Sudah terang bahwa Al-Qur’an al-Karim dan hadis Rasulullah SAW merupakan sumber ajaran
Islam sekaligus pedoman hidup setiap muslim yang mesti diperpegangi. Di dalam khazanah
keislaman, al-Qur’an lazim disebut sebagai sumber utama (pertama) dan hadis sebagai sumber
kedua ajaran Islam setelah al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW yang
membacanya merupakan suatu ibadah (Manna’ Khalil al-Qaththan, 1994:18). Sedangkan hadis
atau biasa juga disebut sunnah adalah segala perkataan, perbuatan dan hal ihwal yang
berhubungan dengan nabi Muhammad SAW (Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, 1989:108). Dalam
kapasitasnya sebagai pedoman hidup umat Islam, antara al-Qur’an dan hadis tidak dapat
dipisahkan karena al-Qur’an sebagai sumber utama dijelaskan oleh hadis, sehingga hadis disebut
sebagai bayan terhadap al-Qur’an surat al-Nahl ayat 44.
Merujuk pada uraian di atas, maka sebagai pedoman hidup, al-Qur’an dan hadis mesti dijadikan
imam atau ikutan dalam kehidupan sehari-hari yang mana kedua-dua sumber tersebut dipatuhi,
diacu dan di laksanakan perintah-perintahnya serta dihentikan larangan-larangannya.
Perintah berimam kepada al-Qur’an dan mengikutinya merupakan konsekwensi logis da1ri rukun
iman yang ke tiga yaitu iman kepada kitab. Di samping konsekwensi dari iman, berimam kepada
al-Qur’an juga merupakan khitab (perintah) dari Allah SWT, karena al-Qur’an diturunkan untuk
menjadi petunjuk dan rahmat bagi umat Manusia (Q.S. al-Baqarah: 185).
Perintah berimam atau mengikuti al-Qur’an, antara lain dapat ditemukan teksnya melalui firman
Allah SWT yaitu dalam surat al-An’am ayat 155, surat al-A’raf ayat 3 dan surat az-Zumar ayat
55.
Al-Qur’an adalah petunjuk Allah SWT yang bila dipelajari akan membantu kita menemukan
nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi penyelesaian problem hidup. Apabila dihayati dan
diamalkan akan menjadikan pikiran, rasa dan karsa kita mengarah kepada realitas keimanan,
stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat (Muhammad Quraish Shihab, 1997:28)
b. Dalil Naqli Berimam kepada al-Qur’an
Dalil naqli artinya dalil-dalil yang bersumberkan dari al-Qur’an, hadis dan ijtihad. Dalil-dalil ini
lebih meyakinkan untuk dijadikan pegangan dan dasar untuk menyatakan bahwa wajib berimam
kepada kitab Allah (al-Qur’an).
Dalil naqli untuk menetapkan kewajiban berimam kepada al-Qur’an antara lain adalah :
Artinya : Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia
dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. (Q.S. al-An’am : 155)
Artinya : Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum
datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, (Q.S. az-Zumar : 55
عن
َ سهل َ سو َل أَن أَبيه
َ عن ال ُج َهني ُم َعاذ بن َ ُعلَيه ّللا
ُ صلى ّللا َر َ سل َم
َ َو
َ ضو ُءهُ القيَا َمة يَو َم تَا ًجا َوالدَاهُ أُلب
س فيه ب َما َو َعم َل القُرآنَ قَ َرأ َ َمن قَا َل َ
َ ضوء من أَح
س ُن َ ظنُّ ُكم فَ َما في ُكم َكانَت لَو الدُّنيَا بُيُوت في الشمس
َ
Berimam kepada Hadis Rasulullah SAW artinya menjadikan hadis Rasul sebagai pedoman dan
acuan serta referensi dalam berucap, berbuat dan lainnya atau mengikuti ajaran yang terkandung
di dalamnya.
Perintah berimam kepada hadis Rasulullah SAW dan mengikutinya merupakan konsekwensi
logis dari beriman kepada Rasul. Sebenarnya ada lima kewajiban yang harus dijalankan seorang
muslim terhadap Rasulullah SAW, yaitu; mengimani Rasulullah SAW, mentaati semua risalah
dan sunnahnya, mencintai dan menjadikannya sebagai figur, senantiasa bershalawat kepadanya
dan mencintai keluarga Rasulullah SAW (Heri Jauhari Mukhtar, 2008: 75).
Di dalam al-Qur’an Allah SWT menetapkan barometer seseorang cinta kepada Allah SWT
ditandai dengan seberapa cintanya ia kepada Rasul atau hadis-hadisnya. Allah SWT berfirman
dalam surat Ali Imran ayat 31 yang berbunyi :
غفُور َوّللاُ ذُنُو َب ُكم لَ ُكم َويَغفر ّللاُ يُحبب ُك ُم فَاتبعُوني ّللاَ تُحبُّونَ ُكنتُم إن قُل
َ َرحيم
Artinya : Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S.
Ali Imran : 31)
Dalil-dalil kehujjahan hadis artinya dalil-dalil atau keterangan atau argumen yang menegaskan
bahwa hadis merupakan sumber ajaran Islam yang wajib diperpegangi. Ada 4 dalil yang
menunjukkan bahwa hadis merupakan salah satu sumber syari’at atau ajaran Islam yang wajib
diperpegangi adalah :
1) Iman
Salah satu konsekwensi beriman kepada Nabi Muhammad SAW adalah menerima segala sesuatu
yang datang dari Rasul dalam urusan agama. Allah Swt telah memilih para Rasul di antara para
hamba agar menyampaikan syari’at-Nya kepada umat. Rasulullah SAW merupakan orang yang
dipercaya menyampaikan syari’at Allah SWT dalam agama, Rasul tidak menyampaikan sesuatu
kecuali berdasarkan wahyu. Konsekwensi tersebut, mewajibkan bertumpu kepada sunnah dan
menggunakannya sebagai hujjah serta percaya penuh kepada pembawa risalah dimaksud yaitu
Rasulullah SAW. Hal ini sejalan firman Allah yang terdapat di dalam surat an-Nisa’ ayat 65
yang berbunyi :
وك َحتى يُؤمنُونَ َل َو َرب َك فَ َل َ في يَجد ُوا َل ثُم بَينَ ُهم
َ ش َج َر في َما يُ َحك ُم
ت مما َح َر ًجا أَنفُسهم َ َسل ُموا ق
َ ضي َ ُتَسلي ًما َوي.
Artinya : Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya. (Q.S. an-Nisa’ : 65)
2) Al-Qur’an al-Karim
Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang menjelaskan kewajiban taat kepada Rasul SAW,
antara lain :
ُ ع فَقَد الر
سو َل يُطع َمن َ َ َاك فَ َما تَ َولى َو َمن ّللاَ أ
َ طا َ علَيهم أَر
َ سلن ً َحفي
َ ظا
Artinya : Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barang
siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka. (Q. S. al-Nisa’ : 80).
Di dalam hadis atau sunnah banyak ditemukan penjelasan Rasul SAW tentang kehujjahan hadis-
hadisnya. Antara lain sebagai berikut :
4) Ijma’
Para sahabat telah sepakat menetapkan kewajiban mengikuti hadis, baik pada masa Rasulullah
masih hidup maupun setelah beliau wafat. Di waktu hidup Rasulullah, para shahabat semua
konsekuen melaksanakan hukum-hukum Rasulullah, mematuhi peraturan-peraturan dan
meninggalkan larangan-larangannya. Apa yang diwahyukan kepada Rasul Saw mengandung
hidayah dan kebaikan bagi para pengikutnya serta jalan keselamatan mereka di dunia dan
akhirat. Karena semua itulah, kaum muslimin berpegang teguh serta mengamalkan sunnah
Nabawiyah tersebut.
Dijelaskan juga bahwa Abu Bakar berkata: “Sunnah itu adalah tali Allah yang kuat”, sementara
Syaikhul Islam Ibnu Taymiah berkata:” Sesungguhnya Sunnah itu adalah syari’at, yakni apa-apa
yang disyari’atkan Allah dan Rasul-Nya dari agama. (Yazid Abdul Qadir Jawas, 1993:71)”
Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Al Qur’an
merupakan sumber rujukan paling utama bagi umat Islam, dan bagian dari rukun iman. Al
Qur’an dinyatakan sebagai pedoman hidup dan rahmatan lil ‘alamin, artinya, siapa saja yang
mengaku dirinya sebagai muslim, maka sudah sepantasnyalah dia mengamalkan apa-apa yang
terdapat di dalam Al Qur’an tersebut.
Menjadikan Al Qur’an sebagai imam, berarti mengakui seluruh kandungan yang ada di
dalamnya, baik berupa aqidah, ibadah, syiar, akhlaq, adab, syariat, dan muamalah. Seorang
muslim tidak boleh hanya mengambil sebagiannya saja, misalnya dia hanya mengambil bagian
aqidah, namun menolak bagian ibadah. Atau dia mengambil bagian syariat, namun menolak
aqidah. Atau dia mengambil bagian ekonomi, namun menolak bagian politik, dan seterusnya.
Langkah memulainya dengan mengimani Al Qur’an dahulu secara kaffah, menyeluruh, totalitas,
tanpa tawar-menawar lalu baru dikuti dengan menjadikannya imam juga secara totalitas (kaffah)
(Hendratno, 2012: 1).
Hadis shahih adalah hadis yang telah diakui dan disepakati kebenarannya oleh para ahli hadis
sebagai sesuatu yang datang dari Rasulullah SAW. Sedangkan hadis hasan dipahami hampir
setara dengan hadis shahih, namun yang membedakannya adalah tingkat kedhabithan para
periwayat yang meriwayatkan hadis tersebut.
Dari statemen di atas dipahami bahwa hadis shahih dan hadis hasan adalah termasuk kategori
hadis yang dapat diterima dan dijadikan pedoman, ikutan serta sumber hukum. Disebutkan juga
bahwa hadis-hadis Rasul dalam kelompok ini dinamakan hadis maqbul sedangkan di luar dua
kelompok ini dinamakan hadis mardud atau hadis yang ditolak dan tidak dikuti atau dijadikan
imam, (Ramli Abdul Wahid, 2003:17).
c. Berimam kepada Sebahagian Hadis Rasul yang Dha’if
Ulama hadits telah sepakat bahwa tidak boleh mengamalkan hadis dhaif dalam bidang
hukum/menentukan hukum. Tetapi mereka berbeda pendapat tentang mempergunakannya dalam
bidang-bidang lain.
Kupas tuntas tentang hukum berimam atau beramal dengan menggunakan hadis dha’if
memunculkan tiga kelompok ulama yang berkomentar tentang ini, satu kelompok menyatakan
boleh berimam dan beramal dengan hadis dha’if secara mutlak dengan tiga syarat. Kelompok ini
diwakili oleh Imam Ahmad bin Hanbal dan pengikutnya Abu Daud. Menurut Imam Ahmad;
hadis dha’if dalam pandangan kami lebih baik dari pada pendapat seseorang (ra’yu), (Fawwaz
Ahmad Zamraliy, 1995:38).
Dari uraian di atas, jelas terlihat bahwa dalam khazanah keislaman ditemukan tiga pola atau
strategi seorang muslim berimam kepada al-Qur’an; ada yang berimam secara totalitas kepada
al-Qur’an dan hadis ada yang berimam kepada hadis shahih dan hasan saja dan ada pula yang
berimam kepada sebahagian hadis dha’if.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian ringkas di atas, dapat disimpulkan bahwasanya sudah tegas Allah dan Rasul
menjelaskan bahwa al-Qur’an dan hadis merupakan pedoman hidup umat Islam, tata cara dan
strategi memperlakukan keduanya sebagai pedoman hidup dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Menjadikan al-Qur’an dan hadis sebagai imam (ikutan) disetiap tindak tanduk dan aktifitas
kehidupan.
2. Berimam kepada al-Qur’an secara totalitas (kaaffah) dengan mengamalkan segala isi dan
kandungannya tampa membeda-bedakan antara satu ayat dengan ayat lain atau antara satu surat
dengan surat lainnya.
3. Berimam kepada semua hadis sahih dan hasan dengan menjadikan keduanya sebagai dalil
dalam segenap perilaku kehidupan.
4. Berimam kepada sebahagian hadis dha’if dalam arti mengamalkannya untuk menjadi motifasi
dan dorongan agar semakin taqwa kepada Allah SWT.