Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TAUBAT NASUHA DAN PENGAMPUNAN ALLAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tauhid yang dibimbing oleh Dr. Buhori Muslim,
M.Ag

Disusun oleh:

Anisa Lutfiah K (1177020008)


Garnia Annisa (1177020030)
Isti (1177020040)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi pembaca,
Untuk ke depannya nanti, kami dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 02 Oktober 2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................1

1 Latar Belakang ...............................................................................1

2 Perumusan Masalah ........................................................................2

3 Tujuan ............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................3

1. Potensi Dan Fitrah Kemanusian..................................................................................3

2. Pengertian Taubat Nasuha...................................................................................3

a. Syarat-Syarat bertaubat

b. Langkah-langkah dalam bertaubat

3. Pengampunan Allah .....................................................................................4

BAB III PENUTUP

1.Kesimpulan ......................................................................................8

2.Saran ......................................................................................8

BAB IV PENUTUP
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia tidak luput dari salah dan dosa. Dosa-dosa itulah yang menjadi hijab atau
pembatas antara hamba dengan Allah SWT serta Allah memandang hamba-Nya itu dengan
penuh benci dan murka sehingga terhijab seluruh rahmat dan kasih sayang-Nya. Jika ini
terjadi, segala amal ibadah serta kebajikan yang kita lakukan tidak diterima dan tertolak.
Bahkan bukan itu saja, di Akhirat besok, Allah akan menghukum dengan Neraka yang maha
dahsyat. Oleh itu wajib setiap hamba Allah itu bertaubat dengan secepatnya jika sudah
terlajur melakukan dosa dan kesalahan.

Sebesar apapun dosa kita, Allah akan mengampunya. Tapi Allah lebih menyukai orang-
orang yang Ber segera dalam bertobat. Setiap hatinya selalu meminta ampunan dari
perbuatan dosa yang kita sadari maupun tidak.

2. Perumusan MasalahMasalah

Rumusan masalah yang akan kita bahas dalam penyusunan makalah ini yaitu ” Taubatan
Nasuha dan Ampunan Allah“. Agar tidak meluasnya masalah ini maka kita akan membahas
komponen-komponen yang bersangkutan.

a. Pengertian Taubat Nasuha

b. Ampunan Allah SWT dari dosa kecil dan besar

3. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana caranya bertobat yang baik. Yaitu tobat yang sejati. Dan
menunjukan bahwa Allah Maha pengampun lagi Naha penyanyang. Sebesar apapun dosa
kita. Allah akan mengampuninya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. POTENSI DAN FITRAH KEMANUSIAAN

Manusia merupakan satu-satunya makhluk yang disebut sebagai makhluk


eksistensialis, atau satu-satunya makhluk yang bisa membina dirinya sendiri secara
eksistensial. Malaikat yang tanpa substansi insting (nafsu) dan ma’shum (terpelihara
dari dosa) tidak dapat turun eksistensinya ke eksistensi manusia atau binatang.
Demikian pula binatang hanya dikaruniai insting tanpa (nafsu) tanpa substansi
intelegensia (akal) statusnya tidak munkin naik ke eksistensi manusia dan malaikat.
Sedagkan manusia bisa naik eksistensi nya melebihi malaikat,seperti Nabi SAW, dan
sebaliknya eksistensi manusia juga bisa turun lebih rendah dari hewan.1

Itulah sebabnya dalam diri manusia terdapat potesi baik dan potensi buruk,
keduanya berdampingan dalam berkompetisi dalam diri setiap manusia, dan saling
memperebutkan pengaruh . eksistensi manusia tergantung dengan pertarungan ini.
Pertarungan ini antara yang benar (al-haq) dan yang salah (al-bathil).

Fitrah kemanusiaan, yaitu fitrah sebagai hamba tuhan yang baik, sebagaimana
maksu dan tujuan tuhan menciptakan manusia di bumi ini, tersebut dalam surat adz-
djariyat (51):56

ِ ‫س إِ ََّّل ِليَ ْعبُد‬


‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنَّ َو‬
َ ‫اْل ْن‬

“dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali utuk beribadah kepada ku”

Juga fitrah sebagai khalifah fi al-ardh, sebagaimana disebutkan dalam


sebagaiman disebutkan dalam surah Al-baqarah (2): 30

ِ ُ‫س ِفك‬
‫الد َماء‬ ِ ‫ض َخ ِليفَةً َقالُواْ أَتَجْ َع ُل ِفيهَا َمن يُ ْف‬
ْ ‫س ُد ِفي َها َو َي‬ ِ ‫َو ِإ ْذ قَا َل َر ُّبكَ ِل ْل َمالَ ِئ َك ِة ِإ ِني جَا ِع ٌل ِفي األ َ ْر‬

“dan ingatlah ketika tuhan mu berfirman kepada malaikat : sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”

Dalam hubungannya dengan allah SWT, fitrah kemanusiaan ini menjadikan


manusia mampu mendudukkan dirinya sebagai hamba Tuhan yang baik. Sedangkan
dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lingkungannya, fitrah kemanusiaan
itu berkembang menjadi kesadaran manusia yang memiliki rasa taggung jawab untuk
menciptakan kesejahteraan jenisnya (sebagai manusia) dan lingkungan sekitarmya.
2.PENGERTIAN TAUBAT NASUHA

Taubat itu ibarat suatu makna yang terdiri dari 3 perkara, yaitu il,u, keadaan,
dan perbuatan.

Ilmu adalah mengetahui nahaya dosa-dosa dan sifatnya sebagai tabir antara
hamba dan setiap sesuatu keadaan darinya didalam hati, yaitu merasa sedih dan takut
hilangnya kekasih. Ia adalah penyesalan dan dengan penyesalannya timbul keinginan
tobat dan memperbaiki kesalahan yang lalu.

Taubat adalah meninggalkan dosa-dosa seketika dan bertekad tidak


melakukannya lagi.Nabi Saw. Bersabda, “Penyesalan itu tobat”Karena penyesalan itu
timbul setelah mengetahui bahaya dosa.

Taubat adalah berpaling dari seluruh yang allah benci baik yang tersembunyi
dan yang tampak, kepada semua yang dicintai secara tersembunyi dan yang tampak.

Ayat-ayat dan kabar-kabar yang menujukan kewajiban tobat antara lain:

Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫َّللاِ َج ِميعًا أَيُّهَ ْال ُمؤْ ِمنُونَ لَعَله ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬


‫َوتُوبُوا إِلَى ه‬

“Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur:31)

Allah Ta’ala berfirman,

‫َّللاِ إِلَى تُوبُوا آ َمنُوا الهذِينَ أَيُّ َها يَا‬ ‫صو ًحا ت َْوبَةً ه‬
ُ َ‫سى ن‬ َ ‫سيِئَا ِت ُك ْم َع ْن ُك ْم يُك َِف َر أ َ ْن َربُّ ُك ْم َع‬
َ ‫تَجْ ِري َجنهات َويُد ِْخلَ ُك ْم‬
ُ ‫َّللاُ ي ُْخ ِزي َل َي ْو َم ْاْل َ ْن َه‬
‫ار تَحْ ِت َها ِم ْن‬ ‫ي ه‬ ‫ور ُه ْم ۖ َم َعهُ آ َمنُوا َوالهذِينَ النه ِب ه‬ ُ ُ‫أَتْ ِم ْم َر هبنَا َيقُولُونَ َو ِبأ َ ْي َما ِن ِه ْم أ َ ْيدِي ِه ْم َبيْنَ َي ْس َعى ن‬
‫ورنَا لَنَا‬
َ ُ‫ش ْيء ُك ِل َعلَى ِإنهكَ ۖ لَنَا َوا ْغ ِف ْر ن‬ َ ‫قَدِير‬

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan


nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-
orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di
sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah
bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas
segala sesuatu". (QS. At-Tahrim:8)
Nabi Saw. Bersabda, “Orang-orang yang bertaubat itu adalah kekasih Allah
dan yang bertobat dari dosa seperti orang yang tak berdosa.” Nabi Saw. Bersabda,
“Sesungguhnya Allah lebih gembira dengan tobat hambanya yang beriman daripada
seorang masuk ke suatu negeri yang gersang dan berbahaya disertai hewan
kendaraanya yang mengangkut makanan dan minumannya. Kemudian ia meletakan
kepalanya, lalu tertidur. Ketika terjaga, ternyta hewan tunggangannya telah lenyap. Ia
terus menyarinya hingga disaat panas yang terik dan merasakan haus yang sangat, ia
berkata: Aku akan kembali ke tempat dimana aku tidur hingga aku mati. Kemudian ia
letakkan kepalanya di atas tangannya hingga tertidur, kemudian ia terjaga. Ternyata
kendaraanya ada di dekatnya beserta makanan dan minumannya. Allah lebih besar
kegembiraannya dengan tobat hambanya yang beriman daripada kegembiraan orang
ini atas kendaraannya yang telah kembali.”

Kita harus bertobat dari semua dosa, baik besar maupun kecil. Telah
dikatakan, “Bukanlah dosa kecil bila terus menerus dilakukan, dan tiada dosa besar
dilakukan istighfar.”
Apabila engkau telah mengetahui hal itu, maka ketahuilah pula bahwa sesuatu
yang berkaitan dengan hak orang lain tidak sah bertobatlah darinya kecuali dengan
menyerahkan keputusannya kepada orang tersebut, seperti qishas, barang rampasan,
dan berbagai macam denda serta hukuman atas tuduhan bohong. Ini bagi siapa yang
ingin bertobat. Siapa yang menolaknya, maka jalan melepaskan diri dari dosa-dosa itu
adalah dengan menakut-nakuti hatinya terhadap keadaan orang-orang berdosa yang
terdapat dalam ayat-ayat dan kabar-kabar.

Kita ingatkan dia terhadap keadaan orang mati dalam keadaan fasik dan
menunda-nunda sebelum bertobat serta hukuman yang menimpanya. Kita jelaskan
bahwa hukuman atas seseorang terkadang disegerakan di dunia sehingga meskipun ia
tidak menyadari hukuman di akhirat, barangkali ia takut hukuman di dunia. Wallahu
a’lam .

Apabila engkau mengerti makna kabul, tidaklah engkau ragu bahwa setiap
tobat yang sah tentu diterima. Orang-orang yang memandang dengan cahaya mata
hati kepada cahaya-cahaya Al-Qur’an mengetahui bahwa setiap hati yang bersih di
sisi Allah Ta’ala siap memandang dengan matanya yang kekal ke wajah Allah Ta’ala.

Mereka tahu bahwa hal itu pada asalnya diciptakan dalam keadaan bersih. Ia
menjadi tidak bersih karena adanya kekeruhan yang memayahkan wajahnya akibat
kotornya dosa-dosa dan kegelapannya.

Mereka tahu bahwa api penyelasan membakar kotoran-kotoran itu dan cahaya
kebaikan menghapus kegelapan dosa dari hatinya.
Mereka tahu bahwa tiada kemampuan bagi kegelapan maksiat apabila disertai
cahaya kebaikan , sedangkan tiada kemampuan bagi kegelapan malam apabila disertai
cahaya siang. Dan sebagaimana keruhnya kotoran akan hilang oleh putihnya sabun,
maka dosa-dosa pun akan hilang oleh cahaya tobat, istighfar, dan penyesalan, kecuali
apabila dosa-dosa telah merusak bentuk hati karena banyak dan lama waktunya.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala mengenai orang-orang kafir,

ِ ‫ان ع َٰلى قُلُو ِب ِه ْم َّما كَانُوا يَ ْك‬


َ ُ‫سب‬
‫ون‬ َ ‫ك ََّال ۖ بَ ْل ۜ َر‬
(QS. Al-Muthaffirin:14)
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan
itu menutup hati mereka.”

Orang-orang muslim tidak demikian. Nabi Saw. Bersabda, “Andaikata kalian berbuat dosa-
dosa hingga mencapai langit, kemudian kalian menyesal, niscaya Allah meerima tobat
kalian.”

A.Syarat-syarat Taubat Nasuha

1. Ikhlas semata- mata karena allah. Taubat harus disebabkan karena cinta kepada allah,
pengaungan kepada allah, berharap akan pahala dan ampunan-Nya, takut akan siksa-Nya,
sebagaimana firman allah SWT (QS An-Nisa : 146)
Artinya:
Menahan diri dari dosa, taubat tidak akan benar dan diterima apabila seseorang tetap
melanjutkan perbuatan dosa ketika sedang bertaubat.

2.Mengakui dosa dan kesalahan, tidak seorang pun dapat bertaubat dari sesuatu yang tidak
dianggapnya sebagai dosa.

3. Menyesali dosa-dosa, taubat dikatakan ikhlas jika seseorang menyesalinya dan merasa
sedih karenanya, dan tidak akan diterima dari seseorang yang menyesalinya dan merasa sedih
karenanya dan tidak akan diterima dari seseorang yang membanggakan dosa-dosanya

4. Berniat bersungguh-sungguh untk tidak kembali kepada dosa tersebut, taubat tidak akan
diterima dari seseorang yang berniat kembali pada dosa yang sama setelah taubatnya,
sebaliknya orang yang bertaubat harus bertekad tidak akan melakuka dosa yang sama di masa
yang akan datang.

5. Mengembalikan hak-hak manusia kepada mereka, jika taubat berkaitan dengan hak-hak
orang lain, maka seseorang (yang hendak bertaubat) harus mengembalikan hak-hak tersebut
kepada kepada orang-orang yang telah diambil hak nya jika dia menginginkan taubatnya
benar dan diterima Allah SWT.
Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang melakukan kesalahan terhadap saudaranya, apakah
itu kehormatan atau harta, hendaklah dia mengembalikannya, sebelim diambil pada hari
diman tidak akan ada dinar ataupun dirham, namun setiap kebaikan yang dimilikinya akan
diambil dan diberikan kepada orang yang didzaliminya, dan jika dia tidak lagi memiliki
kebaikan, dosa orang yang dizaliminya akan diambil dan ditempatkan di dalam timbangan
kesalahannya.” (HR Al-Bukhari)

7. Bertaubat pada waktu ketika taubat masih diterima. Taubat terima sebelum saat kematian
tiba dan sebelum matahari terbit dari barat.

Nabi SAW bersabda: “Allah membentangkan tangan-Nya di waktu malam agar orang-orang
yang melakukan di siang hari dapat bertaubat, dan membentangkan tangan-Nya dimalam
siang hari untuk orang-orang yang melakukan dosa di malam hari sampai matahari terbit dari
barat.” (HR muslim), dan beliau juga bersabda: “Tidak diterima taubat pada saat sakartul

maut.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)

Ada tiga langkah dalam mengupayakan tobat nasuha, yaitu:

1. Kita harus belajar meyesali perbuatan dosa yang telah kita lakukan.
Misalnya : Mengapa kita harus sia-siakan hidup ini? Mengapa mata ini berlumuran
dosa, mengapa tubuh ini bergelimang maksiat? Rasa sakit, perih dan penyesalan
itulah tanda kualitas tobat.

2.Secara jelas kita memohon ampunan kepada Allah SWT. Misalnya dengan doa.
Misalnya: Ya Allah, kami sudah zalim pada hari ini kalau engkau tidak mengampuni
dan menyayangi kami, maka tentulah kami akan menjadi orang yang merugi.

3.Ada keinginan kuat untuk tidak mengulangi perbuatan dosa itu lagi. Dan salah satu
komponen kesempurnaan tobat adalah dengan menutupinya dengan kebaikan-
kebaikan.
3. PENGAMPUNAN ALLAH SWT

Pembaca yang budiman, jangan pernah putus asa dari ampunan Allah. Memang dalam hidup
ini banyak orang yang menghakimi diri sendiri bahwa dosanya tidak bisa diampuni oleh
Allah SWT karena terlalu besar. Di satu sisi, perasaan seperti ini ada baiknya sehingga dia
tidak mengulanginya lagi. Namun, di sisi lain, hal itu bisa berarti tidak baik karena perasaan
tersebut menafikan besarnya pengampunan.

Di Al-Quran menegaskan

َ َّ ‫ٱَّلل ۚ ِإ َّن‬
‫ٱَّلل‬ ِ َّ ‫وا ِمن َّر ْح َم ِة‬ ۟ ‫ط‬
ُ َ‫علَ َٰ ٰٓى أَنفُ ِس ِه ْم ََل ت َ ْقن‬ ۟ ُ‫ِى ٱلَّذِينَ أ َ ْس َرف‬
َ ‫وا‬ َ ‫۞ قُ ْل َٰ َي ِع َباد‬
‫ٱلر ِحي ُم‬
َّ ‫ور‬ُ ُ‫وب َج ِميعًا ۚ ِإنَّهُۥ ُه َو ْٱلغَف‬ َ ُ‫َي ْغ ِف ُر ٱلذُّن‬
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (QSAz-zummar 39:53)

Ayat tersebut menjelaskan betapa ampunan Allah itu luas tak bertepi. Ampunan Allah
itu jauh lebih besar daripada seluruh dosa makhluk-makhluknya. Dialah pemilik nama Al-
Ghaffar, dari nama-namanya yang terbaik (Asmaul Husna) yang artinya Allah maha
pengampun atas segala dosa dan kesalahan. Meskipun kita berulang kali melakukan dosa,
sungguh Allah lebih sering mengampuni dosa-dosa kita, jika kita memohon ampun
kepadanya.

Oleh karena itu, marilah kita segera bertobat kepada Allah dari segala dosa dan maksiat.
Jangan ditunda-tunda karena semakin lama menunda, hidayah Allah semakin lama turun.
Kita juga harus paham, bahwa tobat yang diterima adalah taubatan nasuha ( tobat yang
sejati).

Betapa pun Rasulullah SAW. Sudah menegaska bahwa satu kebaikan akan dilipat
gandakan balasannya menjadi sepuluh kali lipat dan satu kesalahan hanya dicatat satu.
Kebanyakan sehari-hari kita banyak sekali diliputi dosa besar maupun dosa kecil. Apalagi
dosa kecil yang tampak kita tidak sadari setiap harinya akan bertambah padahal detik demi
detik dosa kita berkurang. Sedangkan dosa kita semakin menumpuk. Akan tetapi Allah maha
pemurah, menyiapkan fasilitas tobat dan dengan taubatan nasuha “tobat yang sebenar-
benarnya.
Perintah untuk bertoba terdapat dalam Qs. Al-imran:133-134.

ِ‫) الَّذِينَ يُ ْن ِفقُونَ فِي الس ََّّراءِ َوالض ََّّراء‬١٣٣( َ‫ض أ ُ ِعدَّتْ ل ِْل ُمتَّقِين‬
ُ ‫األر‬ْ ‫س َم َاواتُ َو‬
َّ ‫ض َها ال‬ َ ‫ارعُوا إِلَى َم ْغف َِرةٍ مِ ْن َربِِّ ُك ْم َو َجنَّ ٍة‬
ُ ‫ع ْر‬ ِ ‫س‬َ ‫َو‬
)١٣٤( َ‫ّللاُ يُحِ بُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬َّ ‫اس َو‬ َ َ‫ظ َو ْال َعافِين‬
ِ َّ‫ع ِن الن‬ َ ‫ َو ْال َكاظِ مِ ينَ ْالغَ ْي‬-

Terjemahnya

133. Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, 134.
(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit[1], dan orang-orang
yang menahan amarahnya[2] dan mema'afkan (kesalahan) orang lain[3]. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebaikan[4].

Demikian pula Rasulullah SAW menuntun umatnya untuk bertobat,” Takutlah kamu
kepada Allah dimana saja kamu berada dan susullah keburukan dengan perbuatan
kebaikan pasti akan menghapusnya”.( HR. Tirmidzi).

Oleh karena itu segeralah untuk bertobat, karena kita tidak tahu kapan kita akan
kembali kepada-Nya. Dosa sebesar apapun Allah akan mengampuninya jika kita bertaubat
dengan sungguh-sungguh. Kecuali mereka yang sudah berburuk sangka kepada ampunan
Allah Swt. Dosa sebesar gunung , ampunan Allah bisa seluas langit dan bumi. Walaupun
dosa sekecil apapun kita tetap harus meminta ampunan Allah, karena segala perbuatan kita
pasti akan diperhitungkan.

Ampunan Allah benar-benar melimpah, maka tobat nasuha adalah garansi bahwa
kita benar-benar telah tobat.
BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan Taubat Nasuha Dan Ampunan Allah makanya didapat
Kesimpulan sebagai berikut.

1. Taubatan nasuha adalah taubatan yang sejati atau taubatan yang sebenar-benarnya tanpa
mengulangi dosa yang kita lakukan.

2. Dosa kecil maupun besar Allah akan mengampuninya. Karena Allah mana pengampunan
lagi Maha penyayang.

3. Dalam bertaubat jangan ditunda-tunda.

2. Saran

Untuk pengembangan lebih lanjutin penulis memberikan saran berupa.

1. Dalam bertaubat perlunya kesadaran diri maaing-maaing tanpa paksaan.

2. Lebih berhati-hati dalam berbuat. Karena dosa sekecil apapun jika kita ulangi setiap hari,
makanya akan menggunung dosa tersebut.

3. Belajar lebih baik, untuk memperbaiki diri.

4. Beristigfar meminta ampunan kepada Allah setiap hatinya. Karena kita tidak tahu kapan
kita akan kembali kepadaNya.
3.Daftar pustaka

Shaleh, Ashaf.H.M. 2005.Takwa (Makna dan Hikmahnya dalam Al-Qur’an. Jakarta:Erlangga

Subhan, zaitunah.2000.Membina Keluarga Sakinah.Yogyakarta:PT.Lkis Pelangi Aksara

Al-Muhibbin, martabah raudhah.2015.Jalan Menuju Taubat.Semarang:Iradatur Rahmat

Rohimin.2006.Jihad (makna dan hikmah).Jakarta:Erlangga

Gymnastia,Abdullah.2002.Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu.Jakarta:insani

Bantanie,M syafie.2012.Setan pun Ingin Kembali ke Surga.Jakarta:Qultum Media

Su’udi,Ahmad.2009.Bersama Allah Meraih Takdir Baik.Jakarta:Qultum Media

Al-Ghazali.2000.Ringkasan Ihya Ulumuddin.Jakarta:Pustaka Amani

Anda mungkin juga menyukai