Anda di halaman 1dari 16

MATA KULIAH DOSEN PEMBIMBING

TEORI SOSIAL Siti Hazar Sitorus, SsOS.,I.,M.A

“Menjelaskan pengertian masyarakat ,menjelaskan berbagai jenis


masyarakat,Perkembangan masyarakat dan perubahan sosial generasi X, Y, Z, dan
Alfa,Dialektika dakwah pada masyarakat multicultural”

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 8

Adytia Ridwan (12040111323)


Dewinta Amelia (12040121306)
Fierza Amalya (12040124666)

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020M/1442
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang maha menentukan setiap detail takdir sekaligus
menetapkan segala hikmah disebaliknya. Semata-mata demi kebaikan dan keadilan pada hamba-
hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada manusia terbaik sepanjang sejarah
manusia, sang khatamul anbiya’, Muhammad Al-Musthafa, beserta keluarga, sahabat dan
seluruh umat yang senantiasa istiqamah menapaki risalahnya yang paripurna, hingga akhir
zaman. Alhamdulillah puji syukur kepada Allah yang selalu memberikan nikmat kepada
hambanya dengan penuh kasih saya Allah maha mengetahui segala sesuatu baik yang ghaib
maupun yang nyata, dan sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik-Nya. Rasa syukut yang
mendalam dari penulis kepada piak yang terlibat juga kepada dosen pembimbing mata kuliah
Teori Sosial Yang Diampu Oleh Bapak Dosen Ginda Harahap, Dr., M,. Ag dalam proses
pembelajaran ini sungguh banyak sekali kekukrangan, salah dan khilaf karnanya bimbingan,
arahan dan kritik yang membangun penulis harapkan agar dapat dievaluasi dan diperbaiki
kemudian hari

Pekanbaru, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4
1. Latar Belakang..........................................................................................4
2. Rumusan Masalah.....................................................................................4
3. Tujuan.......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................5
A. Pengertian Masyarakat...........................................................................5
B. Berbagai Jenis Masyarakat....................................................................5
C. Perkembangan Masyarakat....................................................................7
D. Perubahan Sosial Generasi X,Y,Z dan Alfa..........................................8
E. Dakwah Pada Masyarakat Multikultural.............................................11
BAB III PENUTUP.............................................................................................15
KESIMPULAN…................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA….......................................................................................15
BAB I
PENDAHALUAN
Latar Belakang
Generasi Manusia Modern terbagi dari beberapa era generesi, diantaranya, Generasi Perang
Klasik, Generasi Perang Dunia I, Generasi Perang Dunia II, Generasi Era Depresi, Generasi Baby
Boomer, Generasi X, Generasi Y, Generasi Z, dan Generasi Alpha. 1Menurut Manheim (1952)
generasi adalah suatu konstruksi sosial dimana didalamnya terdapat sekelompok orang yang memiliki
kesamaan umur dan pengalaman historis yang sama, Manheim (1952) melanjutkan bahwa individu
yang menjadi bagian dari satu generasi adalah mereka yang memiliki kesamaan tahun lahir dalam
rentang waktu 20 tahun dan berada dalam dimensi sosial dan dimensi sejarah yang sama (Surya,
2016:124). Masingmasing generasi lahir dengan rentan tahun yang berbeda-beda sesuai dari
berkembangnya zaman kemudian lahir per-generasi. Perkembangan zaman dan teknologi di setiap
generasi berjalan dengan cepat dan perlu disikapi dengan bijaksana dan dewasa. Setiap dari masing-
masing generasi memiliki ciri khas atau identitas dan keunikan masing-masing, contohnya saja seperti
Generasi Y, Generasi Z, dan Generasi Alpha, yang menjadi sorotan yang dianggap generasi paling
produktif saat ini dan memegang peranan penting bagi kemajuan teknologi. Berawal dari generasi Y,
menurut Lyons (2004) mereka dikenal dengan nama generasi millennial, generasi yang tumbuh pada
era internet booming (Surya, 2016:129). Seiring dengan berjalannya waktu, ketiga generasi ini yang
bergandengan dengan teknologi, sering dipandang narsis, semaunya, dan tidak sabaran, dalam
pandangan inilah menjadi ancaman bagi generasi ini, terutama Generasi Z sebagai generasi yang
menjadi acuan untuk pendewasaan menggunakan teknologi.
Gadget pada jaman modern ini sudah seperti “pedoman hidup” bagi Generasi Z, karena
kurangnya perhatian dan bimbingan dari orang tuanya, gadget sudah diberikan kepada anaknya pada
usia dini. Dengan kata membantu segala aktivitas manusia menjadi lebih mudah, membuat generasi ini
menjadi ketergantungan dengan teknologi canggih ini, yang malah menyebabkan penyakit bagi
generasi ini. Alih-alih untuk melakukan hal yang positif, ketergantungan ini justru menimbulkan untuk
melakukan hal-hal yang negatif. Beberapa perkembangan teknologi yang dipandang negatif diantara
lain adalah penyebaran hoax, manusia yang saling berkomentar dengan tidak sopan, sampai saling ejek
bahkan saling ancam.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana penulis menghadirkan unsur visual dan medium yang mewakili permasalahan teknologi
pada generasi z?
2. Bagaimana penulis menghadirkan permasalahan teknologi pada generasi z ke dalam lukisan?
Tujuan Masalah
1. Memberikan kesadaran bahwa selama ini kita selalu bergantung dan tidak pernah

1
Aronson, D (1998) Overview of System Thinking http://www.thinking.netJindex.html
Axelrod, R (1976) The analysis of cognitive maps, pp 55-73 of
lepas dari dunia teknologi dan internet.
2. Menjadi media refleksi dan intropeksi atas dampak berkembangnya teknologi saat
ini.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terjalin erat karena sistem
tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama, serta mengarah pada
kehidupan kolektif. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang karena tuntutan kebutuhan dan
pengaruh keyakinan, pikiran, serta ambisi tertentu dipersatukan dalam kehidupan kolektif. Sistem dan
hukum yang terdapat dalam suatu masyarakat mencerminkan perilaku-perilaku individu karena
individu-indivu tersebut terikat dengan hukum dan sistem tersebut2
Menurut antropolog Elman Service, untuk memudahkan mempelajari keanekaragaman
masyarakat, masyarakat dapat dibagi menjadi empat kategori berdasarkan peningkatan ukuran
populasi, sentralisasi politik, serta stratifikasi sosial, yaitu: kawanan
(band), suku (tribe), kedatuan (chiefdom), dan negara (state). Jenis masyarakat paling kecil atau
kawanan biasanya hanya terdiri atas beberapa kelompok, banyak diantaranya merupakan kumpulan
dari satu atau beberapa keluarga besar.

B. Berbagai Jenis Masyarakat


a. Kriteria
Masyarakat merupakan sebuah sistem yang saling berhubungan antara satu manusia dengan
manusia lainnya yang membentuk suatu kesatuan. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan
manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka tidak dapat hidup sendiri dalam sebuah
masyarakat. Kriteria interaksi antarmanusia dijabarkan sebagai berikut:
1) Harus ada pelaku yang jumlahnya lebih dari satu.
2) Ada komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-simbol.
3) Ada dimensi waktu (lampau, kini, mendatang) yang menentukan sifat aksi yang sedang
berlangsung.
4) Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang
diperkirakan pengamat. 3
Masyarakat terjelma bukan karena keberadaannya di satu saat dalam perjalanan waktu. Tetapi ia
hanya ada dalam waktu, ia adalah jelmaan waktu. Masyarakat ada setiap saat dari masa lalu
ke masa mendatang. Kehadirannya justru melalui fase antara apa yang telah terjadi dan apa yang akan

2
Aronson, D (1998) Overview of System Thinking http://www.thinking.netJindex.html
Axelrod, R (1976) The analysis of cognitive maps, pp 55-73 of
3
Aronson, D (1998) Overview of System Thinking http://www.thinking.netJindex.html
Axelrod, R (1976) The analysis of cognitive maps, pp 55-73 of
terjadi. Dalam masyarakat kini terkandung pengaruh, bekas, dan jiplakan masa lalu serta bibit dan
potensi untuk masa depan.
b. Fungsi
Hakikat masyarakat sesuai dengan skenario penciptaan manusia sebagai khalifah dimuka bumi,
yakni tegaknya keadilan Ilahi yang berlaku untuk alam dan manusia.Masyarakat merupakan manusia
yang senantiasa berhubungan (berinteraksi) dengan manusia lain dalam suatu kelompok. 4Kehidupan
masyarakat yang selalu berubah (dinamis) merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindari. Masyarakat warga atau political society dibentuk dengan tujuan yang spesifik: menjamin
hak milik pribadi dan melakukan penertiban sosial dengan menjatuhkan sanksi bagi para pelanggar
peraturan.
c. Unsur dan Ciri-ciri
Menurut Marion Levy bahwa ada empat kriteria yang harus dipenuhi agar sebuah kelompok
dapat disebut sebagai masyarakat, yaitu:
1) Kemampuan bertahan yang melebihi masa hidup seorang anggotanya.
2) Perekrutan seluruh atau sebagian anggotanya melalui reproduksi atau kelahiran.
3) Adanya sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.
4) Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama secara bersama-sama.5
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto unsur-unsur pembentuk masyarakat adalah sebagai berikut:

1) Beranggotakan dua orang atau lebih.


2) Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
3) Berhubungan dengan jangka waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang
berkomunikasi, dan membuat aturan-aturan yang mengatur hubungan antar anggota
masyarakat.
4) Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan antar
anggota masyarkat.
Menurut Soerjono Soekanto, ciri-ciri masyarakat yaitu:

1) Hidup secara berkelompok.


2) Melahirkan kebudayaan.
3) Mengalami perubahan.
4) Adanya interaksi
5) Adanya seorang pemimpin.
6) Memiliki stratifikasi sosial.

d. Golongan
Masyarakat warga yang pertama adalah keluarga, lalu menjadi komunitas warga, meningkat
menjadi masyarakat politik dan berujung pada terbentuknya institusi formal negara. Masyarakat warga
ditandai dengan adanya tiga unsur: komunitas politik, pemerintahan dan hukum. Isi 6dari masyarakat
warga adalah ketaatan pada hukum, persetujuan hidup bersama, kesetaraan dan penyelenggaraan
pemerintahan.Masyarakat warga seperti roda putar hamster (hamster wheel) di mana individu terlibat

4
Aronson, D (1998) Overview of System Thinking http://www.thinking.netJindex.html
Axelrod, R (1976) The analysis of cognitive maps, pp 55-73 of
5
Aronson, D (1998) Overview of System Thinking http://www.thinking.netJindex.html
Axelrod, R (1976) The analysis of cognitive maps, pp 55-73 of
6
Aronson, D (1998) Overview of System Thinking http://www.thinking.netJindex.html
Axelrod, R (1976) The analysis of cognitive maps, pp 55-73 of
dalam sirkuit tak berujung mengejar kekayaan dan penghargaan yang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi.
Sedangkan masyarakat barbar merujuk pada kehidupan yang selalu disandarkan pada hukum rimba,
pada naluri-naluri alami manusia yang saling beradu satu sama lain.Masyarakat terbagi menjadi dua
golongan utama, yakni penguasa atau pengeksploitasi dan yang dikuasai atau yang dieksploitasi.
Golongan penguasa dilukiskan oleh al-Qur’an sebagai golongan “mustakbirin” (orang-orang yang
sombong). Sedangkan golongan yang dikuasai dilukiskan al-Qur’an sebagai golongan :mustadh’afin
(yang tertindas).

e. Kepribadian
Kepribadian masyarakat tidak sama dengan kepribadian individu. Kepribadian ini terbentuk
melalui penggabungan individu-individu dan aksi-reaksi budaya mereka. Masyarakat mempunyai sifat
alami, ciri-ciri dan peraturannya sendiri, tindakan-tindakan serta reaksi-reaksinya dapat diterangkan
dengan serangkaian hukum umum dan universal. Masyarakat mempunyai kepribadian independennya
sendiri, karena itu hanya dapat mengatakan bahwa sejarah mempunyai suatu falsafah dan dibentuk
oleh hukum dan norma.
Masyarakat warga terbentuk secara alamiah (natural inclination) yang mendorong manusia untuk
membentuk kehidupan sosial dan ikatan persahabatan. Masyarakat warga terbentuk
melalui logika negatif, dengan mekanisme leisure of evil: hukum dan aturan diciptakan justru untuk
membatasi dan memblokir insting-insting gelap manusia. Masyarakat warga dikenal sebagai
masyarakat borjuis di mana partikularitas dan individualitas jauh lebih menonjol daripada nilai-nilai
kebersamaan dan solidaritas. Dalam masyarakat warga, setiap orang menjadikan dirinya sebagai
tujuan.
Dinamika atau perubahan masyarakat dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain:

1) Penyebaraan informasi, meliputi pengaruh dan mekanisme media dalam menyampaikan


pesan-pesan ataupun gagasan (pemikiran)
2) Modal, antara lain sumber daya manusia ataupun modal finansial
3) Teknologi, suatu unsur dan sekaligus faktor yang cepat berubah sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan
4) Ideologi atau agama, keyakinan agama atau ideologi tertentu berpengaruh terhadap proses
perubahan sosial
5) Birokrasi, terutama berkaitan dengan berbagai kebijakan pemerintahan tertentu dalam
membangun kekuasaannya
6) Agen atau aktor, hal ini secara umum termasuk dalam modal sumber daya manusia, tetapi
secara spesifik yang dimaksudkan adalah inisiatif-inisiatif individual dalam “mencari”
kehidupan yang lebih baik7.

C. Perkembangan Masyarakat
Perkembangan bentuk masyarakat menurut (Moravec, 2008) dapat dibedakan ke dalam
berberapa tahapan, yaitu Masyarakat (Society) yang dimulai dari masa agraris sampai dengan
Masyarakat, yang merupakan masyarakat pasca-era informasi8. Masyarakat Indonesia dan dunia saat
ini sedang berubah dari Masyarakat ke Masyarakat, bahkan pada saat yang sarna beberapa bagian lain
di dunia sudah mulai beringsut menuju ke Masyarakat. Meskipun demikian perubahan tersebut tidak
7
Aronson, D (1998) Overview of System Thinking http://www.thinking.netJindex.html
Axelrod, R (1976) The analysis of cognitive maps, pp 55-73 of
8
Aronson, D (1998) Overview of System Thinking http://www.thinking.netJindex.html
Axelrod, R (1976) The analysis of cognitive maps, pp 55-73 of
terjadi serta merta, terdapat tumpang tindih (superposition) antara bentuk masyarakat yang satu dengan
bentuk masyarakat yang lainnya yang terkadang dampaknya tidak dapat diperkirakan sebelumnya,
Permasalahannya, apabila Masyarakat atau dikelola seperti Masyarakat akan mengakibatkan berbagai
kekacauan akibat ketidakmampuan mengendalikan dan mengantisipasi perubahan yang berlangsung
semakin cepat dibandingkan Masyarakat. Hal ini terjadi karena pola pikir, pendekatan dan cara
pengelolaan masalah dan pemaknaan informasi pada masing-masing tahapan perkembangan
masyarakat juga berbeda. Masyarakat adalah masyarakat yang mulai berkembang sejak masa
pertanian (1.1) yang mengakhiri era masa hunter-gatherer dan nomaden, dilanjutkan dengan
masyarakat pra-industri (1.2), industri (1.3) sampai dengan era informasi di akhir abad ke-20.
Masyarakat l.x dicirikan oleh pola pikir yang bersifat linier dan hubungan kerja berorientasi pada
tugas. Pendidikkan pada Masyarakat ditujukan
Untuk menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan tinggi pada pekerjaan dengan
parameter dan hubungan yang mudah dipetakan seperti untuk kegiatan aktivitas produksi pada
industri. Hubungan dalam organisasi bersifat sederhana, hirarkikal dan mekanis. Pola pikir Masyarakat
bersifat kausalistik, linier dan deterministik. Proses perubahan merupakan suatu proses yang dirancang
(by design) dan dilakukan tahap demi tahap. Cukup banyak temuan dihasilkan pada masa ini.
Meskipun demikian, pemikiran yang positivistik, linieristik, kausalistik dan materialistik juga turut
membentuk masyarakat , khususnya pada masa industri. Konflik yang terjadi pada masa ini banyak
dipengaruhi oleh berbagai paham pemikiran besar yang berbeda yang dimulai sejak abad 18, untuk
pembuktian salah satu pemikiran yang paling benar. Situasi yang chaotic menurut pandangan
Masyarakat harus dihilangkan. Masyarakat adalah masyarakat berbasis pengetahuan (know/edge based
society) yang digerakkan oleh globaliasi dan teknologi jaringan. Pada Masyarakat informasi tidak lagi
menjadi bagian penting dibandingkan pengetahuan yang diperoleh dalam menginterpretasikan dan
memaknai informasi tersebut. Pada Masyarakat seseorang akan lebih dihargai pada pengetahuan yang
dimiliki daripada kemampuan untuk melakukan suatu tugas tertentu seperti pada Masyarakat Selain
itu, dengan kemajuan teknologi memungkinkan bagi seseorang menciptakan sumber "pengetahuan"
dengan cara barn melalui jejaring sosial (blog, facebook, tweeter, citizen jurnalism, citizen scientists,
open sources), baik berupa pengetahuan yang benar (correct) ataupun salah (incorrect) dan
pseudoscience. Kualitas know/edges yang dipunyai seseorang yang akan menentukan apakah mereka
akan mampu memfilter dan mengolah berbagai informasi menjadi pengetahuan yang benar. Budaya
"Cut and Paste" merupakan ciri utama Masyarakat Pada saat ini kita belum memasuki Masyarakat,
meskipun arah ke sana mulai nampak. Masyarakat dicirikan dengan perubahan yang sangat cepat,
hubungan bersifat global dan didominasi oleh knowmad, yaitu seseorang dengan pengetahuan yang
tidak terikat dengan satu lokasi geografis atau tempat/bangunan tertentu. Jumlah inormasi berlipat dua
dalam waktu yang semakin pendek. Pengetahuan akan usang dalam waktu yang relatifpendek. Jika
ratarata dibutuhkan waktu 4 tahun untuk menyelesaikan studi sarjana, maka ketika lulus pengetahuan
yang diperoleh mahasiswa telah usang sebe1um mereka lulus. Oleh karena itu, pada Masyarakat
pemikiran inovatif dan tindakan nyata dari seluruh anggota masyarakat merupakan syarat utama. Pada
Masyarakat 3.0 akan terjadi proses singularitas berbagai bidang ilmu, seperti dalam bentuk virtual
reality, kedokteran nano, robotik dan sebagainya.
D. Perubahan Sosial Generasi X, Y, Z, dan Alfa
Perubahan sosial adalah hal yang tidak bisa dihindarkan dari kehidupan bermasyarakat. Karena
manusia merupakan makhluk sosial, berbudi, dan selalu merasa tidak puas, perubahan dalam
bermasyarakat akan terus terjadi. Meski demikian, kadang ditemukan pula masyarakat statis yang
perubahan di lingkungannya berjalan lebih lambat. 9Dalam kajian sosiologi, perubahan sosial dipahami
sebagai perubahan kehidupan masyarakat yang berlangsung tanpa henti. Ini akan terjadi sepanjang

9
Aronson, D (1998) Overview of System Thinking http://www.thinking.netJindex.html
Axelrod, R (1976) The analysis of cognitive maps, pp 55-73 of
masa. Hakikat perubahan ini adalah keinginan setiap orang untuk selalu berubah agar keadaan menjadi
lebih baik sesuai dengan kebutuhan.
Sosiolog Selo Soemarjan merumuskan, pengertian perubahan sosial adalah perubahan di
lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya,
termasuk nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat tersebut.
Cakupan perubahan sosial dapat sangat luas. Oleh sebab itu, jika ingin melihat perubahan sosial di
suatu masyarakat, perlu melakukan pengamatan secara cermat. Hasil pengamatan dibandingkan
dengan keadaan masyarakat di masa lalu untuk mendapatkan gambaran perubahan sosial yang terjadi.

Meski begitu, perubahan sosial memiliki ciri tersendiri yang khas. Setidaknya ada 4 ciri
perubahan sosial yang paling umum diketahui.

1. Setiap masyarakat merasakan adanya perubahan sosial dalam lingkungannya, baik itu berjalan
lambat atau cepat. Perubahan ini terus-menerus tanpa henti.
2. Saat perubahan dialami oleh lembaga kemasyarakatan maka akan terjadi perubahan pula di
lembaga-lembaga sosial lain.
3. Disorganisasi dapat terjadi jika perubahan sosial berlangsung sangat cepat dalam suatu
kelompok masyarakat. Namun sifat disorganisasi ini hanya sementara.
4. Perubahan dapat terjadi di bidang kebendaan (materi) maupun spiritual. Kedua bidang ini
memiliki kaitan timbal-balik. 10
a. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Sosial
Perubahan sosial dapat terjadi jika dipicu oleh faktor-faktor tertentu. Jika dikelompokkan,
sejumlah faktor itu bisa dibagi dalam dua jenis, yakni faktor internal dan eksternal.
Faktor internal penyebab perubahan sosial setidaknya ada empat. Adapun faktor eskternal
sedikitnya ada tiga. Faktor Internal Pemicu Perubahan Sosial:
1. Bertambah dan berkurangnya penduduk
Contohnya, ketika penduduk Pulau Jawa bertambah begitu cepat, maka terjadi perubahan dalam
struktur masyarakat terutama lembaga kemasyarakatan dalam wujud aturan atau norma. Sebaliknya, di
wilayah yang kekurangan penduduk juga terjadi kekosongan pembagian kerja dan stratifikasi sosial
yang memengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
2. Adanya penemuan-penemuan baru Penemuan baru sangat memengaruhi perubahan di
masyarakat.
Contohnya, penemuan ponsel pintar, membuat masyarakat memiliki pola baru dalam berkomunikasi
di antara individu dan kelompok.
3. Konflik sosial Konflik di antara kelompok dalam suatu masyarakat juga bisa jadi penyebab
perubahan sosial.
Contohnya, pertentangan antara generasi tua dan muda. Pertentangan bisa terjadi karena generasi
muda lebih cepat menerima kebudayaan modern, misalnya.
4. Terjadi pemberontakan atau revolusi di suatu negara
Contohnya, adanya gerakan revolusi maupun pemberontakan besar juga bisa memicu perubahan
besar dalam kehidupan masyarakat di suatu negara.

10
Aronson, D (1998) Overview of System Thinking http://www.thinking.netJindex.html
Axelrod, R (1976) The analysis of cognitive maps, pp 55-73 of
b. Faktor Eksternal Pemicu Perubahan Sosial:
1. Perubahan lingkungan alam fisik Perubahan lingkungan bisa terjadi akibat bencana banjir, gempa
bumi, tsunami, dan sebagainya. Termasuk di dalamnya perubahan alam karena dirusak oleh manusia
sendiri. Kondisi ini membuat manusia akan berpindah ke tempat lain untuk tetap bertahan hidup. Di
tempat yang baru, muncul perubahan sosial dari berbagai sisi.
2. Peperangan Peperangan yang dimenangkan oleh pihak lawan bisa menyebabkan masyarakat di
suatu kawasan harus menerima kebijakan-kebijakan baru dari pemerintahan pemenang perang.
Banyaknya hal baru yang diberlakukan pemenang perang di daerah talukannya bisa memicu
perubahan sosial.
3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain Masuknya pengaruh asing lewat proses pertukaran budaya
atau media massa sering memengaruhi masyarakat lokal. Proses ini bisa pula memicu perubahan sosial
di dalam masyarakat terjadi.

1. Generasi X (1961-1980)
Anak yang sering merasa sendirian akibat ditinggal orang tuanya bekerja—merupakan istilah yang
kerap diberikan untuk para generasi X. Maklum, generasi ini dibesarkan oleh orang tua alias generasi
Baby Boomers yang workaholic. Generasi ini terlahir pada masa-masa adanya gejolak dan transisi (di
bidang ekonomi, kemasyarakatan, kebudayaan dan transformasi dunia industri) serta menyaksikan
berbagai konflik global seperti jatuhnya Uni Soviet dan Tembok Berlin.11
Kondisi tersebut membuat generasi ini cenderung lebih toleran, mandiri, tekun dalam bekerja, dan
memiliki jiwa pengusaha. Apalagi, generasi ini mulai mengenal yang namanya komputer sehingga
mereka mulai berpikir secara inovatif untuk mempermudah kehidupan manusia. Orang yang terlahir di
generasi ini pun mulai sadar akan pentingnya dana pensiun untuk masa depan— sehingga mereka
cenderung menggunakan uang yang dimilikinya untuk modal usaha, biaya anak, membeli kendaraan
dan membeli properti.
2. Generasi Y (1981-1994)
Generasi Y atau yang lebih akrab dengan sebutan Millennial/ Milenium adalah generasi yang lahir
di saat teknologi sedang berkembang. Generasi yang berusia 21 hingga 36 tahun ini udah mulai
berinteraksi dengan teknologi, gaes. Kehadiran internet yang semakin canggih mulai dari komputer,
video games, gadget, dan smartphone membuat generasi ini mudah mendapatkan informasi secara
cepat dan mudah. Mereka juga banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti E-mail,
SMS, Instan Messaging 12(Yahoo Messenger) dan Media Sosial (Facebook, Twitter, Instagram,
Youtube, dan lain-lain). Karena hal itulah mereka memiliki ide-ide visioner dan inovatif dalam hal
pemanfaatan teknologi (tech-savvy). Walaupun generasi Y ini ambisius dalam bekerja tapi mereka
tetap mementingkan me time, lho. Keseimbangan antara gaya hidup dan pekerjaan membuat generasi
ini cenderung mencari pekerjaan yang bisa menunjang hal tersebut dan tetap bisa melakukan hobi
yang mereka suka. Di samping kerja kantoran, mereka juga memiliki jiwa entrepreneur yang tinggi—
bahkan sebagian dari mereka ada yang membuka bisnis sendiri.
Dengan kelebihan yang dimilikinya tersebut, generasi ini punya kepercayaan diri yang baik dan
tetap menjunjung tinggi kritik dan saran dari orang lain. Dalam dunia industri, mereka pun harus
diperlakukan berbeda dengan generasi sebelumnya karena mereka terbiasa hidup dengan pola kekinian
dan sangat kreatif. Karena terlahir di era globalisasi, generasi milennial ini cenderung bersifat
11
Aronson, D (1998) Overview of System Thinking http://www.thinking.netJindex.html
Axelrod, R (1976) The analysis of cognitive maps, pp 55-73 of
12
Aronson, D (1998) Overview of System Thinking http://www.thinking.netJindex.html Axelrod, R (1976) The
analysis of cognitive maps, pp 55-73 of
konsumtif, gaes. Mereka banyak menghabiskan uang yang dimiliki untuk membeli gadget keluaran
terbaru, kendaraan, jalan-jalan dan kuliner. Ehh, tapi mereka juga sadar, kok, akan pentingnya properti
untuk keluarga.
3. Generasi Z (1995-2010)
Generasi ini adalah generasi yang lahir di era tahun 1995, gaes. Usia tertua generasi ini adalah
mereka yang berusia 21 tahun—yang sebentar lagi baru akan lulus dari bangku kuliah dan belum
memasuki dunia kerja. Generasi ini isebut juga iGeneration, generasi net atau generasi internet.
Mereka memiliki kesamaan dengan generasi Y. Tapi, bedanya, mereka mampu mengaplikasikan
semua kegiatan dalam satu waktu. Waah, hebat, ya! Sejak lahir generasi Z ini udah berhubungan
langsung dengan beragam aplikasi internet. Sehingga generasi ini sangat mudah beradaptasi dengan
teknologi komunikasi. Contohnya, bermain Twitter dengan ponsel, browsing dengan komputer, dan
mendengarkan musik menggunakan headset. Intinya, apapun yang mereka lakukan kebanyakan
berhubungan dengan dunia maya. Karena lahir di saat teknologi berkembang semakin pesat, generasi
ini sangat bergantung pada teknologi, gadget, dan aktivitas lain di media sosial. Mereka lebih
memprioritaskan popularitas, jumlah followers dan like. Sementara dalam hal konsumsi media sosial,
generasi milennial menghabiskan rata-rata 6-7 jam per minggu, sedangkan gen Z memeriksa media
sosial mereka seenggaknya hampir setiap jam. Nah, sayangnya, ketergantungan tersebut membuat
mereka suka dengan hasil yang instan, cenderung keras kepala, dan selalu terburu-buru. Mereka juga
sangat menyukai kegiatan sosial dan bergaul, lho. Hal ini membuat mereka dengan suka rela
mengeluarkan banyak uang untuk bersenang-senang. Selain media sosial, generasi ini gemar sekali
melakukan transaksi belanja secara daring karena dinilai praktis dan bisa dilakukan di mana aja Meski
begitu, generasi ini sangat suka dengan tantangan baru, lhoo. Kemajuan teknologi dan keterbukaan
informasi, membuat generasi ini mudah untuk mendapatkan uang secara instan. Nggak cuma uang dari
pemberian orang tua, tapi mereka bisa menghasilkan uang dengan berselancar di media sosial dan
kreativitas mereka masing-masing (Misalnya, jadi Youtuber (https://rencanamu.id/rd/p/436) ataupun
Selebgram). Jadi, nggak heran banyak anak generasi Z yang belum kerja formal tapi udah punya
penghasilan sendiri.
4. Generasi Alpha (2011-Sekarang)
Generasi ini adalah lanjutan dari generasi Z dimana mereka udah terlahir dengan teknologi yang
semakin berkembang sangat cepat. Umur paling tua dari generasi ini adalah 7 tahun. Mereka terlahir
dari keluarga dengan masa generasi Y—yang juga terlahir pada masa-masa awal perkembangan
teknologi. Jadi, nggak heran, di usia mereka yang masih balita, mereka udah mengenal dan
berpengalaman menggunakan gadget, smartphone dan kecanggihan teknologi yang ada. Hal ini,
tentunya akan mempengaruhi perkembangan anak-anak generasi Alpha serta membuat pola pikir
mereka menjadi lebih terbuka, transformatif, dan inovatif dibandingkan generasi-generasi sebelumnya.
Saat ini, emang belum bisa diprediksi watak dari generasi Alpha dalam bekerja dan bagaimana
kecenderungannya menghabiskan uang. Meski begitu, nggak sedikit dari mereka yang udah bisa
menjadi sumber penghasilan bagi orang tuanya berkat kemajuan media sosial, lho. Dulu, ‘kan, cuma
anak artis dan publik figur aja yang bisa terkenal. Tapi, kini anak kecil siapa aja yang lucu dan
menarik bisa menjadi sorotan dan bintang. Namun di balik kelebihan anak generasi Alpha, mereka
sangat membutuhkan peran dan kasih sayang orang tua. Butuh strategi khusus untuk mendidik
generasi ini agar mereka tumbuh menjadi anak yang mahir dengan teknologi tapi tetap menghargai
nilai-nilai kekeluargaan.

E. Dakwah Pada Masyarakat Multikultural


Dakwah adalah sejumlah pengetahuan tentang proses upaya mengubah sesuatu situasi kepada
situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran islam, atau proses mengajak manusia ke jalan Allah. 4
Dakwah dimasyarakat akan memiliki posisi ganda, pada satu sisi dakwah merupakan bagian dari
system sosial yang berproses sesuai dengan pranata-pranata khusus yang berlaku di masyarakat
setempat. Siapa yang layak menjadi da’i, apa metode dakwah, materi dakwah, media dakwah yang
digunakan dan siapa saja yang bisa menjadi mad’u, semuanya ditentukan berdasarkan tipe
masyarakatnya. Sehingga tipe masyarakat akan menentukan karakteristik dakwahnya. Pada sisi lain
dakwah berposisi sebagai agen perubahan di masyarakat. Dakwah memiliki maksud untuk mengubah
tatanan sosial masyarakat yang tidak sesuai dengan ajaran agama islam,menuju suatu tatanan sosial
yang diciptakan oleh agama Islam.
1. Ciri-ciri masyrakat multikultural
Masyarakat multikultural merupakan tipikal masyarakat yang didalamnya terdapat berbagai
macam etnik yang hidup bersama. Heterogenitas sebenarnya merupakan watak dasar sebuah
masyarakat, yang membedakannya dengan komunitas. Jika dalam satu masyarakat atau beberapa
masyarakat suatu bangsa terdiri dari etnik yang beraneka ragam seperti di indonesia, oleh para
antropolog disebut sebagai masyarakat majemuk.
Ciri masyarakat multikultura;
a. Mengakui keanekaragaman kebudayaan.
b. Kelompok-kelompok budaya berada dalam posisi sederajat.
c. Tatanan masyarakat multikultural memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif diantara
unsur-unsurnya melalui proses belajar.
d. Memperjuangkan terciptakan keadilan sosial antara berbagai unsur yang berbeda.
e. Terjadi segmentasi, yaitu masyarakat yang terbentuk oleh bermacam macam suku ras, yang
lain lain tetapi masih memiliki pemisah.
f. Memiliki struktur dalam lembaga yang non komplementer.
g. Konsensus rendah maksudnya adalah dalam kelembagaan pastinya memerlukan adanya
suatu kebijakan dan keputusan.
h. Relatif potensi ada konflik, dalam masyarakat majemuk pastinya terdiri dari berbagai
macam suku adat dan kebiasaan masing masing. Sembilan, Adanya dominasi politik
terhadap kelompok lain.13
2. Bentuk Masyarakat Multikultural
J.S Furnivall membedakan masyarakat dalam empat kategori atau bentuk sebagai berikut:
a. Masyarakat majemuk dengan komposisi seimbang,terdiri atas sejumlah komunitas dan
mempunyai kekuatan kompetitif serta seimbang.
b. Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan, terdiri atas sejumlah komunitas etnis
dengan kekuatan tidak seimbang.
c. Masyarakat majemuk dengan minoritas dominan mempunyai arti bahwa kelompok mioritas
memiliki keunggulan kompetitif sehingga mendominasi kehidupan politik atau ekonomi
masyarakat.
d. Masyarakat majemuk dengan fragmentasi merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas
komunitas etnis kecil sehinggatidak memiliki posisi dominan dalam politik dan ekonomi.14
3. Konsep Dakwah Pada Masyarakat Multikultural
Dakwah mengakui adanya perbedaan madú secara individu dan budaya.

13
Aronson, D (1998) Overview of System Thinking http://www.thinking.netJindex.html
Axelrod, R (1976) The analysis of cognitive maps, pp 55-73 of
14
Aronson, D (1998) Overview of System Thinking http://www.thinking.netJindex.html
Axelrod, R (1976) The analysis of cognitive maps, pp 55-73 of
a. Dakwah mengangap bahwa masing- masing madú mempunyai perbedaan derajat sesuai
dengan kedudukan dan prestasinya.
b. Dakwah perlu menumbuhkan interaksi antara mad’ú melalui cara konfensional dan
komunikasi.
c. Dakwah perlu mendorong tumbuhnya sikap menghormati dan menghargai perbedaan
masing- masing madú untuk mewujudkan keadilan.
4. Strategi Dakwah Multikultural
a. Mubalig penting mengetahui terlebih dahuku tentang kondisi sosial madú sebelum
melakukan kegiatan berdakwah.
b. Mubaligh sayogyanya mempertimbangkan kondisi sosial madú dalam menentukan materi
dakwah yang relevan, metode dakwah, media dakwah.
c. Mubaligh dalam memberikan materinya, dengan cara memberikan pilihandan problem
solving, dari pada menggurui, menyalahkan dan mencacimaki.
5. Ciri Khas Dakwah Multikultural
a. Mengakui dan menghargai keunikan dan keragaman etnoreligio.
b. Mengakui adanya titik kesamaan dalam keragaman etno-religio.
c. Paradigma fenomena keagamaan sebagai kultur.
d. Semestinya progresivisme dan dinamisme dalam memahami agama.
6. Pendekatan Dakwah Multikultural
a. Target dakwah diarahkan pada pemberdayaan kualitas umat islam dalam ranah interanal dan
kerjasama serta dialog antar agama dan budata dalam ranah eksternal.
b. Dalam multikultural menggagas ide tentang kesetaraan hak hak sipil warga negara termasuk
hak hak kelompok minoritas.
c. Dakwah multikultural memilih untuk menggunakan pendekatan kultural ketimbang harakah.
d. Dakwah meltikultural menggagas ide dialog antar budaya dan keyakinan.
e. Dakwah multikultural merasa perlu menyegarakan kembali pemahaman islam kelasik
daeangan cara melakukan keinterpretasi dan rekontruksi pemahaman islam sesuai dengan
perkembangan masyarakat global multikultural.
7. Dakwah Berbasis Multikultural
Beragam budaya, agama, etnis dan golongan membutuhkan model pengelolaan yang sesuai
supaya dakwah tidak melenceng dari cita-cita luhurnya. Substansi dakwah multikulturalisme.
dikembangkan sebagai respon atas kondisi yang dilatarbelakangi oleh keragaman budaya atau
masyarakat multikultural, utama masyarakat yang sudah maju. Dakwah multikulturalime secara
konsepsional mempunyai dua pandangan dengan makna yang saling berkatian. 15
a. multikultural sebagai kondisi kemajemukan kebudayaan atau pluralisme budaya dari suatu
masyarakat. Kondisi ini diasumsikan dapat membentuk sikap toleransi.
b. multikulturalisme merupakan seperangkat kebijakan pemerintah pusat yang dirancang
sedemikian rupa agar seluruh masyarakat dapat memberikan perhatian kepada kebudayaan
dari semua kelompok etnik atau suku bangsa.
Hal ini beralasan, karena bagaimanapun juga, semua kelompok etnik atau suku bangsa telah
memberi kontribusi bagi pembentukan dan pembangunan suatu bangsa. Dalam kaitan dengan
kebijakan kedakwahan, multikulturalisme merupakan konsep sosial yang diitrodusir ke dalam kegiatan
dakwah. Jadi dakwah berwawasan multikultural, merupakan kebijakan dakwah yang mampu
mengayomi setiap kelompok dan mengapresiasi perbedaan kultur di masyarakat. Setiap kebijakan
15
Aronson, D (1998) Overview of System Thinking http://www.thinking.netJindex.html
Axelrod, R (1976) The analysis of cognitive maps, pp 55-73 of
dakwah diharapkan mampu mendorong lahirnya sikap apresiatif, toleransi, prinsip kesetaraan antar
budaya, kesetaraan gender, kesetaraan antar pelbagai kelompok etnik, kesetaraan bahasa, agama, dan
sebagainya.
8. Hakikat Dakwah Berbasis Multikulturakisme
Dasar pemikiran dakwah multikultural sejatinya berangkat dari pandangan dakwah kultural,
yakni pengakuan doktrinal Islam terhadap keabsahan eksistensi budaya dan kearifan lokal yang tidak
bertentangan dengan prinsip tauhid. Namun, dakwah multikultural berangkat lebih jauh dalam hal
intensitas atau keluasan cakupan kulturalnya. Dakwah multikultural, memikirkan bagaimana pesan
dakwah ini disampaikan dalam situasi masyarakat plural, baik kultur maupun keyakinannya.
Pendekatan multikultural, mencoba melihat yang banyak ragam tersebut sebagai sebuah keunikan
tersendiri dan tidak seharusnya dipaksa untuk disatukan, tetapi tetap berjalan harmonis dalam
keragaman dan perbedaan.
9. Karakteristik Dakwah Berbasis Multikulturalisme
Dalam pendekatan dakwah berbasis multikulturalisme ada empat ciri khas, yaitu:
a. Mengakui dan menghargai keunikan dan keragaman etno-religio. Masing-masing budaya
dan keyakinan yang dimiliki agama, menjadi sesuatu yang sangat dihargai dan dihormati.
b. Mengakui adanya titik kesamaan dalam keragaman etno-religio. Dalam pendekatan,
multikulturalisme, diakui adanya titiktitik kesamaan antara pelbagai keyakinan dan kultur
yang beraneka ragam di samping juga tidak ditola adanya aspek-aspek yang tidak mungkin
dikompromikan.
c. Paradigma fenomena keberagamaan sebagai kultur. Pendekatan multikulturalisme
mencoba memahami tingkah laku umat beragama sebagai sebuah fenomena kultur. Agama
dan budaya saling mempengaruhi. Pendekatan multikulturalisme berusaha memahami dan
mengakomodasi perbedaan-perbedaan keyakinan tersebut dalam konsep dan bingkai
budaya yang mendukung adanya toleransi (tasamuh).
d. Kemestian progesivisme dan dinamisme dalam memahami agama. Karena yang dilihat
melalui pendekatan multikulturalisme adalah tingkah laku beragama sebagai sebuah
kultur. Pendekatan multikulturalisme memiliki sifat dinamis-progesif, yang bermakna
bahwa setiap kebudayaan agama itu adalah suatu proses yang tumbuh dan berkembang
secara berkelanjutan, sejalan dengan pemahaman dan penghayatan tentang agama dan
interaksi antar sesame, dan seiring dengan dinamika dan perkembangan zaman.

10. Pendekatan Dakwah Berbasis Multikulturalisme


Ada beberapa pendekatan dalam kegiatan dakwah berbasis mulikulturalisme, diantaranya:
a. Pemikiran dakwah berbasis multikulturalisme berbeda dengan pemikiran dakwah
konvensional yang menempatkan konversi iman sebagai inti dari dakwah. Akah tetapi,
dakwah berbasis multikulturalisme menekankan agar target dakwah lebih diarahkan pada
pemberdayaan kualitas umat dalam ranah internal, dan kerjasama serta dialog antar agama
dan budaya dalam ranah eksternal. Pendekatan dakwah multikultural, menilai bahwa
fenomena konversi non muslim menjadi muslim adalah efek samping dari tujuan dakwah,
dan bukan menjadi tujuan utama dalam dakwah. Sehingga orientasi sasaran dakwah tidak
menekankan pada aspek kuantitas sasaran dakwah, melainkan lebih pada kualitas sasaran
dakwah.
b. Dalam ranah kebijakan publik, dakwah multikultural menggagas ide tentang kesetaraan hak-
hak warga negara, termauk hak-hak kelompok minoritas. Tujuannya, agar tidak ada upaya
penindasan dari kaum mayoritas terhadap kaum minoritas.
c. Dalam ranah sosial. Dakwah berbasis multikulturalisme memilih pendekatan kultural yang
mengedepankan strategi sosialisasi Islam sebagai bagian integral umat, dan bukan sesuatu
yang asing melalui pengembangan gagasan Islam sebagai sistem moral.
d. Dalam konteks pergaulan global. Dakwah multikulturalisme menggagas ide dialog antar
budaya dan agama. Hal ini, bertujuan untuk merespon fenomena globalisasi yang dari hari ke
hari sekat pembatas antarbudaya dan antar agama mulai hilang.16

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam merupakan agama artinya, setiap pemeluknya di anjurkan untuk selalu memberikan
ajakan kepada kebaikan kepada semua manusia. Dakwah tidak hanya sekedar
menyampaikan pesan dakwah saja melainkan dakwah memeiliki tugas yang sangat komplek
Ketika hendak melakukan proses dakwah, salah satu diantaranya adalah isu soal
multikultturalisme khususnya di indonesai. Kondisi yang sangat beragam tersebut
mengharuskan mubaligh untuk serius menganalisis tentang keberadaan dari ojek dakwah
tersebut bauk dari dimensi profesi, Bahasa budaya dan ekonomi, seingga dakawah yang
disampikan dapat diterima pada kondisi social budaya apapun. Maka dengan keberterimaan
itu membuat islam semakin terbukti akan sifatnya yang rahmatan lil alamin.

B. DAFTAR PUSTAKA

Aronson, D (1998) Overview of System Thinking http://www.thinking.netJindex.html

Axelrod, R (1976) The analysis of cognitive maps, pp 55-73 of

16
Aronson, D (1998) Overview of System Thinking http://www.thinking.netJindex.html
Axelrod, R (1976) The analysis of cognitive maps, pp 55-73 of
Axelrod, R (ed) Structure of Decision: The Cognitive Maps of Political Elites New Jersey:
Princeton University Press

Byrne, P (2007) The Many Worlds of Hughs Scientific American

De Bono, E (1990) Lateral Thinking: A Text Book of Creativity London: Penguin Books

Faqih, Ahmad,2015, Sosiologi Dakwah: Teori dan Praktik, Semarang: Karya Abadi Jaya.

Kurniawan, Agus, DKK,2014, Sosiologi,Solo: Haka MJ.

Anda mungkin juga menyukai