PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Dalam berbagai kitab fiqh, para ulama telah bersepakat bahwa
mengahadap kiblat adalah salah satu syarat sah shalat. Kiblat yang
dimaksud dalam hal ini adalah Kakbah (Baitullah) di Makkah. Kakbah ini
merupakan satu arah yang menyatukan arah segenap umat Islam dalam
melaksanakan shalat.
Pada awal perkembangan Islam, penentuan arah kiblat tidak
menimbulkan masalah karena Rasulullah SAW. ada bersama-sama
sahabat dan baginda sendiri yang menunjukkan arah ke kiblat apabila
berada di luar kota Makkah. Walau bagaimanapun apabila para sahabat
mulai mengembara mengembangkan Islam, kaedah menentukan arah
kiblat menjadi semakin rumit. Mereka mulai merujuk pada kedudukan
bintang-bintang dan Matahari yang dapat memberi petunjuk arah kiblat.
Kiblat berdasarkan ijtihad para sahabat Rasulullah SAW. lebih dikenali
sebagai kiblah al-sahaba.
Di tanah Arab, bintang utama yang dijadikan rujukan dalam penentuan
arah ialah bintang Qutbi (bintang Utara), yaitu satu-satunya bintang yang
menunjuk ke arah utara Bumi. Berpandukan kepada bintang ini dan
beberapa buruj bintang lain, arah kiblat dapat ditentukan dengan
mudah. Usaha untuk menentukan kiblat setepat mungkin adalah di
antara aktifitas yang dilakukan oleh ahli falak Islam. Berbagai kaedah
telah digunakan untuk menentukan arah kiblat. Mengetahui arah kiblat
merupakan hal yang wajib bagi setiap umat Islam, sebab dalam
menjalankan ibadah shalat harus menghadap kiblat.
Kiblat adalah arah menuju Kakbah (Baitullah) melalui jalur paling
terdekat, dan menjadi keharusan bagi setiap orang muslim untuk
menghadap ke arah tersebut pada saat melaksanakan ibadah shalat, di
manapun berada di belahan dunia ini.
B.Rumusan Masalah
1. apa Pengertian Kiblat Dan Dasar Hukumnya ?
2.apa saja Dasar Hukum Dalam Menghadap Kiblat ?
3.Bagaimana Pendapat Para ulama Tentang Kiblat ?
BAB II
PEMBAHASAN
“Penjelasan Dalam Q.S Al baqarah Ayat 144 Ialah Walaupun orang-orang Ahli Kitab
mengetahui tentang kebenaran pemindahan kiblat, mereka tetap tidak menerima kenyataan
tersebut karena kedengkian mereka terhadap Nabi Muhammad. Dan walaupun engkau, Nabi
Muhammad, memberikan semua ayat, yakni keterangan, kepada orang-orang yang diberi
Kitab itu, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan engkau pun tidak akan mengikuti kiblat
mereka. Ahli Kitab akan terus bertahan pada kiblat masing-masing: orang Yahudi bertahan
dengan Baitulmakdis, dan orang Nasrani bertahan ke arah terbitnya matahari. Sebagian
mereka tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain. Allah memperingatkan Rasulullah
agar tidak mengikuti keinginan mereka. Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah
sampai ilmu kepadamu, niscaya engkau termasuk orang-orang zalim”
ت بِ ُك ُم ال ٰلّهُ مَجِ ْي ًعا ۗ اِ َّن ال ٰلّهَ َع ٰلى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ْيٌر َوِم ْن ِ ت اَين ما تَ ُكونُوا يْأ ۗ
َ ْ ْ َ َ ْ ِ استَبِ ُقوا اخْلَْي ٰر
ِ
ْ ََول ُك ٍّل ِّو ْج َهةٌ ُه َو ُم َولِّْي َها ف
ك ۗ َو َما ال ٰلّهُ بِغَافِ ٍل َع َّما َت ْع َملُ ْو َ!ن ِ ِِ
َ ِّك َشطَْر الْ َم ْسجد احْلََر ِام ۗ َوانَّهٗ لَْل َح ُّق ِم ْن َّربَ ت َف َو ِّل َو ْج َه َ ث َخَر ْج ُ َحْي
Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-
lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan
mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.Dan dari
manapun engkau (Muhammad) keluar, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam,
sesungguhnya itu benar-benar ketentuan dari Tuhanmu. Allah tidak lengah terhadap apa
yang kamu kerjakan.
Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Tidak ada kelebihan
satu kiblat atas lainnya, karena yang terpenting dalam beragama adalah kepatuhan kepada
Allah dan berbuat kebaikan terhadap orang lain. Maka berlomba-lombalah kamu dalam
kebaikan. Terhadap semua itu Allah akan memberikan perhitungan. Di mana saja kamu
berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas
segala sesuatu. Allah mengulangi lagi perintah untuk menghadap Masjidilharam. Dan dari
mana pun engkau keluar, wahai Nabi Muhammad, hadapkanlah wajahmu ke arah
Masjidilharam, sesungguhnya itu benar-benar ketentuan dari Tuhanmu. Allah tidak lengah
terhadap apa yang kamu kerjakan. Pengulangan ini penting karena peralihan kiblat
merupkan peristiwa nasakh (penghapusan hukum) yang pertama kali terjadi dalam Islam.
Dengan diulang maka hal ini akan tertanam dalam hati kaum mukmin sehingga mereka tidak
terpengaruh oleh hasutan orang Yahudi yang tidak rela kiblat mereka ditinggakan.
Dan dari mana pun engkau keluar, wahai Nabi Muhammad, maka hadapkanlah wajahmu ke
arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada, wahai umat Islam, maka hadapkanlah
wajahmu ke arah itu. Demikianlah, Allah mengalihkan kiblat agar tidak ada alasan bagi
manusia untuk menentangmu; agar orang Yahudi tidak bisa lagi berkata, “Mengapa
Muhammad menghadap Baitulmakdis, padahal disebutkan dalam kitab-kitab kami bahwa
dia menghadap Kakbah?” dan agar orang musyrik tidak bisa lagi berkata, “Mengapa
Muhammad menghadap ke Baitulmakdis dan meninggalkan Kakbah yang dibangun oleh
kakeknya sendiri?” Dengan pengalihan ini maka ucapan-ucapan itu terjawab, kecuali orang-
orang yang zalim di antara mereka. Mereka akan terus mendebat Nabi dan berkata,
"Muhammad menghadap Kakbah karena mencintai agama kaumnya dan tanah airnya.”
Terkait sikap orang-orang tersebut, Allah berkata kepada Nabi dan para sahabatnya,
“Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, agar Aku sempurnakan
nikmat-Ku kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk.” Pengalihan kiblat ke Kakbah
adalah kenikmatan yang besar karena umat Islam mempunyai kiblat sendiri sampai akhir
zaman, dan dengan demikian mereka mendapatkan hidayah dari Allah dalam melaksanakan
perintah-perintah Allah.
Artinya: “Bercerita Muslim, bercerita Hisyam, bercerita Yahya bin Abi Katsir dari
Muhammad bin Abdurrahman dari Jabir berkata: Ketika Rasulullah SAW shalat di atas
kendaraannya, beliau menghadap ke arah sekehendak kendaraannya, dan ketika beliau
hendak melakukan shalat fardhu beliau turun kemudian menghadap kiblat.” (HR.
Bukhari)
ُ ( َح ْيke arah mana saja kendaraan itu menghadap) Hadits ini memberi
ْث تَ َو َّج َهت
keterangan tentang keharusan menghadap kiblat dalam shalat fardhu. Ini merupakan
ijma · ulama, akan tetapi ada keringanan pada saat kondisi menakutkan (khauf).
Tegasnya hadis ini menyatakan, bahwa kita boleh salat sunat di atas kendaraan di dalam
perjalanan, walaupun kendaraan itu menghadap kemana saja. Menurut suatu riwayat
dari Ahmad, Muslim dan al-Turmudzi menjelaskan bahwasannya pada suatu hari Nabi
SAW. sedang menuju ke Madinah dari Makkah dan ketika itu menghadap ke arah depan
binatang kendaraannya, maka turunlah ayat: “Allah mempunyai masyriq dan maghrib.
Maka kemana saja kamu menghadapkan mukamu, itulah tempat yangdiridhoi Allah. (QS.
2: 115).Akan tetapi ketika hendak melaksanakan shalat fardhu, Rasulullah SAW turun
dari kendaraan untuk menghadap kiblat menunjukkan bahwa menghadap kiblat menjadi
salah satu sarat sahnya shalat.
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah menceritakan
kepada kami Affan telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari
Tsabit dari Anas "Bahwa Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam dahulu shalat
menghadap Baitul Maqdis, lalu turunlah ayat, 'Sungguh kami telah melihat
wajahmu menengadah ke langit, maka sungguh kami palingkan wajahmu ke
kiblat yang kamu ridhai, maka palingkanlah wajahmu ke arah masjid al-Haram.'
(QS. Albaqarah 144), Lalu seorang laki-laki dari Bani Salimah berjalan, sedangkan
mereka dalam keadaan rukuk dalam shalat shubuh, dan mereka telah melakukan
shalat satu raka'at, lalu dia memanggil, 'Ketahuilah, sesungguhnya kiblat telah
diganti, maka mereka berpaling sebagaimana mereka menghadap kiblat
صو ٍ!ر َح َّدثَنَا َعْب ُد اللَّ ِه بْ ُن َج ْع َف ٍر الْ َم ْخَرِم ُّي َع ْن عُثْ َما َن بْ ِن ُّ َح َّدثَنَا احْلَ َس ُن بْ ُن بَ ْك ٍر الْ َم ْر َو ِز
ُ ي َح َّدثَنَا الْ ُم َعلَّى بْ ُن َمْن
ِ ي َعن َأيِب ُهر ْيرةَ َعن النَّيِب ِّ صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه وسلَّم قَ َال ما بنْي َ الْم ْش ِر ِق والْم ْغ ِر ٍِ ِ ٍ
ب َ َ َ َ َ َ ََ َ ْ ََ ْ ِّ ِاَأْلخنَس ِّي َع ْن َسعيد الْ َم ْقرُب ْ حُمَ َّمد
يل َعْب ُد اللَّ ِه بْ ُن َج ْع َف ٍر الْ َم ْخَرِم ُّي َأِلنَّهُ ِم ْن َولَ ِد الْ ِم ْس َو ِر بْ ِن ِ يث حسن ص ِح ِإمَّن
َ يح َو َا ق ٌ َ ٌ َ َ ٌ يسى َه َذا َحد
ِ ِ
َ قْبلَةٌ قَ َال َأبُو ع
ِ
ب قِْبلَةٌ ِمْن ُه ْم ِ اب النَّيِب ِّ صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه وسلَّم ما بنْي َ الْم ْش ِر ِق والْم ْغ ِر
َ َ َ َ ََ ََ َ
ِ َأصح ٍِِ
َ ْ ي َع ْن َغرْيِ َواحد م ْن َ خَمَْر َمةَ َوقَ ْد ُر ِو
ك َوالْ َم ْش ِر َق َع ْن َ ِب َع ْن مَيِين َ ت الْ َم ْغ ِرَ اس و قَ َال ابْ ُن عُ َمَر ِإذَا َج َع ْل ٍ ِاب و َعلِ ُّي بْن َأيِب طَال ِ
ٍ َّب َوابْ ُن َعب ُ َ َّعُ َم ُر بْ ُن اخْلَط
َأِله ِل ِ ِ يسا ِر َك فَما بينهما قِبلَةٌ ِإ َذا است ْقب ْلت الْ ِقبلَةَ و قَ َال ابن الْمبار ِك ما ب الْم ْش ِر ِق والْم ْغ ِر
ْ ب قْبلَةٌ َه َذا َ َ َ َ ْ ُ ُ َ َ َ َنْي ْ َ َ َْ ْ َ ُ َ َْ َ ََ
ِ ِ ِ
َأِله ِل َم ْر ٍو
ْ اسَر ُ َاختَ َار َعْب ُد اللَّه بْ ُن الْ ُمبَ َارك التَّي ْ الْ َم ْش ِرق َو
Secara jelas, hadis ini menunjukkan bahwa semua arah antara timur
dan barat adalah kiblat. Sebab, seandainya kewajiban itu berupa
menghadap ke bangunan Kakbah secara tepat, tentu shalat jamaah
dengan shaf yang panjang melewati garis yang lurus ke Kakbah
adalah tidak sah. Begitu pula dua orang yang berjauhan jaraknya,
kemudian shalat dengan menghadap pada kiblat yang sama, maka
shalatnya tidak sah, karena menghadap ke bangunan Kakbah tidap
dapat dilakukan oleh jamaah pada shaf yang panjang.
ْ َشdengan arti
Para ulama mazhab Syafii, misalnya, memahami kata ط َر
melihat fisik Ka'bah itu sendiri. Pendapat tersebut mereka kuatkan
dengan hadis Nabi Muhammad ﷺ:
“ َُفلَ َّما َخَر َج َر َك َع َر ْك َعَتنْي ِ يِف ُقبُ ِل الْ َك ْعبَ ِة َوقَ َال ” َه ِذ ِه الْ ِقْبلَة
Sedangkan ulama mazhab yang lain berpendapat bahwa kata طر ْ َش
adalah نَحْ َوatau قِبَ َلyang artinya arah. Pendapat ini didasarkan pada
hadis Nabi Muhammad ﷺ:
ٌب قِْبلَة
ِ ما بنْي َ الْم ْش ِر ِق والْم ْغ ِر
َ َ َ َ َ
Sesuatu antara timur dan barat adalah kiblat (HR. At-Tirmidzi no.
342).
Sesuatu antara timur dan barat adalah kiblat jika seseorang (salat)
menghadap ke arah Baitullah (HR. Malik no. 465).
Sementara itu, menurut Ibnu Hajar Al-Haitami (w. 1566 M), ulama
mazhab Syafii, dalam Tuhfah Al-Muhtaj, menyebut bahwa hadis di
atas ditujukan khusus untuk penduduk Madinah atau yang sejajar
dengan mereka.
ِ
ٍ ۗ َو َما َج َع َل َعلَْي ُك ْم ىِف الدِّيْ ِن م ْن َحَر
ج
dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama (QS. Al-
Hajj 22: 78)
ٌب قِْبلَة
ِ ما بنْي َ الْم ْش ِر ِق والْم ْغ ِر
َ َ َ َ َ
“Arah antara timur dan barat adalah qiblat.” (HR. Ibnu Majah no.
1011 dan Tirmidzi no. 342. Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan
shohih[6]). Jadi maksudnya, bagi siapa saja yang tidak melihat ka’bah
secara langsung maka dia cukup menghadap ke arahnya saja dan
kalau di Indonesia berarti antara utara dan selatan adalah kiblat. Jadi
cukup dia menghadap ke arahnya saja (yaitu cukup ke barat) dan
tidak mengapa melenceng atau tidak persis ke arah ka’bah.
“Inilah arah kiblat.” (HR. Bukhari no. 398 dan Muslim no. 1330).
Karena dalam hadits ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengatakan bahwa inilah kiblat. Dan ini menunjukkan pembatasan,
sehingga tidak boleh menghadap ke arah lainnya. Maka dari itu,
menurut pendapat kedua ini mereka katakan bahwa yang dimaksud
dengan surat Al Baqarah di atas adalah perintah menghadap persis
ke arah ka’bah. Bahkan menurut ulama-ulama tersebut, yang
namanya perintah menghadap ke arah kiblat berarti adalah
menghadap ke arah kiblat persis dan ini sesuai dengan kaedah
bahasa Arab
PENUTUP
Keimpulan
Dengan kata lain, arah kiblat adalah suatu arah yang wajib dituju oleh
umat Islam ketika melakukan ibadah shalat dan ibadah-ibadah yang
lain.Para ulama sepakat bahwa yang dimaksud kiblat adalah Ka’bah
yang berada di Masjidilharam kota Mekah Saudi Arabia, sebagaimana
ditegaskan dalam QS al Baqarah ayat 143, 144, 149, dan 150.Selain
ayat al Qur’an juga terdapat dalam hadits-hadits Rasulullah SAW,
yang artinya: “Bila kamu hendak shalat maka sempurnakanlah
wudhu lalu menghadap kiblat kemudian bertakbirlah” (HR Bukhari
dan Muslim dari Abu Hurairah).
Saran
Segala puji bagi Allah SWT yang menguasai semesta alam, telah
melimpahkan rahmat kesehatan dan karunia kepada Kelompok 6
sehingga mampu untuk terus menuntut ilmu dengan melakukan
Tugas Makalah. Meskipun dalam pengerjaannya penulis telah
berupaya dengan optimal, akan tetapi masih ada kekurangan dan
kelemahan di dalamnya, baik dari satu sisi atau berbagai sisi, karena
hanya Allah lah Maha sempurna. Penulis berdoa semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya
pembaca semua.
Daftar Pusaka