Anda di halaman 1dari 8

RESUME

KONSEP MURABBI DALAM AL-QUR'AN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Inovasi Pendidikan

Semester Enam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Dosen pengampu : Dr. Abdul

Rahman,Lc,SE.MA Disusun Oleh :

1. Ummi Hazza Siregar 71190211090

Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Medan

Fakultas Agama Islam

Tahun Akademik 2022 - 2023


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh...

Puji syukur kepada tuhan yang maha esa karena pertolongannya, makalah ini dapat
diselesaikan dan di harapkan dapat bermanfaat bagi yang membaca. Tak lupa juga kami
pemakalah mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Abdul Rahman, Lc,SE.MA selaku dosen
lnovasi Pendidikan yang telah memberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya. Adapun tema
resume ini adalah “KONSEP MURABBI DALAM AL-QUR'AN" resume ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian.
Diharapkan agar dapat menjadi referensi ilmu untuk perkembangan wancana dalam memahami
ilmu pendidikan itu sendiri.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah ini. Kami akhiri dengan ucapkan terimakasih atas perhatian untuk
membaca, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk ke depan.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil manfaat
dalam pelajaran dari makalah ini.

Medan, 21 Februari 2022

penulis

MERESUME
MURABBĪ DAN ISTILAH TERKAIT DALAM ALQURAN

Studi tafsir Alquran senantiasa mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan lain seperti linguistik, hermeneutika, sosiologi, antropologi dan juga komunikasi
yang dipandang sebagai ilmu bantu bagi „ulūm al-Qur`ān (ilmu-ilmu Alquran) berkenaan dengan
objek penelitian dalam kajian teks Alquran. Tafsir berasal dari kata bahasa Arab, fassara,
yufassiru, tafsīran, yang berarti penjelasan, pemahaman, dan perincian.

Secara umum pengertian tafsir dapat dipahami seperti yang dijelaskan oleh az-Zarqanī, tafsir
adalah ilmu pengetahuan sebagai petunjuk yang membahas kandungan Alquran baik dari segi
pemahaman makna atau arti sesuai dengan yang dikehendaki Allah swt. menurut kadar
kesanggupan manusia.
Manusia merupakan makhluk yang unik, sekaligus makhluk dengan sebaik-baik ciptaan
dibanding dengan kebanyakan makhluk lainnya. Dikatakan unik karena dalam diri manusia
terhimpun potensi al-malak (kebaikan) dan juga potensi al-iblīs (keburukan), dan dua potensi
inilah yang disebut Muhammad „Abduh al-quwwah at-tabiʻiyyah sebagai kekuatan alami
manusia.

Muhammad Abu Zahrah menjelaskan makna penisbahan kata rabbānī kepada asma Allah,
menunjukan agar seorang mukmin memiliki pancaran cahaya yang tercermin dalam akhlaknya
atau sifatnya seperti:
1. Tidak menyembah selain Allah, semata-mata karena keiklasan baik akalnya, hatinya dan
seluruh anggota tubuhnya.
2. Tidak mencari makna hakikat dalam syariat ini kecuali dari penjelasan Allah swt.
3. Tidak menerapkan hukum selain hukum yang didatangkan Allah swt.
4. Seluruh amalannya dilakukan karena Allah swt. yang tidak tercampur dengan kemunafiqkan.

5. Bersifat rendah hati.Selanjutnya ia mengatakan bahwa “belajar tanpa mengajari adalah suatu
hal yang sia-sia.”

ar-Rabīb yang memiliki arti walad zaujah ar-rajl. Dalam surah an-Nisā` ayat 23

‫الَّ رضاعِّ ة‬
‫م َن‬ ‫ْ م وَ ب ٰن ت َ ب َّ مٰ هتُ ُك ُم الِّّٰ ت ت ا اَ َ نك ٰ وُتُكْ م‬ ‫ٰ هُتُك ْم وَ ب ٰنتُ ُك ْم و وع ّٰمتُ ُك ْم خ‬ ‫حِّ رَ مت‬
‫و َاخ‬ ‫ْم‬ ‫ُْْل ْ خت و ُا ْر‬ ‫و ٰخ ٰلُتُك ا ْل ٰن و‬ ‫ٰوتُ ُك ْم‬ ‫علَ ْيُك ْم ُا َّم ا‬
‫ض‬ ‫ي‬
‫ْع‬
‫الِّّٰ تي َ د ِٕىك ِّْل ه ََّۖ ّن ِّا ُكْ ونُْ وا خ ْلت َّ ن ف جنَا ْ يك ِٕ ى ِٕ ىُك ُم ا‬
َّۖ ‫ْ و ِّركُ ْم م‬ ‫و ُاَّ مٰ هت ِٕ ىكُ ُ م الِّّٰ تي َب ۤا‬
‫ََل ِّه ح ْم عل َۤل وح ْبنَ ۤا ل‬ ‫ْم ْم َت‬ ‫ْن‬ ‫ُ م س ۤا ت ُ ْ م‬ ‫ْن ِّ ن ي حج‬ ‫ِٕى ُبكُ و َر‬ ‫ْ م ۤا‬
‫خ‬ ‫س‬
‫غُف ر ِّح ْي ًما‬ ۗ ‫ما س‬ َ ‫ْم ْن تَ ْ ج َم ا ُْل ْ ختَ ْي‬ ْۙ ‫ِّبُك‬ َ‫ْ ن ا‬
َ
‫َقد ل َّن ّٰ لا َن ْوً را‬ ّ‫ِّن ْي َن ْل‬ ‫ُعْ وا و َا‬ ‫صَ َل‬ ‫م‬
‫كا‬ ‫ف‬
‫الَّ ِّذ ْي َ ن‬

Artinya : Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan,


saudara- saudaramu yang perempuan, saudara-saudara ayahmu yang perempuan, saudara-
saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki,
anak- anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusui
kamu,
saudara-saudara perempuanmu sesusuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak perempuan dari
istrimu (anak tiri) yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika
kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu
(menikahinya), (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu), dan
(diharamkan) mengumpulkan (dalam pernikahan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali
yang telah terjadi pada masa lampau. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Murabbī adalah merupakan kata bentuk sabjek atau pelaku (isim fāʻil), yang berasal dari kata
rabba, yarubbu, yang memiliki arti sebagai pendidik. Dalam kaedah bahasa, kata Murabbī yang
berasal dari kata rabba merupakan kata kerja taʻdiyah (menjadikan kalimat pasif menjadi aktif).
Sehingga memiliki makna “mendidikan” atau “menjadikan sesuatu menjadi berpendidikan”.
Dengan demikian seorang murabbī harus memahami dirinya bahwa ia harus mampu
menjadikan objeknya memiliki pendidikan, tanpa harus memikirkan apakah objeknya tersebut
mau atau tidak menerima didikan tersebut. Dan jangan menjadi sebuah beban moral jika
didikan tersebut tidak dihiraukan atau tidak diterima sama sekali.

RAGAM SIMPUL MURABBĪ DALAM ALQURAN

Kata rabbānī adalah bentuk jamak yang tertulis dalam Alquran surah alMā`idah/5 ayat 44 dan 63,
serta surah Ali Imran/3 ayat 79.
Surah al-Ali Imran/5 ayat 44:

‫ْ م ُت َع ِّل ُمْ و‬
ُ‫َن َما كُ ْنت‬ ‫ي‬ ‫ْن د ِ ْ ن ُكْ ون‬ ‫كا َ ن لَ بش ٍر اَ ْ ن ْ ؤِّ ت ِّ ك ٰت ب ْ َّ وةَ ُث َّم ْ و ِّ س ْ ونُ َ با ي‬
ّٖ ‫ْوا دًا ل ْو ِّ ن م ّّٰ ْوا و ٰل ِّك َن ِّن‬ ‫والنُّ ُب َل قُ لنَّا‬ ‫وا ْل ك‬ ُّٰ ‫َيهُ ما ل‬
‫رَّبا‬ ‫لال‬ ‫ع‬ ‫َم‬ ‫ا ا ْل‬
‫ح‬
‫ا ْل ِّك ٰتب وِّ ب َما ُك ْنُت ْم تَْد ُرسو‬j

Artinya :Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah dan
kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan
penyembah Allah,” tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu
mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!”.

Dalam penjelasan tafsir Baḥr al-ʻUlūm135, pengertian petunjuk adalah petunjuk dari kesesatan,
sedangkan cahaya adalah penjelasan atau keterangan syariat dan hukum-hukum Allah swt.
seperti hukum rajam (yang terdapat dalam kitab Taurat), para Nabi dan orang-orang yang
beriman kepada Taurat selalu tetap melaksanakan hukum tersebut, mulai dari Nabi Musa as.
sampai kepada Nabi Isa as. (dimana selang jarak antaranya terdapat sekitar seribu Nabi dan ada
juga yang mengatakan empat ribu Nabi). Hal ini terbukti adanya penerapan hukum rejam di
masa Nabi Muhammad saw. Sehingga makna orang-orang yang dalam petunjuk adalah mereka
yang selalu menerapkan hukum-hukum Allah swt. Makna dari rabbāniyyūn adalah ʻUlamā` dan
al- Aḥbār adalah al-Qurā` (orang yang banyak membaca). Dari pengertian makna ini maka ada
yang mengartikan rabbāniyyūn mereka yang lebih banyak amalnya ketimbang ilmunya.
Sebaliknya al- Aḥbār orang yang lebih banyak ilmunya ketimbang amalnya. Sedangkan menurut
alQutubī keduanya bermakna sama yaitu ʻUlamā`.

IMPLIKASI MURABBĪ SEBAGAI PENDIDIK

Mewujudkan diri sebagai seorang yang sempurna bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi untuk
mengkhususkan kehidupan secara rabbāniyah dan rūhiyah dalam Islam. Hal ini pula yang
menjadi nilai utama dan ciri pembeda dari kehidupan ruh pada agama-agama lain selain Islam.

Yūsuf Qarḍāwī menjelaskan bahwa kehidupan dengan ruh rabbanī memiliki kekhususan, yaitu:
1. Tauhīd (bertauhid), bertauhid dengan benar merupakan dasar dari kehidupan, tidak ada arti
kehidupan tanpa tauhid. Dan seseorang tak akan memiliki kelebihan dari yang lain tanpa
bertauhid.

2. al-Ittibāʻ (mengikut), mengikuti perintah Allah dan rasul-Nya, seseorang tidak akan
melakukan dengan semaunya.

3. al-Imtidād wa syumūl (Ekstensibilitas dan Inklusi), kehidupan seorang muslim merupakan


kehidupan yang sempurna, dunia dan akhirat. Tidak memisahkan keduanya.
4. al-Istimrār (berkesinambungan), suatu keistimewaan ketika kehidupan ruh rabbaniyah
dilakukan berkesinambungan dalam masa atau waktu selamanya, dengan demikian ia dinilai
melakukan ibadah kepada Allah swt.

5. al-Yusra wa as-siʻah (kemudahan dan kelapangan), berkehidupan secara rabbanī yang selalu
berada dalam syariat Allah bukanlah hal yang susah. Allah swt. tidak akan pernah memberikan
beban kepada manusia.

6. at-Tawāzun wa al-iʻtidāl (seimbang dan adil), kehidupan dengan rabbāniyah akan membawa
pada keseimbangan dan keadilan dunia dan akhirat. Rasulullah saw. tidak menyukai orang yang
tidak menyeimbangkan kehidupan dunianya dengan akhiratnya.

kompetensi sosial ke-2 (Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat).Kata iḥsān memiliki beberapa
makna diantaranya:

1) Melaksanakan segenap kewajiban.

2) Sabar dalam menerima segala perintah dan larangan Allah swt.

3) Taat dan senantiasa menyempurnakan ketaatan, baik kadar maupun

caranya. 4)Memaafkan.

5) Ikhlas.

6) Merasakan kehadiran Allah swt.

7)Memegang teguh kebenaran.

8) Memiliki pengertian yang baik tentang ajaran-ajaran Allah yang lurus.

9) Memiliki pemahaman tentang hukum yang layak diterapkan di kalangan masyarakat Islam.
Akal merupakan asas dari naql. Sesungguhnya iman yang bersifat taqlid muṭlaq tidak akan
diterima. Sebab tidak berasaskan pada burhān (bukti logika) dan tidak berpijak pada bayyinah
(penjabaran keterangan secara logika). Alquran menuntut setiap dakwah harus dengan burhān,
jika tidak ia akan cacat dan tertolak. Sebagaimana firman Allah swt. dalam surah an-Naml/27
ayat 64:

‫ص ِّد ِّق ْي َ ن‬
‫اتُ ْ م ِّا ْ ن كُ ْنتُ ْم‬ ‫ْ ل‬ ‫خ ُث َّم ٗ ه َّيْ رُ زقُكُْ م م ِّ ء وا َْْل ٰ له م‬ ‫َد‬ ‫اَ َّم‬
ُ‫ْر ا نَ ك‬ ‫ْوا‬ ‫ُۗق‬ َ ‫ْر ۗض ءِّا‬ ‫وَ م ْن َن ال ۤا‬ ‫ق ِّعْ يُد‬ ْ‫ْن ُؤا ا ل‬
ِّّٰ ‫ع ل‬ ‫س‬ ‫ْل‬ ‫ْب‬
‫ا‬ ‫َ م‬

Artinya: Bukankah Dia (Allah) yang menciptakan (makhluk) dari permulaannya, kemudian
mengulanginya (lagi) dan yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di
samping Allah ada tuhan (yang lain)? Katakanlah, “Kemukakanlah bukti kebenaranmu, jika
kamu orang yang benar.”

Anda mungkin juga menyukai