Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEMANUSIAAN DAN KEIMANAN

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Dosen Pengampu:
Iwan Setiawan, M.S.I

RADIOLOGI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa atas berkatdan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan Makalah keimanan kepada Allah SWTini tepat pada waktunya
tanpa halangan suatu apapun.Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambahwawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalammakalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum wr wb

Yogyakarta,01 November 2023


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I, PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................. 1
C. TUJUAN MAKALAH ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. PENGERTIAN IMAN KEPADA ALLAH……………………………………. 3
B. BUKTI WUJUD ALLAH……………………………………………………... 4
C. MENATAP WAJAH ALLAH…………………………………………………. 12
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 21
KESIMPULAN ............................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... xxi

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adanya dalam alam semesta beserta isinya, termasuk manusia dengan segala
kelebihan dan kekurangannya pasti ada yang menciptakan. Siapakah dia? Sudah
tentu “Sang Pencipta” Dialah Allah SWT. Untuk mengakui kebenaran dan
keberadaan Allah SWT dibutuhkan dalam hati, mengakui dan membenarkan
tentang adanya Allah SWT. Yang merupakan Tuhan pencipta dan pemelihara alam
semesta dan segala isinya, Yang Maha Esa dalam zat-Nya, maksudnya Zat Allah
SWT hanya satu, tidak dua, tidak tiga, dan tidak pula lebih. Zat Allah SWT tidak
sama atau serupa dengan zat selainnya. Allah SWT Esa dalam sifatnya, yang artinya
sifat Allah SWT walaupun banyak, tetapi hanya dimiliki oleh Allah SWT sendiri.
Tidak ada zat selain Allah SWT yang memiliki atau menandingi sifat-sifat Allah
SWT. Allah SWT Esa dalam perbuatannya, yang artinya perbuatan-perbuatan Allah
tidak terhingga banyaknya, tetapi hanya dimiliki oleh Allah SWT sendiri. Tidak ada
zat selain Allah SWTyang dapat menandingi, apalagi melebihi perbuatan-Nya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa arti / pengertian Iman kepada Allah SWT?

2. Bagaimana bukti wujud Allah SWT?

3. Apa itu menatap wajah Allah?

C. Tujuan Makalah
1. Apa arti atau pengertian dari iman kepada Allah SWT

1
2. Dapat mengetahui dan memahami arti iman kepada Allah dan
menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari
3. Dapat memahanmi definisi menatap wajah Allah SWT

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman Kepada Allah SWT

Arti iman kepada allah adalah membenarkan tentang adanya Allah SWT dengan
keyakinan dan pengetahuan bahwa sesungguhnya Allah SWT wajib ada-nya
dengan dzat nya. dia maha esa, yang menguasai langit dan bumi beserta isinya,
yang maha kuasa, yang hidup, yang berdiri sendiri, yang kekal. Sesungguhnya
Allah SWT mengetahui atas segala sesuatu dan maha kuasa. Allah melakukan apa
pun yang ia kehendaki, dan Allah maha bijaksana terhadap apa yang dia
kehendaki. Tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai-Nya. Allah maha
mendengar dan maha melihat, mahasuci dan maha tinggi (mulya), Allah dari
sesuatu yang menyerupai dan menandingi, dan maha suci Allah dari teman dan
pembantu (mitra danasisten). Allah tidak membatasi waktu, tidak ada yang
menyibukan atau merepotkan Allah, dan Allah tidak terbatasi dengan arah, Allah
yang maha kaya, artinya dengan mutlak Allah tidak butuh terhadap segala sesuatu.
Akan tetapi segala sesuatu selain allah sangat butuh kepada-nya. Dia (Allah SWT)
yang telah menciptakan perbuatan-perbuatan mereka, baik dan buruknya, manfaat
dan madharatnya, dia (Allah SWT) yang memberi hidayah kepada orang yang ia
kehendaki, dan menyesatkan kepada orang yang ia kehendaki, dan dia (Allah
SWT) yang mengampuni kepada orang yang dia kehendaki, dan menyiksa kepada
orang yang dia kehendaki. Allah SWT, tidak layak dipertanyakan atas apa yang
dia lakukan dan makhluk lah (manusia dan jin) yang pantas ditanya atas apa yang
mereka lakukan, artinya manusia harus mempertanggungjawabkan atas segala
perbuatannya dan tidak wajib atas Allah SWT kepada seseorang atas segala

2
sesuatu, artinya Allah tidak terbebani atas segala kepentingan makhluknya.karena
dia maha menguasai terhadap segalanya dan dia lah yang mengendalikan segala-
nya, maka tidak ada seorangpun yang bersekutu dengan-Nya (Allah SWT)
didalam kerajaan-nya dan tidak ada hak bagi seorangpun atas sesuatu yang ada di
sisinya. Allah SWT berjanji kepada orang-orang yang berbuat kebaikan dengan
pahala (surga) semata-mata karena rahmat-nya, dan Allah SWT mengancam
kepada orang-orang yang berbuat keburukan dengan siksaan (neraka) semata-
mata karena keadilan-nya.

B. Bukti Wujud Allah

“Maka Allah SWT adalah Dzat yang bersifat Wujud (Ada), Qadim (tidak ada
permulaan-Nya), Kekal, dan berbeda dengan makhluk secara mutlak”

Seseorang muslim yang beriman kepada Allah adalah yang membenarkan


adanya Tuhan Yang Maha Agung Tuhan maha Pencipta langit dan bumi. Dia
mengetahui alam ghaib dan alam nyata, maha Pengatur, Raja segala sesuatu. Tiada
Tuhan melainkan Dia. Dialah Yang Maha Agung, yang memiliki sifat-sifat maha
sempurna. Untuk pertama kalinya kita mendapat petunjuk dari petunjuk-Nya.
(Allah berfirman, Kalaulah bukan karena petunjuk Allah, tidaklah kita mendapat
petunjuk).

Kemudian petunjuk untuk beriman itu kita peroleh berdasarkan dalil naqli dan aqli

Dalil naqli

1. Di dalam Al-quran Allah memberitakan keberadaan, pengaturan, nama,dan


sifat-sifat-Nya. Allah berfirman :

3
‫ت َو ا َل رضَ ف ي ِ سِت ِة ا يَا‬ ُّٰ ٰ
ِ ‫الل ال ِذ ي َخلقَ َُ ال سمٰ ٰو‬ ُُ‫اِ ن َر بك ُم‬
ۙ ً ‫لبُُ ه حَث ِيثا‬
ُ ‫ط‬َ ‫غشِى ال ي َل الن َها َر ي‬ ُ ‫رش ي‬ ِ ‫ع َل ى ا ل َع‬ َ ‫ستوى‬ َ ٰ ‫م ث ُم ا‬
‫خر ت ب ِا َم ِر ه‬ َ ‫مس َوا لقَ َم َر َوا لنجُُُّٰ و َم ُم‬
ٰ ‫س‬ َ ‫وا ل ش‬
َ‫ب ا ل ٰع َل ِم ين‬ ُّٰ ٰ
ُّٰ ‫الل َر‬ َ‫ق َوا َل م ُر ت ٰ َب َرك‬
ُ ‫ا َ َل لَـ ُه ا ل َخـ ل‬

"Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada
siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan, dan
bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan
urusan menjadi hak-Nya. Maha Suci Allah, Tuhan seluruh alam." (QS. Al-A'raf 7:
Ayat 54)

Firman-Nya menyeru nabi-Nya, Musa a.s., sewaktu ia sampai ketempat api.


Musa diseru dari lembah sebelah kanan, tempat yang diberkahi sebatang pohon
kayu.

ٰ ‫لب قعَ ِة ا ل ُم ٰب َر َك ِة ِمنَ ال شج ََر ِة ا نَ ٰي ُم‬ ٰ


‫وس‬ ُ ‫لوا ِد ا ل يَ َم ِن فِى ا‬ َ ‫فلََُ م ا ات َىهَا نُ ود‬
َ ‫ِي ِم ن شَاطِ ِئ ا‬
ُّٰ ‫ان ُِ ي انَا َ ال ُُّٰل َر‬
َ‫ب ا ل ٰعلَ ِم ين‬ ِ ‫ى‬

“Wahai, Musa. Sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-
Qashash : 30).2.

2. Berita dari sekitar 124.000 nabi dan rasul yang menyebutkan adanya Tuhan
Allah SWT., tentang rububiyyah terhadap alam semesta, penciptaanNya,
pengembangan, nama-nama, dan sifat-sifat-Nya.Tidak seorang nabi atau rasul
pun kecuali hanyalah Allah telah berbicara kepadanya atau mengutus hanya
seorang utusan atau Allahtelah memasukkan ke dalam hatinya sesuatu yang
meyakinkannya bahwa itu kalam Allah dan wahyu-Nya yang diberikan
kepadanya.Pemberitaan sejumlah makhluk dan manusia pilihan ini
memustahilaknakal manusia untuk membohongkannya atau menyebabkan orang

4
sebanyak ini sepakat untuk berdusta. Begitu juga pemberitaan sesuatu yang
belum diketahui mereka, tidak diselidiki oleh mereka kebenarannya, dan yang
belum pasti kepada mereka, padahal mereka itu manusia-manusia pilihan,
manusi terbaik. Mereka itu manusia-manusia yang mempunyai alasan rasional
yang lebih kuat, dan mereka itu manusia-manusia yang terpercaya dalam
pembicaraannya.

3. Berimannya berjuta-juta manusia kepada adanya Allah SWT., penyembahan


serta ketaatan mereka kepada-Nya, padahal pada saat itu berlaku adat kebiasaan
manusia bahwa membenarkan satu atau duaorang lebih patut daripada
membenarkan suatu kelompok atau umat manusia atau suatu julah besar manusia
yang tidak dapat dihitung, berdasarkan kesaksian rasio dan fitrah terhadap apa
kebenaran mengenai apa yang diberitakan kepada mereka, dan mengenai apa
yang mereka mendekatkan diri kepada-Nya.

4. Berita dari berjuta-juta ulama tentang Allah, sifat-sifat, nama-nama,dan


pengaturan-Nya terhadap segala sesuatu, kemampuan-Nya terhadap segala
sesuatu, kemampuan-Nya terhadap segala sesuatu,kerana itulah mereka
menyembah dan menaati, mencitai-Nya, sertamenentang keras demi diri-Nya.

Dalil aqli

1. Wujud macam-macam alam, juga makhluk, menjadi bukti adanya pencipta


karena selain diri-Nya (Allah), tidak ada yang mengaku telah menciptakan ini
semua. Akal manusia mustahil akan mengatakan adanya sesuatu itu tak ada yang
mengadakan. Bahkan mustahil pula adanya sesuatu yang jelas itu tanpa ada yang
mengadakan. Demikian pula, seperti halnya makanan, tak mungkin ada tanpa ada
yang memasaknya, dan tak mungkin ada hamparan tanah di planet bumi ini tanpa
ada yang menciptakannya. Jadi, bagaimana mungkin alam semesta seperti langit,
planet, matahari, bintang-bintang, bulan, padahal semuanya berbeda serta jarak
masing-maasing berjauhan, dan berputar. Planet bumi dan apa-apa yang ada seperti

5
manusia, jin, dan binatang- binatang yang beraneka macam jenisnya itu berbeda
pengetahuan dan pemahamannya, keistimewaan dan ilmunya, juga barang-barang
yang bermanfaat yang ada padanya. Tak mungkin semua ini ada tanpa adanya
Pencipta. Demikian pula hal nya dengan sungai yang airnya mengalir, uapnya
mengepul, tumbuh-tumbuhan yang tumpul dan buah- buahan yang beraneka rasa
dan warna serta ciriciri khusus dan manfaatnya.

2. Adanya firman Allah yang sampai kepada kita, yang kita renung-renungkan
dan kita pahami makna-maknanya merupakan bukti akan adanya Pencipta semua
itu, yaitu Allah SWT. Mustahil ada kalau tanpa Mutakallim dan mustahil ada ucapan
tetapi tidak ada yang mengucapkannya.

Oleh karena itu, kalau Allah menjadi bukti terhadap wujud-Nya lebih-lebih kalam

Allah ini merupakan syariat yang paling benar sejauh yang diketahui oleh manusia.
Hukum-hukum-Nya merupakan hukum-hukum yang terbaik bagi manusia,
sebagaimana pula bahwa Firman Allah itu mengandung teori-teori ilmiah yang
paling benar, meliputi hal-hal yang ghaib, juga peristiwa-peristiwa sejarah. Semua
itu adalah hal yang memang benar bagi siapa saja yang mau membenarkan, dan
hukum syariat, dan faedahnya tidak terbatas untuk sepanjang masa walaupun
dengan perbedaaan waktu dan tempat, dan tidak ada teori ilmiah apapun yang
menolak hal itu, dan tidak ada satu berita ghaib pun yang meleset dari yang
diberitakan didalamnya, sama sekali tidak mengurangi arti faedah hukum-Nya
walaupun masa telah berlalu sekian lama. Demikian pula sejarawan tidak akan bisa
menolak dan mendustakan berbagai kisah yang disebutkan didalamnya atau
memperkuat pendustaan atau penolakan peristiwa-peristiawa Sejarah yang
diisyaratkan dan dijelaskan oleh-Nya. Terhadap kalam Allah yang bijak seperti ini
mustahil akal mengatakan bahwa ia adalah ciptaan seorang manusia karena kalam
itu betul-betul berada diatas kemampuan dan pengetahuan manusia, adalah salah
bila kalam itu kalam manusia. Dialah kalam Pencipta Manusia, yang menjadi bukti
terhadap adanya Allah, kemampuan, serta kebijaksanaan-Nya.

6
3. Adanya system yang sangat akurat didalam hukum alam semesta dalam
penciptaan, pembentukan, peredaran, dan pertumbuhan wujud hidup dialam ini,
sesungguhnya semuanya tunduk kepada tananan hukum alam ini, terikat olehnya,
dan sama sekali tidak ada yang bisa keluar dari tananan tersebut. Seorang suami,
misalnya, menyemburkan spermanya kedalam Rahim istrinya sehingga terjadi
pembuahan yang menakjubkan, yang tidak dibantu oleh seorang manusia pun.
Hanya Allah lah yang dapat memasukan benih janin itu sampai keluar menjadi bayi.
Ini dalam hal penciptaan awal, demikian pula dalam menumbuhkan dan
mendewasakannya, mulai dari bayi dan anak kecil sampai menjadi pemuda, orang
dewasa, dan kakek-kakek. Ini hukum umum yang terjadi pada manusia, binatang,
dan tumbuh-tumbuhan. Hal yang sama juga terjadi pada planet-planet angkasa dan
bintang-bintang dilangit. Semuanya tunduk, patuh, saling berkaitan,dan tidak ada
hukum yang keluar daripadanya. Jika penyimpangan terjadi dari hukumnya, maka
hal itu pertanda telah matinya planet tersebut. Berdasarkan dalil Aqli yang rasional
dan dalil naqli yang dapat didengar, manusiapun meyakini Allah dan
pengurusanNya terhadap segala sesuatu, ketuhanan-Nya (bagi orang-orang yang
terdahulu dan orang-orang yang datang kemudian). Atas dasar inilah maka
kehidupan Muslim, dalam segala aspeknya, sangat bergantung pada keimanan
terhadap Allah SWT.

C. Menatap Wajah Allah

Kata Ibnul Qayyim Al- Jauziyyah, “Ini merupakan puncak kerinduan pecinta surga
dan bahan kompetisi mereka. Dan untuk hal ini seharusnya orang-orang bekerja
keras untuk mendapatkannya.” Nabi Musa pernah meminta hal ini. Dijawab oleh
Allah SWT seperti yang tertera di ayat 143 surat Al-A’raf. Dan tatkala Musa datang
untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan
telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa, “Ya Tuhanku,
nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.”
Tuhan berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku. Tapi lihatlah ke
gunung itu, jika ia tetap ditempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat

7
melihat- Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu,
dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah
Musa sadar kembali, dia berkata, “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada
Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman.” Ada tujuh pelajaran dari ayat
di atas:

1. Tidak boleh menuduh kepada Nabi Musa bahwa ia meminta sesuatu yang
tidak diperkenankan oleh Allah swt.
2. Allah tidak memungkiri permintaan Nabi Musa.

3. Allah menjawab dengan kalimat, “Kamu tidak akan sanggup melihat Ku.”

Bukan mengatakan, “Aku tidak bisa dilihat

4. Allah Mahakuasa untuk menjadikan gunung itu tetap kokoh ditempatnya,


dan ini bukan hal mustahil bagi Allah, itu merupakan hal yang mungkin.
Hanya saja dalam hal ini Allah juga mempersyaratkan adanya prosesi ru’yah
(melihat). Jadi, seandainya hal itu merupakan sesuatu yang mustahil, sudah
tentu Allah tidak akan mempersyaratkan hal itu

5. Kalimat “tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu,


dijadikannya gunung itu hancur luruh” adalah bukti bahwa bolehnya
melihat Allah swt. Jika boleh bagi-Nya menampakkan diri kepada gunung,
bagaimana terhalang untuk menampakan diri kepada para nabi, rasul, dan
wali-Nya di akhirat?
6. Di ayat itu Allah swt. memberitahu kepada Nabi Musa bahwa gunungsaja
tidak mampu melihat-Nya di dunia, apalagi manusia yang lebih lemah dari
gunung.
7. Allah swt. telah berbicara dengan Nabi Musa. Nabi Musa juga telah
mendengar perkataan Allah swt. tanpa perantara. Maka, melihatNya sudah
pasti sangat bisa. Firman Allah Ta’ala,

8
‫ ِ َها نَا ِظ َرة ى َرب ٰ ا‬٢٢ ۙ ‫ي َ و َم ٮذ نَّا ِض َرة‬
ّۡ ۡ ‫و ۡجوه‬
“Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada hari itu berseri-seri (indah).Kepada
Rabbnyalah mereka melihat ” (QS al-Qiyaamah:22-23)

Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang yang beriman akan melihat wajah Allah
Ta’ala dengan mata mereka di akhirat nanti, karena dalam ayat ini Allah Ta’ala
menggandengakan kata “melihat” dengan katadepan “ilaa” yang ini berarti bahwa
penglihatan tersebut berasal dari wajah-wajah mereka, artinya mereka melihat
wajah Allah Ta’ala dengan indera penglihatan mereka.

Bahkan firman Allah Ta’ala ini menunjukkan bahwa wajah-wajah mereka yang
indah dan berseri-seri karena kenikmatan di surga yang mereka rasakan, menjadi
semakin indah dengan mereka melihat wajahAllah Ta’ala. Dan waktu mereka
melihat wajah Allah Ta’ala adalah sesuai dengan tingkatan surga yang mereka
tempati, ada yang melihat-Nya setiap hari di waktu pagi dan petang, dan ada yang
melihat-Nya hanya satu kali dalam setiap pekan.

Firman Allah Ta’ala

‫سنُوا ْال ُح ْس ٰنى َو ِزيَادَة ۗ َو َل يَ ْر َه ُق ُو ُج ْو َه ُه ْم قَت َر َّو َل ِذلَّة‬


َ َْ‫اح‬
َ َ‫ِلل ِذِّ ََيْن‬
َ‫دوَُ ن‬ْ ‫ب ْال َجنَّ ِة ه ْمَُ فِ ْي َها ٰخ ِل‬
ُ ٰ‫اص ََح‬ْ َ‫ۗ ُاو ٰل ََٰ ٮ ك‬

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan
tambahannya (melihat wajah Allah Ta’ala). Dan muka mereka tidakditutupi debu
hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di
dalamnya” (QS Yunus:26).

Arti “tambahan” dalam ayat ini ditafsirkan langsung oleh Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih, yaitu kenikmatan melihat wajah Allah
Ta’ala, dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling memahami
makna firman Allah Ta’ala Dalam hadits yang shahih dari seorang sahabat yang

9
mulia, Shuhaib bin Sinanradhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah Ta’ala
Berfirman: “Apakah kalian (wahai penghuni surga) menginginkan sesuatu sebagai
tambahan (dari kenikmatan surga)? Makamereka menjawab: Bukankah Engkau
telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami
ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari (azab) neraka? Maka (pada waktu
itu) Allah Membuka hijab (yang menutupi wajah-Nya Yang Maha Mulia), dan
penghuni surga tidak pernah mendapatkan suatu (kenikmatan) yang lebih mereka
sukai daripada melihat (wajah) AllahTa’ala”. Kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam membaca ayat tersebut di atas. Bahkan dalam hadits ini Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan bahwa kenikmatan melihat wajah Allah
Ta’ala adalah kenikmatan yang paling mulia dan agung serta melebihi kenikmatan-
kenikmatan di surga lainnya

Imam Ibnu Katsir berkata, ”(Kenikmatan) yang paling agung dan tinggi (yang
melebihi semua) kenikmatan di surga adalah memandang wajah Allah yang maha
mulia, karena inilah “tambahan” yang paling agung (melebihi) semua (kenikmatan)
yang Allah berikan kepada para penghunisurga. Mereka berhak mendapatkan
kenikmatan tersebut bukan (semata-mata) karena amal perbuatan mereka, tetapi
karena karunia dan Rahmat Allah”

.Lebih lanjut imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam kitab beliau “Ighaatsatul
lahafaan” menjelaskan bahwa kenikmatan tertinggi di akhiratini (melihat wajah
Allah Ta’ala) adalah balasan yang Allah Ta’ala berikan kepada orang yang
merasakan kenikmatan tertinggi di dunia, yaitu kesempurnaan dan kemanisan iman,
kecintaan yang sempurna dan kerinduan untuk bertemu dengan-Nya, serta perasaan
tenang dan Bahagia ketika mendekatkan diri dan berzikir kepada-Nya. Beliau
menjelaskan halini berdasarkan lafazh do’a Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam
dalam sebuah hadits yang shahih.

10
َ َ‫َل ه ُم َّما يَشَا ُُٓءونَ فِي َها َول‬
‫دي َْنا َ َم ِزي د‬
Mereka di dalamnya (surga) memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada
sisi Kami (ada) tambahannya (melihat wajah Allah Ta’ala)” (QSQaaf:35). Firman
Allah Ta’ala.

َ‫ع ْن َّر ِب ِه ْم َي ْو َم ٮذ لَّ َم ْح ُج ْو ْبوَُ ۗن‬


َ ‫َك َُّٓل َِّ اِنه ََُّ ْم‬
Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka (orang-orang kafir) pada harikiamat
benarbenar terhalang dari (melihat) Rabb mereka” (QS al-Muthaffifin:15).

Imam Asy- Syafi’i ketika menafsirkan ayat ini, beliau berkata, “Ketika Allah
menghalangi orang-orang kafir (dari melihat-Nya) karena Dia murka (kepada
mereka), maka ini menunjukkan bahwa orang-orangyang dicintai-Nya akan
melihat- Nya karena Dia ridha (kepada mereka)”. Demikian pula dalil-dalil dari
hadits-hadits Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam yang menetapkan masalah ini
sangat banyak bahkan mencapai derajat mutawatir (diriwayatkan dari banyak jalur
sehingga tidak bisa ditolak).

1. Imam Ibnu Katsir berkata, “(Keyakinan bahwa) orang-orang yang beriman akan
melihat (wajah) Allah Ta’ala di akhirat nanti telah ditetapkan dalam hadits-hadits
yang shahih, dari (banyak) jalur periwayatan yang (mencapai derajat) mutawatir
menurut para imam ahli hadits, sehingga mustahil untuk ditolak dan diingkari”

Demikian pula hadits yang diriwayatkan oleh Jarir binAbdullah radhiyallahu ‘anhu
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya kalian
akan melihat Rabb kalian (Allah Subhanallah huwaTa’ala pada hari kiamat nanti)
sebagaimana kalian melihat bulan purnama (dengan jelas), dan kalian tidak akan
berdesak-desakan dalam waktu melihat-Nya…”

Namun, bukan sebuah perkara mudah untuk bisa mendapatkan kenikmatan ini.
Melainkan dengan usaha berupa amal saleh saat menjalani kehidupan di dunia.

11
Berikut ini tiga amalan yang bisa dilakukan manusiaagar kelak di akhirat dapat
melihat wajah Allah SWT.

Iman dan Ihsan (Merasa Selalu Diawasi oleh Allah) Iman dan ihsan menjadi pintu
untuk bisa melihat wajah Allah SWT.Dengan Iman dan ihsan seorang mukmin akan
senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT dalam setiap ibadahnya. Seakan-akan
diamelihat-Nya dengan hatinya di saat beribadah kepada-Nya. Maka ganjarannya
adalah dengan melihat wajah Allah dengan mata kepaladi akhirat.Penghulu Ulama`
Madzhab Hanabilah, Al-Hafiz Ibn Rajab al-Hanbali Rahimahullahu Ta’ala berkata,
bahwa “Firman Allah Subhanahu waTa’ala dalam QS Yunus : 26 yang artinya:
“Bagi orang yang berbuat ihsan, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya
(kenikmatan melihat Allah).” (QS Yunus [10]: 26) Telah sahih dalam ḥīḥ Muslim
dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi waSallam menafsirkan ziyādah (tambahan) dalam
ayat ini dengan nmelihat wajah Allah di Surga “Wajah– wajah orang-orang yang
beriman pada hari itu berseri –seri kepada Rabbnya mereka melihat.” (QS. Al-
Qiyamah: 22-23) \

2. Menjaga Salat Subuh dan Ashar, Amalan selanjutnya yang dapat membuat
manusia dapat melihat wajah Allah di akhirat adalah menjaga salat Subuh dan
Ashar. Salat merupakan ibadah wajib yang paling mulia dan bisa mengantarkan
seorang hamba untuk meraih kenikmatan melihat Allah. Dari Jarir Radhiallahu
‘Anhu berkata, “Ketika kami duduk -duduk bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam, tiba-tiba beliau melihat ke arah bulan di malam purnama seraya
berkata, “Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian
melihat bulan ini. Kalian tidak samar dalam melihatnya. Jika kalian mampu
untuk tidak meninggalkan salat sebelum terbitnya matahari (Subuh) dan salat
sebelum terbenamnya matahari (Asar), maka lakukanlah.” (HR al-Bukhari:
7434, Muslim: 1432) Nabi Muhammad menjelaskan secara jelas bahwa ada
hubungan eratantara menjaga salat dan rukyah (melihat Allah). Nabi dalam
hadist ini menjelaskan bahwa melihat wajah Allah SWT bukan sekedarangan-
angan, melainkan sebuah kepastian yang hanya akan didapatkan kesungguhan
dalam beramal dan menjalankan ibadah. Rasulullah SAW juga mengajarkan

12
kita agar memperhatikan dan menjaga dua salat yang agung yaitu salat Fajar
(Subuh) dan salat Asar yang memiliki banyak keutamaan dan berat bagi orang
munafik

3. Doa

Berdoa merupakan ibadah yang mulia dan menunjukan bagaimana kesungguhan


Hamba dalam meminta kepada Rabb-nya. Ternyata Rasulullah SAW juga telah
mengajarkan kepada umatnya sebuah doa yang agar bisa “melihat Allah” di akhirat
nanti. “Aku meminta kepada-Mu (ya Allah) kenikmatan memandang wajah-Mu (di
akhirat nanti) dan aku meminta kepada-Mu kerinduan untuk bertemu dengan-Mu
(sewaktu di dunia) tanpa ada mara bahaya dan fitnah yang menyesatkan.”
Diriwayatkan oleh al- Nasa’i:1305, al-Bazzar: 1393, Ibn Hibban: 1971 dan dinilai
sahih oleh al-Albani dalam Ṣaḥīḥ al-Jāmi‘ 1301 Baginda Rasulullah memunajatkan
doa ini dalam ibadah yang paling utama yaitu salat.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

1. Iman kepada Allah adalah membenarkan tentang adanya Allah SWT dengan
keyakinan dan pengetahuan bahwa sesungguhnya Allah SWT wajib adaNya
dengan dzat nya.
2. Sifat Wujud pengertiannya tetapnya sesuatu dan pasti adanya, AllahSWT
adalah Dzat yang bersifat Wujud (Ada), Qadim (tidak ada permulaan-Nya),
Kekal, dan berbeda dengan makhluk secara mutlak.
3. Tiga amalan yang bisa dilakukan manusia agar kelak di akhirat dapat
melihat wajah Allah SWT.
a. Iman dan Ihsan (Merasa Selalu Diawasi oleh Allah Iman dan ihsan
menjadi pintu untuk bisa melihat wajahAllah SWT.
b. Menjaga Salat Subuh dan Ashar.

13
c. Berdoa

Revisi Tambahan (Individu)

Iman Kepada Allah :

1. Mentauhidkan Allah, Sebagai umat yang meyakini ajaran Islam sebagai


tuntunan kita diMenurut dunia, maka sudah menjadi hukum wajib bahwa
kita harus beriman kepada Allah SWT Tuhan sang pencinta alam semesta.
Kepercayaan bahwa Allah itu benar ada harus tertanam pada hati seorang
muslim, dengan keteguhan hati meyakini bahwa Allah itu ada, maka akan
menjadi suatu hal yang membuat kita sadar betapa Kuasa nya Allah
terhadap seluruh makhluk ciptaannya. Di dalam salah satu kaidah ilmu
Tauhid kita membahas tentang hakikat iman kepada Allah SWT, yang
didasari Al-Quran dan Hadits. Sebagai umat yang menganut agama Islam
kita harus yakin, tapi bukan sekedar yakin namun harus menerapkan dalam
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

2. Hakekat dua kalimat syahadat, Sayid Umar bin Ismail bin Yahya,
sebagaimana terungkap dalam nazham-nazhamnya, menekankan
keutamaan syahadat sebagai pondasi dan rukun Islam dan juga sebagai
pintu bagi siapa pun untuk memasuki Islam. Dalam nazham-nazhamnya
Sayid Umar, selain mengungkapkan makna dan arti syahadat, juga
mengungkapkan syarat, rukun, juga wadah syahadat. Dengan demikian,
syahadat yang dilafalkan dan diucapkan benar-benar meresap dalam diri,
karena memahami setiap makna, mengikuti syarat dan rukunnya, dan
memiliki wadah untuk menampungnya. Dalam tasyahud awal maupun
tasyahud akhir, setiap muslim harus mengucapkan kalimat persaksian ini:
“asyhadu an lâ ilâha illallâh wa asyhadu anna muhammadan rasûlullâh—
aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad
adalah utusan Allah”.

3. Membatalkan dua kalimat syahadat, Berikut beberapa hal yang dapat


membatalkan syahadat yang memiliki konsekuensi kekufuran kepada
Allah:
• Bertawakan Dan Bergantung Pada Selain Allah Allah berfirman (Qs.
5:23) yang artinya, "Dan hanya kepada Allah lah kamu bertawakal, jika
kamu benar-benar orang yang beriman"
• Bekerja beraktivitas dengan tujuan selain Allah Karena sebagai orang
muslim, seyogyanya kita memiliki prinsip: (QS. 6: 162)

14
ِ َّ ‫وو َم َماتِي‬
‫َّللا َربّۡ ِ العالمين‬ َ ‫قل إن صالتي ونسكي ومحياي‬
"Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, tuhan semesta alam

• Membuat Hukum / Perundangan Selain Dari Hukum Allah Allah berfirman


(QS. 5:57) yang artinya "Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia
menerangkan yang sebenarnya dan dia pemberi keputusan yang paling baik
• Mejalankan hukum selain hukum Allah. Allah berfirman (QS. 5:44) yang
artinya, "Dan barang siapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah
diturunkan Allah (Al-Qur'an), maka mereka itu adalah orang-orang kafir

DAFTAR PUSTAKA

Alhabib Zaen bin Ibrahim bin Sumait Al-Husaeni Al-Alawi. 2007. Syarah
HaditsJibril atau Hidayah At-Tholibin Fii Bayani Muhimati. Yaman.El-Jazair, Abu
Bakar Jabir. 1990. Pola Hidup Muslim atau Minhajul Muslim.Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
https://www.dakwatuna.com/2007/02/02/89/menatap-wajah-
allahswt/#ixzz4xYN7zKJKhttp://www.infoyunik.com/2015/12/tiga-amalan-
agardapat-melihat-wajah.html https://muslim.or.id/2343-memandang-wajah-allah-
kenikmatan-tertinggi-diakhirat.html

15
Reni Widiana Ningsih. 2021. Hakikat Iman Kepada Allah SWT
https://www.researchgate.net/publication/355427289_MAKALAH_HAKIKAT_I
MAN_KEPADA_ALLAH_SWT
Yuli Ahmad Hambali, Dedi Slamet Riyadi / Syahadat Sebagai Jalan Spiritual
(Analisis Terhadap Nazham-Nazham Sayyid Umar Bin Ismail Bin Yahya) Syifa al-
Qulub: Jurnal Studi Psikoterapi Sufistik, 06, 02 (2022): 204-220
Azzaky Alghifari, Hal-Hal Yang Membatalkan Syahadatan
https://www.academia.edu/7525959/Hal_Hal_Yang_Membatalkan_Syahadatain_B
AB_I_HAL_HAL_YANG_MEMBATALKAN_SYAHADATAIN

16

Anda mungkin juga menyukai