Anda di halaman 1dari 9

Al-Qur'an dan Hadis sebagai Pedoman

Hidup Umat Islam


Al-Qur'an dan hadis pada pelaksanaan pembelajarannya banyak menekankan pada
kemampuan baca tulis yang baik dan benar. Memahami makna secara tekstual dan
kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari merupakan
tahapan yang selalu dianggap lebih sulit, tidak hanya untuk dipraktekkan tetapi juga untuk
diajarkan. Sebab pengamalan (implementasi) kandungan al-Qur’an dan hadis dalam
kehidupan sehari-hari harus diawali dengan memantapkan keyakinan kepada keduanya
sebagi “imam” (ikutan) dalam kehidupan.

Al-Qur’an sebagai imam telah tegas Allah jelaskan dalam firman-Nya surat al-An’am ayat
155, surat al-A’raf ayat 3 dan surat az-Zumar ayat 55. Dan empat dalil yang menguatkan
bahwa hadis adalah juga imam dalam kehidupan yang mesti dijadikan ikutan. Keempat hal
itu adalah Keimanan, al-Qur’an, hadis dan ijma’. Di sampingmenjadikan keduanya sebagai
imam, juga dibutuhkan strategi/pola perlakuan terhadap keduanya sebagai imam, yaitu;
berimam kepada al-Qur’an secara totalitas, berimam kepada hadis yang shahih dan hasan saja
serta berimam kepada sebahagian hadis dha’if. Wallahu ‘a’lam bi al-shawwab

Pendahuluan

Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah No.
74 Tahun 2008 tentang Guru mengamanahkan bahwa guru memiliki empat kompetensi
yakni: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional. Empat kompetensi tersebut secara lebih rinci diuraikan dalam Permendiknas No.
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademiki dan Kompetensi Guru. Hal ini tentu
saja tidak terkecuali guru-guru yang mengampu mata pelajaran al-Qur’an Hadis pada
Madrasah Tsanawiyah (MTs) juga harus memiliki dan menguasai lima kompetensi dimaksud.

Berdasarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) nomor 2 tahun 2008 tentang Standar Isi
Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Bahasa Arab Madrasah bab VII poin A bahwa
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah tersebut terdiri atas empat mata pelajaran,
yaitu: al-Qur'an-Hadis, Akidah-Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Masing-
masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi. Al-
Qur'an Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti ia merupakan sumber
akidah-akhlak, syari’ah/fikih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada di setiap unsur
tersebut. Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Tsanawiyah yang terdiri atas empat
mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri.

Al-Qur'an-hadis khususnya, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar,
memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam
kehidupan sehari-hari. Pengamalan (implementasi) kandungan al-Qur’an dan hadis dalam
kehidupan sehari-hari harus diawali dengan memahami maksud dan kandungan makna yang
terdapat di dalam ayat-ayat-Nya dan hadis-hadis Rasulullah SAW.

Agar mata pelajaran al-Qur’an Hadis pada Madrasah Tsanawiyah tersebut dapat dikuasai
dengan baik, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menyiapkan bahan ajar. Bahan
ajar akan dapat membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran al-Qur’an Hadis di
Madrasah dan dengan adanya bahan ajar juga akan mudah membelajarkan materi al-Qur’an
hadis kepada siswa-siswi nantinya. Tulisan ini diangkat dari salah satu topik yang terdapat
dalam materi Mata Pelajaran al-Qur’an Hadis MTs dengan penekanan pada pemahaman dan
pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Al-Qur’an dan Hadis sebagai Pedoman Hidup

Sudah terang bahwa Al-Qur’an al-Karim dan hadis Rasulullah SAW merupakan sumber
ajaran Islam sekaligus pedoman hidup setiap muslim yang mesti diperpegangi. Di dalam
khazanah keislaman, al-Qur’an lazim disebut sebagai sumber utama (pertama) dan hadis
sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah al-Qur’an.

Al-Qur’an adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW
yang membacanya merupakan suatu ibadah (Manna’ Khalil al-Qaththan, 1994:18).
Sedangkan hadis atau biasa juga disebut sunnah adalah segala perkataan, perbuatan dan hal
ihwal yang berhubungan dengan nabi Muhammad SAW (Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib,
1989:108). Dalam kapasitasnya sebagai pedoman hidup umat Islam, antara al-Qur’an dan
hadis tidak dapat dipisahkan karena al-Qur’an sebagai sumber utama dijelaskan oleh hadis,
sehingga hadis disebut sebagai bayan terhadap al-Qur’an surat al-Nahl ayat 44.

Merujuk pada uraian di atas, maka sebagai pedoman hidup, al-Qur’an dan hadis mesti
dijadikan imam atau ikutan dalam kehidupan sehari-hari yang mana kedua-dua sumber
tersebut dipatuhi, diacu dan di laksanakan perintah-perintahnya serta dihentikan larangan-
larangannya.

Tata Cara Berimam (mengikut) kepala Al-Qur’an dan Hadis

1. Berimam kepada al-Qur’an

a. Perintah Berimam kepada al-Qur’an

Berimam kepada al-Qur’an artinya mengikuti ajaran yang terkandung di dalamnya,


menjadikannya panutan dan acuan serta referensi dalam berucap, berbuat dan lainnya. Imâm
tidak hanya ditujukan kepada orang, ia juga bisa berarti sesuatu yang membuat lurus dan
memperbaiki perkara bisa berarti Al-Qur’an, Nabi Muhammad SAW dan sebagainya (Ahmad
Mubarok, 2009:1).

Perintah berimam kepada al-Qur’an dan mengikutinya merupakan konsekwensi logis dari
rukun iman yang ke tiga yaitu iman kepada kitab. Di samping konsekwensi dari iman,
berimam kepada al-Qur’an juga merupakan khitab (perintah) dari Allah SWT, karena al-
Qur’an diturunkan untuk menjadi petunjuk dan rahmat bagi umat Manusia (Q.S. al-Baqarah:
185).

Perintah berimam atau mengikuti al-Qur’an, antara lain dapat ditemukan teksnya melalui
firman Allah SWT yaitu dalam surat al-An’am ayat 155, surat al-A’raf ayat 3 dan surat az-
Zumar ayat 55.

Al-Qur’an adalah petunjuk Allah SWT yang bila dipelajari akan membantu kita menemukan
nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi penyelesaian problem hidup. Apabila dihayati
dan diamalkan akan menjadikan pikiran, rasa dan karsa kita mengarah kepada realitas
keimanan, stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat (Muhammad Quraish
Shihab, 1997:28)

b. Dalil Naqli Berimam kepada al-Qur’an

Dalil naqli artinya dalil-dalil yang bersumberkan dari al-Qur’an, hadis dan ijtihad. Dalil-dalil
ini lebih meyakinkan untuk dijadikan pegangan dan dasar untuk menyatakan bahwa wajib
berimam kepada kitab Allah (al-Qur’an).

Dalil naqli untuk menetapkan kewajiban berimam kepada al-Qur’an antara lain adalah :

1) Firman Allah SWT. dalam surat al-An’am ayat 155 :

َ ‫َو َهذَا ِكتَابٌ أ َ ْنزَ ْلنَاهُ ُم َب‬


َ‫اركٌ فَاتَّ ِبعُوهُ َواتَّقُوا لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْر َح ُمون‬

Artinya : Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah
dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. (Q.S. al-An’am : 155)

2) Firman Allah SWT. dalam surat al-A’raf ayat 3 :

‫اتَّبِعُوا َما أ ُ ْن ِز َل إِلَ ْي ُك ْم ِم ْن َر ِب ُك ْم َو ََل تَت َّ ِبعُوا ِم ْن دُونِ ِه أ َ ْو ِليَا َء قَ ِل ا‬


َ‫يًل َما تَذَ َّك ُرون‬

Artinya : Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran
(daripadanya). (Q.S. al-A’raf : 3)

3) Firman Allah SWT. dalam surat az-Zumar ayat 55 :

َ‫سنَ َما أ ُ ْن ِز َل ِإلَ ْي ُك ْم ِم ْن َر ِب ُك ْم ِم ْن قَ ْب ِل أ َ ْن َيأ ْ ِت َي ُك ُم ْال َعذَابُ َب ْغتَةا َوأَ ْنت ُ ْم ََل تَ ْشعُ ُرون‬
َ ْ‫َوات َّ ِبعُوا أَح‬

Artinya : Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, (Q.S. az-
Zumar : 55)

4) Hadis Rasulullah SAW riwayat Imam Muslim yang berbunyi :

‫سلَّ َم‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫سو َل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُّ ‫َحدَّثَنِي أَبُو أ ُ َما َمةَ ْالبَا ِه ِل‬
َ ‫ي قَا َل‬
ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬

َ ‫يَقُو ُل ا ْق َر ُءوا ْالقُ ْرآنَ فَإِنَّهُ يَأ ْتِي يَ ْو َم ْال ِقيَا َمة‬
ْ َ ‫ش ِفيعاا ِِل‬
(‫ص َحا ِب ِه )رواه مسلم‬

Artinya : Telah menceritakan kepadaku Abu Umamah Al Bahili ia berkata; Saya mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang
memberi syafa'at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti. (H.R. Muslim).

5) Hadis Rasulullah SAW riwayat Abu Daud yang berbunyi :

‫سلَّ َم‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫س ْه ِل ب ِْن ُمعَا ٍذ ْال ُج َهنِي ِ َع ْن أَبِي ِه أَ َّن َر‬
َّ ‫سو َل‬
َ ِ‫َّللا‬ َ ‫َع ْن‬

َ ِ‫قَا َل َم ْن قَ َرأَ ْالقُ ْرآنَ َو َع ِم َل بِ َما فِي ِه أ ُ ْلب‬


َ ‫س َوا ِلدَاهُ ت َا اجا يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة‬
ُ‫ض ْو ُءه‬
َ ‫َت فِي ُك ْم فَ َما‬
‫ظنُّ ُك ْم‬ ْ ‫ت الدُّ ْنيَا لَ ْو كَان‬ َّ ‫ض ْو ِء ال‬
ِ ‫ش ْم ِس فِي بُيُو‬ َ ْ‫أَح‬
َ ‫سنُ ِم ْن‬

(‫ِبالَّذِي َع ِم َل ِب َهذَا )رواه أبو داود‬

Artinya : Hadis dari Sahl bin Muadz Al Juhani dari ayahnya bahwa Rasulullah SAW
bersabda: "Barangsiapa yang membaca Al-Qur'an dan melaksanakan apa yang terkandung di
dalamnya (mengamalkannya), maka kedua orang tuanya pada hari kiamat nanti akan
dipakaikan mahkota yang sinarnya lebih terang dari pada sinar matahari di dalam rumah-
rumah didunia, jika matahari tersebut ada diantara kalian, maka bagaimana perkiraan kalian
dengan orang yang melaksanakan isi Al Qur'an?" (H. R. Abu Daud).

2. Beriman Kepada Hadis Rasulullah SAW

a. Perintah Berimam kepada Hadis Rasulullah SAW

Berimam kepada Hadis Rasulullah SAW artinya menjadikan hadis Rasul sebagai pedoman
dan acuan serta referensi dalam berucap, berbuat dan lainnya atau mengikuti ajaran yang
terkandung di dalamnya.

Perintah berimam kepada hadis Rasulullah SAW dan mengikutinya merupakan konsekwensi
logis dari beriman kepada Rasul. Sebenarnya ada lima kewajiban yang harus dijalankan
seorang muslim terhadap Rasulullah SAW, yaitu; mengimani Rasulullah SAW, mentaati
semua risalah dan sunnahnya, mencintai dan menjadikannya sebagai figur, senantiasa
bershalawat kepadanya dan mencintai keluarga Rasulullah SAW (Heri Jauhari Mukhtar,
2008: 75).

Di dalam al-Qur’an Allah SWT menetapkan barometer seseorang cinta kepada Allah SWT
ditandai dengan seberapa cintanya ia kepada Rasul atau hadis-hadisnya. Allah SWT
berfirman dalam surat Ali Imran ayat 31 yang berbunyi :

َّ ‫َّللاُ َويَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُو َب ُك ْم َو‬


ٌ ُ‫َّللاُ َغف‬
‫ور َر ِحي ٌم‬ َّ َ‫قُ ْل ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ت ُ ِحبُّون‬
َّ ‫َّللاَ فَات َّ ِبعُونِي يُحْ ِب ْب ُك ُم‬

Artinya : Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Q.S. Ali Imran : 31)

b. Dalil-dalil Kehujjahan Hadis

Dalil-dalil kehujjahan hadis artinya dalil-dalil atau keterangan atau argumen yang
menegaskan bahwa hadis merupakan sumber ajaran Islam yang wajib diperpegangi. Ada 4
dalil yang menunjukkan bahwa hadis merupakan salah satu sumber syari’at atau ajaran Islam
yang wajib diperpegangi adalah :

1) Iman

Salah satu konsekwensi beriman kepada Nabi Muhammad SAW adalah menerima segala
sesuatu yang datang dari Rasul dalam urusan agama. Allah Swt telah memilih para Rasul di
antara para hamba agar menyampaikan syari’at-Nya kepada umat. Rasulullah SAW
merupakan orang yang dipercaya menyampaikan syari’at Allah SWT dalam agama, Rasul
tidak menyampaikan sesuatu kecuali berdasarkan wahyu. Konsekwensi tersebut, mewajibkan
bertumpu kepada sunnah dan menggunakannya sebagai hujjah serta percaya penuh kepada
pembawa risalah dimaksud yaitu Rasulullah SAW. Hal ini sejalan firman Allah yang terdapat
di dalam surat an-Nisa’ ayat 65 yang berbunyi :

‫ش َج َر بَ ْينَ ُه ْم ث ُ َّم ََل يَ ِجدُوا فِي‬


َ ‫فَ ًَل َو َر ِبكَ ََل يُؤْ ِمنُونَ َحتَّى يُ َح ِك ُموكَ فِي َما‬

‫س ِل ُموا تَ ْس ِلي اما‬ َ َ‫أ َ ْنفُ ِس ِه ْم َح َر اجا ِم َّما ق‬.


َ ُ‫ضيْتَ َوي‬

Artinya : Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya. (Q.S. an-Nisa’ : 65)

2) Al-Qur’an al-Karim

Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang menjelaskan kewajiban taat kepada Rasul
SAW, antara lain :

a. Firman Allah SWT. dalam surat an-Nisa’ ayat 59 :

‫سو َل َوأُو ِلي ْاِل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم فَإِ ْن‬ َّ ‫َّللاَ َوأَ ِطيعُوا‬


ُ ‫الر‬ َّ ‫يَاأَيُّ َها الَّذِينَ َءا َمنُوا أ َ ِطيعُوا‬

‫سول‬
ُ ‫الر‬ َّ ‫ش ْيءٍ فَ ُردُّوهُ إِلَى‬
َّ ‫َّللاِ َو‬ َ ‫تَنَازَ ْعت ُ ْم فِي‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan Uli al-
Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnah).(Q. S. al-Nisa’ : 59)

b. Firman Allah SWT dalam surat an-Nisa’ ayat 80 :

‫س ْلنَاكَ َعلَ ْي ِه ْم َح ِفي ا‬


‫ظا‬ َ ‫َّللاَ َو َم ْن ت ََولَّى فَ َما أ َ ْر‬
َّ ‫ع‬ َ َ‫سو َل فَقَدْ أ‬
َ ‫طا‬ َّ ِ‫َم ْن ي ُِطع‬
ُ ‫الر‬

Artinya : Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan
barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka. (Q. S. al-Nisa’ : 80).

c. Firman Allah SWT dalam surat al-Hasyr ayat 7 :

َّ ‫سو ُل فَ ُخذُوهُ َو َما َن َها ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنت َ ُهوا َواتَّقُوا‬


َّ ‫َّللاَ ِإ َّن‬
َ‫َّللا‬ َّ ‫َو َما َءات َا ُك ُم‬
ُ ‫الر‬

ِ ‫شدِيدُ ْال ِعقَا‬


‫ب‬ َ

Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat
keras hukuman-Nya. (Q.S. al-Hasyr : 7)

3) Sunnah atau Hadis

Di dalam hadis atau sunnah banyak ditemukan penjelasan Rasul SAW tentang kehujjahan
hadis-hadisnya. Antara lain sebagai berikut :
a. Hadis riwayat Ibnu Majah yang berbunyi :

َّ ‫صلَّى‬
‫َّللاُ َعلَ ْي ِه‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ َ َ‫اريَةَ يَقُو ُل ق‬
ُ ‫ام فِينَا َر‬ ِ ‫س‬ َ َ‫س ِم ْعتُ ْال ِع ْرب‬
َ َ‫اض بْن‬ َ

َ ‫ َو‬:‫الرا ِشدِينَ ْال َم ْهد ِِيينَ َعضُّوا‬


‫سلَّ َم‬ ِ َ‫سنَّ ِة ْال ُخلَف‬
َّ ‫اء‬ ُ ‫َعلَ ْي ُك ْم ِب‬
ُ ‫سنَّتِي َو‬

ِ ‫َعلَ ْي َها ِبالنَّ َو‬


(‫اج ِذ )رواه إبن ماجه‬

Artinya : aku mendengar 'Irbadl bin Sariyah berkata; "Pada suatu hari Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam berdiri di tengah-tengah kami, Beliau bersabda: hendaklah kalian berpegang
teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafah ar-rasyidin yang mendapat petunjuk.
Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham. (H. R. Ibnu Majah)

b. Hadis riwayat Imam Malik yang berbunyi :

‫س َّل َم‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫و َحدَّثَنِي َع ْن َما ِلك أَنَّهُ َبلَغَهُ أ َ َّن َر‬
َّ ‫سو َل‬
َ ِ‫َّللا‬

َ ‫َضلُّوا َما تَ َم َّس ْكت ُ ْم ِب ِه َما ِكت‬


ِ َّ ‫َاب‬
‫َّللا‬ ِ ‫قَا َل ت ََر ْكتُ فِي ُك ْم أ َ ْم َري ِْن لَ ْن ت‬

(‫سنَّةَ نَ ِب ِي ِه )رواه مالك‬


ُ ‫َو‬

Artinya : Telah menceritakan kepadaku dari Malik telah sampai kepadanya bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang
kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan
Sunnah Nabi-Nya. (H. R. Imam Malik)

c. Hadis riwayat Ibnu Majah yang berbunyi :

َّ ‫صى‬
(‫َّللاَ ) إبن ماجه‬ َ ‫صا ِني فَقَدْ َع‬
َ ‫َّللاَ َو َم ْن َع‬
َّ ‫ع‬ َ َ ‫طا َع ِني فَقَدْ أ‬
َ ‫طا‬ َ َ ‫َم ْن أ‬

Artinya : "Barang siapa yang mentaatiku berarti ia taat kepada Allah, dan siapa yang
membangkang kepadaku maka ia telah membangkang pada Allah. (H. R. Ibnu Majah)

4) Ijma’

Para sahabat telah sepakat menetapkan kewajiban mengikuti hadis, baik pada masa
Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat. Di waktu hidup Rasulullah, para
shahabat semua konsekuen melaksanakan hukum-hukum Rasulullah, mematuhi peraturan-
peraturan dan meninggalkan larangan-larangannya. Apa yang diwahyukan kepada Rasul Saw
mengandung hidayah dan kebaikan bagi para pengikutnya serta jalan keselamatan mereka di
dunia dan akhirat. Karena semua itulah, kaum muslimin berpegang teguh serta mengamalkan
sunnah Nabawiyah tersebut.

Dijelaskan juga bahwa Abu Bakar berkata: “Sunnah itu adalah tali Allah yang kuat”,
sementara Syaikhul Islam Ibnu Taymiah berkata:” Sesungguhnya Sunnah itu adalah syari’at,
yakni apa-apa yang disyari’atkan Allah dan Rasul-Nya dari agama. (Yazid Abdul Qadir
Jawas, 1993:71)”

Strategi Berimam (mengikut) kepala Al-Qur’an dan Hadis


1. Strategi Berimam Kepada al-Qur’an dan Hadis

a. Berimam kepada Al-Qur’an secara Totalitas

Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Al
Qur’an merupakan sumber rujukan paling utama bagi umat Islam, dan bagian dari rukun
iman. Al Qur’an dinyatakan sebagai pedoman hidup dan rahmatan lil ‘alamin, artinya, siapa
saja yang mengaku dirinya sebagai muslim, maka sudah sepantasnyalah dia mengamalkan
apa-apa yang terdapat di dalam Al Qur’an tersebut.

Menjadikan Al Qur’an sebagai imam, berarti mengakui seluruh kandungan yang ada di
dalamnya, baik berupa aqidah, ibadah, syiar, akhlaq, adab, syariat, dan muamalah. Seorang
muslim tidak boleh hanya mengambil sebagiannya saja, misalnya dia hanya mengambil
bagian aqidah, namun menolak bagian ibadah. Atau dia mengambil bagian syariat, namun
menolak aqidah. Atau dia mengambil bagian ekonomi, namun menolak bagian politik, dan
seterusnya.

Langkah memulainya dengan mengimani Al Qur’an dahulu secara kaffah, menyeluruh,


totalitas, tanpa tawar-menawar lalu baru dikuti dengan menjadikannya imam juga secara
totalitas (kaffah) (Hendratno, 2012: 1).

b. Berimam kepada Hadis Rasul yang shahih dan Hasan

Hadis shahih adalah hadis yang telah diakui dan disepakati kebenarannya oleh para ahli hadis
sebagai sesuatu yang datang dari Rasulullah SAW. Sedangkan hadis hasan dipahami hampir
setara dengan hadis shahih, namun yang membedakannya adalah tingkat kedhabithan para
periwayat yang meriwayatkan hadis tersebut.

Dari statemen di atas dipahami bahwa hadis shahih dan hadis hasan adalah termasuk kategori
hadis yang dapat diterima dan dijadikan pedoman, ikutan serta sumber hukum. Disebutkan
juga bahwa hadis-hadis Rasul dalam kelompok ini dinamakan hadis maqbul sedangkan di
luar dua kelompok ini dinamakan hadis mardud atau hadis yang ditolak dan tidak dikuti atau
dijadikan imam, (Ramli Abdul Wahid, 2003:17).

c. Berimam kepada Sebahagian Hadis Rasul yang Dha’if

Ulama hadits telah sepakat bahwa tidak boleh mengamalkan hadis dhaif dalam bidang
hukum/menentukan hukum. Tetapi mereka berbeda pendapat tentang mempergunakannya
dalam bidang-bidang lain.

Kupas tuntas tentang hukum berimam atau beramal dengan menggunakan hadis dha’if
memunculkan tiga kelompok ulama yang berkomentar tentang ini, satu kelompok
menyatakan boleh berimam dan beramal dengan hadis dha’if secara mutlak dengan tiga
syarat. Kelompok ini diwakili oleh Imam Ahmad bin Hanbal dan pengikutnya Abu Daud.
Menurut Imam Ahmad; hadis dha’if dalam pandangan kami lebih baik dari pada pendapat
seseorang (ra’yu), (Fawwaz Ahmad Zamraliy, 1995:38).

Dari uraian di atas, jelas terlihat bahwa dalam khazanah keislaman ditemukan tiga pola atau
strategi seorang muslim berimam kepada al-Qur’an; ada yang berimam secara totalitas
kepada al-Qur’an dan hadis ada yang berimam kepada hadis shahih dan hasan saja dan ada
pula yang berimam kepada sebahagian hadis dha’if.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian ringkas di atas, dapat disimpulkan bahwasanya sudah tegas Allah dan
Rasul menjelaskan bahwa al-Qur’an dan hadis merupakan pedoman hidup umat Islam, tata
cara dan strategi memperlakukan keduanya sebagai pedoman hidup dapat dijelaskan sebagai
berikut :

1. Menjadikan al-Qur’an dan hadis sebagai imam (ikutan) disetiap tindak tanduk dan aktifitas
kehidupan.

2. Berimam kepada al-Qur’an secara totalitas (kaaffah) dengan mengamalkan segala isi dan
kandungannya tampa membeda-bedakan antara satu ayat dengan ayat lain atau antara satu
surat dengan surat lainnya.

3. Berimam kepada semua hadis sahih dan hasan dengan menjadikan keduanya sebagai dalil
dalam segenap perilaku kehidupan.

4. Berimam kepada sebahagian hadis dha’if dalam arti mengamalkannya untuk menjadi
motifasi dan dorongan agar semakin taqwa kepada Allah SWT.
TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

AL-QUR’AN DAN HADIST SEBAGAI


PEDOMAN HIDUPKU

NAMA KELOMPOK :

1. M. NURULLAH
2. FERDIANSYAH
3. YULIANTI
4. ADIDA TURRIZKIYAH
5. RENDI KUSNAEDI

SMK TUNAS MEKAR

KARAWANG

Anda mungkin juga menyukai