pokok pikiran penulis dikemukakan. Jumlah paragraf isi
sangat bergantung pada luas sempitnya cakupan informasi yang ingin
disampaikan. Yang terpenting adalah ketuntasan pembahasan pokok
pikiran yang dikemukakan.

Contoh :

Asam urat memiliki fungsi di dalam tubuh sebagai antioksidan


dan bermanfaat dalam regenerasi atau peremajaan sel. Namun, asam
urat tersebut harus ada dalam kadar normal. Asam urat memang secara
alami terdapat dalam jumlah kecil di dalam tubuh kita sebab sel-sel
yang mati melepaskan purin dalam tubuh. Purin inilah yang kemudian
diproses untuk membentuk metabolisme dalam tubuh dan
menghasilkan asam urat. Selain berasal dari sel-sel mati dalam tubuh
kita, urin adalah salah satu jenis zat sebagai penyusun asam nukleat
yang terdapat dalam setiap sel makhluk hidup, baik hewan maupun

13
tanaman, juga dalam makanan. Dari makanan yang kita makan. Secara
otomatis, saat makan kita juga menambah kadar purin ke dalam tubuh
sebab zat purin yang yang ada dari makanan yang kita konsumsi
tersebut berpindah ke dalam tubuh kita.

c. Paragraf penutup

Paragraf penutup merupakan simpulan dari pokok-pokok


pikiran dalam paragraf isi. Tujuan penyajian paragraf penutup ini
adalah agar apa yang tertuang dalam paragraf-paragraf sebelumnya
terkesan mendalam di benak pembaca. Secara umum fungsi paragraf
penutup dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Paragraf penutup menunjukkan bahwa karangan sudah selesai.


2. Paragraf ini mengingatkan (menegaskan) kembali kepada
pembaca akan pentingnya pokok pembahasan.
3. Paragraf ini berupaya untuk memuaskan pembaca untuk
mendapatkan pandangan baru.
4. Paragraf ini menyajikan simpulan.

Contoh :

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyakit asam


urat adalah penyakit akibat kelebihan asam urat dalam darah yang
kemudian menumpuk dan tertimbun dalam bentuk kristal-kristal pada
persendian. Kristal-kristal tersebutlah yang mengakibatkan radang
dan nyeri pada sendi tersebut. (Khasiat Sakti Tanaman Obat, 2013:2)

2.4 Syarat paragraf


Penulisan paragraf yang menarik tentunya tak lepas dari bahasan dan bahasa
yang baik dan menarik. Hal ini tak hanya memerlukan topik dan bahasan yang
dapat menarik perhatian, tetapi juga perlu diperhatikan syarat-syarat dalam
penulisan paragraf. Ditinjau dari ruangguru.com penulisan paragraf memiliki
beberapa syarat, diantaranya adalah :

14
2.4.1 Kesatuan
Suatu paragraf harus dibangun dengan sebuah ide atau topik yang
jelas. Ide yang muncul ketika kamu ingin menulis sesuatu akan lebih baik
jika diuraikan dari kalimat utama kemudian ke kalimat penjelas, sehingga
membentuk suatu kesatuan.
Berdasarkan Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia (2004, p. 12-13)
Kesatuan paragraf dapat terpenuhi jika semua informasi dalam paragraf itu
masih dikendalikan oleh gagasan utama. Dengan kata lain, informasi-
informasi dalam paragraf itu hanya terfokus pada topik yang dibicarakan.
Jika ternyata dalam sebuah paragraf terdapat dua gagasan utama, kedua
gagasan utama itu harus dipisah dan dijadikan paragraf tersendiri.

2.4.2 Kepaduan atau Koherensi


Kepaduan artinya kekompakkan dalam paragraf. Misalnya Kalimat
satu ke kalimat berikutnya harus logis dan mendukung kalimat sebelumnya
Agar membentuk kalimat yang memiliki perpaduan indah.
Keserasian hubungan antar kalimat dalam paragraf dapat dibangun
dengan menggunakan alat kohesi, baik gramatikal maupun leksikal.
Alat kohesi gramatikal yang dapat digunakan untuk membangun
paragraf yang padu, antara lain, adalah :
1) kata transisi (konjungsi/ungkapan penghubung antar kalimat)
Kata transisi atau ungkapan penghubung antarkalimat berupa kata
atau frasa yang berfungsi merangkaikan kalimat yang satu dengan
kalimat yang lain sesuai dengan jenis hubungan yang ditunjukkan
2) referensi (pengacuan)
Referensi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu eksoforis dan
endoforis. Referensi eksoforis adalah pengacuan terhadap maujud
yang terdapat di luar teks (bahasa), seperti manusia, hewan, alam
sekitar, atau suatu kegiatan. Sementara itu, referensi endoforis
adalah pengacuan terhadap maujud yang terdapat di dalam teks
(bahasa), teks yang biasanya diwujudkan oleh pronomina, baik

15
pronomina persona, pronomina demonstrativa, maupun pronomina
komparatif.
3) Paralelisme (kesejajaran struktur)
Paralelisme berarti menempatkan gagasan yang sama penting dan
sama fungsinya ke dalam suatu struktur atau konstruksi gramatikal
yang sama. Jika salah satu gagasan itu ditempatkan dalam struktur
kata benda, atau kelompok kata yang lain yang memiliki gagasan
sejajar juga ditempatkan dalam fungsi dan struktur yang sama, yaitu
kata benda. Demikian juga kata kerja disejajarkan dengan kata kerja
yang lain, afiks verba aktif dengan afiks verba aktif, dan seterusnya
4) ellipsis (pelesapan)
Dalam suatu wacana tulis, yang biasanya dilesapkan adalah unsur
yang sama sehingga dalam klausa atau kalimat selanjutnya tidak
dimunculkan lagi. Dalam kalimat majemuk, misalnya, jika terdapat
unsur yang sama dan menduduki fungsi yang sama pula dalam
kalimat itu, salah unsur itu biasanya dilesapkan.
Sementara itu, alat kohesi leksikal, antara lain, berupa :
1) sinonim
2) antonym
3) hiponim
4) repetisi (pengulangan)

2.4.3 Kelengkapan
Kelengkapan merupakan salah satu syarat paragraf yang baik. Aspek
kelengkapan ini terpenuhi jika semua informasi yang diperlukan untuk
mendukung atau menjelaskan gagasan utama sudah tercakup. Hal ini
berarti bahwa gagasan utama dalam paragraf harus dikembangkan sesuai
dengan informasi yang diperlukan dan dituntut oleh gagasan utama.
Dengan begitu, pembaca akan memperoleh informasi secara utuh.

16
2.5 Teknik dan Pola pengembangan paragraf
Sebuah paragraf dikembangkan menurut sifatnya. Pengembangan
paragraf dapat dilakukan dengan satu pola tertentu dan dapat pula dengan
kombinasi dua pola atau lebih. Ada beberapa metode pengembangkan paragraf,
di antaranya adalah sebagai berikut.
2.5.1 Pengembangan paragraf berdasarkan teknik
Pengembangan paragraf yang pertama dapat dilihat dari sudut
pandang teknik. Berdasarkan tekniknya pengembangan paragraf dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a. Pengembangan paragraf secara alamiah
1) Berdasarkan urutan waktu
Menurut (Novi Resmini, n.d) Paragraf yang dikembangkan
berdasarkan urutan waktu bersifat kronologis. Hal itu berarti kalimat
yang satu mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu
kegiatan dilakukan, dan diikuti oleh kalimat kalimat yang
mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan
dilakukan. Paragraf yang dikembangkan dengan cara ini tidak
dijumpai adanya kalimat utama atau kalimat topik. Paragraf seperti
ini biasanya digunakan pada paragraf naratif dan prosedural.

Contoh :
Seluruh aktivitas penelitian akan diselesaikan dalam tahun
2012. Tahap penyusunan rencana penelitian akan selesai pada akhir
bulan Januari. Tahap pengumpulan data dari sampel membutuhkan
waktu tiga bulan dan akan selesai pada pertengahan bulan April.
Tahap analisa data membutuhkan waktu lima bulan. Tahap ini akan
selesai pada bulan Oktober. Tahap akhir penelitian adalah
penulisan laporan. Tahap tersebut akan diselesaikan pada bulan
Desember.
2) Berdasarkan urutan ruang
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan
ruang atau tempat membawa pembaca dari satu titik ke titik

17
berikutnya dalam sebuah “ruangan”. Hal itu berarti kalimat yang
satu mengungkapkan suatu bagian (gagasan) yang terdapat pada
posisi tertentu, dan diikuti oleh kalimatkalimat lain yang
mengungkapkan gagasan yang berada pada posisi yang lain.
Pengungkapan gagasan dengan urutan ruang ini tidak boleh
sembarangan, sebab cara yang demikian akan mengakibatkan
pembaca mengalami kesulitan memahami pesan. Paragraf seperti
ini biasanya digunakan pada paragraf deskriptif.

Contoh :
Fasilitas produksi pabrik itu berada pada lokasi yang
strategis. Sekitar dua kilometer di sebelah barat adalah gudang
milik pemasok bahan baku. Di sebelah timur, terdapat aliran sungai
bersih yang menjadi sumber air untuk proses pengolahan. Dan
yang terpenting, akses menuju jalan tol yang berada sekitar dua
kilometer di sebelah selatan pabrik.

b. Pengembangan Paragraf Klimaks dan Antiklimaks


Pengembangan paragraf ini adalah didasarkan pada tingkat
kedudukan suatu tema atau gagasan. Paragraf klimaks adalah
paragraf yang dikembangkan dari gagasan atau tema kurang
penting dan berangsunr-angsur menuju tema atau gagasan yang
dianggap tinggi dan penting. Sedangkan paragraf antiklimaks
dimulai dari gagasan penting yang kemudian dijabarkan dengan
gagasan-gagasan pendukungnya.

Contoh paragraf klimaks :


Ada beberapa tahapan pendidikan yang harus dilalui oleh para
pelajar di Indonesia. Tahapan pertama yang harus dilewati adalah
taman kanak-kanak (TK). Pada tingkatan ini, mereka belajar hal-
hal yang sederhana seperti membaca dan menulis selama satu
tahun. Setelah itu, mereka memasukitahapan Sekolah Dasar (SD)

18
selama 6 tahun. Di tahapan ini mereka mulai mempelajari
membaca danmenghitung yang lebih rumit seperti perkalian dan
pembagian.
Gagasan utama paragraf di atas adalah beberapa tingkatan
pendidikan dasar yang harus dilaluis ebelum melanjutkan
pendidikan ke tingkat SMP.

Contoh paragraf antiklimaks :


Hari kemerdekaan Indonesia dirayakan di seluruh penjuru
Indonesia. Di kota-kota besar, orang-orang merayakannya dengan
hal-hal yang sangat mewah dan meriah. Mereka biasanya
mengadakan pertunjukan musik, pertunjukan kembang api, dan
perhelatan akbar lainnya. Sedangkan, di daerah-daerah kabupaten
atau kota lainnya, orang-orang biasanya mengadakan perlombaan
tingkat kotaatau kabupaten dan kemudian diakhiri dengan
pertunjukan musik lokal.

c. Pengembangan Paragraf Umum ke Khusus dan Khusus ke Umum


1) Umum-khusus (Deduktif)
Paragraf deduktif adalah jenis paragraf yang bermula
dengan penjabaran tentang hal-hal umum kemudian menjurus
ke hal khusus. Pada paragraf deduktif, letak kalimat utama
berada di awal paragraf.
Ciri-ciri jenis paragraf deduktif adalah sebagai berikut:
- Kalimat utama atau ide pokok ada pada kalimat pertama
paragraf.
- Polanya umum-khusus-khusus-khusus.
- Kalimat utama diperinci dengan kalimat penjelas.

Contoh :
Kecelakaan akibat mengantuk masih sering terjadi.
Tercatat, sepanjang tahun 2018, sudah 12 orang meninggal

19
karena kecelakaan mobil, terutama di jalan tol. Mengendarai
mobil saat mengantuk bisa menyebabkan kecelakaan beruntun
yang berakibat merugikan banyak orang. Insiden kecelakaan
karena mengantuk ini bisa terjadi kapan saja, baik siang
maupun malam.

2) Khusus-umum (Induktif)
Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat
utamanya terletak di akhir paragraf. Jenis paragraf induktif
diawali dengan kalimat-kalimat penjelas berupa fakta, contoh,
rincian, atau bukti yang kemudian disimpulkan pada kalimat
akhir paragraf.
Ciri-ciri jenis paragraf induktif adalah sebagai berikut:
- Diawali dengan penjelasan khusus.
- Digeneralisasikan atau disimpulkan berdasarkan
penjelasan khusus di akhir paragraf.
- Kalimat utama terletak di akhir paragraf (kesimpulan).
- Polanya khusus-khusus-khusus-umum.

Contoh :
Saat ujian semester sudah selesai, nilai semua murid
dievaluasi. Ternyata, ada sebagian nilai siswa yang nilainya
melebihi standar kelulusan, yakni sebanyak 13 siswa.
Sedangkan 9 siswa mendapatkan nilai standar kelulusan, dan
tidak ada siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata.
Dengan begitu, bisa dibilang bahwa kegiatan pembelajaran
pada sekolah tersebut berhasil.

2.5.2 Pengembangan paragraf berdasarkan isi


a. Pengembangan paragraf dengan pembandingan
Paragraf perbandingan dan pertentangan ialah cara pengarang
menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, subjek atau

20
gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu (Keraf dalam Mudlofar
2002: 99)
Cara pembandingan merupakan sebuah pengembangan
paragraf yang dilakukan dengan membandingkan atau
mempertentangkan guna memperjelas suatu paparan. Sesuatu yang
dipertentangkan adalah dua hal yang memiliki tingkat yang sama. Dan
keduanya memiliki persamaan dan perbedaan.

Contoh :
Aqua dan Cleo sama-sama merupakan merk air terkenal.
Keduanya sama -sama merupakan air minum dengan kandungan baik
untuk tubuh. Cleo dan Aqua mudah ditemukan di supermarket atau toko
terdekat lainnya.
Aqua memiliki rasa lebih segar, sedangkan Cleo memiliki rasa
sedikit pahit. Meskipun kedua merk tersebut sama-sama mudah
ditemukan, namun harga Aqua lebih tinggi daripada Cleo.
Dalam paragraf tersebut ada perbandingan mengenai air
minum merk Aqua dan Cleo, namun tidak ada salah satu objek paling
menonjol. Kedua merk air minum tersebut sama-sama memiliki
kandungan baik untuk tubuh serta mudah ditemukan.

b. Pengembangan paragraf secara analogi


Pengembangan paragraf secara analogi dilakukan dengan cara
membandingkan dua atau lebih objek yang dianggap memiliki
kemiripan atau kesamaan untuk kemudian diambil kesimpulanya.

Contoh :
Sekolah sebagai tempat menuntut ilmu umpamanya cermin
bagi murid-muridnya. Sebagaimana cermin, apabila kita bercermin di
hadapan cermin yang jernih maka bayangan wajah kita akan terlihat
jelas.

21
Sebaliknya, apabila kita bercermin di hadapan cermin yang
kotor maka bayangan wajah kita tidak dapat terlihat secara jelas di
cermin. Hal ini pun berlaku terhadap kualitas pendidikan di sekolah-
sekolah sebagai tempat menuntut ilmu.
Dapat disimpulkan apabila kualitas murid-muridnya begitu
baik, maka kualitas pendidikan yang diberikan oleh sekolah sangat
baik. Tapi sebaliknya, kualitas murid yang buruk mencerminkan
kualitas pendidikan yang kurang baik.

c. Pengembangan paragraf dengan contoh-contoh


Pengembangan paragraf ini dilakukan dengan memaparkan
sebuah ide pokok melalui contoh-contoh konkrit yang bisa memperjelas
ide pokok tersebut. Pada sebuah cerita terdapat paragraf yang
menjadikan sesuatu menjadi lebih jelas karena terdapat sebuah
penggambaran atau contoh. Contoh bisa bermanfaat agar sebuah cerita
atau tulisan bisa lebih dipahami oleh pembaca. Ini bisa dijelaskan ke
bentuk penggambaran berupa narasi dan penjelasan.

Contoh :
Selain tipe kepribadian manusia introvert, terdapat tipe
kepribadian manusia yang lain, yaitu ekstrovert. Tipe ekstrovert adalah
orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dari dirinya,
kepada orang lain, dan kepada masyarakat. Orang yang tergolong ke
dalam tipe ekstrovert memiliki sifat-sifat tertentu, contohnya berhati
terbuka, mudah bergaul, ramah, penggembira, mudah memengaruhi
orang lain, dan mudah dipengaruhi oleh orang lain.

d. Pengembangan paragraf sebab-akibat


Pengembangan paragraf sebab-akibat adalah dengan
memposisikan gagasan utama sebagai sebab dan kemudian dipaparkan
akibat-akibat dari sebab tersebut melalui gagasan-gagasan penjelas.
Atau sebaliknya, dengan memposisikan gagasan utama sebagai akibat

22
dan kemudian diikuti pemaparan mengenai sebab-sebab yang
menimbulkan akibat tersebut.

Contoh :
Indonesia seharusnya telah memerhatikan kesejahteraan
warga negaranya sejak awal kemerdekaan. Program Jamsostek baru
dimulai pada 1976 sehingga Indonesia tertinggal dalam pembentukan
tabungan nasional. Padahal, Malaysia telah memulainya sejak 1959.
Akibatnya, saat krisis melanda Asia pada 1997/1998, Indonesia paling
sulit untuk bangkit dari keterpurukannya. Oleh karena itu, Indonesia
perlu melakukan reformasi penyelenggaraan program jaminan sosial.

e. Pengembangan paragraf dengan penambahan definisi


Pengembangan paragraf ini digunakan apabila seorang
penulis bermaksud menjelaskan suatu istilah yang mengandung suatu
konsep dengan tujuan agar pembaca memperoleh pengertian yang jelas
dan mapan mengenai hal itu. Istilah dalam kalimat topik dikembangkan
dan dijelaskan dalam kalimat penjelas.
Pengembangan paragraf ini akan selalu diikuti dengan arti
atau makna dari suatu hal. Paragraf jenis ini biasanya berupa kalimat
definisi yang bercirikan adanya kata: ialah, adalah, yaitu, dan
semisalnya.

Contoh :
Belajar sangat urgen bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Belajar menurut Gagne (1977), belajar merupakan sejenis
perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang
keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi
belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan
terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan
perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang hanya bersifat
naluriah.

23
f. Pengembangan paragraf dengan repetisi
Pengembangan paragraf dengan pengulangan sering
digunakan untuk mengingatkan kembali pada pokok gagasan dan
menguatkan pokok bahasannya. Pokok bahasan yang dikemukakan
pada awal paragraf diulangi pada akhir paragraf sebagai simpulan. Jadi,
jika kata atau gugus kata pada sebuah kalimat diulang pada kalimat
berikutnya, pembaca diingatkan kepada informasi yang pernah
dibacanya.

Contoh :
Di seluruh dunia, manusia memerlukan kebutuhan yang sama.
Manusia memerlukan udara segar dan air yang bersih. Manusia juga
memerlukan tanah yang sehat dan aman untuk bercocok tanam. Semua
itu telah tersedia di bumi kita yang kaya ini. Namun, mengapa semua
itu sekarang sulit kita dapatkan.

2.6 Hakikat wacana.


Secara etimologis istilah “wacana” berasal dari bahasa Sanskerta
wac/wak/vak yang artinya berkata, berucap. Dalam dunia linguistik kata wacana
digunakan sebagai bentuk terjemahan dari istilah bahasa Inggris “discourse”.
Bila ditelusuri kata discourse berasal dari bahasa latin discursus yang berarti lari
ke sana ke mari, lari bolak balik. Kata itu diturunkan dari dis (dari/dalam arah
yang berbeda) dan currere (lari). Dalam perkembangannya kata discouse lebih
banyak digunakan oleh para ahli bahasa dalam kajian linguistik, sedangkan
istilah discursus beserta bentuk adjektifnya diskursif lebih banyak digunakan
oleh para ilmuan sosial (Mulyono, 2005: 4). Wacana adalah kesatuan makna
antarkomponen bahasa di dalam suatu struktur bahasa yang terkait
dengan konteks. Kesatuan struktur di dalam wacana bersifat abstrak sehingga
membedakannya dari teks, tulisan, bacaan, tuturan, atau inskripsi dalam
pengertian yang sama. Sementara kesamaannya yaitu sama-sama memiliki
wujud konkret yang terlihat, terbaca, atau terdengar (ditinjau dari Wikipedia.id).

24
Bahasa dapat kita analisis atas bagian-bagiannya, tata bunyi, tata bentuk
kata, tata kalimat, dan berdasarkan kandungan makna (semantik). Oleh sebab
itu, kita seakan beranggapan bahwa bahasa merupakan suatu objek yang dapat
dipisah-pisahkan. Namun, pada kenyataannya manusia menggunakan bahasa
untuk berkomunikasi. Ketika mereka berinteraksi, bahasa tidak dapat dipandang
sebagai alat komunikasi yang dapat dirinci atas bagian-bagiannya seperti tata
bunyi, frasa, kalimat, dan makna. Semua unsur itu menyatu membentuk suatu
kesatuan. Demikian juga ketika kita berhadapan dengan wacana yang
diwujudkan dalam sebuah teks. Kita tidak hanya dapat memandang teks sebagai
sebuah kata atau kalimat. Teks harus dipandang sebagai satuan bahasa yang
bermakna dengan segala konteks yang melingkupinya. Berkaitan dengan
wacana, Renkema (1993:1) menyatakan bahwa wacana adalah disiplin ilmu
yang mengkaji hubungan antara bentuk dan fungsi bahasa dalam komunikasi.

2.7 Jenis wacana


2.7.1 Wacana berdasarkan cara pemaparan
a. Naratif
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:8) wacana naratif
adalah rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan hal atau
kejadian (peristiwa) melalui penonjolan pelaku. Isi wacana ditujukan
ke arah memperluas pengetahuan pendengar atau pembaca. Kekuatan
wacana ini terletak pada urutan cerita berdasarkan waktu, cara-cara
bercerita, atau aturan alur (plot).
Menurut Abdul Rani, Bustamul Arifin, dan Martutik (2006:45-
46) wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita.
Dalam narasi terdapat unsu-unsur cerita yang penting misalnya unsur
waktu, pelaku, dan peristiwa. Dalam wacana narasi harus ada unsur
waktu, bahkan unsur pergeseran waktu itu sangat pentng. Unsur
pelaku atau tokoh merupakan pokok yang dibicarakan, sedangkan
unsur peristiwa adalah hal-hal yang dialami oleh sang pelaku.Wacana
narasi pada umumnya ditujukan untuk menggerakan aspek emosi.

25
Dengan narasi, penerima dapat membentuk citra atau imajinasi. Aspek
intelektual tidak banyak digunakan dalam memahami wacana narasi.

b. Deskriptif
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:11) wacana deskriptif
berupa rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau melukiskan
sesuatu, baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan
penuturnya. Wacana itu biasanya bertujuan mencapai penghayatan
dan imjinatif terhadap sesuatu sehingga pendengar atau pembaca
seolah-olah merasakan atau mengalami sendiri secara langsung.
Wacana deskriptif ini, ada yang hanya memaparkan sesuatu secara
objektif dan ada pula yang memaparkannya secara imajinatif.
Pemaparan secara objektif bersifat menginformasikan sebagaimana
adanya, sedangkan pemaparan secara imajinatif bersifat
menambahkan daya khayal. Daya khayal yang didapatkan didalam
novel atau cerpen, atau isi karya sastra pada umumnya
Secara singkat deskripsi bertujuan membuat para pembaca
menyadari apa yang diserap penulis melalui panca indranya,
merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang digambarkan,
menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung. Objek yang
dideskripsikan mungkin sesuatu yang bisa ditangkap dengan panca
indra kita, sebuah hamparan sawah yang hijau dan pemandangan yang
indah, jalan-jalan kota, tikus-tikus selokan, wajah seorang yang cantik
molek atau seseorang yang bersedih hati, alunan musik atau gelegar
guntur dan sebagainya.

c. Prosedural (eksposisi)
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:9) wacana prosedural
dipaparkan dengan rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara
berurutan dan secara kronologis. Wacana prosedural disusun untuk
menjawab pertanyaan bagaimana cara mengerjakan atau
menghasilkan sesuatu.

26
Wacana eksposisi menjawab pertanyaan yang berhubungan
dengan kata tanya bagaimana. Oleh karena itu, wacana tersebut dapat
digunakan untuk menerangkan proses atau prosedur suatu aktivitas.
Khusus untuk menerangkan proses dan prosedur, kalimat-kalimat
yang digunakan dapat berupa kalimat perintah disertai dengan kalimat
deklaratif.

d. Ekspositori
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:10-11) wacana
ekpositori bersifat menjelaskan sesuatu. Biasanya berisi pendapat atau
simpulan dari sebuah pandangan. Pada umumnya, ceramah, pidato,
atau artikel pada majalah dan surat kabar termasuk wacana
ekspositori. Wacana ini dapat berupa rangkaian tuturan yang
menjelaskan atau memeparkan sesuatu. Isi wacana lebih menjelaskan
dengan cara menguraikan bagian-bagian pokok pikiran. Tujuan yang
ingin dicapai melalui wacana ekspositori adalah tercapainya tingkat
pemahaman akan sesuatu.
Wacana ekspositori dapat berbentuk ilustrasi dengan contoh,
berbentuk perbandingan, uraian kronologis, identifikasi. Identifikasi
dengan orientasi pada meteri yang dijelaskan secara rinci atau bagian
demi bagian

e. Wacana hortatori (argumentasi)


Menurut Abdul Rani, Bustamul Arifin, dan Martutik (2006:39-
40) wacana argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang
berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima
pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pertimbangan
logis maupun emosional (Rottenberg, 1988:9). Senada dengan itu,
Salmon (1984:8) memberikan definisi argumentasi sebagai
seperangkat kalimat yang disusun sedemikian rupa sehingga beberapa
kalimat berfungsi sebagai bukti-bukti yang mendukung kalimat lain
yang terdapat dalam perangkat itu.

27
Pada dasarnya, kekuatan argumen terletak pada kemampuan
penutrur dalam mengemukakan tiga prinsip pokok, yaitu apa yang
disebut pernyataan, alasan, dan pembenaran. Pernyataan mengacu
pada kemampuan penutur dalam menentukan posisi. Alasan mengacu
pada kemampuan penutur untuk mempertahakn pernyataannya
dengan memberikan alasan-alasan yang relevan. Pembenaran
mengacu pada kemampuan penutur dalam menunjukkan hubungan
antara pernyataan dan alasan.

f. Wacana dramatik
Wacana dramatik menyangkut beberapa orang penutur
(persona) dan sedikit bagian naratif. Pentas drama merupakan wacana
dramatik. Drama dahulu dikenal dengan sebutan ‘sandiwara’, tetapi
sekarang lebih dikenal dengan nama drama.

g. Wacana epistolari
Wacana epistolari digunakan di dalam hal surat-surat, dengan
sistem dan bentuk tertentu. Wacana ini dimulai dengan alinea
pembuka, isi, dan alinea penutup.

h. Wacana seremonial
Wacana seremonial berhubungan dengan upacara adat yang
berlaku di masyarakat bahasa. Wacana seremonial dapat berupa
nasihat (pidato) pada upacara perkawinan, upacara kematian, upacara
syukuran, dsb.

2.7.2 Wacana berdasarkan media penyampaian


a. Wacana tulisan
Menurut Mulyana (2005:51-52) wacana tulis (written
discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan.
Berbagai bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau
direalisasikan melalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan

28
media yang sangat efektif dan efisian untuk menyampaikan berbagai
gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun yang dapat
mewakili kreativitas manusia.

b. Wacana lisan
Menurut Henry Guntur Tarigan (1987:55) wacana lisan atau
spoken discourse adalah wacana yang disampaikan secara lisan,
melalui media lisan. Wacana lisan memiliki kelebihan dibanding
wacana tulis. Beberapa kelebihan wacana lisan di antaranya ialah:
1) Bersifat alami (natural) dan langsung.
2) Mengandung unsur-unsur prosodi bahasa (lagu, intonasi).
3) Memiliki sifat suprasentensial (di atas struktur kalimat).
4) Berlatar belakang konteks situasional.

2.7.3 Wacana berdasarkan jumlah penutur


a. Monolog (satu orang penutur) yaitu wacana yang tidak melibatkan
bentuk tutur percakapan antara dua pihak yang berkepentingan. Pada
wacana monolog, pendengar tidak memberikan tanggapan secara
langsung atas ucapan pembicara. Pembicara mempunyai kebebasan
untuk menggunakan waktunya, tanpa diselingi oleh mitra tuturnya.
Contoh dari wacana monolog adalah ceramah, pidato.

b. Dialog (dua orang pena utur) yaitu wacana yang berupa percakapan
antara dua pihak. Kemudian, apabila peserta dalam komunikasi itu
ada dua orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicaraan
menjadi pendengar atau sebaliknya), wacana yang dibentuknya
disebut dialog. Contoh dari wacana dialog, adalah antara dua orang
yang sedang mengadakan perbincangan di sekolah. Situasinya bisa
resmi dan tidak resmi.

c. Polilog (lebih dari dua penuturan) yaitu wacana yang melibatkan


partisipan pembicaraan di dalam percakapan. Adapun apabila peserta

29
dalam komunikasi itu lebih dari dua orang dan terjadi pergantian
peran, wacana yang dihasilkan disebut polilog. Contohnya adalah
perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran
pembicaraan dan pendengar. Situasinya pun bisa resmi dan tidak
resmi.

2.7.4 Wacana berdasarkan bentuk


a. Wacana prosa
Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan atau ditulis
dalam bentuk prosa. Wacana prosa dapat berbentuk tulis atau lisan.
Contohnya novel, cerpen, hikayat, roman, cerita rakyat, dll.

b. Wacana puisi
Wacana puisi dituturkan dalam bentuk puisi, bisa berbentuk
tulis atau lisan. Bahasa dan isinya berorentasi pada keindahan. Puisi,
lagu, tembang dan belada merupakan contoh wacana puisi. Bahasa
dan isinya berorientasi pada keindahan. Contohnya puisi nasihat, puisi
jenaka, lagu, tembang, dll.

c. Wacana drama
Wacana drama disampaikan dalam bentuk drama. Biasanya,
drama berbentuk percakapan atau dialog. Oleh karena itu, dalam
wacana harus ada pembicara dan yang di ajak bicara.

2.7.5 Wacana berdasarkan isi


a. Wacana politik
Bagaimanapun juga bidang politik melahirkan istilah dan
jorgan politik yang maknanya yang lebih dipahami oleh orang-
orang di lingkungan itu sendiri.

b. Wacana sosial

30
Wacana sosial berkaitan dengan kehidupan sosial dan
kehidupan sehari-hari masyarakat. Memang sulit untuk
mengatakan : apa persoalan yang bukan merupakan persoalan
sehari-hari. Masalah makan, pangan, rumah, tanah, pernikahan,
kematian, dan sebagainya merupakan sejumlah kecil masalah
sosial tersebut”.

c. Wacana ekonomi
Wacana ekonomi berkaitan dengan persoalan ekonomi. Dalam
wacana ekonomi, ada beberapa register yang hanya dikenal di
dunia bisnis dan ekonomi. Ungkapan-ungkapan seperti persaingan
pasar, biaya produksi tinggi, langkanya sembako, konsumen
dirugikan, inflasi, devaluasi, harga saham gabungan, nata unag dan
sejenisnya merupakan contoh-contoh regester ekonomi.

d. Wacana budaya
Wacana budaya berkaitan dengan kreativitas kebudayaan.
Wilayah wacana budaya lebih berkaitan dengan wilayah ‘
kebiasaan atau tradisi, adat, sikap hidup dan hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari’ wilayah itu kemudian
menghasilkan bentuk-bentuk kebahasaan, yang isinya kemudian
disebut wacana budaya.

e. Wacana militer
Wacana jenis ini hanya dipakai, dikembangkan di dunia
militer. Instasi militer dikenal sangat suka menciptakan istilah-
istilah khusus yang hanya dikenal oleh kalangan militer. Contoh
istilah dalam wicana militer seperti operasi militer, desersi,
intelijen, apel pagi, sumpah prajurit, veteran, dan lain-lain.

31
f. Wacana hukum & kriminalitas
Persoalan hukum dan kriminalitas, sekalipun bisa dipisahkan,
namun keduanya bagaikan dua sisi dari mata uang: berbeda tetapi
menjadi satu kesatuan. Kriminalitas menyangkut hukum, dan
hukum mengelilingi kriminalitas. Contoh istilah yang digunakan
dalam wacana hukum dan kriminalitas seperti tersangka, tim
pembela, kasasi, vonis, hakim.

g. Wacana olahraga & Kesehatan


Wacana olahraga dan kesehatan berkaitan dengan masalah
olahraga dan kesehatan. Masalah yang berkaitan dengan kesehatan
misalnya, muncul kalimat ”Sempat joging 10 menit, didiagnosis
jantung ringan”. Istilah joging adalah aktivitas olahraga ringan
yang berkaitan dengan kesehatan.

2.7.6 Wacana berdasarkan cara pengungkapan


a. Wacana langsung
Wacana langsung atau direct discourse adalah kutipan wacana
yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau pungtuasi
(Kridalaksana dalam Henry Guntur Tarigan, 1987:55). Wacana
langsung adalah kutipan wacana yang sebenarnya dibatasi oleh
intonasi atau pungtuasi.
Contoh: Salim berkata, "Saya akan datang."

b. Wacana tidak langsung


Wacana tidak langsung atau indirect discourse adalah
pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip harfiah kata-kata
yang dipakai oleh pembicara dengan mempergunakan konstruksi
gramatikal atau kata tertentu, antara lain dengan klausa
subordinatif, kata bahwa, dan sebagainya. (Kridalaksana, 1964:
208-9). Wacana tidak langsung adalah pengungkapan kembali
wacana tanpa mengutip harfiah kata-kata yang dipakai oleh

32
pembicara dengan mempergunakan kontruksi gramatikal atau kata
tertentu, antara lain dengan klausa subordinatif, kata, bahwa, dan
sebagainya.
Contoh: Salim berkata bahwa ia akan datang.

2.7.7 Wacana berdasarkan tujuan berkomunikasi


a. Wacana deskripsi
Wacana deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha
menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga
objek itu, sepertinya dapat dilihat, dibayangkan oleh pembaca,
seakan-akan pembaca dapar melihat sendiri. Deskripsi memiliki
fungsi membuat para pembacanya seolah melihat barang-barang
atau objeknya. Sebuah diskripsi mengenai rumah diharapkan
menyajikan banyak penampilan individu dan karakteristik dari
rumah itu, dan beberapa aspek yang dapat dianalisis, seperti
besarnya, materi konstruksinya, dan rancangan arsitekturnya.
Secara singkat deskripsi bertujuan membuat para pembaca
menyadari apa yang diserap penulis melalui panca indranya,
merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang digambarkan,
menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung. Objek yang
dideskripsikan mungkin sesuatu yang bisa ditangkap dengan panca
indra kita, sebuah hamparan sawah yang hijau dan pemandangan
yang indah, jalan-jalan kota, tikus-tikus selokan, wajah seorang yang
cantik molek atau seseorang yang bersedih hati, alunan musik atau
gelegar guntur dan sebagainya.

Contoh:
Pada jeram pertama perahu besar berbalik arah, lalu memasuki
jeram ketiga dengan bagian buritan terlebih dahulu, sampai
akhirnya… brak! Perahu menghantam batu besar seukuran 4 x 3
meter, dan menempel pada batu dalam keadaan miring. (“Jeram
Maut,” Reader’s Digest Indonesia¸Oktober 2004).

33
b. Wacana eksposisi
Wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal
kepada penerima (pembaca) agar bersangkutan memahaminya.
Eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan
suatu objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan
pembaca. Wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan
hakikat suatu objek, misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan,
komunikasi, perkebangan teknologi, pertumbuhan ekonomi kepada
pembaca.
Wacana ini juga menyajikan penjelasan yang akurat dan padu
mengenai topik-topik yang rumit, seperti struktur negara atau
pemerintahan, teori tentang timbulnya suatu penyakit. Ia juga
digunakan untuk menjelaskan terjadinya sesuatu, beroprasinya
sebuah alat dan sebagainya.

Contoh wacana eksposisi:


Agar diperoleh hasil maksimal, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
Sebelum melakukan pemutihan gigi, pasien perlu terlebih
dahulu didiagnosis kondisi giginya, seperti enamel gigi harus bagus
karena proses pemutihan berlangsung pada enamel gigi.
Selain itu juga diperhatikan apakah gigi tersebut masih aktif
atau tidak.Setelah melakukan pembersihan gigi, baru dokter akan
mengarahkan untuk memilih produk yang sesuai untuk dipakai
(“Tampilkan Gigi Putih Berseri”, Majalah Dewi No.5/XIII).

c. Wacana persuasi
Wacana persuasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi
mitra tutur untuk melakukan perbuatan sesuai yang diharapkan
penuturnya. Untuk mempengaruhi pembacanya, biasanya digunakan

34
segala daya upaya yang membuat mitra tutur terpengaruh. Untuk
mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang menggunakan
alasan yang tidak rasional. Persuasi sesungguhnya merupakan
penyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi
orang lain atau para pembaca. Agar pendengar atau pembaca
melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan persuasi, walaupun
yang dipersuasi sebenarnya tidak terlalu percaya akan apa yang
dikatakannya itu. Persuasi lebih mengutamakan untuk menggunakan
atau memanfaatkan aspek-aspek pesikologis untuk mempengaruhi
orang lain. Jenis wacana persuasi yang paling sering kita temui adalah
kampanye dan iklan.

Contoh wacana iklan sebagai berikut :


“pakai Daia, lupakan yang lain. Dengan harga yang semurah ini,
membersihkan tumpukan pakaian kotor Anda, menjadi lebih bersih
cemerlang”.

d. Wacana argumentasi
Karangan argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana
yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar
menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada
pertimbangan logis dan emosional (Rottenberg, 1988:9). Argumentasi
adalah semacam bentuk wacana yang berusaha membuktikan suatu
kebenaran. Lebih jauh sebuah argumentasi berusaha mempengaruhi
serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu
kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti mengenai objek yang
diargumentasikan itu. (Gorys Keraf, 1995:10) dilihat dari sudut proses
berfikir adalah suatu tindakan untuk membentuk penalaran dan
menurunkan kesimpulan

35
Contoh wacana argumentasi adalah :
Namun, yang menjadi kekawatiran adalah adanya efek negatif
akibat dosis vitamin dan mineral yang dikonsumsi secara berlebihan,
terutama oleh mereka yang memiliki kondisi tubuh yang sehat.
Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa multivitamin tidak
terbukti dapat mencegah timbulnya suatu penyakit dan suplemen
vitamin juga tiadak bisa memperbaiki gizi yang buruk akibat pola
makan yang sembarangan. Bahkan meminum jenis vitamin dan
mineral dalam dosis tinggi dalam jangka waktu panjang bisa memicu
resiko timbulnya penyakit tertentu. (Reader’s Digest Indonesia,
Oktober 2004).

e. Wacana narasi
Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi
cerita. Pada wacana narasi terdapat unsur-unsur cerita yang penting,
seperti waktu, pelaku, peristiwa. Adanya aspek emosi yang dirasakan
oleh pembaca atau penerima. Melalui narasi, pembaca atau penerima
pesan dapat membentuk citra atau imajinasi.

Contoh wacana narasi:


Sewaktu aku duduk di ruang pengadilan yang penuh sesak
itu, menunggu perkaraku disidangkan, dalam hatiku bertanya-tanya
berapa banyak orang-orang hari ini di sini yang merasa, seperti apa
yang kurasakan bingung, patah hati, dan sangat kesepian. Aku merasa
seolah-olah aku memikul beban berat seluruh dunia di pundaku.

2.8 SYARAT-SYARAT WACANA

Berkaitan dengan syarat-syarat terbentuknya wacana, dapat kita tarik


kesimpulan dari beberapa pengertian. Seperti Tarigan (2009:19) yang
mengatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi
atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi
yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata

36
disampaikan secara lisan dan tertulis. Tarigan menyebutkan “dengan koherensi
dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan
akhir” berarti dalam wacana haruslah ada koherensi dan kohesi dari awal sampai
akhir. Namun terbentuknya wacana tidak cukup hanya dengan hoherensi dan
kohesi.

Alwi, dkk. (1998:419) yang mengatakan bahwa wacana adalah rentetan


kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan
proposisi yang lain dan membentuk kesatuan.

Kohesi dan koherensi juga merupakan syarat terbentuknya suatu wacana


selain syarat lain, yaitu topik. Koherensi tidak harus selalu dicapai dengan
bantuan kohesi (Alwi et.al. dalam Hartono, 2000: 144). Sedangkan
menurut Widowson (1978:22) wacana mempunyai dua hal penting, yaitu
proposisi (sejajar dengan topik) dan tindak tutur (tuturan pengungkap topik).

Dari beberapa pengertian tersebut didapatkan syarat terbentuknya


wacana diantaranya ialah :

2.8.1 Kohesi dan Koherensi


a. Kohesi

Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara


structural membentuk ikatan sintaktikal. Konsep kohesif sebenarnya
mengacu kepada hubungan bentuk. Artinya unsur-unsur wacana (kata
atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki
keterkaitan secara padu dan utuh. Hanya dengan hubungan kohesif
seperti itulah suatu unsur dalam wacana dapat di interpretasikan, sesuai
dengan ketergantungannya dengan unsur-unsur lainnya.

Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi gramatikal


dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal artinya kepaduan bentuk sesuai
dengan tata bahasa. Kohesi leksikal artinya kepaduan bentuk sesuai
dengan kata.

37
b. Koherensi
Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu
dengan bagian yang lainnya sehingga kalimat tersebut mempunyai
kesatuan makna yang utuh (Amir Purba: 2007.
Yang termasuk unsur-unsur koherensi meliputi:
a) Penambahan, yang berupa: dan, juga, lagi pula, selanjutnya, dll.
b) Repetisi atau pengulangan
c) Pronomina
d) Sinonimi
e) Totalitas Bagian
f) Komparasi atau perbandingan. Komparasi digunakan untuk
membandingkan dua hal yang berbeda.
g) Penekanan, penekanan digunakan untuk menekankan yang dianggap
penting.
h) Kontras
i) Simpulan, dengan kata-kata yang mengacu kepada hasil atau
simpulan pun, kita dapat juga meningkatkan kekoherensifan wacana.
Penggunaan sarana seperti itu dapat dilihat pada contoh berikut ini.
j) Contoh, dengan pemberian contoh yang tepat dan serasi, kita dapat
pula menciptakan kekoherensifan wacana.
k) Paralelisme atau kesejajaran. Kesejajaran bisa berupa subjek
predikat, subjek predikat objek, atau yang lain.
l) Waktu

2.8.2 Topik
Sebuah wacana mengungkapkan satu bahasan atau gagasan. Gagasan
tersebut akan diurai, membentuk serangkaian penjelasan tetapi tetap
merujuk pada satu topik. Sehingga topik yang diangkat atau yang
dimaksud memberikan suatu tujuan. Tujuan-tujuan yang teradapat dalam
wacana, dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis wacana. Seperti
wacana persuasif, tujuannya untuk mempengaruhi pembaca. Atau bisa
berupa simbol huruf P pada rambu-rambu lalu lintas, memberikan tujuan

38
menginformasikan pengguna jalan, bahwa tempat bersimbol P, adalah
tempat parkir.

2.8.3 Proporsional
Prosorsional yang dimaksud ialah keseimbangan dalam makna yang
ingin dijabarkan dalam wacana, atau makna yang terdapat dalam wacana,
ialah seimbang. Misalnya apabila sebuah wacana persuasif, wacana yang
mempengaruhi pembaca untuk membeli suatu produk, maka dalam
wacana tersebut harus terdapat kesinambungan yang tepat antara paragraf
yang satu dengan yang lain. apabila paragraf pertama terdapat beberapa
tuturan yang mempengaruhi pembaca dengan satu topik, maka paragraf
kedua juga harus tetap meruju pada satu topik dan dimungkinkan lebih
merujuk pada hal yang khusus. Sehingga antara paragraf yang satu
dengan yang lain padu dan tidak membingungkn pembaca.

2.8.4 Tuturan
Tuturan yang dimaksud adalah pengungkapan suatu topik yang ada
dalam wacana. Baik tutur tulis atau tutur lisan. tuturan kaitannya
menjelaskan suatu topik yang terdapat dalam wacana dengan tetap adanya
kohesi dan koherensi yang proporsional di dalamnya.

2.9 Langkah Langkah mengarang

2.9.1 Langkah-langkah membuat wacana:

1. Menentukan tema dan tujuan menulis.


2. Membuat kerangka karangan.

2.9.2 Langkah-langkah menyusun kerangka karangan :


1. Menentukan tema/topik karangan.
2. Menjabarkan tema ke dalam topik-topik / subtema
3. Mengembangkan topik-topik menjadi subtopik.
4. Menginventaris sub-sub topik.
5. Menyeleksi topik dan sub-sub topik yang cocok.

39
6. Menentukan pola pengembangan karangan.

2.9.3 Kerangka karangan bisa dikembangkan dalam dua bentuk, yaitu :


a. Kerangka kalimat, ialah kerangka karangan yang disusun dalam bentuk
kalimat-kalimat lengkap yang menjabarkan ide-ide pokok karangan.
Contoh:
Tema : Membuka warnet di tengah perkembangan teknologi informasi.
1. Masuknya ajaran komputer di sekolah-sekolah menambah
pengetahuan tentang teknologi informasi.
2. Perkembangan sarana komputer menjadi sarana jaringan informasi
melalui internet.
3. Penggunaan internet menjadi kebutuhan remaja dan anak sekolah.
4. Memanfaatkan minat remaja dan anak sekolah dengan membuka
warnet.
b. Kerangka topik, ialah kerangka karangan yang dituangkan dalam
bentuk frasa dan klausa sehingga tampak lebih praktis.
Contoh :
Tema : Antisipasi lonjakan arus mudik lebaran.
1. Jumlah Pemudik Lebaran
a) perkiraan lonjakan jumlah pemudik
b) sarana angkutan yang dipersiapkan
c) sarana angkutan yang diandalkan
2. Pengaturan jalur Jakarta-Surabaya
a) Jalur utara
b) Jalur selatan
c) Kemacetan lalu lintas dan usaha pencegahannya
3. Petunjuk pemanfaatan jalur
a) Dari DLLAJR
b) Dari instansi terkait.

40
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Paragraf adalah seperangkat atau sekelompok kalimat yang tersusun dari
satu Kalimat pokok dan beberapa kalimat penjelas. Dalam pembuatan paragraph
memiliki unsur-unsur pembentuk paragraph yaitu kalimat topik, kalimat
penegmbang, dan kalimat penegas. Penulisan paragraf yang menarik tentunya
tak lepas dari bahasan dan bahasa yang baik dan menarik. Hal ini tak hanya
memerlukan topik dan bahasan yang dapat menarik perhatian, tetapi juga perlu
diperhatikan syarat-syarat dalam penulisan paragraf Sebuah paragraf
dikembangkan menurut sifatnya. Pengembangan paragraf dapat dilakukan
dengan satu pola tertentu dan dapat pula dengan kombinasi dua pola atau lebih.
Wacana adalah kesatuan makna antarkomponen bahasa di dalam suatu
struktur bahasa yang terkait dengan konteks. Dalam wacana memiliki syarat agar
berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan
secara lisan dan tertulis maka kohesi, koherensi, topik dan tuturan pengungkap
topik perlu diperhatikan.

3.2 Implikasi
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan sebelumnya, maka dapat
disajikan impliksi sebagai berikut :
i. Berdasarkan fungsinya, penerapan penulisan paragraf dan wacana sangat
berpengaruh bagi para mahasiswa maupun penulis. Karena dengan
memahami teknik dan pedoman penulisan paragraf dan wacana dapat
mempermudah dalam menemukan inti atau gagasan pokok dari suatu artikel
ataupun teks. Hal ini menunjukkan bahwa dengan mempelajari lebih dalam
mengenai bahasan yang berkaitan dengan paragraf dan waacana tak hanya
dapat menambah wawasan saja namun juga dapat membantu penulis
menyusun dan mengembangkan ide yang akan dituangkan dalam
karangannya.
ii. Syarat dan teknik dalam penulisan paragraf dan wacana berpengaruh terhadap
penulisan paragraf yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa kita harus

41
memperhatikan hal-hal yang dapat membuat penulisan paragraf menjadi
kurang baik, misalnya sebuah paragraf memiliki ide pokok atau topik yang
kurang jelas. Hal ini dapat menjadi sorotan untuk perkembangan teknik dalam
penulian agar terciptanya karya tulis yang lebih indah.

3.3 Saran
Diharapkan agar para pembaca sebaiknya memperhatikan aturan-aturan
dalam penyusunan paragraf dan wacana yang baik dan benar guna membangun
tatanan bahasa yang lebih baik lagi. Dan pola penulisan paragraf dan wacana
perlu diterapkan dari sekarang agar nantinya menimbulkan karya tulis yang
sempurna.

42
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Alek, M. (2019). Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi substansi dan kajian
penerapannya. Jakarta: Penerbit Erlangga.

E. Zaenal Arifin, W. W. (2010). BAhasa Indonesia Akademik : Mata Kuliah


Pengembangan Kepribadian. Kota Tanggerang: PT. Pustaka Mandiri.

Suladi. (2014). Paragraf. Kota Jakarta : Badan Pengembangan dan pembinaan


Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Scribd.com. (2016, September 30). Teknik Pengembangan Paragraf. Diakses pada 6


Mei 2023, dari https://www.scribd.com/document/325941537/Teknik-
Pengembangan-Paragraf

Kompas.com. (2021, Januari 18). Pola pengembangan paragraf. Diakses pada 15


April 2023, dari
https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/18/160527869/pola-
pengembangan-paragraf

Quipper.com. (2020, Januari 14). Paragraf Induktif dan Deduktif : Pengertian dan
contoh-contohnya. Diakses pada 5 Mei 2023, dari
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/bahasa-indonesia/paragraf-
deduktif-dan-induktif/

Laura Magvira, S. T. (2021). POLA PENGEMBANGAN DAN UNSUR-UNSUR


PARAGRAF PADA TEKS LATIHAN MODUL DARING "AKSI BAHASA
UNTUK SEKOLAH". Jurnal Ilmiah Korpus Vol. 5 No. 2.

Devi Fitriani, I. S. (2018, Juli). Jenis, Sturktur, dan Pola Pengembangan Paragraf
Buku Teks Bahasa Indonesia dan Impliksinya. Jurnal Kata (Bahasa, Sastra dan
Pembelajarannya), 5-6.

Syah, E. F. (2018, Agustus). ANALISIS PARAGRAF PADA LAPORAN


PERJALANAN SISWA KELAS VIII SMPN KOTA TANGGERANG. 13-
14.

43
Agus Sumarno, S. (n.d.). JENIS-JENIS WACANA (69). 69.

Haruno, R. (2012). Jenis-jenis Wacana. 1.

Nurul. (2015, Juni). SYARAT-SYARAT WACANA. 11.

Setiawan, T. (2016). Hakikat Wacana Bahasa Indonesia. Repository.ut.ac.id.

Edi Syahputra, M. H. (2002). Penerapan dan Pengembangan Paragraf Bahasa


Indonesia dalam Pendidikan Pembelajaran Mahasiswa. Jurnal Multi Disiplin
Dehasen (MUDE), 266.

44

Anda mungkin juga menyukai