Anda di halaman 1dari 5

Lembar Tugas Mahasiswa

Nama : Mirza Saleh Khan


Kelompok : 3 (tiga)
Kelas :E
Pembahasan : Manusia Beragama Islam, tepatnya Point 10 dan 11 yaitu
Kebutuhan Manusia terhadap Agama Islam dan Tanggung Jawab
Manusia Beragama Islam
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Varian : S-1 Reguler Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2020

A. Kebutuhan Manusia terhadap Agama Islam


Agama artinya sebuah kepercayaan pada kendali di luar kekuasaan manusia,
sebuah tuhan pribadi atau tuhan-tuhan yang patut disembah. Dalam Islam, kata
Arabnya adalah “Din”. “Din” dalam Islam berarti “jalan hidup”. Jadi, jika
menanyakan tentang kebutuhan manusia terhadap Agama Islam sama saja seperti
sedang menanyakan: Kenapa manusia membutuhkan jalan hidup
Kita semua sama-sama mengenal sebuah mesin yang rumit, dapat dipastikan
bersamaan dengan kehadiran mesin rumit terdapat buku panduannya. Tentu buku
panduan dibuat agar pengguna dapat mengetahui seluruh hal yang terkait dengan
mesin tersebut. Jika boleh saya akan mengumpamakan manusia sebagai mesin, tentu
manusia merupakan mesin yang paling rumit di dunia, jadi tidak kah kalian berpikir
bahwa manusia membutuhkan buku panduan?. Buku panduan yang terakhir dan final
untuk manusia adalah Al-Quran yang suci. Sebagaimana ada buku panduan yang
ditulis oleh produsen atau pabrik, pembuat atau pencipta kita adalah Allah SWT tentu
mengetahui apa yang terbaik bagi manusia. Jadi, berdasarkan ini Allah telah
memberikan praturan. Misalnya jika kita membeli DVD Player, ada beberapa
panduan ketika kita ingin menggunakan DVDnya, seperti masukkan kasetnya dan
tekan tombol “Play”. Begitu juga Allah SWT dalam buku panduan yang terakhir
yaitu Al-Quran, telah menuliskan perintah dan larangan bagi umat manusia.
Tuhan hanya menurunkan satu agama. Allah berfirman dengan jelas dalam
Al-Quran dalam surat Ali-Imran [3] : 19, yang bunyinya :

‫ب إِاَّل ِم ۢن بَ ْع ِد َما َجٓا َءهُ ُم‬ ۟ ُ‫ين أُوت‬


َ َ‫وا ْٱل ِك ٰت‬ َ ‫ف ٱلَّ ِذ‬ َ َ‫ٱختَل‬ ْ ‫ِّين ِعن َد ٱهَّلل ِ ٱإْل ِ ْس ٰلَ ُم ۗ َو َما‬ َ ‫إِ َّن ٱلد‬
ِ َ‫ا ٰي‬oََٔ‫ْٱل ِع ْل ُم بَ ْغ ۢيًا بَ ْينَهُ ْم ۗ َو َمن يَ ْكفُرْ بِٔـ‬
ِ ‫ت ٱهَّلل ِ فَإِ َّن ٱهَّلل َ َس ِري ُع ْٱل ِح َسا‬
‫ب‬

Seyyed Hossein Nasr, The Heart of Islam,terj. Nurasiah Fakih Sutan Harap, (Bandung Mizan, 2003), Cet. 1, hlm. 339-340.
AKH. Muwafik Saleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani, (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm. 321.
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah
sangat cepat hisab-Nya”

Tidak ada alternatif lain yang dapat menggantikan peran Agama Islam,
khususnya dalam menyediakan panduan dan ukuran moral dalam rangka
kelangsungan hidup manusia. Penolakan terhadap pentingnya agama dalam
kehidupan telah melahirkan berbagai bencana kemanusiaan sebagai akibat dari
ketidakpastian akan hidup dan masa depan.

B. Tanggung Jawab Manusia Beragama Islam


1. Konsep Tanggung Jawab dalam Kehidupan Manusia
Tanggung jawab merupakan perbuatan yang perlu diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari dan merupakan suatu kewajiban. Tanpa tanggung
jawab, maka kehidupan akan kacau. Setiap orang perlu bertanggung jawab
dalam menjalani hidup, sebab dengan tanggung jawab besar kemungkinan
seseorang dapat terhindar dari kegagalan atau kerugian untuk diri senidiri
maupun orang lain. Dengan tanggung jawab seseorang akan mendapatkan hak
seutuhnya. Misalnya saja ada orang tua yang tidak menjalankan kewajibannya
dalam mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan anak-
anaknya, tidak mengajari anaknya dan tidak membekali anaknya dengan ilmu,
tentu saja anak-anaknya akan mengalami kesulitan dan kebodohan.
Keberlangsungan dan kesinambungan kehidupan makhluk dan semua
yang ada di atas muka bumi merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab
manusia. Menurut Nasr, tanggung jawab dibedakan menjadi tiga. Pertama,
tanggung jawab manusia kepada Tuhan (hablum-minallaah). Kedua, tanggung
jawab manusia terhadap dirinya sendiri. Ketiga, tanggung jawab manusia
kepada masyarakat (hablum-minannas) dan keempat adalah tanggung jawab
manusia terhadap alam sekitar (lingkungan).

2. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah


Makna yang esensial dari kata hamba adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan. Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan hanya layak diberikan kepada
Allah, yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan pada
kebenaran dan keadilan.
Sebagai hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah)
kepada Sang Khaliq; menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya.

Seyyed Hossein Nasr, The Heart of Islam,terj. Nurasiah Fakih Sutan Harap, (Bandung Mizan, 2003), Cet. 1, hlm. 339-340
Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang
hamba (budak) dengan tuannya. Seorang hamba harus senantiasa patuh,
tunduk, dan taat atas segala perintah tuannya. Demikianlah, karena posisinya
sebagai abid, kewajiban manusia di bumi ini adalah beribadah kepada Allah
dengan ikhlas sepenuh hati .

‫هّٰللا‬
‫ص ۡي َن لَـهُ ال ِّد ۡي َن ۙ ُحنَفَٓا َء َويُقِ ۡي ُموا‬ ِ ِ‫َو َم ۤا اُ ِمر ُۡۤوا اِاَّل لِيَ ۡعبُ ُدوا َ ُم ۡخل‬
‫ك ِد ۡي ُن ۡالقَيِّ َمة‬
َ ِ‫الص َّٰلوةَ َوي ُۡؤتُوا ال َّز ٰكوةَ‌ َو ٰذل‬
“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-
Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”
(Q.s Al-Bayyinah/98 : 5)
Tanggung jawab seorang hamba terhadap dirinya adalah memelihara
iman yang dimiliki dan bersifat fluktuatif (naik-turun), yang dalam istilah

hadist Nabi SAW dikatakan yazidu wayanqushu (terkadang bertambah


atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah). Seorang hamba Allah
juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga. Tanggung jawab terhadap
keluarga merupakan lanjutan dari tanggung jawab terhadap diri sendiri, karena
memelihara diri sendiri berkaitan dengan perintah memelihara iman keluarga.
Oleh karena itu dalam Al-Quran dinyatakan dengan quu anfusakum
waahlikum naaran (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman, dari neraka).

3. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah


Sebagaiman diterangkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-
Baqarah/2 : 30 yang bunyinya :
ۖ ٰٓ ۡ
‫ا‬ooَ‫ ُل فِيه‬o‫الُ ٓو ْا أَتَ ۡج َع‬ooَ‫ة ق‬oٗ oَ‫ض َخلِيف‬ِ ‫ر‬ ۡ َ ‫ل فِي ٱأۡل‬oٞ o‫اع‬
ِ ‫ج‬
َ ‫ي‬ ِّ ‫ن‬ِ ‫إ‬ ‫ة‬
ِ َ
‫ك‬ ِ ‫ئ‬َ َ َ‫َوإِ ۡذ ق‬
‫ال َرب َُّك لِل َمل‬
َ ۖ o َ‫ ِّدسُ ل‬o َ‫ك َونُق‬
‫ا َل إِنِّ ٓي‬ooَ‫ك ق‬ َ ‫ك ٱل ِّد َمٓا َء َونَ ۡح ُن نُ َسبِّ ُح بِ َحمۡ ِد‬ ُ ِ‫َمن ي ُۡف ِس ُد فِيهَا َويَ ۡسف‬
‫ون‬َ ‫أَ ۡعلَ ُم َما اَل تَ ۡعلَ ُم‬
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" Mereka berkata,
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau!" Tuhan
berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.”

Rahmat Ilyas. Manusia sebagai Khalifah dalam Perspektif Islam. Date unknown [cited 2020 Oct 2]. Available from :
https://media.neliti.com/media/publications/285121-manusia-sebagai-khalifah-dalam-persfekti-a463de5e.pdf
Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harus
dipertanggung jawabkan dihadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia
dimuka bumi salah satunya adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas untuk
memakmurkan dan memberi manfaat. Khalifah berarti sesuatu yang
menggantikan atau sesuatu yang menghadirkan manfaat guna membentuk
stabilitas kehidupan yang baik. Disebutkan dalam Al-Quran bahwa manusia
merupakan makhluk yang mulia dan setiap aktivitasnya dimuka bumi akan
membawa kemuliaan”. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang
bermanfaat, jadi jangan sampai kita menggunakan tubuh ini untuk melakukan
hal-hal yang melenceng. Jika kita melakukan suatu kegiatan yang tidak
bermanfaat menggunakan tubuh ini, artinya secara tidak langsung manusia
tersebut telah bergeser dari fitrah kemanusiaan yang sesungguhnya dan sedang
menghinakan diri dihadapan Allah SWT.

Khalifah itu artinya bukan hanya seorang pemimpin. Khalifah berasal


dari kata Khalafa (yakhlifu, khalfan, haliifatan) yang artinya sosok yang akan
saling menggantikan. Seluruh manusia disebut khalifah karena tidak ada
satupun di antara manusia yang akan hidup abadi di dunia. Ada 5 bentuk
tanggung jawab yang harus dilakukan oleh manusia sebagai Khalifah Allah,
yaitu tamkin dinillah (menegakkan Agama Islam), menciptakan keamanan
bagi umat islam, menegakkan sistem ibadah dan menjauhi perbuatan syirik,
berjihad di jalan Allah, serta memperbaiki akidah dan akhlaq orang lain.

4. Korelasi Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifah


Allah
Kedua peran di atas tidak bisa dibalik. Dengan kata lain, ketuntasan
tugas sebagai hamba akan menentukan keberhasilan tugas sebagai khalifah.
Manusia yang tidak beres menunaikan peran sebagai hamba mustahil mampu
menjalankan peran sebagai khalifah. Sementara ada manusia yang begitu
bagus sebagai hamba saja sering gagal sebagai khalifah. Menjalankan peran
sebagai khalifah sungguh tidak mudah.
Ada sebuah hadits yang artinya “Sebaik-baik manusia adalah yang
paling baik akhlaknya dan paling bermanfaat bagi manusia.” Akhlak baik
terbentuk karena manusia telah menunaikan peran sebagai hamba secara
paripurna. Tegasnya, tidak ada akhlak baik bagi manusia yang tidak mau
tunduk dan taat kepada Allah secara total sebagai bukti penghambaan.

Rahmat Ilyas. Manusia sebagai Khalifah dalam Perspektif Islam. Date unknown [cited 2020 Oct 2]. Available from :
https://media.neliti.com/media/publications/285121-manusia-sebagai-khalifah-dalam-persfekti-a463de5e.pdf
M Husnaini. Manusia : Hamba dan Khalifah [unpublished lecture notes]. Available from :
https://nasional.republika.co.id/berita/q06k3s195580097023000/manusia-hamba-dan-khalifah
Sementara itu, kebermanfaatan diri diperoleh karena manusia sukses
menjalankan peran sebagai khalifah secara sempurna. Tugas kekhalifahan
tidak harus selalu bermakna menjadi pejabat atau pemimpin politik, melainkan
bisa dari lingkup kecil, seperti keluarga. Bahkan, memimpin diri sendiri agar
tetap berada dalam rel kebaikan jelas wujud pelaksanaan tugas kekhalifahan
juga.
Adanya dua peran tersebut secara tidak terpisah menandakan bahwa
Islam tidak menganjurkan umatnya untuk sekadar menjadi shalih secara
individu. Shalih secara sosial dengan cara menjalankan tanggung jawab
keumatan lebih dipuji oleh Islam. Karena itu, seluruh rangkaian ibadah yang
dilakukan manusia pasti berujung pada kebaikan dan kesejahteraan tatanan
hidup umat.

M Husnaini. Manusia : Hamba dan Khalifah [unpublished lecture notes]. Available from :
https://nasional.republika.co.id/berita/q06k3s195580097023000/manusia-hamba-dan-khalifah

Anda mungkin juga menyukai