Di Buat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahtsul Kutub
Disusun Oleh:
Nur Azizah
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Seorang anak kecil pun ketika dia dipukul dari belakang misalnya, dengan
nalurinya dia akan menengok, dan mencari siapa pelakunya. Kalau kemudian
dikatakan kepadanya bahwa tidak ada seorang pun yang memukulnya, dia tidak
akan percaya. Bahkan mungkin dia akan menangis hingga mengetahui siapa yang
memukulnya untuk kemudian bisa membalasnya.
B. Rumusan
1. Apa maksud dari dzat nya Allah SWT?
2. Bagaimana maksud dari keberadaan Allah SWT?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui maksud dari dzatnya Allah SWT
2. Untuk mengetahui keabsahan dari keberadaan Allah SWT
BAB II
PEMBAHASAN
َس ُنِرْيِه ْم ٰا ٰي ِتَنا ِفى اٰاْل َفاِق َوِفْٓي َاْنُفِس ِه ْم َح ّٰت ى َيَتَبَّيَن َلُهْم َاَّنُه اْلَح ُّۗق َاَو َلْم َيْك ِف ِبَر ِّبَك َاَّنٗه َع ٰل ى ُك ِّل َش ْي ٍء َش ِهْيٌد
Menurut ahli syuhud, Allah Ta’ala tampak pada segala sesuatu dengan
penampakan Dzat-Nya. Sementara itu, menurut ahli hijab, Dia tampak pada segala
sesuatu dengan penampakan sifat dan asma-Nya. Segala sesuatu hanyalah objek
penampakan dari makna-makna asma‘ dan sifat-Nya. Pada benda atau orang yg
mulia, tampaklah sifat Maha Mulia (‘Aziz) milik-Nya dan pada benda atau orang
yg hina, terlihatlah sifat Maha Menghinakan (Mudzill) milik-Nya.
Bagaimana bisa Allah Ta’ala terhalangi sesuatu, padahal Dia lebih tampak
daripada segala sesuatu? Karena dalam setiap kondisi, wujud (keberadaan) lebih
tampak daripada ‘adam (ketiadaan), juga karena kemunculan substansial lebih
kuat daripada kemunculan aksidental. Kemunculan yg bersumber dari diri sendiri
lebih kuat daripada kemunculan yg di akibatkan faktor luar. Kemunculan mutlak
lebih kuat daripada kemunculan relatif. Kemunculan yg abadi lebih kuat daripada
kemunculan yg fana.
َو َلَقْد َخ َلْقَنا اِاْل ْنَس اَن َو َنْع َلُم َم ا ُتَو ْس ِو ُس ِبٖه َنْفُسٗه ۖ َو َنْح ُن َاْقَر ُب ِاَلْيِه ِم ْن َح ْبِل اْلَو ِرْيِد
Artinya: “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan
mengetahui apa yg dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya
daripada urat lehernya.” (QS. Qaf [50]: 16). Menurut ahli syuhud, Dzat Allah
Ta’ala amat dekat kepada kita. Adapun menurut ahli hijab, Tuhan dekat kepada
kita dalam pengertian dekat ilmu, kekuasaan, dan sifat-sifat Nya yg lain.
Bagaimana bisa Allah Ta’ala terhalangi sesuatu, padahal tanpa Dia, segala
sesuatu tidak akan ada? Sampai² para musyahidun (yg merasa menyaksikan Allah
Ta’ala) menjadikan Allah Ta’ala sebagai dalil untuk membuktikan keberadaan
segala sesuatu. Allah Ta’ala berfirman:
ُّۗق
َس ُنِرْيِه ْم ٰا ٰي ِتَنا ِفى اٰاْل َفاِق َوِفْٓي َاْنُفِس ِه ْم َح ّٰت ى َيَتَبَّيَن َلُهْم َاَّنُه اْلَح َاَو َلْم َيْك ِف ِبَر ِّبَك َاَّنٗه َع ٰل ى ُك ِّل َش ْي ٍء
َش ِهْيٌد
َو ُقْل َج ۤا َء اْلَح ُّق َو َز َهَق اْلَباِط ُلۖ ِاَّن اْلَباِطَل َك اَن َزُهْو ًقا
Sosok yg lahir (tampak) dan tsabit (tetap) itulah Tuhan Yang Maha Haq,
Allah Ta’ala, bukan alam semesta. Tak ada yg berwujud, kecuali Allah Ta’ala
karena Dia yg tampak dan menampakkan, yg mawjud dan berbeda dari segala
penampakan lainnya.
B. Keberadaan Allah SWT
Ketika keterbatasan pengamatan atas sebuah gejala yang terjadi pada yang tidak bisa
dijelaskan melalui hukum kausalitas, maka terciptalah berbagai persepsi tentang
keberadaan dan keterlibatan sang penggerak terhadap keberlangsungan realitas dalam diri
individu dan keteraturan alam. Karena secara prinsipil, semua objek dapat menjadi
hierofani, sebab di dunia ini semuanya dilatar belakangi oleh objek yang suci. 1
Konsesus Ulama Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah menetapkan bahwa dzat Allah ada
tanpa tempat dan tidak berlaku waktu bagiNya, sebagaimana dikutip oleh Abu Manshur
al-Baghdadi (w. 429 H), ia mengatakan:
َك اَن َو اَل َم َك ان َفَخ َلَق اْلَع ْر ِش والكرسي ولم يْح َتج إلى َم كان َو ُهَو َبعِد َخ لَق اْلَم َك ان َك َم ا كان قبل خلقه
Artinya: "Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat. Kemudian Allah
menciptakan Arsy dan tidak membutuhkan kepada tempat. Setelah Allah
menciptakan tempat, Allah ada seperti sedia kala sebelum menciptakannya"
1
Nico Syukur Dister, Nico syukur Dister Ofm, Pengalaman dan Motivasi Beragama, (Yogyakarta,
Kanisius, 1982), hal. 27 (Yogyakarta: Kanisius, 1982), 27.
2
Abu Mansur Al-Baghdadi, al-Farqu baina al-Firaq wa bayaanu al-Firqah al-Najiyah (Beirut:
Dar al-Aafaq al-Jadidah, 1977), 321. 2, 1997), 321.
َك اَن ُهَّللا َو َلْم َيُك ْن َش ْي ٌء َغْيُر ُه
Artinya: "Allah ada tanpa permulaan dan tidak ada sesuatu apapun selainnya".3
BAB III
PENUTUP
3
Al-Bukhari, Muhammad ibn Ismail, S}ah}i>h} al-Bukhari, Hadis No. 3191, 4, 105.
A. Kesimpulan
Allah Ta'ala menyingkapkan segala sesuatu dengan cahaya wujud yang keluar
dari kegelapan ketiadaan. Ketika cahaya Allah muncul dalam segala sesuatu,
segala sesuatu menjadi terlihat..
Banyak argumen telah diajukan oleh para filosof, teolog, dan pemikir
agama untuk mendukung keberadaan Allah. Konsesus Ulama Ahl al-Sunnah wa al-
Jamaah menetapkan bahwa dzat Allah ada tanpa tempat dan tidak berlaku waktu
bagiNya, sebagaimana dikutip oleh Abu Manshur al-Baghdadi (w. 429 H), ia
mengatakan:
DAFTAR PUSTAKA
Abu Mansur Al-Baghdadi. al-Farqu baina al-Firaq wa bayaanu al-Firqah al-
Najiyah. Beirut: Dar al-Aafaq al-Jadidah, 1997.
Al-Bukhari, Muhammad ibn Ismail, S}ah}i>h} al-Bukhari, Hadis No. 3191