Anda di halaman 1dari 15

KEDUDUKAN DAN FUNGSI ILMU DALAM

KAJIAN KEISLAMAN

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu :
Dr. H. Ali Imron, S.Ag., S.Psi., M.Fil.I

Disusun oleh :
Lilis Ani Rifatin Ningsih

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI
FAKULTAS TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FEBRUARI 2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan Rahmat, taufiq, hidayah serta Inayahnya-Nya sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Filsafat Ilmu. Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan beberapa pihak, oleh
karana itu pada kesempatan ini disampaikan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan sehingga makalah ini
terselesaikan.
Selanjutnya, kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H. Ali Imron,
S.Ag.,S.Psi.,M.Fil.I. selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah
membimbing kami dan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya
makalah ini. Semoga Allah SWT, mencatat sebagai suatu amal sholeh. Amiin.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentunya masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan tugas selanjutnya.
Akhir kata semoga apa yang telah kami kerjakan dapat bermanfaat bagi semua
pihak pada umumnya, bagi siapa saja yang memerlukan, dan bagi penyusun
khususnya.

Nganjuk, 18 Februari 2022

Penyusun

I
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan Masalah ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
A. Pengertian Ilmu.................................................................................. 3
B. Kedudukan Ilmu dalam Islam............................................................ 5
C. Fungsi Ilmu dalam Islam.................................................................... 10
BAB III PENUTUP...................................................................................... 11
A. Kesimpulan......................................................................................... 11
B. Saran .................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 12

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perspektif Islam, ilmu memiliki kedudukan yang sangat mulia.
Ayat al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW telah banyak menegaskannya.1 Ilmu
juga merupakan salah satu term yang telah menjadi diskursus dan banyak
dijelaskan oleh para ulama dalam karya-karya mereka.
Manusia begitu ia dilahirkan tidak tahu dan tidak mengenal dengan apa-
apa yang ada di sekitarnya, bahkan dengan dirinya sendiri. Ketika manusia mulai
mengenal dirinya, kemudian mengenal alam sekitarnya, karena manusia adalah
makhluk yang berpikir, maka dari itu mulailah ia berpikir dari mana asal sesuatu,
bagaimana sesuatu, untuk apa sesuatu. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan
dan filsafat, kita akan memperoleh berbagai pengetahuan dan hikmat. Karena ilmu
akan memberikan kepada kita pengetahuan dan filsafat akan memberi kita
hikmat.2
Perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat masyarakat di
Indonesia dengan mudah mendapatkan apa yang di inginkan. Selain mudahnya
terpenuhi apa yang diinginkan masyarakat, adalah mudahnya masyarakat
mendapatkan sebuah informasi. Informasi yang disajikan pun beragam yakni dari
sumber yang terpercaya ada pula dari sumber yang diragukan keabsahannya.
Mudahnya informasi yang diperoleh membuat masyarakat harus selektif dan
waspada sebab informasi dari sumber yang tidak dipercaya kadang membuat
orang menjadi salah arah.
Hal tersebuat membuat masyarakat harus memiliki dasar dan pondasi ilmu
pengetahuan yang absolut agar keyakinan yang semestinya di jaga tidak keluar
dari arah yang telah ditentukan. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam ruang
lingkup Islam sendiri, terbangun dari peradaban Islam dan tidak dapat dilepaskan
1
Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqy, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an al Karim,
1418H/ 1997M, Beirut: Dar al-Fikr, h. 608- 609).
2
Dedi Yuisman, “Peran Dan Fungsi Filsafat Ilmu Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Berlandaskan Nilai Keislaman”, Jurnal Pendidikan dan Sosial Keagamaan, Vol.2, (Oktober
2018), h. 180.

1
dari peran sejarah Islam itu sendiri Para ilmuwan muslim menjadikan Al-Qur’an
dan hadis sebagai rambu-rambu yang sangat penting bagi mempelajari fenomena
alam semesta. Ajaran Islam menuntut umatnya untuk menguasai ilmu
pengetahuan, antara lain pengetahuan tentang alam semesta. Alam semesta,
merupakan “tanda” bagi kebesaran Allah, maka pengembangan ilmu merupakan
suatu keharusan bagi umat muslim agar ia dapat memahami betapa besar
keagungan Allah dalam menciptakan dan memelihara alam ini.3
Pentingnya ilmu pengetahuan bagi seluruh umat Islam membuat kami
tertarik untuk mengangkat judul makalah yakni “Kedudukan dan Fungsi Ilmu
dalam Kajian Keislaman”. Kami berharap makalah yang akan kami bahas dapat
membuat para pembaca lebih memahami dan mendalami ilmu sebab ilmu
pengetahuan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ilmu?
2. Bagaimana Kedudukan Ilmu dalam Kajian Keislaman?
3. Bagimana Fungsi Ilmu dalam Kajian Keislaman?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Ilmu.
2. Untuk mengetahui Kedudukan Ilmu dalam Kajian Keislaman.
3. Untuk mengetahui Fungsi Ilmu dalam Kajian Keislaman.

BAB II
PEMBAHASAN
3
Amilda, Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Membangun Peradaban Islam: Sebuah
Tinjauan Antropologi. Kedudukan Ilmu Pengetahuan. Vol. 12 No. 1, 2011, h. 1

2
A. Pengertian Ilmu
Secara etimologis, kata ‘ilmu berasal dari bahasa Arab al-‘ilm4 yang
berarti mengetahui hakekat sesuatu dengan sebenar-benarnya. 5 Badr al-Din
al-‘Aini mendefinisikan, bahwa ilmu secara bahasa merupakan bentuk masdar
dari pecahan kata kerja ‘alima yang berarti tahu, meskipun demikian, kata ilmu
berbeda dengan kata ma’rifah. Kata ma’rifah memiliki makna yang lebih sempit
dan spesifik, sementara ilmu mempunyai makna yang lebih umum.6
Tidak sedikit upaya yang telah dilakukan para pemikir Muslim terdahulu
untuk mendefinisikan kata ilmu. berbagai definisi telah dikemukakan oleh para
ahli teolog dan ahli hukum, filsuf dan linguists. 7 Yang pertama menurut al-Raghip
al-Ishfahani (443/1060). Ilmu didefinisikan sebagai “Persepsi akan realitas
sesuatu”8 Ini berarti bahwa hanya memahami kualitas (misalnya bentuk, ukuran,
berat, volume, warna, dan properti lainnya) dari suatu hal bukan merupakan ilmu.
Definisi ini didasari pandangan filosofis bahwa setiap substansi terdiri dari esensi
dan eksistensi. Esensi adalah sesuatu yang menjadikan sesuatu itu, sesuatu itu
akan tetap dan sama sebelum, selama, maupun setelah perubahan. Artinya, ilmu
adalah semua yang berkenaan dengan realitas abadi itu. Sebagai contoh kayu
biasanya dibuat menjadi apa saja. Namun setelah dibuat jadi meja, proses itu tidak
akan merubah hakekatnya sebagai kayu.
Definisi kedua diajukan oleh Hujjatul Islam Imam al-Ghazali yang
menggambarkan ilmu sebagai “pengetahuan akan sesuatu sebagaimana adanya” 9.
Pada definisi ini, untuk mengetahui sesuatu adalah dengan mengenali sesuatu
sebagaimana ia. Artinya, ilmu adalah pengakuan, merupakan keadaan pikiran-
yaitu, suatu kondisi dimana sebuah objek tidak lagi asing bagi seseorang sejak
4
Abdul Hamid Rajihal-Kurdi, Nazariah al-ma‘rifah bain al-Qur‘an wa al-Falsafah,
Riyadh, Makrabah Muayyad wa al-Ma‘had al-‘Ali li al-Fikr al-Islami, al-Mamlakah
al-‘Arabiyahal-Su‘udiyah, h.33
5
Majma‘ al-Lughah al-Arabiyah, Mu‘jam al-Wasith, Istanbul: Dar al-Da‘wah, 1990, h.
624.
6
Badr al-Dîn al-‘Aini. ‘Umdah al-Qârî. Juz 2, (Bairut: Dar al-Fikr). Tth. h. 2
7
Franz Rosenthal in Knowledge Triumphant, h. 52-69.
8
Isfahani, Mufradat Alfaz al-Qur’an, ed. Safwan ‘A. Dawudi (Damascus: Dar al Qalam,
1412/1992), h. 580
9
Imam al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum al-Din (Beirut: Dar al-Fikr, 1420/1999), 1:33

3
objek itu diakui oleh pikiran seseorang. Pemaknaan ini tentu tidak hanya
menyiratkan aktivitas olahpikir atau perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, tetapi
juga menunjukkan bahwa pengetahuan datang ke dalam pikiran seseorang dari
luar, dalam definisi Imam al-Ghazali istilah ma’rifah menyiratkan fakta bahwa
ilmu selalu merupakan jenis penemuan makna pada diri subjek akan suatu objek.
Pada pemaknaan ini firasat, dugaan, ilusi, halusinasi, mitos, dan sejenisnya tidak
bisa dikatakan sebagai ilmu.10
Definisi lain ditawarkan oleh pemikir yang dikenal sebagai ahli logika
Atsir al-Din al-Abhari. Ilmu adalah sampainya gambar maupun abstraksi dari
suatu hal dalam akal subjek.11 Konon definisi ini berasal dari Ibnu Sina,
pemaknaan ini menjelaskan bahwa upaya mengetahui suatu objek adalah
membentuk ide tentang objek tersebut, untuk memiliki gambar hal ini diwakili
dalam pikiran. Dengan kata lain, upaya mengetahui adalah konseptualisasi.
Pengetahuan adalah representasi atau konsepsi dari hal yang dikenal.12
Al-Sharif Al-Jurjani mendefinisikan ilmu sebagai sampainya pikiran pada
makna dari suatu objek.13 Definisi al-Jurjani dan definisi yang dikemukakan Ibnu
Sina dan al-Abhari selanjutnya dipadukan oleh Profesor Syed Muhammad Naquib
al-Attas dalam monografnya yang berjudul The Concept of Education in Islam.
Menurut al-Attas, definisi terbaik atas ilmu adalah “sampainya makna dalam jiwa
serta sampainya jiwa pada makna”.14 Satu hal yang jelas dalam definisi ini, ilmu
adalah tentang makna. Objek apapun, fakta maupun suatu peristiwa dikatakan
diketahui seseorang jika bermakna baginya. Sebagai contoh, kucing tidak tertarik
pada uang justru karena mereka tidak tahu apa artinya uang, untuk hewan seperti
kucing uang tidak ada artinya. Arti uang belum mencapai pikiran mereka, juga
tidak pikiran mereka menangkap makna uang. Dengan demikian, dalam proses
kognisi, pikiran tidak sekedar penerima pasif, tetapi ia aktif dalam arti

10
Dr Syamsuddin Arif, Defining and Mapping Knowledge In Islam, dalam makalah yang
disampaikan pada seminar Pascasarjana diISID, h.4
11
Franz Rosenthal, Knowledge Triumphant, (Leiden, E.J. Brill, 2007), h. 61
12
Dr Syamsuddin Arif, Defining and Mapping Knowledge In Islam, h.4
13
Al-Jurjani, Kitab at-Ta’rifat, (Maktabah Lebanon, Beirut, 1985), h. 160-161
14
S.M.N. al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics of Islam (Kuala Lumpur: ISTAC,
1995), h. 14.

4
mempersiapkan diri untuk menerima apa yang ia ingin terima (mengolah dan
menyeleksi makna yang diterima secara sadar).
Dari sekian definisi yang dikemukan, bahwa sebenarnya untuk
mendefinisikan ilmu bukanlah hal yang mudah. Definisi ilmu telah jadi bahan
perdebatan yang melibatkan tidak sedikit dari pemikir Muslim. Namun fakta
tersebut mengukuhkan betapa dalam peradaban Islam, ilmu mendapat perhatian
yang tiada bandingannya dalam peradaban lain.

B. Kedudukan Ilmu dalam Islam


Salah satu ciri yang membedakan islam dengan yang lainnya adalah
penekanannya terhadap masalah ilmu (sains). Al-Qur’an dan As-Sunnah
mengajak kaum Muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta
menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.
Sebagian dari ayat-ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah yang relevan akan disebutkan
di dalam pembahasan masalah ini. Di dalam Al-Qur’an, kata al-ilm dan kata-kata
jadiannya digunakan lebih dari 780 kali. Beberapa ayat pertama, yang
diwahyukan kepada Rasullah SAW menyebutkan pentingnya membaca, pena dan
ajaran untuk manusia.15
Islam sebagaimana dijelaskan dalam puluhan ayat al-Qur’an mendudukkan
ilmu dan para ilmuwan di tempat yang terhormat. Ini tidak terlepas dengan fungsi
dan peran ilmu. Ilmu jelas merupakan modal dasar bagi seseorang dalam
memahami berbagai hal baik terkait urusan duniawi maupun ukhrawi. Salah satu
bukti nyata kemuliaan ilmu dalam Islam adalah ayat yang pertama diturunkan
oleh Allah kepada Nabi Muhammad yaitu tentang ilmu. Dalam QS. Al-Alaq 1-5
sebagai berikut:

3( ‫) اْقَر ْأ َو َر ُّبَك اَأْلْك َر ُم‬2( ‫) َخ َلَق اِإْل ْنَس اَن ِم ْن َعَلٍق‬1( ‫اْقَر ْأ ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ي َخ َلَق‬

5( ‫) َعَّلَم اِإْل ْنَس اَن َم ا ْمَل َيْع َلْم‬4( ‫اَّلِذي َعَّلَم ِباْلَق َلِم‬
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah
15
Mahdi Ghilsyani, Filsafat-Sains menurut Al-Qur’an, (Bandung: Penerbit Mizan, 1986) h.
39

5
Yang Maha Mulia, Yang mengajar (manusia) dengan qalam (pena), Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-'Alaq 96: Ayat 5).”16
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ayatullah Sayyid Hasan Sadat
Mustafawi bahwa kata qalam sebenarnya juga dapat diartikan sebagai sesuatu
yang dapat dipergunakan untuk mentransfer ilmu kepada orang lain. Kata qalam
tidak diletakkan dalam pengertian yang sempit. Sehingga pada setiap zaman kata
qalam dapat memiliki arti yang lebih banyak. Seperti pada zaman sekarang,
komputer dan segala perangkatnya termasuk internet bisa diartikan sebagai
penafsiran kata qalam.17
Di dalam hadist juga ada pertanyaan-pertanyaan yang memuji ilmu dan
orang yang terdidik. Sejumlah hadis mengenai hal ini dinisbahkan kepada Nabi
SAW yang beberapa diantaranya kami kutip dibawah ini:18
‫َطَل اْلِعْلِم َفِر ٌة َلى ُك ِّل ِلٍم ِل ٍة‬
‫ُمْس َو ُمْس َم‬ ‫ْيَض َع‬ ‫ُب‬
Artinya: “Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki
maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)
Menuntut ilmu pengetahuan ini sudah diwajibkan sejak manusia pertama,
yaitu sejak Nabi Adam AS. Sebagaimana terkandung dalam firman Allah dalam
surat Al-Baqarah ayat 31:
‫ْۢن ِب ِب ِء ٰٓه ِء ِا‬ ‫ٰۤل ِة‬
‫َو َعَّلَم ٰاَدَم اَاْلَمْسۤاَء ُك َّلَه ا َّمُث َعَر َض ُه ْم َعَلى اْلَم ِٕىَك َفَق اَل َا ُٔـْو ْيِن َاَمْسۤا ُؤ ۤاَل ْن ُك ْنُتْم‬
‫ِدِق‬
‫ٰص َنْي‬
Artinya: "Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya,
kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, Sebutkan
kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!" (QS. Al-Baqarah: 31)

16
Nuzaibah Azkiya, “Memulai Segalanya Dengan Ilmu”. http://sman1kesamben.com/ 01
Desember 2008, diakses 18 Februari 2022.
17
Ayatullah Sayyid Hasan Sadat Mustafawi, “Peran Perguruan Tinggi dalam
Meningkatkan Keberadapan Islam”, http://multiply.com, 23 Mei 2007, diakses 18 Februari 2022.
18
Mahdi Ghilsyani, Filsafat-Sains…. h. 39

6
Manusia sebagai khalifah Allah di muka bimi ini, mempunyai tugas pokok
untuk dirinya. Salah satunya yang bertalian dengan kewajiban menuntut ilmu
pengetahuan ini ada beberapa hal yang harus disadari dan diperhatikan yaitu:19
1. Pentingnya menuntut Ilmu Pengetahuan
Adanya kesadaran manusia terhadap pentingnya menuntut ilmu
pengetahuan mendorongnya untuk belajar. Tentang pentingnya menuntut
ilmu ini banyak dijumpai ayat Al-Qur’an dan hadist Nabi yang menjelaskan
hal itu.20 Diantaranya dalam surat An-Nahl ayat 43.

‫َو َم ٓا َأْر َس ْلَنا ِم ن َقْبِلَك ِإاَّل ِر َج ااًل ُّنوِح ٓى ِإَلْيِه ْم ۚ َفْس َٔـُلٓو ۟ا َأْه َل ٱلِّذ ْك ِر ِإن ُك نُتْم اَل‬

‫َتْع َلُم وَن‬


Artinya: "Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad),
melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui," (QS. An-Nahl ayat 43)
Juga di dalam surat At-Taubah ayat 122:

‫َو َم ا َك اَن اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن ِلَيْنِف ُر ْو ا َك آَّفًة َفَلْو َل َنَف َر ِم ْن ُك ِّل ِفْر َقٍة ِّم ْنُه ْم َطآِء َفٌة ِّلَيَتَف َّق ُهْو ا ىِف الِّد ْيِن َو ِلُيْنِذ ُرْو ا‬

‫َقْو َمُه ْم ِاَذا َرَجُعْو آ ِاَلْيِه ْم َلَعَّلُه ْم ْحَيَذ ُرْو َن‬


Artinya: “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya
pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara
mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali,
agar mereka dapat menjaga dirinya.”
Terdapat hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu
Hurairah, Rasullah SAW bersabda
‫َلَك َطِر ـًق ـا ـَتِغي ِف ِه ِعْل ا َّه ـ ا َل َطِر ـًق ـا ِإىَل ا َّنـِة‬
‫َجْل‬ ‫ْي َيْب ْي ًم َس َل ُهلل ُه ْي‬ ‫َمْن َس‬

19
Abu Bakar Muhammad, Membangun Manusia Seutuhnya Menurut Al-Qur’an (Surabaya:
Al- Ikhlas, 1996) h. 203
20
Abu Bakar Muhammad, Membangun Manusia…., h. 204

7
Artinya “Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu
ilmu. Niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga”.
Dalam hadist lain yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘adiy dan Al
Bayhaqiy dari Anas, Rasullah SAW bersabda yang artinya “Tuntutlah ilmu
walaupun sampai ke negeri China”. Dan yang sering kita dengar hadits yang
artinya “Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat” (HR. Muslim)
Berdasarkan ayat dan hadist tersebut dapat diambil pengertian:21
a. Bahwa menuntut ilmu itu merupakan perintah Allah.
b. Bahwa menuntut ilmu sama pentingnya dengan berjihad.
c. Bahwa dengan menuntu ilmu pengetahuan itu manusia dapat
memelihara diri dari kesesatan dan keterbelakangan.
d. Bahwa menuntut ilmu pengetahuan manusia dapat mencapai
kebahagiaan.
e. Bahwa menuntut ilmu pengetahuan yang baik dan berguna itu, dapat
dicari atau atau dituntut dimana saja.
Jadi menuntut ilmu itu merupakan tugas suci yang termasuk amanat
Allah yang harus dilakukan oleh setiap orang. Melalaikan tugas itu berarti
menyianyiakan amanat Allah dan membiarkan diri terjerumus ke dalam
kebinasaan. Lebih-lebih bagi ummat islam yang hidup dalam abad
tekhnologi modern ini.22
2. Keutamaan Mengajar
Mengajar berati menyampaikan ilmu pengetahuan kepada orang
lain, mengubah dari tidak tahu menjadi tahu. Jadi tugas mengajar itu dapat
diumpamakan dengan tugas menyelamatkan orang buta yang sedang dalam
kesesatan. Dalam Al-Qur’an dijumpai banyak ayat yang mendorong
manusia untuk mengemban tugas mengajar ini.23 Sebaliknya orang yang
senang dan sadar akan tanggung jawabnya dalam tugas mengajar ini, akan
selalu mendapat perlindungan dari Allah dan dicintai manusia.
3. Tugas yang mengajar dan yang diajar
21
Abu Bakar Muhammad, Membangun Manusia…., h. 203
22
Abu Bakar Muhammad, Membangun Manusia…., h. 203
23
Abu Bakar Muhammad, Membangun Manusia…., h. 203

8
Dalam proses belajar dan mengajar pasti ada hubungan antara
pengajar dengan pelajar. Setiap terjadinya interaksi itu, sebaliknya
dilakukan secara sadar sesuai dengan status dan tugas masing-masing yang
dituangkan dalam tata tertib agar terwujudnya rasa disiplin sehingga dapat
menunjang keberhasilan dalam tugas belajar mengajar itu. Aturan tata tertib
itu harus dipatuhi oleh kedua belah pihak.24
4. Macam-macam ilmu yang dipelajari
Ilmu yang dipelajari manusia itu pada pokoknya hanya terdiri dari
dua macam, yaitu:25 Ilmu yang bertalian dengan syari’at dan Ilmu yang
bertalian dengan sunnatullah.
Selanjutnya, semua hal tersebut diserahkan sepenuhnya kepada para
ilmuwan, apakah mereka dapat memanfaatkan ilmu mereka di hadapan Allah?
Allah sendiri telah menyeru mereka untuk mempergunakan perangkat-perangkat
keilmuan yang telah Allah anugerahkan kepada mereka agar bisa mengangkat
derajat mereka, menunjang aktivitas ketaatan mereka kepada-Nya, dan menambah
keimanan mereka kepada-Nya. Apakah mereka juga sudah mengetahui bahwa
ilmu yang bermanfaat yang hanya diniatkan untuk Allah semata akan menjadi
pahala sedekah bagi mereka, yang senantiasa mengalir tiada hentinya setelah
mereka meninggal? Dengan pemahaman seperti ini, seorang ilmuwan akan
mampu berprestasi dan unggul melebihi yang lain.
Dengan demikian, terbuktilah bahwa Islam memberi perhatian yang luar
biasa agar para ilmuwan bisa berprestasi. Bahkan, al-Qur’an sendiri menurut
sebagian ahli mampu menguatkan memori hafalan, menambah kecerdasan,
membina kerangka berpikir dan sistematika retorika. Al-Qur’an pun mampu
membebaskan ketegangan jiwa. Sekadar bukti, di beberapa negara Timur Tengah
sebagian besar anak didik yang berprestasi adalah mereka yang menghafal al-
Qur’an dan selalu mengamalkan Sunah Nabi. Mungkin penting juga bila model
pembelajaran seperti ini dipraktikkan di negara kita secara bertahap.26

24
Abu Bakar Muhammad, Membangun Manusia…., h. 210-211
25
Abu Bakar Muhammad, Membangun Manusia…., h. 213.
26
Moch. Syarif Hidayatullah, Al-Qur’an Bicara tentang Ilmu dan Prestasi.
http://www.kampusislam.com, Kamis, 20 November 2008, diakses 18 Februari 2022.

9
C. Fungsi Ilmu dalam pandangan Islam
Dalam pandangan Islam, ilmu mempunyai banyak fungsi diantaranya
adalah :
1. Sarana paling utama menuju taqwa
Urgensi ilmu dalam kehidupan seorang mukmin yang bertaqwa
adalah hal yang tidak dapat disangkal. Karena ketaqwaan itu sendiri
identik dengan kemampuan merealisasikan ilmu yang benar bersumber
dari al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai dengan pemahaman salaful umah
(umat terdahulu)
2. Amalan yang tidak terputus pahalanya
Ilmu merupakan sesuatu yang paling berharga bagi setiap muslim,
sebab ilmu akan memelihara pemiliknya dan merupakan beban bawaan
yang tidak berat, bahkan akan semakin bertambah bila diberikan dan
diamalkan, serta merupakan amalan yang akan tetap mengalir pahalanya
meskipun telah wafat.
3. Pondasi utama sebelum berkata dan beramal
Ilmu memiliki kedudukan yang penting dalam agama Islam, oleh
karena itu ahli sunnah wal jama’ah menjadikan ilmu sebagai pondasi
utama sebelum berkata-kata dan beramal sebagaimana disebutkan oleh
Imam dalam Shahihnya dalam Bab ilmu sebelum berkata dan beramal.
Berdasarkan firman Allah Swt yang artinya “Maka ketahuilah, bahwa
sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin,
laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha
dan tempat tinggalmu.” (QS. Muhammad : 19)
Syaihk Shalih al-Usmani mengatakan : dengan ayat di atas imam
Bukhari berdalil bahwa kita harus memulai dengan ilmu sebelum berkata
dan beramal. Ini merupakan dalil naqli yang jelas bahwa manusia harus
berilmu lebih dahulu sebelum ia beramal dan berkata.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Salah satu ciri yang membedakan islam dengan yang lainnya adalah
penekanannya terhadap masalah ilmu (sains). Al-Qur’an dan As-Sunnah
mengajak kaum Muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta
menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Dalam
QS. al-‘Alaq, Allah swt. memerintahkan kita agar menerangkan ilmu. Setelah itu
kewajiban kedua adalah mentransfer ilmu tersebut kepada generasi berikutnya.
Dalam hal pendidikan, ada dua kesimpulan yang dapat kita ambil dari firman
Allah swt tersebut, yaitu: Pertama, kita belajar dan mendapatkan ilmu yang
sebanyakbanyaknya. Kedua, berkenaan dengan penelitian yang dalam ayat
tersebut digunakan kata qalam yang dapat kita artikan sebagai alat untuk mencatat
dan meneliti yang nantinya akan menjadi warisan kita kepada generasi berikutnya.
Kedudukan ilmu dalam islam sangat dijunjung tinggi keberadaannya.
Dalam ajaran Islam, baik dalam ayat Qur’an maupun hadits, bahwa ilmu
pengetahuan paling tinggi nilainya melebihi hal-hal lain. Bahkan sifat Allah swt
adalah Dia memiliki ilmu yang Maha Mengetahui. Seorang penyair besar Islam
mengungkapkan bahwa kekuatan suatu bangsa berada pada ilmu. Saat ini
kekuatan tidak bertumpu pada kekuatan fisik dan harta, tetapi kekuatan dalam hal
ilmu pengetahuan. Orang yang tinggi di hadapan Allah swt adalah mereka yang
berilmu.
Berfungsi dan bermanfaat atau tidaknya suatu ilmu bagi manusia
tergantung kepada tujuan apa yang diinginkan dan untuk apa ilmu tersebut
digunakan oleh manusia.
B. SARAN
Sebagai umat muslim mengetahui kedudukan dan fungsi ilmu sangatlah
penting agar kita lebih semangat dalam menuntut ilmu. Oleh karena itu, sebagai

11
umat muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu dan mengamalkannya agar ilmu
yang didapatkan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

‘Abd al-Baqy, Muhammad Fu’ad, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an al


Karim, Beirut: Dar al-Fikr, 1997.
al-‘Aini, Badr al-Dîn. ‘Umdah al-Qârî, Bairut: Dar al-Fikr, t.th, juz 2.
al-Arabiyah, Majma’ al-Lughah, Mu‘jam al-Wasith, Istanbul: Dar al-Da‘wah,
1990.
al-Attas, S.M.N., Prolegomena to the Metaphysics of Islam, Kuala Lumpur:
ISTAC, 1995.
al-Ghazali, Imam. Ihya’ ‘Ulum al-Din, Beirut: Dar al-Fikr, 1999.
Al-Jurjani, Kitab at-Ta’rifat, Maktabah Lebanon, Beirut, 1985.
Amilda, “Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Membangun Peradaban Islam:
Sebuah Tinjauan Antropologi. Kedudukan Ilmu Pengetahuan”. Vol. 12 No.
1, 2011
Azkiya, Nuzaibah, Memulai Segalanya Dengan Ilmu. http://sman1kesamben.com/
2008, diakses 18 Februari 2022.
Ghilsyani, Mahdi, Filsafat-Sains menurut Al-Qur’an, Bandung: Penerbit Mizan,
1986.
Isfahani, Mufradat Alfaz al-Qur’an, ed. Safwan ‘A. Dawudi, Damascus: Dar al
Qalam, 1992.
Muhammad, Abu Bakar., Membangun Manusia Seutuhnya Menurut Al-Qur’an,
Surabaya: Al- Ikhlas, 1996.
Mustafawi, Ayatullah Sayyid Hasan Sadat., “Peran Perguruan Tinggi dalam
Meningkatkan Keberadapan Islam”, http://multiply.com, 2007, diakses 18
Februari 2022.
Rosenthal, Franz. Knowledge Triumphant, Leiden, Brill, 2007.
Yuisman, Dedi. “Peran Dan Fungsi Filsafat Ilmu Dalam Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Berlandaskan Nilai Keislaman”, Jurnal Pendidikan dan Sosial
Keagamaan, Vol.2, 2018.

12

Anda mungkin juga menyukai