PARAGRAF
Oleh :
Kelompok 8
Kelas : 2 KB
Dosen pembimbing : Muhammad Bujaya,S.Pd.,M.Pd
PROGRAM STUDI
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN 2022/2023
ABSTRAK
Paragraf adalah seperangkat atau sekelompok kalimat yang tersusun dari satu
Kalimat pokok dan beberapa kalimat penjelas. Yang di maksud Kalimat Pokok
adalah suatu kalimat yang berisikan masalah atau kesimpulan dari paragraf Itu
sendiri. Dan Kalimat Penjelas merupakan suatu kalimat yang berisikan Penjelasan
masalah yang terdapat di kalimat pokok.
Paragraf sendiri terbagi menjadi tiga bagian, yaitu paragraf berdasarkan pola
penalaran, paragraf berdasarkan gaya ekspresi serta paragraf berdasarkan urutan.
Sedangkan untuk pola dan Teknik pengembangan paragraf terdiri dari dua bagian,
yaitu pengembangan paragraf berdasarkan Teknik dan pengembangan paragraf
berdasarkan isi.
Wacana adalah kesatuan makna antarkomponen bahasa di dalam suatu
struktur bahasa yang terkait dengan konteks. Kesatuan struktur di dalam wacana
bersifat abstrak sehingga membedakannya dari teks, tulisan, bacaan, tuturan, atau
inskripsi dalam pengertian yang sama. Sementara kesamaannya yaitu sama-sama
memiliki wujud konkret yang terlihat, terbaca, atau terdengar.
Secara keseluruhan terdapat beberapa pengelompokan wacana, diantaranya
adalah wacana berdasarkan cara penyampaian, wacana berdasarkan pemaparan,
wacana berdasarkan penutur, wacana berdasarkan bentuk, wacana berdasarkan isi
dan wacana berdasarkan cara penyampaian.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. yang dengan segala nikmat-Nya segala
kebaikan menjadi sempurna sehingga dapat menyelesaikan makalah Bahasa
Indonesia yang berjudul “Paragraf dan Wacana” bisa selesai, mengingat makalah ini
memerlukan waktu yang cukup lama dan sempat berhenti di tengah jalan.
Terima kasih juga kepada diri kami sendiri karena telah berjuang sejauh ini
dan mengorbankan waktu, pikiran, tenaga serta materi. Penulisan makalah ini dalam
keadaan menyambut Hari Raya Idul Fitri, saat rekan-rekan telah banyak yang pulang
ke kampung halaman. Kami harus menunda kepulangan kami untuk menulis
makalah. Alhamdulillah seletah cuti bersama Hari Raya Idul Fitri kami melanjutkan
penulisan makalah ini.
Mohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan Makalah ini, yang salah
adalah mutlak karena keterbatasan kami sebagai manusia, yang benar datangnya
hanya dari Allah SWT. pemilik segala kesempurnaan. Semoga ada sedikit manfaat
yang bisa diambil oleh pembaca dan menjadi amal kebaikan bagi kami.
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................3
1.4 Manfaat ..........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................4
2.1 Hakikat Paragraf ............................................................................................4
2.2 Unsur Pembentuk Paragraf ............................................................................4
2.3 Jenis-jenis Paragraf ........................................................................................5
2.3.1 Berdasarkan Pola Penalaran .................................................................5
2.3.2 Berdasarkan Gaya Ekspresi ..................................................................9
2.3.3 Berdasarkan Urutan ............................................................................12
2.4 Syarat paragraf .............................................................................................14
2.5 Teknik dan Pola Pengembangan Paragraf ..................................................17
2.5.1 Berdasarkan Teknik ............................................................................17
2.5.2 Berdasarkan Isi ...................................................................................20
2.6 Hakikat Wacana ...........................................................................................24
2.7 Jenis-jenis Wacana .......................................................................................25
2.7.1 Berdasarkan Cara Pemaparan ............................................................25
2.7.2 Berdasarkan Media Penyampaian ......................................................28
2.7.3 Berdasarkan Jumlah Penutur ..............................................................29
2.7.4 Berdasarkan Bentuk ..........................................................................30
2.7.5 Berdasarkan Isi ...................................................................................30
2.7.6 Berdasarkan Cara Pengungkapan .......................................................32
2.7.7 Berdasarkan tujuan berkomunikasi ....................................................33
iii
2.8 Syarat Wacana ..............................................................................................36
2.9 Langkah-langkah Mengarang ......................................................................39
BAB III PENUTUP ................................................................................................41
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................41
3.2 Implikasi ............................................................................................................41
3.3 Saran ...................................................................................................................42
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
sebagimana dikutip ulang oleh Sumarlan, 2009:6) menyatakan bahwa wacana
adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan
suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau
keterpaduan itu sendiri harus muncul dari isi wacana, tetapi banyak sekali rasa
keterpaduan yang dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara
pengutaraan, yaitu pengutaraan itu sendiri
Dalam penulisan paragraf dan wacana banyak hal yang harus
diperhatikan misalnya sebuah paragraf yang baik harus terdiri dari kalimat topik
dan kalimat pengembang, dalam sebuah paragraf harus terdiri dari satu gagasan
pokok serta harus adanya kekompakan jalinan kalimat antar paragraf. Oka dan
Suparno (1994:23) menyatakan bahwa syarat wacana yang baik adalah kohesi
dan koherensi serta menambahkan satu syarat lagi, yaitu topik. Dari pernyataan
tersebut menjelaskan bahwa diperlukan penerapan syarat penulisan paragraf dan
wacana.
Demi menghindari pelanggaran hak cipta dan dengan mempertimbangkan
etika dalam penulisan diperlukan wawasan tentang wacana dan paragraf supaya
tidak terjadinya kesalahpahman dalam pengertian wacana dan paragraf. Maka
dari itu kami membahas topik wacana dan paragraf.
2
1.3 Tujuan
Tujuan dibuat makalah ini yaitu agar kita sebagai mahasiswa/i dapat
mengetahui apa itu paragraf dan wacana, bagaimana pengelompokkan paragraf
dan wacana, apa saja teknik yang perlu diperhatikan dalam pembuatan paragraf
dan wacana. Dan supaya kita semua dapat mengetahui bahwa ada beberapa
kalimat yang perlu dipilah-pilah dalam penulisan wacana dan paragraf.
1.4 Manfaat
Terdapat dua manfaat dari pembuatan makalah ini, manfaat tersebut
adalah manfaat praktis dan manfaat teoritis. Kedua manfaat tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Manfaat praktis
Secara praktis makalah ini bermanfaat bagi para pembaca yaitu
menambah wawasan mengenai paragraf dan wacana.
2. Manfaat teoritis
Secara teoritis makalah ini bermanfaat untuk meningkatkan
kesadaran akan pentingnya mengetahui cara pembuatan paragraf dan
wacana yang baik dan benar.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2.2 Kalimat pengembang
Sebagian besar, kalimat-kalimat yang terdapat dalam satu paragraf
termasuk kalimat pengembang. Susunan kalimat pengembang tidak
sembarangan. Urutan kalimat pengembang sebagai perluasan pemaparan
ide pokok yang bersifat abstrak menuruti hakikat ide pokok.
Pengembangan kalimat topik yang bersifat kronologis, biasanya
menyangkut hubungan antara benda atau kejadian dan waktu. Urutanya
masa lalu, kini, dan yang akan dating.
5
Contoh :
Ibuku bernama Wulandari.
(Kalimat Topik)
Mukanya selalu bersinar seperti bulan. Cocok sekali dengan
namanya yang berarti bulan bersinar. Mukanya bulat dengan alis
tipis seperti semut beriring. Kulit ibuku sawo matang, khas wanita
Jawa. Beliau tidaklah tinggi, tidak pula pendek. Rambutnya hitam
bergelombang. Sampai usia 56 tahun kulihat rambutnya masih
legam tanpa semir. Pandangan matanya yang kuat kini sudah mulai
sayu termakan usia. Namun mata hatinya tetap kuat bagaikan baja.
(Kalimat Pengembang)
Paragraf ini berjenis paragraf deduktif. Hal ini karena kalimat
topiknya yang terdapat pada awal paragraf. Kalimat pertama
merupakan kalimat topik yang menyebutkan jika ibu bernama
Wulandari. Lalu, kalimat-kalimat selanjutnya menggambarkan ciri
fisik ibu mulai dari wajah hingga postur tubuhnya. Kalimat-kalimat
tersebut merupakan kalimat pengembang dari kalimat topik.
b. Paragraf induktif
Paragraph induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya
terdapat pada bagian akhir. paragraf induktif mempunyai ciri-ciri,
yaitu a) diawali dengan penyebutan peristiwa-peristiwa khusus yang
berfungsi sebagai penjelas dan merupakan pendukung gagasa utama
dan b) kemudian menarik simpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa
khusus itu
Contoh :
Tidak seperti orang Batak yang logatnya agak keras, ayahku
sangat pendiam. Beliau yang irit kata, lebih suka memberi contoh
langsung kepada anaknya tanpa perlu menggurui. Bagai air yang
mengalir tenang, tetapi sangat dalam.
(Kalimat Pengembang)
Beliau adalah teladan bagi anakanaknya.
6
(Kalimat Topik)
Paragraf ini berjenis paragraf induktif. Hal ini karena kalimat
topiknya yang terdapat pada akhir paragraf. Kalimat pertama hingga
ketiga menggambarkan sifat-sifat ayah seperti, pendiam, irit kata, dan
suka memberi contoh. Lalu, kalimat terakhir merupakan kalimat topik
yang berupa kesimpulan yang menyebutkan jika sifat-sifat ayah yang
disebutkan dalam kalimat-kalimat sebelumnya menjadi teladan bagi
anak-anaknya.
Contoh :
(Kalimat Topik)
(Kalimat Pengembang)
(Kalimat Penegas)
d. Paragraf ineratif
7
Contoh :
(Kalimat Pengembang)
(Kalimat Topik)
(Kalimat Pengembang)
Contoh:
8
hati. Gagasan utama paragraf tersebut tidak terdapat pada kalimat
pertama, kedua, dan seterusnya. Untuk dapat memahami gagasan
utama paragraf itu, pembaca harus menyimpulkan isi paragraf itu.
Dengan memperhatikan setiap kalimat dalam paragraf itu, kita dapat
menyarikan isinya, yaitu gambaran suasana pada pagi hari yang cerah.
Inti sari itulah yang menjadi gagasan utamanya.
Contoh :
9
cerdas sejak masih duduk di sekolah dasar. (Dimodifikasi dari
www.dbiografi.com)
b. Paragraf Deskripsi
Contoh :
c. Paragraf eksposisi
Contoh :
10
atau bangunan tersebut disesuaikan dengan tingkat kerusakannya.
Warga yang rumahnya rusak ringan mendapat bantuan sekitar 10 juta.
Warga yang rumahnya rusak sedang mendapat bantuan sekitar 20 juta.
Warga yang rumahnya rusak berat mendapat bantuan sekitar 30 juta.
Calon penerima bantuan tersebut ditentukan oleh aparat desa setempat
dengan pengawasan dari pihak LSM.
d. Paragraf Persuasif
Contoh :
e. Paragraf Argumentasi
11
Contoh :
12
2. Menarik minat pembaca dengan mengungkapkan latar belakang
dan pentingnya peme cahan masalah.
Contoh :
b. Paragraf isi
Contoh :
13
tanaman, juga dalam makanan. Dari makanan yang kita makan. Secara
otomatis, saat makan kita juga menambah kadar purin ke dalam tubuh
sebab zat purin yang yang ada dari makanan yang kita konsumsi
tersebut berpindah ke dalam tubuh kita.
c. Paragraf penutup
Contoh :
14
2.4.1 Kesatuan
Suatu paragraf harus dibangun dengan sebuah ide atau topik yang
jelas. Ide yang muncul ketika kamu ingin menulis sesuatu akan lebih baik
jika diuraikan dari kalimat utama kemudian ke kalimat penjelas, sehingga
membentuk suatu kesatuan.
Berdasarkan Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia (2004, p. 12-13)
Kesatuan paragraf dapat terpenuhi jika semua informasi dalam paragraf itu
masih dikendalikan oleh gagasan utama. Dengan kata lain, informasi-
informasi dalam paragraf itu hanya terfokus pada topik yang dibicarakan.
Jika ternyata dalam sebuah paragraf terdapat dua gagasan utama, kedua
gagasan utama itu harus dipisah dan dijadikan paragraf tersendiri.
15
pronomina persona, pronomina demonstrativa, maupun pronomina
komparatif.
3) Paralelisme (kesejajaran struktur)
Paralelisme berarti menempatkan gagasan yang sama penting dan
sama fungsinya ke dalam suatu struktur atau konstruksi gramatikal
yang sama. Jika salah satu gagasan itu ditempatkan dalam struktur
kata benda, atau kelompok kata yang lain yang memiliki gagasan
sejajar juga ditempatkan dalam fungsi dan struktur yang sama, yaitu
kata benda. Demikian juga kata kerja disejajarkan dengan kata kerja
yang lain, afiks verba aktif dengan afiks verba aktif, dan seterusnya
4) ellipsis (pelesapan)
Dalam suatu wacana tulis, yang biasanya dilesapkan adalah unsur
yang sama sehingga dalam klausa atau kalimat selanjutnya tidak
dimunculkan lagi. Dalam kalimat majemuk, misalnya, jika terdapat
unsur yang sama dan menduduki fungsi yang sama pula dalam
kalimat itu, salah unsur itu biasanya dilesapkan.
Sementara itu, alat kohesi leksikal, antara lain, berupa :
1) sinonim
2) antonym
3) hiponim
4) repetisi (pengulangan)
2.4.3 Kelengkapan
Kelengkapan merupakan salah satu syarat paragraf yang baik. Aspek
kelengkapan ini terpenuhi jika semua informasi yang diperlukan untuk
mendukung atau menjelaskan gagasan utama sudah tercakup. Hal ini
berarti bahwa gagasan utama dalam paragraf harus dikembangkan sesuai
dengan informasi yang diperlukan dan dituntut oleh gagasan utama.
Dengan begitu, pembaca akan memperoleh informasi secara utuh.
16
2.5 Teknik dan Pola pengembangan paragraf
Sebuah paragraf dikembangkan menurut sifatnya. Pengembangan
paragraf dapat dilakukan dengan satu pola tertentu dan dapat pula dengan
kombinasi dua pola atau lebih. Ada beberapa metode pengembangkan paragraf,
di antaranya adalah sebagai berikut.
2.5.1 Pengembangan paragraf berdasarkan teknik
Pengembangan paragraf yang pertama dapat dilihat dari sudut
pandang teknik. Berdasarkan tekniknya pengembangan paragraf dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a. Pengembangan paragraf secara alamiah
1) Berdasarkan urutan waktu
Menurut (Novi Resmini, n.d) Paragraf yang dikembangkan
berdasarkan urutan waktu bersifat kronologis. Hal itu berarti kalimat
yang satu mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu
kegiatan dilakukan, dan diikuti oleh kalimat kalimat yang
mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan
dilakukan. Paragraf yang dikembangkan dengan cara ini tidak
dijumpai adanya kalimat utama atau kalimat topik. Paragraf seperti
ini biasanya digunakan pada paragraf naratif dan prosedural.
Contoh :
Seluruh aktivitas penelitian akan diselesaikan dalam tahun
2012. Tahap penyusunan rencana penelitian akan selesai pada akhir
bulan Januari. Tahap pengumpulan data dari sampel membutuhkan
waktu tiga bulan dan akan selesai pada pertengahan bulan April.
Tahap analisa data membutuhkan waktu lima bulan. Tahap ini akan
selesai pada bulan Oktober. Tahap akhir penelitian adalah
penulisan laporan. Tahap tersebut akan diselesaikan pada bulan
Desember.
2) Berdasarkan urutan ruang
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan
ruang atau tempat membawa pembaca dari satu titik ke titik
17
berikutnya dalam sebuah “ruangan”. Hal itu berarti kalimat yang
satu mengungkapkan suatu bagian (gagasan) yang terdapat pada
posisi tertentu, dan diikuti oleh kalimatkalimat lain yang
mengungkapkan gagasan yang berada pada posisi yang lain.
Pengungkapan gagasan dengan urutan ruang ini tidak boleh
sembarangan, sebab cara yang demikian akan mengakibatkan
pembaca mengalami kesulitan memahami pesan. Paragraf seperti
ini biasanya digunakan pada paragraf deskriptif.
Contoh :
Fasilitas produksi pabrik itu berada pada lokasi yang
strategis. Sekitar dua kilometer di sebelah barat adalah gudang
milik pemasok bahan baku. Di sebelah timur, terdapat aliran sungai
bersih yang menjadi sumber air untuk proses pengolahan. Dan
yang terpenting, akses menuju jalan tol yang berada sekitar dua
kilometer di sebelah selatan pabrik.
18
selama 6 tahun. Di tahapan ini mereka mulai mempelajari
membaca danmenghitung yang lebih rumit seperti perkalian dan
pembagian.
Gagasan utama paragraf di atas adalah beberapa tingkatan
pendidikan dasar yang harus dilaluis ebelum melanjutkan
pendidikan ke tingkat SMP.
Contoh :
Kecelakaan akibat mengantuk masih sering terjadi.
Tercatat, sepanjang tahun 2018, sudah 12 orang meninggal
19
karena kecelakaan mobil, terutama di jalan tol. Mengendarai
mobil saat mengantuk bisa menyebabkan kecelakaan beruntun
yang berakibat merugikan banyak orang. Insiden kecelakaan
karena mengantuk ini bisa terjadi kapan saja, baik siang
maupun malam.
2) Khusus-umum (Induktif)
Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat
utamanya terletak di akhir paragraf. Jenis paragraf induktif
diawali dengan kalimat-kalimat penjelas berupa fakta, contoh,
rincian, atau bukti yang kemudian disimpulkan pada kalimat
akhir paragraf.
Ciri-ciri jenis paragraf induktif adalah sebagai berikut:
- Diawali dengan penjelasan khusus.
- Digeneralisasikan atau disimpulkan berdasarkan
penjelasan khusus di akhir paragraf.
- Kalimat utama terletak di akhir paragraf (kesimpulan).
- Polanya khusus-khusus-khusus-umum.
Contoh :
Saat ujian semester sudah selesai, nilai semua murid
dievaluasi. Ternyata, ada sebagian nilai siswa yang nilainya
melebihi standar kelulusan, yakni sebanyak 13 siswa.
Sedangkan 9 siswa mendapatkan nilai standar kelulusan, dan
tidak ada siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata.
Dengan begitu, bisa dibilang bahwa kegiatan pembelajaran
pada sekolah tersebut berhasil.
20
gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu (Keraf dalam Mudlofar
2002: 99)
Cara pembandingan merupakan sebuah pengembangan
paragraf yang dilakukan dengan membandingkan atau
mempertentangkan guna memperjelas suatu paparan. Sesuatu yang
dipertentangkan adalah dua hal yang memiliki tingkat yang sama. Dan
keduanya memiliki persamaan dan perbedaan.
Contoh :
Aqua dan Cleo sama-sama merupakan merk air terkenal.
Keduanya sama -sama merupakan air minum dengan kandungan baik
untuk tubuh. Cleo dan Aqua mudah ditemukan di supermarket atau toko
terdekat lainnya.
Aqua memiliki rasa lebih segar, sedangkan Cleo memiliki rasa
sedikit pahit. Meskipun kedua merk tersebut sama-sama mudah
ditemukan, namun harga Aqua lebih tinggi daripada Cleo.
Dalam paragraf tersebut ada perbandingan mengenai air
minum merk Aqua dan Cleo, namun tidak ada salah satu objek paling
menonjol. Kedua merk air minum tersebut sama-sama memiliki
kandungan baik untuk tubuh serta mudah ditemukan.
Contoh :
Sekolah sebagai tempat menuntut ilmu umpamanya cermin
bagi murid-muridnya. Sebagaimana cermin, apabila kita bercermin di
hadapan cermin yang jernih maka bayangan wajah kita akan terlihat
jelas.
21
Sebaliknya, apabila kita bercermin di hadapan cermin yang
kotor maka bayangan wajah kita tidak dapat terlihat secara jelas di
cermin. Hal ini pun berlaku terhadap kualitas pendidikan di sekolah-
sekolah sebagai tempat menuntut ilmu.
Dapat disimpulkan apabila kualitas murid-muridnya begitu
baik, maka kualitas pendidikan yang diberikan oleh sekolah sangat
baik. Tapi sebaliknya, kualitas murid yang buruk mencerminkan
kualitas pendidikan yang kurang baik.
Contoh :
Selain tipe kepribadian manusia introvert, terdapat tipe
kepribadian manusia yang lain, yaitu ekstrovert. Tipe ekstrovert adalah
orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dari dirinya,
kepada orang lain, dan kepada masyarakat. Orang yang tergolong ke
dalam tipe ekstrovert memiliki sifat-sifat tertentu, contohnya berhati
terbuka, mudah bergaul, ramah, penggembira, mudah memengaruhi
orang lain, dan mudah dipengaruhi oleh orang lain.
22
dan kemudian diikuti pemaparan mengenai sebab-sebab yang
menimbulkan akibat tersebut.
Contoh :
Indonesia seharusnya telah memerhatikan kesejahteraan
warga negaranya sejak awal kemerdekaan. Program Jamsostek baru
dimulai pada 1976 sehingga Indonesia tertinggal dalam pembentukan
tabungan nasional. Padahal, Malaysia telah memulainya sejak 1959.
Akibatnya, saat krisis melanda Asia pada 1997/1998, Indonesia paling
sulit untuk bangkit dari keterpurukannya. Oleh karena itu, Indonesia
perlu melakukan reformasi penyelenggaraan program jaminan sosial.
Contoh :
Belajar sangat urgen bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Belajar menurut Gagne (1977), belajar merupakan sejenis
perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang
keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi
belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan
terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan
perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang hanya bersifat
naluriah.
23
f. Pengembangan paragraf dengan repetisi
Pengembangan paragraf dengan pengulangan sering
digunakan untuk mengingatkan kembali pada pokok gagasan dan
menguatkan pokok bahasannya. Pokok bahasan yang dikemukakan
pada awal paragraf diulangi pada akhir paragraf sebagai simpulan. Jadi,
jika kata atau gugus kata pada sebuah kalimat diulang pada kalimat
berikutnya, pembaca diingatkan kepada informasi yang pernah
dibacanya.
Contoh :
Di seluruh dunia, manusia memerlukan kebutuhan yang sama.
Manusia memerlukan udara segar dan air yang bersih. Manusia juga
memerlukan tanah yang sehat dan aman untuk bercocok tanam. Semua
itu telah tersedia di bumi kita yang kaya ini. Namun, mengapa semua
itu sekarang sulit kita dapatkan.
24
Bahasa dapat kita analisis atas bagian-bagiannya, tata bunyi, tata bentuk
kata, tata kalimat, dan berdasarkan kandungan makna (semantik). Oleh sebab
itu, kita seakan beranggapan bahwa bahasa merupakan suatu objek yang dapat
dipisah-pisahkan. Namun, pada kenyataannya manusia menggunakan bahasa
untuk berkomunikasi. Ketika mereka berinteraksi, bahasa tidak dapat dipandang
sebagai alat komunikasi yang dapat dirinci atas bagian-bagiannya seperti tata
bunyi, frasa, kalimat, dan makna. Semua unsur itu menyatu membentuk suatu
kesatuan. Demikian juga ketika kita berhadapan dengan wacana yang
diwujudkan dalam sebuah teks. Kita tidak hanya dapat memandang teks sebagai
sebuah kata atau kalimat. Teks harus dipandang sebagai satuan bahasa yang
bermakna dengan segala konteks yang melingkupinya. Berkaitan dengan
wacana, Renkema (1993:1) menyatakan bahwa wacana adalah disiplin ilmu
yang mengkaji hubungan antara bentuk dan fungsi bahasa dalam komunikasi.
25
Dengan narasi, penerima dapat membentuk citra atau imajinasi. Aspek
intelektual tidak banyak digunakan dalam memahami wacana narasi.
b. Deskriptif
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:11) wacana deskriptif
berupa rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau melukiskan
sesuatu, baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan
penuturnya. Wacana itu biasanya bertujuan mencapai penghayatan
dan imjinatif terhadap sesuatu sehingga pendengar atau pembaca
seolah-olah merasakan atau mengalami sendiri secara langsung.
Wacana deskriptif ini, ada yang hanya memaparkan sesuatu secara
objektif dan ada pula yang memaparkannya secara imajinatif.
Pemaparan secara objektif bersifat menginformasikan sebagaimana
adanya, sedangkan pemaparan secara imajinatif bersifat
menambahkan daya khayal. Daya khayal yang didapatkan didalam
novel atau cerpen, atau isi karya sastra pada umumnya
Secara singkat deskripsi bertujuan membuat para pembaca
menyadari apa yang diserap penulis melalui panca indranya,
merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang digambarkan,
menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung. Objek yang
dideskripsikan mungkin sesuatu yang bisa ditangkap dengan panca
indra kita, sebuah hamparan sawah yang hijau dan pemandangan yang
indah, jalan-jalan kota, tikus-tikus selokan, wajah seorang yang cantik
molek atau seseorang yang bersedih hati, alunan musik atau gelegar
guntur dan sebagainya.
c. Prosedural (eksposisi)
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:9) wacana prosedural
dipaparkan dengan rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara
berurutan dan secara kronologis. Wacana prosedural disusun untuk
menjawab pertanyaan bagaimana cara mengerjakan atau
menghasilkan sesuatu.
26
Wacana eksposisi menjawab pertanyaan yang berhubungan
dengan kata tanya bagaimana. Oleh karena itu, wacana tersebut dapat
digunakan untuk menerangkan proses atau prosedur suatu aktivitas.
Khusus untuk menerangkan proses dan prosedur, kalimat-kalimat
yang digunakan dapat berupa kalimat perintah disertai dengan kalimat
deklaratif.
d. Ekspositori
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:10-11) wacana
ekpositori bersifat menjelaskan sesuatu. Biasanya berisi pendapat atau
simpulan dari sebuah pandangan. Pada umumnya, ceramah, pidato,
atau artikel pada majalah dan surat kabar termasuk wacana
ekspositori. Wacana ini dapat berupa rangkaian tuturan yang
menjelaskan atau memeparkan sesuatu. Isi wacana lebih menjelaskan
dengan cara menguraikan bagian-bagian pokok pikiran. Tujuan yang
ingin dicapai melalui wacana ekspositori adalah tercapainya tingkat
pemahaman akan sesuatu.
Wacana ekspositori dapat berbentuk ilustrasi dengan contoh,
berbentuk perbandingan, uraian kronologis, identifikasi. Identifikasi
dengan orientasi pada meteri yang dijelaskan secara rinci atau bagian
demi bagian
27
Pada dasarnya, kekuatan argumen terletak pada kemampuan
penutrur dalam mengemukakan tiga prinsip pokok, yaitu apa yang
disebut pernyataan, alasan, dan pembenaran. Pernyataan mengacu
pada kemampuan penutur dalam menentukan posisi. Alasan mengacu
pada kemampuan penutur untuk mempertahakn pernyataannya
dengan memberikan alasan-alasan yang relevan. Pembenaran
mengacu pada kemampuan penutur dalam menunjukkan hubungan
antara pernyataan dan alasan.
f. Wacana dramatik
Wacana dramatik menyangkut beberapa orang penutur
(persona) dan sedikit bagian naratif. Pentas drama merupakan wacana
dramatik. Drama dahulu dikenal dengan sebutan ‘sandiwara’, tetapi
sekarang lebih dikenal dengan nama drama.
g. Wacana epistolari
Wacana epistolari digunakan di dalam hal surat-surat, dengan
sistem dan bentuk tertentu. Wacana ini dimulai dengan alinea
pembuka, isi, dan alinea penutup.
h. Wacana seremonial
Wacana seremonial berhubungan dengan upacara adat yang
berlaku di masyarakat bahasa. Wacana seremonial dapat berupa
nasihat (pidato) pada upacara perkawinan, upacara kematian, upacara
syukuran, dsb.
28
media yang sangat efektif dan efisian untuk menyampaikan berbagai
gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun yang dapat
mewakili kreativitas manusia.
b. Wacana lisan
Menurut Henry Guntur Tarigan (1987:55) wacana lisan atau
spoken discourse adalah wacana yang disampaikan secara lisan,
melalui media lisan. Wacana lisan memiliki kelebihan dibanding
wacana tulis. Beberapa kelebihan wacana lisan di antaranya ialah:
1) Bersifat alami (natural) dan langsung.
2) Mengandung unsur-unsur prosodi bahasa (lagu, intonasi).
3) Memiliki sifat suprasentensial (di atas struktur kalimat).
4) Berlatar belakang konteks situasional.
b. Dialog (dua orang pena utur) yaitu wacana yang berupa percakapan
antara dua pihak. Kemudian, apabila peserta dalam komunikasi itu
ada dua orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicaraan
menjadi pendengar atau sebaliknya), wacana yang dibentuknya
disebut dialog. Contoh dari wacana dialog, adalah antara dua orang
yang sedang mengadakan perbincangan di sekolah. Situasinya bisa
resmi dan tidak resmi.
29
dalam komunikasi itu lebih dari dua orang dan terjadi pergantian
peran, wacana yang dihasilkan disebut polilog. Contohnya adalah
perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran
pembicaraan dan pendengar. Situasinya pun bisa resmi dan tidak
resmi.
b. Wacana puisi
Wacana puisi dituturkan dalam bentuk puisi, bisa berbentuk
tulis atau lisan. Bahasa dan isinya berorentasi pada keindahan. Puisi,
lagu, tembang dan belada merupakan contoh wacana puisi. Bahasa
dan isinya berorientasi pada keindahan. Contohnya puisi nasihat, puisi
jenaka, lagu, tembang, dll.
c. Wacana drama
Wacana drama disampaikan dalam bentuk drama. Biasanya,
drama berbentuk percakapan atau dialog. Oleh karena itu, dalam
wacana harus ada pembicara dan yang di ajak bicara.
b. Wacana sosial
30
Wacana sosial berkaitan dengan kehidupan sosial dan
kehidupan sehari-hari masyarakat. Memang sulit untuk
mengatakan : apa persoalan yang bukan merupakan persoalan
sehari-hari. Masalah makan, pangan, rumah, tanah, pernikahan,
kematian, dan sebagainya merupakan sejumlah kecil masalah
sosial tersebut”.
c. Wacana ekonomi
Wacana ekonomi berkaitan dengan persoalan ekonomi. Dalam
wacana ekonomi, ada beberapa register yang hanya dikenal di
dunia bisnis dan ekonomi. Ungkapan-ungkapan seperti persaingan
pasar, biaya produksi tinggi, langkanya sembako, konsumen
dirugikan, inflasi, devaluasi, harga saham gabungan, nata unag dan
sejenisnya merupakan contoh-contoh regester ekonomi.
d. Wacana budaya
Wacana budaya berkaitan dengan kreativitas kebudayaan.
Wilayah wacana budaya lebih berkaitan dengan wilayah ‘
kebiasaan atau tradisi, adat, sikap hidup dan hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari’ wilayah itu kemudian
menghasilkan bentuk-bentuk kebahasaan, yang isinya kemudian
disebut wacana budaya.
e. Wacana militer
Wacana jenis ini hanya dipakai, dikembangkan di dunia
militer. Instasi militer dikenal sangat suka menciptakan istilah-
istilah khusus yang hanya dikenal oleh kalangan militer. Contoh
istilah dalam wicana militer seperti operasi militer, desersi,
intelijen, apel pagi, sumpah prajurit, veteran, dan lain-lain.
31
f. Wacana hukum & kriminalitas
Persoalan hukum dan kriminalitas, sekalipun bisa dipisahkan,
namun keduanya bagaikan dua sisi dari mata uang: berbeda tetapi
menjadi satu kesatuan. Kriminalitas menyangkut hukum, dan
hukum mengelilingi kriminalitas. Contoh istilah yang digunakan
dalam wacana hukum dan kriminalitas seperti tersangka, tim
pembela, kasasi, vonis, hakim.
32
pembicara dengan mempergunakan kontruksi gramatikal atau kata
tertentu, antara lain dengan klausa subordinatif, kata, bahwa, dan
sebagainya.
Contoh: Salim berkata bahwa ia akan datang.
Contoh:
Pada jeram pertama perahu besar berbalik arah, lalu memasuki
jeram ketiga dengan bagian buritan terlebih dahulu, sampai
akhirnya… brak! Perahu menghantam batu besar seukuran 4 x 3
meter, dan menempel pada batu dalam keadaan miring. (“Jeram
Maut,” Reader’s Digest Indonesia¸Oktober 2004).
33
b. Wacana eksposisi
Wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal
kepada penerima (pembaca) agar bersangkutan memahaminya.
Eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan
suatu objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan
pembaca. Wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan
hakikat suatu objek, misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan,
komunikasi, perkebangan teknologi, pertumbuhan ekonomi kepada
pembaca.
Wacana ini juga menyajikan penjelasan yang akurat dan padu
mengenai topik-topik yang rumit, seperti struktur negara atau
pemerintahan, teori tentang timbulnya suatu penyakit. Ia juga
digunakan untuk menjelaskan terjadinya sesuatu, beroprasinya
sebuah alat dan sebagainya.
c. Wacana persuasi
Wacana persuasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi
mitra tutur untuk melakukan perbuatan sesuai yang diharapkan
penuturnya. Untuk mempengaruhi pembacanya, biasanya digunakan
34
segala daya upaya yang membuat mitra tutur terpengaruh. Untuk
mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang menggunakan
alasan yang tidak rasional. Persuasi sesungguhnya merupakan
penyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi
orang lain atau para pembaca. Agar pendengar atau pembaca
melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan persuasi, walaupun
yang dipersuasi sebenarnya tidak terlalu percaya akan apa yang
dikatakannya itu. Persuasi lebih mengutamakan untuk menggunakan
atau memanfaatkan aspek-aspek pesikologis untuk mempengaruhi
orang lain. Jenis wacana persuasi yang paling sering kita temui adalah
kampanye dan iklan.
d. Wacana argumentasi
Karangan argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana
yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar
menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada
pertimbangan logis dan emosional (Rottenberg, 1988:9). Argumentasi
adalah semacam bentuk wacana yang berusaha membuktikan suatu
kebenaran. Lebih jauh sebuah argumentasi berusaha mempengaruhi
serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu
kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti mengenai objek yang
diargumentasikan itu. (Gorys Keraf, 1995:10) dilihat dari sudut proses
berfikir adalah suatu tindakan untuk membentuk penalaran dan
menurunkan kesimpulan
35
Contoh wacana argumentasi adalah :
Namun, yang menjadi kekawatiran adalah adanya efek negatif
akibat dosis vitamin dan mineral yang dikonsumsi secara berlebihan,
terutama oleh mereka yang memiliki kondisi tubuh yang sehat.
Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa multivitamin tidak
terbukti dapat mencegah timbulnya suatu penyakit dan suplemen
vitamin juga tiadak bisa memperbaiki gizi yang buruk akibat pola
makan yang sembarangan. Bahkan meminum jenis vitamin dan
mineral dalam dosis tinggi dalam jangka waktu panjang bisa memicu
resiko timbulnya penyakit tertentu. (Reader’s Digest Indonesia,
Oktober 2004).
e. Wacana narasi
Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi
cerita. Pada wacana narasi terdapat unsur-unsur cerita yang penting,
seperti waktu, pelaku, peristiwa. Adanya aspek emosi yang dirasakan
oleh pembaca atau penerima. Melalui narasi, pembaca atau penerima
pesan dapat membentuk citra atau imajinasi.
36
disampaikan secara lisan dan tertulis. Tarigan menyebutkan “dengan koherensi
dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan
akhir” berarti dalam wacana haruslah ada koherensi dan kohesi dari awal sampai
akhir. Namun terbentuknya wacana tidak cukup hanya dengan hoherensi dan
kohesi.
37
b. Koherensi
Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu
dengan bagian yang lainnya sehingga kalimat tersebut mempunyai
kesatuan makna yang utuh (Amir Purba: 2007.
Yang termasuk unsur-unsur koherensi meliputi:
a) Penambahan, yang berupa: dan, juga, lagi pula, selanjutnya, dll.
b) Repetisi atau pengulangan
c) Pronomina
d) Sinonimi
e) Totalitas Bagian
f) Komparasi atau perbandingan. Komparasi digunakan untuk
membandingkan dua hal yang berbeda.
g) Penekanan, penekanan digunakan untuk menekankan yang dianggap
penting.
h) Kontras
i) Simpulan, dengan kata-kata yang mengacu kepada hasil atau
simpulan pun, kita dapat juga meningkatkan kekoherensifan wacana.
Penggunaan sarana seperti itu dapat dilihat pada contoh berikut ini.
j) Contoh, dengan pemberian contoh yang tepat dan serasi, kita dapat
pula menciptakan kekoherensifan wacana.
k) Paralelisme atau kesejajaran. Kesejajaran bisa berupa subjek
predikat, subjek predikat objek, atau yang lain.
l) Waktu
2.8.2 Topik
Sebuah wacana mengungkapkan satu bahasan atau gagasan. Gagasan
tersebut akan diurai, membentuk serangkaian penjelasan tetapi tetap
merujuk pada satu topik. Sehingga topik yang diangkat atau yang
dimaksud memberikan suatu tujuan. Tujuan-tujuan yang teradapat dalam
wacana, dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis wacana. Seperti
wacana persuasif, tujuannya untuk mempengaruhi pembaca. Atau bisa
berupa simbol huruf P pada rambu-rambu lalu lintas, memberikan tujuan
38
menginformasikan pengguna jalan, bahwa tempat bersimbol P, adalah
tempat parkir.
2.8.3 Proporsional
Prosorsional yang dimaksud ialah keseimbangan dalam makna yang
ingin dijabarkan dalam wacana, atau makna yang terdapat dalam wacana,
ialah seimbang. Misalnya apabila sebuah wacana persuasif, wacana yang
mempengaruhi pembaca untuk membeli suatu produk, maka dalam
wacana tersebut harus terdapat kesinambungan yang tepat antara paragraf
yang satu dengan yang lain. apabila paragraf pertama terdapat beberapa
tuturan yang mempengaruhi pembaca dengan satu topik, maka paragraf
kedua juga harus tetap meruju pada satu topik dan dimungkinkan lebih
merujuk pada hal yang khusus. Sehingga antara paragraf yang satu
dengan yang lain padu dan tidak membingungkn pembaca.
2.8.4 Tuturan
Tuturan yang dimaksud adalah pengungkapan suatu topik yang ada
dalam wacana. Baik tutur tulis atau tutur lisan. tuturan kaitannya
menjelaskan suatu topik yang terdapat dalam wacana dengan tetap adanya
kohesi dan koherensi yang proporsional di dalamnya.
39
6. Menentukan pola pengembangan karangan.
40
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Paragraf adalah seperangkat atau sekelompok kalimat yang tersusun dari
satu Kalimat pokok dan beberapa kalimat penjelas. Dalam pembuatan paragraph
memiliki unsur-unsur pembentuk paragraph yaitu kalimat topik, kalimat
penegmbang, dan kalimat penegas. Penulisan paragraf yang menarik tentunya
tak lepas dari bahasan dan bahasa yang baik dan menarik. Hal ini tak hanya
memerlukan topik dan bahasan yang dapat menarik perhatian, tetapi juga perlu
diperhatikan syarat-syarat dalam penulisan paragraf Sebuah paragraf
dikembangkan menurut sifatnya. Pengembangan paragraf dapat dilakukan
dengan satu pola tertentu dan dapat pula dengan kombinasi dua pola atau lebih.
Wacana adalah kesatuan makna antarkomponen bahasa di dalam suatu
struktur bahasa yang terkait dengan konteks. Dalam wacana memiliki syarat agar
berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan
secara lisan dan tertulis maka kohesi, koherensi, topik dan tuturan pengungkap
topik perlu diperhatikan.
3.2 Implikasi
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan sebelumnya, maka dapat
disajikan impliksi sebagai berikut :
i. Berdasarkan fungsinya, penerapan penulisan paragraf dan wacana sangat
berpengaruh bagi para mahasiswa maupun penulis. Karena dengan
memahami teknik dan pedoman penulisan paragraf dan wacana dapat
mempermudah dalam menemukan inti atau gagasan pokok dari suatu artikel
ataupun teks. Hal ini menunjukkan bahwa dengan mempelajari lebih dalam
mengenai bahasan yang berkaitan dengan paragraf dan waacana tak hanya
dapat menambah wawasan saja namun juga dapat membantu penulis
menyusun dan mengembangkan ide yang akan dituangkan dalam
karangannya.
ii. Syarat dan teknik dalam penulisan paragraf dan wacana berpengaruh terhadap
penulisan paragraf yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa kita harus
41
memperhatikan hal-hal yang dapat membuat penulisan paragraf menjadi
kurang baik, misalnya sebuah paragraf memiliki ide pokok atau topik yang
kurang jelas. Hal ini dapat menjadi sorotan untuk perkembangan teknik dalam
penulian agar terciptanya karya tulis yang lebih indah.
3.3 Saran
Diharapkan agar para pembaca sebaiknya memperhatikan aturan-aturan
dalam penyusunan paragraf dan wacana yang baik dan benar guna membangun
tatanan bahasa yang lebih baik lagi. Dan pola penulisan paragraf dan wacana
perlu diterapkan dari sekarang agar nantinya menimbulkan karya tulis yang
sempurna.
42
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Alek, M. (2019). Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi substansi dan kajian
penerapannya. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Quipper.com. (2020, Januari 14). Paragraf Induktif dan Deduktif : Pengertian dan
contoh-contohnya. Diakses pada 5 Mei 2023, dari
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/bahasa-indonesia/paragraf-
deduktif-dan-induktif/
Devi Fitriani, I. S. (2018, Juli). Jenis, Sturktur, dan Pola Pengembangan Paragraf
Buku Teks Bahasa Indonesia dan Impliksinya. Jurnal Kata (Bahasa, Sastra dan
Pembelajarannya), 5-6.
43
Agus Sumarno, S. (n.d.). JENIS-JENIS WACANA (69). 69.
44