Anda di halaman 1dari 16

Makalah

PERAN GENERASI MILENIAL DALAM MEWUJUDKAN GOOD


CITIZENSHIP DI INDONESIA

Diajukan untuk menyelesaikan tugas pada mata kuliah

Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun oleh kelompok 11

1.Mhd.Melwin Gunawan

2. Ita Andriani

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-WASHLIYAH

BINJAI

2023
KATA PENGANTAR

‫ِبْســــــــــــــــــِم ِهللا الَّرْح َمِن الَّر ِح ْيِم‬

١٠ ‫ٰۤي َاُّيَها اَّلِذ ۡي َن ٰا َم ُنۡو ا َهۡل َاُد ُّلُك ۡم َع ٰل ى ِتَج اَر ٍة ُتۡن ِج ۡي ُك ۡم ِّم ۡن َع َذ اٍب َاِلۡي ٍم‬

١١ ‫ُتۡؤ ِم ُنۡو َن ِباِهّٰلل َو َر ُس ۡو ِلٖه َو ُتَج اِهُدۡو َن ِفۡى َس ِبۡي ِل ِهّٰللا ِبَاۡم َو اِلُك ۡم َو َاۡن ُفِس ُك ۡم ؕ ٰذ ِلُك ۡم َخ ۡي ٌر َّلـُك ۡم ِاۡن ُك ۡن ُتۡم َتۡع َلُم ۡو َۙن‬

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Penulis mengucapkan puji dan syukur


kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Hanya
kepada-Nya lah kami memuji dan bersyukur, meminta ampunan dan memohon
pertolongan. Tak lupa shalawat juga tercurahkan bagi Nabi Muhammad SAW
karena telah menyampaikan ajaran-ajaran Islam dan petunjuk dari Allah SWT,
yaitu syariat agama Islam yang sempurna. Satu-satunya syariat Islam dari
Rasulullah SAW adalah karunia terbesar bagi alam semesta.

Penyusunan makalah ini didasarkan atas pemenuhan tanggung jawab


tugas dan ditunjukkan sebagai sarana penampung informasi berdasarkan judul
yang kami tinjau secara lugas. Bantuan para kerabat dan teman serta pembimbing
dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah


Pendidikan Kewarganegaraan, ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.Penyusunan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami menyadari bahwa banyak
kekurangan dan kelemahan pada penyusunan dan penulisan. Demi kesempurnaan
makalah ini, kami sangat berharap adanya perbaikan, kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca.

Binjai, Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................2

Daftar Isi.................................................................................................................3

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang..........................................................................................4

B. Rumusan Masalah.....................................................................................4

C. Tujuan Masalah........................................................................................5

Bab II Pembahasan

A. Pengertian Generasi
Milenial.......................................................................6
B. Pengertian Good
citizenship........................................................................7
C. Peran Generasi Milenial mewujudkan Good citizenship di
Indonesi........10

Bab III Penutup

A. Kesimpulan................................................................................................15
B. Saran...........................................................................................................15
Daftar Pustaka......................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era reformasi di negeri kita sekarang ini banyak sekali dijumpai perilaku masyarakat
yang terasa menyimpang dari norma-norma tradisi yang mengambarkan kepatutan sosial. Ada
yang menganggapnya sebagai konsekuensi logis reformasi, ada juga yang mengangap sebagai
fenomena reformasi yang kebablasan. Jika pada masa orde baru kebanyakan pejabat negara itu
dipandang terhormat dan dihormati, kini semua pejabat publik bahkan presiden dan wakil
presiden pun menjadi bahan olok-olok demonstran jalanan. Bukan hanya itu, perilaku anarkipun
dilakukan oleh lapisan masyarakat yang semestinya berkarakter, seperti mahasiswa dan anggota
parlemen . Oleh karena itu dapat disebut bahwa anarki berlangsung dari jalanan hingga senayan.
Pertanyaan yang timbul adalah, apakah perilaku “menyimpang “ ini merupakan budaya
masyarakat kini, atau sekededar fenomena musiman? Pertanyaan mendasar berikutnya, mengapa
terjadi hal itu dan siapa yang harus disalahkan atau siapa yang harus bertanggung jawab?
Era globaliasi masyarakat modern adalah sebagai dampak perubahan sosial budaya yang
sekarang sudah dirasakan. Pergaulan sosial dalam masyarakat global yang ditunjang teknologi
komunikasi dan informasi menghadapkan perdaban masyarakat bersih pada kemajemukan dan
perbedaan sistem nilai. Perubahan sistem nilai sebagai dampak pertemuan dengan budaya lain
dengan sistem nilainya yang berbeda dapat menimbulkan kritis nilai. Paling kurang untuk
sementara waktu, orang seperti kehilangan pegangan atau mengalami ketidak jelasan arah hidup.
Dalam situasi seperti itu, erosi nilai-nilai kemanusian perlu diwaspadai. Semakin dominannya
nilai ekonomis dalam masyarakat atau semakin merajelelanya arus komersialisasi diberbagai
bidang kehidupan dan semakin nilai-nilai kemanusiaan terancam. Dewasa ini, peran generasi
milenial sangat dibutuhkan dalam mewujudkan masyarakat yang berperilaku baik atau yang
lebih keren disebut dengan good citizenship.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, kami merumuskan beberapa masalah, diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan generasi milenial ?

4
2. Apa yang dimaksud dengan good citizenship ?
3. Apa peran generasi milenial dalam mewujudkan good citizenship di Indonesia ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian generasi milenial.
2. Mengetahui pengertian good citizenship.
3. Mengetahui peran generasi milenial dalam mewujudkan good citizenship di Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Generasi Milenial

Istilah milenial pertama kali hadir diketahui dari seorang penulis bernama William
Strauss dan Neil Howe. keduanya dianggap sebagai pencipta dari istilah milenial pada tahun
1987. Ketika istilah tersebut pertama kali muncul, anak-anak yang lahir pada tahun 1987 mulai
masuk pra sekolah dan media-media mulai menyebut kelompok anak tersebut terhubung ke
dalam istilah milenium.
Dua penulis tersebut, menulis mengenai kelompok milenium pada bukunya yang berjudul
“The History of America’s Future Generations, 1584 to 2069 (1991)” serta buku berjudul
“Millennials Rising: The Next Great Generation (2000)”.
Kemudian pada tahun 1993, tepatnya pada bulan Agustus sebuah majalah bernama
Advertising Age mulai mencetuskan istilah generasi y. Gen y tersebut digunakan untuk
menggambarkan anak yang masih berusia 11 tahun atau lebih muda dan remaja. Kelompok
tersebut, kemudian didefinisikan sebagai kelompok yang berbeda dari gen x.
Seorang psikolog bernama Jean Twenge mengungkapkan, bahwa istilah milenial
dijelaskan sebagai generation me di tahun 2006 pada bukunya yang berjudul “Generation Me:
Why Today Young American Ar More Confident, Assertive, Entitled and More Miserable Than
Ever Before”.
Dalam bukunya tersebut, Twenge menjelaskan bahwa istilah milenial merupakan sebutan
yang kurang tepat. Sebab Twenge berpendapat bahwa milenial merupakan generasi yang sama
dengan gen x yang berusia lebih muda dan menjadi bagian dalam generation me.
Jean twenge memberikan atribut pada generasi milenial dengan karakter-karakter
khasnya seperti percaya diri, toleran, narsis dan sadar pada haknya, sesuai dengan hasil survei
dari kepribadian milenial.
Kemudian di tahun 2003, majalah Time membuat sebuah artikel yang berjudul Millenial:
Me Me Me Generation dan definisi milenial sebagai generation me dari Jean Twenge pun terus
digunakan oleh media lain.

6
Selain psikolog Jean Twenge, seorang ahli demografi bernama William Strauss dan Neil
Howe yaitu pencetus dari istilah milenial, mendefinisikan milenial sebagai anak-anak yang lahir
di tahun antara 1982 hingga 2004. Howe menjelaskan lebih lanjut, bahwa ada garis pemisah
antara generasi milenia dengan gen z yang memiliki sementara. Sebab, Howe berpendapat bahwa
ia tidak bisa memisahkan milenial dan gen z hingga anak-anak dalam era tersebut dewasa.
Baik Strauss dan Howe percaya bahwa setiap era generasi memiliki karakteristik yang
umum dan karakteristik tersebut akan menjadi karakter generasi dengan empat pola yang terus
berulang. Menurut hipotesis dari Strauss dan Howe, generasi milenial memiliki karakter yaitu
berwawasan sipil dengan empati yang kuat pada komunitas lokal maupun global.
Keduanya pun menjelaskan, bahwa ada tujuh karakter yang dimiliki oleh milenial di
antaranya ialah, spesial, terlindungi, percaya diri, memiliki wawasan kelompok, konvensional,
tahan terhadap tekanan, serta selalu mengejar pencapaian.
Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Strauss dan Howe tentang milennial pun
memberikan banyak pengaruh serta kritik. Kritik tersebut datang pula dari Twenge yang
menganggap bahwa Strauss serta Howe dianggap terburu-buru dalam mengambil kesimpulan
mengenai milenial.
Generasi milenial kini, mungkin telah mulai mendapatkan pekerjaan serta telah
menginjak usia dewasa. Saat ini, bahkan generasi milenial kerap kali disebut-sebut sebagai salah
satu generasi yang cukup berpengaruh dalam dunia kerja serta bidang lainnya.
Dengan memiliki karakteristik yang khas, orang tua harus mampu membimbing generasi
milenial, agar anak-anak milenial mampu menjadi sosok dengan kepribadian yang lebih baik.
Oleh karena itu, hadir buku berjudul “Mempersiapan Generasi Milenial Ala Psikolog” yang
ditulis oleh Tim dosen dari fakultas psikologi, Unika Atma Jaya Jakarta.

B. Pengertian Good Citizenship

Istilah goodcitizen sering disebut sebagai warga negara yang baik. Good citizen diambil
dari istilah bahasa Inggris. Good berarti baik, dan citizen berarti warga negara. Dari kedua
pengertian tersebut jika digabungkan bahwa goodcitizen berarti warga negara yang baik.

7
Menurut Winarno dan Wijianto (2010: 23) disebutkan bahwa, mengandung pengertian peserta,
anggota atau warga dari suatu organisasi perkumpulan. Warga negara merupakan anggota yang
sah dari suatu masyarkat.
Menurut Tunner dalam Winarno (2009: 4-5) mengatakan bahwa, a citizen a member of
group living under certain laws warga negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang
hidup atau tinggal di wilayah hukum tertentu. Dikatakan demikian karena warga negara terdiri
dari orang-orang yang mengambil peran dalam kehidupan bernegara yaitu yang bisa memerintah
dan diperintah. Orang yang memerintah dan diperintah itu sewaktu-waktu dapat bertukar peran
dan mereka harus sanggup memainkan peran yang berguna dalam negara. Peran warga negara
tersebut meliputi 2 hal yaitu:
1) Peran warga negara dalam kondisi masyarakat demokratis yang sudah mapan dengan
iklim politik yang normal yang memiliki aktivitas seperti kegiatan partai politik, mengabdikan
diri dalam organisasi sosial, dan ikut dalam bela negara.
2) Peran warga negara terlibat aktif dalam berbagai aktivitas dalam masyarakat pluralistik
hingga memperoleh pemahaman, bukan mengabaikan situasi berlangsung begitu saja.
Menurut Gross dan Zeleney dalam Aziz Wahab dan Sapriya (2009: 17) mengatakan
bahwa: Caharacteristic good citizen bay defining him in of five essential as one who 1) caherises
democraic value and bases him action on them, 2) recognizes the work toward their solutions, 3)
is aware and takes responsibility for meeting basic human needs, 4) practices democratic human
relations in family, school and community 5) proseses and uses knowledge, skill and abilities
nessary in a democratic society.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diterjemahkan bahwa karakteristik seorang warga
negara yang baik memenuhi salah satu diantaranya, 1) menghargai nilai-nilai demokrasi dan
menjadikannya dasar dalam setiap perilaku, 2) menyadari permasalahan-permasalahan sosial dan
memiliki keinginan dan kemampuan memberi solusi, 3) menyadari dan mengambil tanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, 4) menjunjung demokrasi dalam hubungan
keluarga, sekolah dan kelompok, 5) proses dan penggunaan pengetahuan, keterampilan dan
tanggung jawab yang dibutuhkan dalam masyarakat demokrasi.

8
Menurut Margaret Stimman Branson dalam Winarno dan Wijianto (2010: 50)
menjelaskan mengenai warga negara yang baik adalah sebagai berikut: Warga negara yang baik
adalah warga negara yang mau dan mampu berpartisipasi dan bertanggung jawab yang didasari
oleh pengetahuan, keterampilan, dan penerapan nilai warga negara (civic knownladge, skills and
valuedes) yang dapat diperoleh dari berbagai disiplin ilmu sosial yang dapat digunakan secara
baik guna memudahkannya dalam kehidupannya di masyarakat terutama di dalam membuat
keputusan serta dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya baik sebagai individu,
anggota masyarakat ataupun warga negara.
Aziz Wahab dan Sapriya (2009: 55) yang menegaskan kembali tentang civic knownladge,
civic skills dan civic dispositions. Berikut ini penjelasan mengenai civic knowledge, civic skills
dan civic disposition.
1) Pengetahuan warga negara (civic knowledge) yaitu berkenaan dengan apa-apa yang
perlu diketahui dan dipahami secara layak oleh warga negara. Pengetahuan kewarganegaraan
meliputi pengetahuan tentang: prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan
nonpemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasarkan hukum, peradilan yang bebas dan
tidak memihak, korupsi, sejarah nasional, hak dan kewajiban warga negara, hak asasi manusia,
hak sipil, dan hak politik.
2) Keterampilan warga negara (civic skills) yaitu berkaitan dengan apa yang seharusnya
dapat dilakukan oleh warga negara bagi kelangsungan bangsa dan negara. Keterampilan warga
negara (civic skills) meliputi: kecakapan intelektual dan kecakapan partisipatoris. Kecakapan
intelektual meliputi: mengidentifikasikan (identifying), menggambarkan (describing),
menganalisis, menilai, mengambil, dan mempertahankan posisi atas suatu isu (taking and
definding position on public issue). Sedangkan kecakapan partisipatoris meliputi: berinteraksi
(interacting), mamantau (monitoring), dan mempengaruhi (influencing).
3) Karakter warga negara (civic dispositions) yaitu berkaitan dengan watak, sikap atau
karakter kewarganegaraan. Karakter memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Watak kewarganegaraan (civic disposition) menunjuk
pada karakter privat dan karakter publik. Dalam karakter privat meliputi: tanggung jawab moral,
disiplin diri, dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap individu.

9
Sedangkan karakter publik meliputi kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan
aturan main (rule of law), berfikir kritis, dan kemampuan untuk mendengar.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa, good citizen memiliki istilah yang
sama dengan warga negara yang baik. Sebagai warga negara yang baik, harus mampu
menjalankan perannya dalam pembangunan negara. Seseorang dapat dikatakan sebagai warga
negara yang baik, apabila memiliki berbagai kemampuan atau kompetensi kewarganegaraan.
Kompetensi kewarganegaraan tersebut meliputi: pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan
kewarganegaraan, dan watak atau karakter kewarganegaraan, serta penerapan nilai
kewarganegaraan (civic knownladge, skills, civic disposition, and civic value). Kompetensi
tersebut digunakan secara baik dimaksudkan untuk memudahkan warga negara terutama dalam
membuat keputusan dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya baik sebagai individu,
anggota masyarakat, ataupun warga negara.

C. Peran Generasi Milenial Mewujudkan Good Citizenship di Indonesia

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, jumlah generasi milenial mencapai
69,38 juta jiwa atau sekitar 25,87% dari populasi Indonesia. Sementara untuk generasi Z
mencapai 74,93 juta jiwa atau sekitar 27,94% dari total penduduk Indonesia. Besarnya jumlah
populasi generasi milenial dan generasi Z ini sungguh sangat penting mengingat peran strategis
mereka sebagai penerus pembangunan bangsa Indonesia.
Dalam dunia “politik praktis” maupun “politik etis”, generasi milenial dan juga generasi
post-milenials, akhir-akhir ini sudah mulai menunjukkan peran dan kontribusi yang cukup
menonjol. Di usia mereka yang terbilang muda, mereka sudah berani terjun ke dunia politik,
yang kata orang selama ini “politik itu kejam”.
Sebagai contoh, pada Pemilu 2019, kita dapat temukan banyak sekali generasi milenial
yang berpartisipasi dalam Pemilihan anggota legislatif, dari tingkat kabupaten/kota, provinsi
hingga pusat. Di tingkat pusat (DPR RI), di tahun 2019 ada 52 caleg terpilih dari kalangan
milenial.
Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi politik generasi milanial cukup tinggi. Secara
teoritis, partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta

10
secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin negara, ikut
serta dalam Pemilu, atau melakukan aktivitas yang secara langsung ataupun tidak langsung
mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Yang menarik, generasi milenial di era 4.0 ini memiliki karaker dan perilaku politik yang
khas dalam melakukan partisipasi politik. Dalam satu dekade terahir, mereka sangat aktif
menjadi bagian atau segmen masyarakat yang paling banyak menggunakan media sosial berbasis
internet dalam merespon isu-isu politik maupun dalam melakukan aktivitas politik.
Perlu kita ketahui bahwa penggunaan internet di kalangan milenial hari ini sudah
mencapai 88,5 persen. Intensitas generasi milineal ini dalam menggunakan teknologi informasi
berbasis internet telah menjadi trend sekaligus rutinitas yang terkadang mengambil sebagain
besar waktu mereka. Media sosial ini sangat efektif sebagai sarana untuk melakukan penyebaran
informasi, pengembangan pengetahuan, termasuk untuk melakukan kampanye politik (Komariah
& Kartini, 2019).
Selama ini, partisipasi politik generasi muda (terutama mahasiswa) pada umumnya lebih
banyak memilih posisi di luar kekuasaan. Mereka berpolitik secara etis, sebagai penjaga
moralitas politik publik. Saya fikir pilihan itu adalah pilihan yang baik dan memang harus ada
sebagian generasi muda yang berperan sebagai alat kontrol kekuasaan di setiap zaman.
Namun, tidak ada salahnya pula apabila ada sebagian dari generasi muda yang sudah
mulai terjun ke dunia politik praktis untuk mempersiapkan diri melanjutkan estafet politik tanah
air. Namun, jangan sampai generasi muda kehilangan idealismenya begitu masuk ke dunia
politik. Mereka harus tetap memegang teguh nilai-nilai kebaikan, kebenaran dan keadilan,
sebagaimana kata Aristoteles, bahwa politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk
mewujudkan kebaikan bersama. Jadi hakikatnya berpolitik adalah ikhtiar untuk mewujudkan
kebaikan bersama, bukan kerusakan bersama. Itu yang harus dicamkan oleh generasi milenial.
Tentu kita turut prihatin, selama ini dunia politik dipersepsikan secara buruk oleh
masyarakat, termasuk oleh sebagian generasi muda. Menurut riset yang dilakukan oleh Litbang
Media Indonesia, ada beberapa alasaan generasi milenial tidak tertarik pada politik, antara lain:
1. Menganggap politik sebagai hal yang membosankan
2. Aktor-aktor politik lebih mementingkan diri sendiri
3. Banyak hoaks yang beredar.

11
Persepsi demikian tidak bisa disalahkan sepenuhnya, karena mereka melihat secara
empiris berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi selama ini. Untuk itu, tugas dari generasi
milenial dan post-millenials hari ini dan di masa depan adalah melakukan perubahan/perbaikan
terhadap budaya dan nilai-nilai politik yang masih buruk. Marilah kita gali kembali teladan-
teladan politik dari para pendiri bangsa kita. Jika kita belajar dari para founding fathers bangsa
ini, setidaknya ada dua learning points yang dapat kita adaptasi hari ini.
Pertama, tokoh-tokoh utama dari founding fathers kita dulu adalah orang-orang yang
tulus dalam memikirkan nasib bangsa dan negaranya. Meskipun mereka tidak “satu warna”
(beragam warna ideologi politik), namun mereka tetap meyakini bahwa politik adalah kegiatan
untuk menciptakan kebaikan bersama, meski dengan cara pikir yang majemuk. Namun, mereka
tetap dapat menjaga persatuan Indonesia. Kedua, mereka adalah orang-orang yang aktif dalam
dunia politik di usia yang masih sangat belia.
Tahukan Anda usia berapa Soekarno mulai terkenal? Beliau mulai terkenal sejak masuk
sebagai anggota Jong Java cabang Surabaya di usianya yang baru 14 tahun. Kemudian, di
usianya yang baru 25 tahun, Bung Karno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) atau klab
kuliah umum di Tanah Pasundan, Bandung pada tahun 1926, yang kemudian menjadi cikal bakal
Partai Nasional Indonesia (PNI). Hingga akhirnya sejarah bangsa ini mencatat Ir. Soekarno
menjadi presiden Republik Indonesia pertama, di usianya yang baru menginjak 44 tahun.
Demikian pula Mohammad Hatta. Beliau yang usianya hanya terpaut 1 tahun lebih muda
dari Soekarno, sudah aktif di pergerakan politik di usia belasan tahun. Di usia pelajar, beliau
sudah aktif di Jong Sumatranen Bond sebagai bendahara. Di usia 24 tahun, beliau sudah menjadi
pimpinan organisasi Perhimpunan Indonesia. Hingga pada akhirnya pula beliau menjadi Wakil
Presiden RI pertama di usianya yang baru 43 tahun.
Demikian pula para pendiri bangsa lainnya, seperti Mohammad Yamin, H. Agus Salim,
Wahid Hasyim, Mohammad Natsir dan masih banyak lagi. Tokoh-tokoh seperti mereka,
barangkali semakin langka di era ini. Namun, kita harus meyakini bahwa sejarah itu tidak
berjalan secara linear. Kita masih memiliki harapan besar kepada generasi di masa yang akan
datang. Melalui pendidikan politik yang berkualitas dan beradab, kita harapkan peran generasi
milenial dan juga post-milenial di masa depan lebih banyak membawa perubahan yang lebih
maju dalam kehidupan politik kita.

12
Latar belakang sejarah tersebut melahirkan bukti, bahwa generasi muda merupakan
bagian dari perubahan sosial dari generasi ke generasi. Hal ini rasanya tidak akan berubah
sampai kapanpun, jika melihat karakter psikologis pemuda yang notabene sedang memasuki
masa aktif, reaktif, kreatif, dan kritis dalam masa perkembangan sosial manusia. Tentu sudah
menjadi sebuah keniscayaan untuk menyematkan label agen perubahan (agent of change) di
pundakgenerasi muda.
Dunia saat ini sudah move on memasuki era millennials. Era ini digambarkan sebagai
periode waktu di mana teknologi berkembang dengan pesat dan menjadi sebuah gaya hidup bagi
generasi di dalamnya. Generasi millennials menjadi sebutan bagi orang yang lahir sekitar tahun
1980 hingga 1999. Artinya, masyarakat yang kini berusia 18-35 tahun diklasifikasikan sebagai
kaum millennials.
Perbedaan yang menjadi ciri khas kaum millenial dengan generasi sebelumnya
diantaranya bahwa perkembangan teknologi sekarang ini telah menjadikan para millenial masuk
ke dalam dunia digital. Inilah salah satu letak perubahan tantangan generasi muda (zaman now)
sebutan bagi kaum millenial untuk menggambarkan masa kini. Setidaknya ada tiga peran
pemuda di era millennials, yaitu sebagai agent of change, innovator, dan promoter bangsa.
Peran apa yang harus dilakukan dalam bela negara Indonesia?. Bela negara berarti sikap
dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan pada Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945. Setiap warga negara Indonesia memiliki kewajiban untuk berperanserta dalam
menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewajiban,
keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, merupakan hak yang dimiliki setiap warga
negara Indonesia. Pada masa sekarang, bela negara bukan hanya menghadapi ancaman militer
berupa agresi dan pelanggaran wilayah, melainkan juga menghadapi ancaman nonmiliter.
Ancaman nonmiliter adalah ancaman yang tidak bersifat fisik serta bentuknya tidak
terlihat. Ancaman nonmiliter, seperti masuknya paham komunisme dan liberalisme, pengaruh
negatif dari kemajuan iptek ( Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ).
Generasi muda harus mencoba untuk tidak selalu menjadi buruh di negara lain. Sudah
waktunya generasi mudaberkarya untuk negeri. Membuat sesuatu dengan ciri khas Indonesia.
Generasi muda harus tahu apa yang dikerjakan, kita juga harus cerdas dan yang paling penting

13
adalah bisa bekerja sama dalam perbedaan, karena Indonesia adalah keberagaman dan kesatuan
demi menjaga keutuhan bangsa dan negara Indonesia yang dicintai.
Di zaman millenial yang lekat dengan kecanggihan teknologi, telah mengubah tren Peran
dan Tantangan generasi muda. Pemuda di zaman millenial ini, memiliki peran sebagai pengisi
kemerdekaan NKRI dengan menjadi agent of change, innovator, dan promoter bangsa.
Tantangan yang dahulu bersifat kolonialisme, kini telah berevolusi menjadi kompetisi global.
Musuh generasi muda yang harus diperangi bukan lagi penjajah bersenjata, melainkan
ketidakmampuan dalam menyaingi cepatnya arus perkembangan zaman.
Seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada acara Forum Indonesia
Millenial Movement yang berlangsung tanggal 9 - 13 November 2018 di Kota Tua Jakarta,
Presiden meminta para generasi muda dari berbagai daerah untuk beralih dari kebiasaan menebar
ujaran-ujaran kebencian ke pernyataan-pernyataan positif yang menjaga persatuan dan
optimisme bangsa. Istilah peralihan kebiasaan tersebut, disebut Presiden Jokowi sebagai ‘hijrah’.
Presiden meminta generasi milenial hijrah dalam berbagai hal. Antara lain, dari ujaran kebencian
ke ujaran kebenaran, dari pesimisme ke optimisme dan dari kegaduhan ke persatuan. Indonesia
Millenial Movement merupakan sebuah forum yang dibentuk organisasi Ma’arif Institute
yang mempertemukan 100 anak muda dari berbagai daerah untuk merumuskan usaha
perdamaian, pencegahan ekstremisme dan perdamaian.
Saat Tahun 2017 di Kawasan Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. (4/8/2017),
Presiden Joko Widodo juga mengajak semua kalangan untuk bersiap menghadapi perubahan
karena generasi Y atau generasi millenial itulah yang nanti mempengaruhi pasar, ekonomi dan
politik. Kemunculan generasi Y (sebutan lain dari generasi millenial) sebagai agen pembawa
perubahan akan sangat mempengaruhi pasar, baik politik maupun ekonomi Indonesia dalam
kurun 5 - 10 tahun ke depan. Hal ini disampaikan Presiden untuk menyadarkan kepada semua
bahwa perubahan global, betul betul ada, dan sudah nyata.
Penulis berkesimpulan, disinilah peran generasi muda, sebagai sosok yang dinamis,
optimis dan penuh semangat kerja, diharapkan bisa membawa ide-ide segar, pemikiran-
pemikiran kreatif dan inovatif, sehingga dunia tidak selalu dihadapkan pada hal-hal zaman old.
Dengan kata lain generasi mudaharus menjadi pelopor dan pemimpin masa depan yang lebih
baik dari pemimpin masa kini.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Potensi besar yang dimiliki oleh generasi muda ternyata sudah disadari oleh Presiden RI
Pertama, Bapak Ir. Soekarno sejak era kemerdekaan RI. Kutipan pidato Presiden ini,
menyiratkan pesan yang sangat kuat bagaimana pemuda bisa menciptakan perubahan. ( Beri Aku
10 Pemuda, Niscaya Akan Ku Guncangkan Dunia. )
Dalam konteks kemerdekaan, peran generasi pemuda sangat diperlukan untuk bertempur
melawan penjajah dengan sekuat tenaga, cucuran darah, dan keringat. Kekuatan yang dimiliki
generasi muda dibutuhkan untuk mempertaruhkan nyawa demi merebut NKRI ( Negara
Kesatuan Republik Indonesia ) dari tangan penjajah. Sejarah membuktikan, bahwa gerakan
generasi muda membawa Indonesia masuk ke Gerbang Pintu Kemerdekaan Negara Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Melihat fakta sejarah tersebut mengingatkan sekaligus menegaskan bahwa peran generasi
milenial yang saat ini masih cenderung relatif muda dan produktif sangat dibutuhkan untuk
perubahan negara ini untuk menjadi lebih baik dengan menjadi sosok perubahan yang
merupakan salah satu dari tujuan dan fungsi good citizenxhip di Indonesia.

B. Saran
Sebagai seorang yang memiliki kepribadian good citizenship di dalam dirinya, maka
hendaknya mampu membimbing masyarakat disekitarnya agar dapat merubah Negara yang
begitu besarnya, dengan cara merubah diri dan lingkungan sekitar terlebih dahulu kemudian pasti
juga akan mampu untuk merubah sekup dan ruang yang lebih besar lagi, hingga bahkan mampu
untuk mengguncangkan dunia.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://setkab.go.id/peran-generasi-milenial-bagi-nkri-2/

https://berita.upi.edu/peranan-generasi-millenial-di-era-4-0-dalam-meneruskan-estafet-politik-di
indonesia/

https://123dok.com/article/tinjauan-tentang-good-citizen-pengertian-citizen-pengertian-
citizen.zw0746vy

https://www.gramedia.com/best-seller/milenial/

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-banjarmasin/baca-artikel/14361/Peran-Pemuda-Masa-
Kini.html

16

Anda mungkin juga menyukai