Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SUMBER DAN AJARAN AGAMA ISLAM


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan agama islam
Dosen pengampu : Ahmad Wahyudin M.Ag

Oleh :
Alamsyah
NIM : (55201230218)

JURUSAN INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PRIMAGRAHA
TAHUN 2023
KATA PENGATAR

Bismillahirrahmanirrahim Innalhamdalillah, segala untaian puja dan puji hanya pantas


dipersembahkan kepada Allah s.w.t., Pemilik segala ilmu pengetahuan, yang mengajarkan
kepada manusia apa yang tiada diketahuinya. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang menunjukkan ketinggian derajat ilmu
pengetahuan dan kemuliaan orang-orang yang berjuang di dalamnya. Namun
sayangnya, kesempurnaan Islam itu tidak jarang justru tertutupi oleh umat Islam sendiri yang
menunjukkan perilaku dan sikap hidup yang tidak Islami, bahkan terkadang justru
bertentangan dengannya. Oleh karena itu, mempelajari Islam dengan benar merupakan
langkah awal untuk mengamalkan Islam secara total , tidak hanya pada aspek kulitnya
saja, tetapi sampai pada isinya, tidak hanya terhenti pada aspek-aspek ritualitasnya
belaka, melainkan mampu menangkap aspek-aspek yang lebih substansial dari ajaran
ini. Buku ajar ini merupakan bahan pengantar untuk mempelajari ajaran Islam yang
diperuntukkan bagi para mahasiswa. Buku ajar ini berisi tuntunan dari agama Islam yang
mencakup berbagai spektrum kehidupan secara luas, namun disajikan secara ringkas dan
padat agar dapat lebih mudah dipahami oleh mahasiswa.

ii
Daftrar isi
KATA PENGATAR..................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1

BAB II.......................................................................................................................................2

SUMBER DAN AJARAN AGAMA ISLAM..........................................................................2

A. Macam-Macam Sumber Ajaran Islam........................................................................2

B. Al-Qur’an Sebagai Sumber Utama Ajaran Islam......................................................2

1. Pengertian Al-Qur’an...................................................................................................2

2. Asbabun Nuzul Al-Qur’an...........................................................................................3

C. HADITS SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM....................................................11

BAB III....................................................................................................................................14

PENUTUP...............................................................................................................................14

A. Kesimpulan..................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam berkembang sangat pesat ke seluruh penjuru dunia dengan kecepatan
yang menakjubkan, yang sangat menarik dan perlu diketahui bahwa Dinul Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah suatu agama yang sekaligus menjadi
pandangan atau pedoman hidup. Banyak sumber-sumber ajaran Islam yang digunakan
mulai zaman muncul pertama kalinya Islam pada masa rasulullah sampai pada zaman
modern sekarang ini. Sumber-sumber yang berasal dari agama Islam merupakan
sumber ajaran yang sudah dibuktikan kebenarannya yaitu bertujuan untuk
kemaslahatan umat manusia, sumber-sumber ajaran Islam merupakan sumber ajaran
yang sangat luas dalam mengatasi berbagai permasalahan seperti bidang akhidah,
sosial, ekonomi, sains, teknologi dan sebagainya.
Islam sangat mendukung umatnya untuk mempelajari ilmu pengetahuan,
terutama yang bersumber dari sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an, Sunah, Ijma’,
Qiyas dan juga ijtihad. Begitu sempurna dan lengkapnya sumber-sumber ajaran Islam.
Namun permasalahan disini adalah banyak umat Islam yang belum mengetahui betapa
luas dan lengkapnya sumber-sumber ajaran Islam guna mendukung umat Islam untuk
maju dalam bidang pengetahuan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja sumber-sumber ajaran Islam?
2. Bagaimana Al-Quran sebagai sumber ajaran Islam?
3. Bagaimana Hadits sebagai sumber hukum kedua ajaran Islam?

1
BAB II

SUMBER DAN AJARAN AGAMA ISLAM


A. Macam-Macam Sumber Ajaran Islam
Sumber adalah tempat pengambilan, rujukan atau acuan dalam
penyelenggaraan ajaran Islam, karena itulah sumber memiliki peranan yang sangat
penting bagi pelaksanaan ajaran Islam. Dari sumber inilah umat Islam dapat
memiliki pedoman-pedoman tertentu untuk melaksanakan proses ajaran Islam,
tanpa adanya suatu sumber maka umat Islam akan terombang-ambing dalam
menghadapi ideologi dan bisa jadi akan berahir pada kesesatan atau kenistaan.
Dalam pembahasan disini akan diuraikan macam-macam sumber ajaran Islam
yang diantaranya meliputi:
1. Al-Quran
2. Sunah
B. Al-Qur’an Sebagai Sumber Utama Ajaran Islam
1. Pengertian Al-Qur’an
Secara etimologi Al-Qur’an berasal dari kata “qara’a, yaqra’u, qira’atan,
qur’anan” yang berarti mengumpulkan dan menghimpun huruf-huruf serta kata-
kata dari satu bagian ke bagian lain secara teratur. Ada juga sumber lain
mengatakan bahwa Al-Qur’an secara harfiah berarti “bacaan sempurna”
merupakan suatu nama pilihan Allah yng sungguh tepat, karena tiada satu
bacaanpun sejak anusia mengenl baca tulis yang dapat menandingi Al-Qur’an al-
Karim, secara terminologi Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan Tuhan
kepada Nabi Muhammad SAW. Yang diampaikan lewat malaikat jibril, yang
dikomunikasikan dengn bahasa arab, harus dipercayai tanpa syarat dan menjadi
pedoman bagi para pengikutnya yaitu umat Islam diseluruh dunia.
Pengertian Al-Qur’an dari segi terminologinya dapat dipahami dari pandangan
beberapa ulama, bahwa:
a. Muhammad Salim Muhsin dalam bukunya “Tarikh Al-Qur’an al-Karim”
menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada
nabi Muhammad SAW. Yang ditulis dalam mushaf-mushf dan dinukilkan/
diriwayatkan kepada kita dengan jalan mutawatir dan membacanya dipandang
ibadah serta sebagai penentang (bagi yang tidak percaya) ataupun surat
terpendek.

2
b. Abdul Wahab Khalaf mendefinisikan Al-Qur’an sebagai firman Allah SWT
yang diturunkan melalui Roh al-Amin (Jibril) kepada nabi Muhammad SAW.
Dengan bahasa arab, isinya dijamin kebenarannya, dan sebagai hujah
kerasulannya, undang-undang bagi seluruh manusia dan petunjuk dalam
beribadah serta dipandang ibadah dalam membacanya, yang terhimpun dalam
mushaf yang dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri surat an-Nas, yang
diriwayatkan kepada kita dengan jalan mutawatir.
c. Muhammad abduh mendefinisikan Al-Qur’an sbagai kalam mulia yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi yang paling smpurna (Muhammad
SAW) ajarannya mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan, ia merupakan
sumber yang mulia yang esensinya tidak dimengerti kecuali bagi orang yang
berjiwa suci daan berakal cerdas.
2. Asbabun Nuzul Al-Qur’an
a. Pengertian asbabun nuzul
Ungkapan asbabun nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata asbab dan
nuzul. Secara etimologi, asbabun nuzul adalah sebab-sebab yang
melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Namun kata asbabun nuzul hanya
dipergunakan khusus untuk Al-Qur’an. Para ulama berpendapat bahwa ketika
memaknai kata nuzul, inzal, dan tanzil yang terdapat pada ayat Al-Qur’an, ada
yang memaknai idhar yaitu melahirkan Al-Qur’an. Ada juga yang memanai
bahwa Allah SWT mengajarkannya kepada malaikat jibril baik megenai
bacaannya maupun pemahamannya lalu jibril menyampaikannya kepada nabi
Muhammad SAW yang ada di bumi.
Menurut az-zarqani asbabun nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi
serta ada hubungannya dengan turunnya Al-Qur’an sebagai penjelas hukum
pada saat peristiwa itu terjadi.
b. Urgensi Asbabun Nuzul
Mayoritas ulama sepakat bahwa konteks kesejarahan yang terakumulasi
dalam riwayat-riwayat asbabun nuzul merupakan suatu hal yang signifikan
untuk memahami pesan-pesan Al-Qur’an. Bahkan al-wahidi menyatakan
ketidakmungkinan untuk menginterpretasikan Al-Qur’an tanpa
mempertimbangkan aspek kisah dan asbabun nuzul.
Dalam uraian yang lebih rinci, Az-Zarqani mengemukakan urgensi
asbabun nuzul dalam memahami Al-Qur’an sebagai berikut:
3
1) Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian
dalam menangkap pesan-pesan ayat Al-Qur’an.
2) Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.
3) Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an, bagi
ulama yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab
yang bersifat khusus dan bukan lafazh yang bersifat umum.
4) Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun.
5) Memudahkan untuk menghafalkan dan memahami ayat serta untuk
memantapkan wahyu ke dalam hati orang yang mendengarnya.
Taufiq Adnan Amal dan Syamsul Rizal panggabean menyatakan bahwa
pemahaman terhadap konteks kesejarahn pra-qur’an dan pada masa Al-
Qur’an menjanjikan beberapa manfaat praktis, yaitu
1) Pemahaman itu memudahkan kita mengidentifikasi gejala-gejala moral
dan sosial pada masyarakat Arab saat itu, sikap Al-Qur’an
terhadapnya,
2) Dan cara Al-Qur’an memodifikasi atau mentransformasi gejala itu
hingga sejalan dengan pandangan dunia Al-Qur’an.
3) Kesemuanya ini dapat dijadikan pedoman bagi umat Islam dalam
mengidentifikasi dan menangani problem-problem yang mereka
hadapi.
4) Pemahaman tentang konteks kesejarahan pra-qur’an dan masa qur’an
dapat menghindarkan kita dari praktik-praktik pemaksaan prakonsep
dalam penafsiran.
c. Macam-macam asbabun nuzul
1. Dilihat dari segi sudut pandang redaksi-redaksi yang dipergunakan
dalam riwayat asbabun nuzul. Ada dua jenis redaksi yang dipergunakan
oleh perawi dalam mengungkapkan riwayat asbabun nuzul yaitu:
a. Sharih (visionable/jelas). Artinya riwayat yang sudah jelas
menunjukkan asbabun nuzul dan tidak mungkin pula
menunjukkan yang lainnya. Contoh riwayat asbabun nuzul
yang menggunakan redaksi sharih adalah sebuah riwayat yang
diawakan oleh Jabir bahwa orang-orang yahudi berkata,
“apabila suami mendatangi “qubul” istrinya dari belakang,
anaknya yang lahir akan juling”. Maka turunlah ayat :
4
‫نساءكم حرث ئكم فأ تو حر ثكم اّنى شئتم‬
Artinya: “istri-istrimu adalah seperti tanah tempat kamu
bercocok tanam maka datangilah tanah bercocok tanammu itu
bagaimana saja kamu hendaki.” (Q.S Al-Baqarah : 223).
b. Muhtamilah (kemungkinan). Artinya riwayat yang belum jelas
menunjukkan asbabun nuzul dan masih memungkinkan pula
menunjukkan arti lain.
2. Dilihat dari sudut pandang berbilangnya asbabun nuzul untuk satu
ayat atau berbilangnya ayat untuk asbabun nuzul.
a) Berbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat
Pada kenyataannya tidak setiap ayat memiliki riwayat asbabun
nuzul dalam satu versi. Ada kalanya satu ayat memiliki beberapa
versi riwayat asbabun nuzul. Bentuk variasi itu terkadang dalam
redaksinya dan terkadang pula dalam kualitasnya. Untuk mengatasi
variasi riwayat asbabu nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi, para
ulama’ mengemukakan cara-cara berikut.
 Tidak mempermasalahkannya
 Mengambil versi riwayat asbabun nuzul yang menggunakan
sharih
 Melakukan studi selektif (tarjih)
b) Variasi ayat untuk satu sebab
Terkadang suatu kejadian menjadi sebab bagi turunnya dua ayat
atau lebih.
d. Tahapan turunnya Al-Qur’an
Turunnya Al-Qur’an merupakan peristiwa besar yang sekaligus
menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Turunnya Al-
Qur’an yang pertama kali pada malam lailatul qadar merupakan
pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-
malaikat akan kemuliaan nabi Muhammad SAW dan umatnya dengan
risalah baru agar menjadi umat paling baik yang dikeluarkan bagi manusia.
Allah menurunkan kepada manusia melalui 3 tahap yaitu:
1) Al-Qur’an diturunkan Allah dari Lauhul Mahfudz
Al-arqani tidak menyinggung lebih jauh tentang kapan
penurunan Al-Qur’an di Lauhul Mahfudz ini. Beliau hanya
5
menyatakan tidak ada yang tahu persis kapan Al-Qur’an diturunkan di
Lauhul Mahfudz kecuali Allah sendiri.
2) Dari Lauhul Mahfudz ke Baitul ‘Izza
Yaitu langit yang pertama yang tampak ketika dilihat di dunia
ini namun tidak diketahui letak persisnya. Adapun jumlahnya adalah
semuanya pada waktu Lailatul Qadr. Namun tanggalnya tidak
diketahui, dan pada bulan Ramadhan.
Al-Qurtubi telah menukil dari Muqtil bin Hayyan riwayat
tentang kesepakatan bahwa turunnya Al-Qur’an sekaligus dari Lauhul
Mahfudz ke Baitul ‘Izza di langit di dunia. Sebetulnya tidak hanya Al-
Qur’an saja yang diturunkan pada bulan Ramadhan, tetapi ada juga :
a) Taurat : 6 Ramadhan
b) Suhuf Ibrahim : 1 Ramadhan
c) Injil : 13 Ramadhan
d) Zabur : 12 Ramadhan
3) Dari Baitul ‘Izza ke Rasulullah
Tahapan ketiga atau yang terakhir adalah Al-Qur’an diturunkan
dari Baitul ‘Izza kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara
malaikat jibril. Penurunannya tidak secara langsung sekaligus, namun
diangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun berdasarkan kebutuhan,
peristiwa atau bahkan melalui permintaan malaikat jibril. Adapun
kitab-kitab lain seperti tauraut, zabur dan injil diturunkan oleh Allah
SWT dengan cara sekaligus tidak secara berangsur-angsur.
3. Isi dan pesan-pesan Al-Qur’an
Alqur’an diturunkan kepada nabi Muhammad kurang lebih selama 23
tahun, dalam dua fase yaitu 13 tahun pada fase sebelum beliau hijrah ke
Madinah (Makiyah) dan 10 tahun pada fase sesudah hijrah ke Madinah
(Madaniyah). Isi Al-Qur’an terdiri dari 114 surat, 6236 ayat, 74437 kalimat,
dan 325345 huruf. Proporsi masing-masing fase tersebuut adalah 86 surat
untuk ayat-ayat Makiyah dan 28 surat untuk ayat-ayat Madaniyah.
Dari keseluruhan isi Al-Qur’an itu, pada dasarnya mengandung pesan-
pesa sebagai berikut; masalah tauhid, termasuk didalamnya masalah
kepercayaaan pada yang gaib; masalah ibadah, yaitu egiatan-kegiatan dan
perbuatan-perbuatan yang mewujudkan dan menghidupkan didalam hati dan
6
jiwa; masalah janji dan ancaman yaitu janji dengan balasan baik bagi mereka
yang berbuat baik dan sebaliknya ancaman siksa bagi mereka yang berbuat
jahat; jalan menuju kebahagiaan dunia akhirat, berupa ketentuan-ketentuan
yang hendaknya dipenuhi untuk mencapai keridhaan Allah SWT; riwayat dan
cerita, yaitu sejarah orang-orang terdahulu baik sejarah bangsa-bangsa, tokoh-
tokoh maupun Nabi dan Rosul.
Selanjutnya Abdul Wahab Khalaf lebih memerinci pokok-pokok
kandungan Al-Qur’an ke dalam 3 ktegori, yaitu:
a. Masalah kepercayaan (i’tiqadiyah), yang berhubungan dengan rukun iman
kepada Allah, malaikat, kitabullah, rasulullah, hari kebangkitan dan taqdir.
b. Masalah etika (khuluqiyah) berkaitan dengan hal-hal yang dijadikan
perhisan bagi seseorang untuk berbuat keutamaan dan meninggalkan
kehinaan.
c. Masalah perbuatan dan ucapan (‘amaliyah) yang terbagi dalam dua
macam yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah berkaitan dengan rukun Islam,
nazar, sumpah dan ibadah-ibadah yang lain yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah SWT. Mu’amalah berkaitan dengan akad,
pembelanjaan, hukuman, jual-beli dan lainnnya yang mengtur hubungan
manusia dengan sesama.
Ada dua segi pembahasan isi/kandungan Al-Qur’an, yaitu dimensi
keagamaan dan dimensi keilmuan.
a. Dimensi keagamaan
Al-Qur’an memberikan petunjuk dalam kaitannya dengan persoalan-
persoalan. Pertama, akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh
manusia, yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan
kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan; kedua, mengenai
syariat dan hukum,dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang
harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan
sesamanya; ketiga, mengenai akhlak yang murni, dengan jalan
menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh
manusia dalam kehidupannya baik secara individual maupun kolektif
Menurut Prof. Dr. Mahmud Syaltut dalam “al-Islam wa al-syariah”
bahwa Al-Qur’an mengandung berbagai persoalan-persoalan :
1) Akidah yang wajib dimani.
7
2) Budi pekerti yang dapat membersihkan jiwa, membentukpribadi dan
masyarakat yang baik
3) Petunjuk dan bimbingan untuk menyelidiki dan mentadaburi tentang
rahasia-rahasia langit dan bumi.
4) Peringatan dan ancaman
5) Hukum-hukum yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Sedangkan menurut Masyfuk Zuhdi bahwa isi atau kandungan ajaran
Al-Qur’an pada hakekatnya mengandung lima prinsip, yaitu:
1) Tauhid
Sekalipun Nabi Adam AS sebagai manusia pertama dan Nabi
pertama adalah seorang monotheisme/muwahhid dan mengajarkan
tauhid kepada turunannya, namun kenyataannya tidak sedikit manusia
keturunannya itu yang menyimpang dari ajaran tauhid. Untuk
meluruskan kepercayaan mereka yang menyimpang dari Tuhan dan
untuk membimbing mereka ke arah yang lurus dan diridlai Tuhan,
maka diutuslah para Nabi/Rasul secara silih berganti mulai Nabi Adam
sampai Nabi Muhammad sebagai nabi penutup.
Sebelum kelahiran Nabi Muhammad (pra Islam), keadaan manusia
pada umumnya telah menyimpang dari ajaran tauhid dan ajaran-
ajaranlainnya dari para nabi dan rasul sebelumnya, sekalipun sebagian
mereka ada pula yang masih mengaku percaya pada keesaan Tuhan,
tetapi sebenarnya tauhidnya sudah tidak murni lagi. Sebab Tuhan
dianggap tidak tunggal sepenuhnya, melainkan ia terdiri dari beberapa
oknum, misalanya doktrin tri murti atau trinitas dari agama Hindu dan
Kristen.
2) Janji dan ancaman tuhan
Tuhan menjanjikan kepada setiap orang yang beriman dan selalu
mengikuti semua petunjuk-Nya akan mendapatkan kebahagiaan
hidupnya di dunia dan di akhirat. Sebaliknya Tuhan akan mengancam
kepada siapa saja yang ingkar kepada tuhan dan memusuhi nabi/rasul-
Nya serta melanggar perintah-perintah dan larangan-laranga-Nya, akan
mendapat kesengsaraan hidup di dunia maupun akhirat.
3) Ibadah

8
Tujuan hidup manusia didunia ini adalah untuk meribaddah kepada
Tuhan.pengertian ibadah menurut Islam adalah cukup luas,sebab tidak
hanya berbatas padaslat,puasa, haji dan semacamnya. Tetapi semua
aktifitas yang dilakukan manusia denga motivasi niat yang baik seprti
untuk mencari ridlo Allah, semuanya dipandang ibadah.
Ibadah bagi manusia adalah berfungsi sebagai manifestasi manusia
bersyukur kepada tuhan pencipta atas segala nikmat dan karunia. Dan
juga berfungsi sebagai relisasi dan konsekwensi manusia atas
kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4) Jalan dan cara mencapai kebahagiaan
Setiap orang yang breagama pasti bercita-cita ingin mendapatkan
kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat. Untuk bisa mencapai cita-
citanya, Tuhan dalam Al-Qur’an memberikan petunjuk-petunjuk-Nya
bahwa manusia harus menempuh jalan yang lurus dengan cara
menghayati dan mematuhi segala aturan agam yang ditetapkan Allah
dan rasul-Nya.
5) Cerita-cerita/sejarah-sejarah umat manusia sebelum Nabi Muhammad
SAW
Didalam Al-Qur’an terdapat cerita-cerita tentang para nabi dan
umatnya masing-masing. Cerita-cerita tersebut diungkapkan kembali
didalam al-quran dengan maksud agar dijadikan pelajaran bagi
manusia sekarang tentang bagiamna nasib manusia yang taat kepada
tuhan. Disamping itu juga sebagai hiburan bagi Nabi Muhamad dan
umat Islam pada permulaan Islam, agar nabi dan sahabat-sahabatnya
tetap berteguh hati , tidak berkecil hati dalam menghadapi segala
macam hambatan-hambatan dan tantangan-tantangan yang sama
bahkan yang lebih.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa pada hakikatnya Al-
Qur’an adalah kitab keagamaan, dan bukan suatu kitab atau
ensiklopedi ilmu pengetahuan yang ddidlamnya membahas atau
berisitentang teori-teori ilmiah.
b. Dimensi keilmuan
Al-Qur’an adalah sumber segala pelajaran dan pengetahuan,
didalamnya pembicaraan-pembicaraan dan kandungan isinya tidak semata-
9
mata terbatas pada bidang-bidang keagamaan, ia meliputi berbagai aspek
hidup dan kehidupan manusia.
Menurut Dr. Muhammad Ijazul Khatib dari Universitas Damaskus,
tak ada yang lebih menekankan pentingnya sains dari pada kenyataan
bahwa: berbeda dengan bagian legislatif yang hanya 250 ayat saja,
sedangkan 750 ayat Al-Qur’an –hampir seperdelapannya- menegur orang-
orang mukmin untuk mempelajari alam semesta, untuk berfikir, untuk
menggunakan penalaran yang sebaik-baiknya, untuk menjadikan kegiatan
ilmiah ini sebagai bagian dari kehidupan umat.
Sekarang banyak ditemukan orang yang mencoba menafsirkan
beberapa ayat Al-Qur’andalam sorotan ilmiah modern. Dengan tujuan
untuk menunjukkan mu’jizat Al-Qur’an dalam lapangan keilmuan untuk
meyakinkan orang-orang non-muslim akan keagungan dan keunikan Al-
Qur’an, dan untuk menjadikan kaum muslimin bangga memiliki kitab
seperti itu.
Pandangan mengenai Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan
bukanlah merupakan sesuatu yang baru, karena banyak ulama besar kaum
muslimin yang berpandangan demikian.
Dari keterangan diatas, para ulama berkeyakinan bahwa Al-Qur’an
merupakan kitab petunjuk bagi kemajuan manusia, dan mencakup apa
yang diperlukan manusia dalam wilayah iman dan amal. Al-Quran juga
mengandung rujukan-rujukan pada sebagian fenomena alam.
4. Fungsi dan tujuan Al-Qur’an
Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam merupakan kumpulan firman
Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang mengandung
petunjuk-petunjuk bagi Umat manusia. Menurut Dr. M. Quraish Shihab dalam
“wawasan Al-Qur’an menyebutkan delapan tujuan diturunkannya Al-Qur’an:
a. Mementapkan keyakinan tentang keesaan yang sempurna bagi tuhan
semesta alam.
b. Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni bahwa
umat manusia merupakan umat yang seharusnya dapat bekerja sama dalam
pengapdian kepada Allah dan pelaksanaan tugas kekhalifahan.
c. Untuk menciptakan perstuan dan kesatuan.

10
d. Untuk mengajak manusia berfikir dan bekerja sama dalam bidang
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
e. Untuk membasmi kemiskinan material dan spiritual, kebodohan, penyakit
dan penderitaan hidup,serta pemerasan manusia atas manusia dalam
bidang sosial, ekonomi, politik, dan juga agama.
f. Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih
sayang.
g. Untuk memberikan jalan tengah antara falsafah monopoli kapitalisme
dengan falsafah kolektif komunisme, menciptakan ummatan wasathan
yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
h. Untuk menekankan peranan ilmu dan teknologi, guna menciptakan suatu
peradaban yang sejalan dengan jati diri manusia dengan panduan dan
panduan Nur Ilahi.
Berikut adalah fungsi al-quran menurut nama-namanya:
a. Al-huda (petunjuk). Dalam al-quran terdapat 3 kategori tentang posisi al-quran
sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum. Kedua, al-
quran adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Ketiga, petunjuk bagi
orang-orang beriman.
b. Al-furqan (pemisah). Dalam al-quran dikatakan bahwa ia adalah ugeran untuk
membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak dan batil.
c. Asy-syifa (obat). Al-quran dikatakan berfungsi sebagai obat bagi penyakit-
penyakit dalam dada. Yang dimaksud penyakit dalam dada adalah penyakit-
penyakit psikologis.
d. Al-mauizhah (nasihat). Al-quran berfungsi sebagai nasihat orang-orang yang
bertakwa.
C. HADITS SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM
Umat Islam telah sepakat bahwa hadits merupakan sumber hukum kedua
setelah Al-Qur’an. Dan tidak boleh seorang muslim hanya mencukupkan diri
dengan salah satu dari kedua sumber Islam tersebut. Al-Qur’an dan hadits
merupakan dua sumber hukum Islam yang tetap. Umat Islam tidak mungkin dapat
memahami tentang syari’at Islam dengan benar sesuai dengan tanpa Al-Qur’an
dan Hadits. Banyak dari ayat Al-Qur’an yang menerangkan bahwa hadits
merupakan sumber hukum Islam selain Al-Qur’an yang wajib diikuti. Baik itu
dalam hal perintah ataupun larangan. Al-Syatibiy dalam kaitan ini mengajukan
11
tiga argumen. Pertama, sunnah merupakan penjabaran dari Al-Qur’an. Secara
rasional, sunnah sebagai penjabaran (bayan) harus menempati posisi lebih rendah
dari yang dijabarkan (mubayyan) yakni Al-Qur’an. Apabila Al-Qur’an sebagai
mubayyan tidak ada, maka hadits sebagai bayyan tidak diperlukan. Akan tetapi
jika tidak ada bayyan, maka mubayyan tidak hilang. Kedua, Al-Qur’an bersifat
qat’iy al-subut, sedangkan sunnah bersifat zanniy al-subut. Ketiga, secara tekstual
terdapat beberapa riwayat yang menunjukkan kedudukan sunnah setelah Al-
Qur’an seprti hadits yang sangat populer mengenai pengutusan Mu’az Ibn Jabal
menjadi hakim di Yaman. Semuanya menunjuka subordinasi sunnah sebagai dalil
terhadap Al-Qur’an.
Berikut uraian sedikit tentang kedudukan hadits sebagai sumber hukum
Islam:
a. Dalil Al-qur’an
Banyak dari ayat Al-Qur’an yangmenerangkan tentang kewajiban untuk dapat
mempercayai dan menerima apa saja yang telah disampaikan oleh Rasul
kepada umat beliau untuk dijadikan sebuah pedoman hidup.
b. Dalil al-hadits
Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW. Berkenaan dengan keharusan
menjadikan hadits sebagai pedoman hidup, disamping Al-Qur;an sebagai
pedoman utamanya.
c. Kesepakatan ulama (ijma’)
Peristiwa yang menunjukan adanya kesepakatan menggunakan hadits
sebagai sumber hukum Islam, antara lain:
a. Ketika abu bakar di baiat menjadi kholifah, ia pernahberkata “saya tidak
meninggalkan sedikitpun sesuatu yang diamalkan/dilaksanakan oleh
Rasulullah, sesungguhnya saya takut tersesat bila meninggalkan
perintahnya”.

Dengan demikian jika ada pernyataan mengenai hadits nabi telah ada sejak
awal perkembangan Islam itu adalah sebuah kenyatan yang tidak dapat diragukan
lagi dan mematahkan pernyataan bahwa hadits adalah produk belakangan.
Perkembangan hadits berjalan pararel dengan praktek para sahabat dan umat.
Dalam hal ini hadits mengalami tahapan yang panjang sebelum ia ditetapkan
sebagai sentral keputusan hukum Islam. Memang dulu pada masa-masa awal
12
sunnah menjadi standar bagi manifestasi sunnah ideal Nabi, akan tetapi pada masa
al-Syafi’iy dan seterusnya haditslah yang kemudian menjadi manifestasi teladan
Nabi.

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa sumber ajaran islam
ada tiga macam, yaitu Al-qur’an, hadits dan ijtihad. Al-qur’n sebagai sumber
hukum Islam yang pertama yaitu Al-qu’an berisi tentang semua kehidupan yang
ada di alam, perintah, akidah dan kepercayaan, akhlak yang murni, mengenai
syari’at dan hukum dan sebagai petunjuk umat Islam. Sedangkan Hadits itu
sebagai sumber ajaran islam karena dalam Dalil al-qur’an mengajarkan kita untuk
mempercayai dan menerima apa yang telah disampaikan oleh Rasul untu
dijadikan sebagai pedoman hidup. Selain itu dalam hadits juga terdapat
pertnyataan bahwa berpedoman pada hadits itu wajib, bahkan juga terdapat dalam
salah satu pesan Rasulullah berkenaan menjadikan hadist sebagai pedoman hidup
setelah Al-qur’an sebagai sumber yang pertama. Ijtihad sebagai sumber ajaran
karena melalui konsep ijtihad, setiap peristiwa baru akan didapatkan ketentuan
hukumnya Dari pemaparan makalah kami tersebut kita tahu bahwa sumber ajaran
islam sangat penting sebagai pedoman hidup, untuk itu hendaknya apabila kita
melenceng dari salah satu sumber ajaran tersebut, maka akan menjadikan hal
yang fatal.

14
DAFTAR PUSTAKA

‘Abd Az-‘azhim, Az-Zarqani Muhammad. Manhil al-‘irfan, Dar al-Fikr, Bairut, t.t, jilid I
hlm 106.

Amin, Muhammad Suma. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali, 2013


Didik ahmad supadi dan sarjuni, Pengantar studi Islam, Semarang: Rajawali Pers, 2011
Mahfud, Rois. Al-Islam pendidikanagama Islam, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011

Muhaimin, dkk. Studi Islam Dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan, Jakarta: kencana,
2012
Musahadi HAM, Evolusi Konsep Sunnah, Semarang: CV. Aneka Ilmu, anggota IKAPI,
2000
Nata, Abuddin. Studi Islam komperehensif, Jakarta: Kencana 2011

Suparta, Munzier. Ilmu Hadits, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002
Uhbiyati, Nur. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2013

15

Anda mungkin juga menyukai