Anda di halaman 1dari 8

FITRAH BERAGAMA BAGI MANUSIA

DOSEN PENGAMPU : SALMAN JUFRI, M.Pd


RUANG 11
KELOMPOK II
Disusun oleh:
1. Dina Aulia Wahyuni C1C022009
2. Salsa Bila C1C022020
3. Shela Pirnannda C1C022070
4. Wahyu Hidayat C1C022093

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami
karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan pada Rasulullah SAW. Di dalam
makalah ini kami telah berusaha menguraikan sebaik mungkin mengenai hal yang
berkaitan dengan materi Fitrah Bagi Manusia.

Makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas presentasi kelompok dua
merupakan tugas dari dosen pengampu mata kuliah agama 1 yaitu Bapak Salman Jufri,
M.Pd. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mahasiswa mengenai Fitrah Beragama Bagi setiap Manusia.

Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat


kekurangan yang tetntunya mengakibatkan makalah ini masih jauh kata sempurna. Maka
dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman dan pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya
bagi kami kelompok II dan umumnya para pembaca makalah ini.

Muaro Jambi, 4 September 2022

Kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1PENDAHULUAN
AZ
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fitrah manusia terlahir di dunia ini adalah sebagai ‘abd . Dari itu, manusia harus
memiliki suatu pegangan hidup yang dengannya manusia dapat mencapai tujuan
hidupnya. Sehingga apabila ada sesuatu yang membuat manusia berpaling bukan
membelok dari tujuannya, maka sesuatu yang dijadikan pegangan akan terus
mengarahkan dan membimbing untuk meraihnya. Sebagai seorang muslim, tujuan hidup
ini tidak hanya semata mencari kebahagiaan diakhirat kelak. Dua kebahagiaan tadi tidak
akan terwujud jika tidak adanya rasa percaya kepada Sang Khaliq. Karena dengan
kehendakNyalah, Allah memberikan petunjuk yang akan menuntun manusia untuk
mewujudkan segala yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana arti manusia terlahir dalam keadan fitrah ?


2. Mengapa beragama merupakan fitrah setiap manusia ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui arti manusia terlahir dalam keadaan fitrah


2. Mengetahui alasan beragama merupakan fitrah setiap manusia
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Manusia terlahir dalam keadaan fitrah


Menurut pandangan islam setiap manusia yang lahir di muka bumi dalam keadaan
fitrah yakni asal kejadian yang suci dan murni. Manusia terlahir dalam keadaan bersih
tanpa mempunyai dosa, walaupun orangtua yang melahirkannya mungkin telah berbuat
dosa. Dalam islam tidak dikenal adanya dosa warisan, sehingga orangtua yang telah
berdosa kemudian membagikan dosanya kepada anak keturunannya sebagai ahli waris.
Atau seseorang merasa telah mendapatkan warisan dosa yang banyak dari orangtuanya
sehingga menjadikan dirinya berputus asa dari rahmat Allah.

Kata fitrah menurut bahasa berarti penciptaan atau kejadian, sehingga fitrah
manusia adalah kejadian sejak awal atau bawaan sejak lahir. Kata fitrah ini terdapat
dalam Al Qur’an surat ar Rum ayat 30 : ‫يل‬ َ ‫اس َعلَ ْيهَا اَل تَ ْب ِد‬ ْ ِ‫فََأقِ ْم َوجْ هَكَ لِلدِّي ِن َحنِيفًا ف‬
َ َّ‫ط َرتَ هَّللا ِ الَّتِي فَطَ َر الن‬
ِ َّ‫ق هَّللا ِ َذلِكَ الدِّينُ ْالقَيِّ ُم َولَ ِك َّن َأ ْكثَ َر الن‬
َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُمون‬ ِ ‫لِخَ ْل‬

ِ َّ‫ك الدِّينُ ْالقَيِّ ُم َولَ ِك َّن َأ ْكثَ َر الن‬


َ‫ون‬ff‫اس اَل يَ ْعلَ ُم‬ ِ ‫اس َعلَ ْيهَا اَل تَ ْب ِدي َل لِخَ ْل‬
َ ِ‫ق هَّللا ِ َذل‬ ْ ِ‫ك لِلدِّي ِن َحنِيفًا ف‬
َ َ‫ط َرتَ هَّللا ِ الَّتِي ف‬
َ َّ‫ط َر الن‬ َ َ‫م َوجْ ه‬fْ ِ‫فََأق‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(itulah)
agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Kata ‘fitrah Allah’
pada ayat ini maksudnya adalah ciptaan Allah. Melalui ayat ini dapat dipahami pula
bahwa manusia dilahirkan dengan naluri keimanan kepada Allah dan siap menerima
islam dalam penciptaannya.

Manusia menurut fitrahnya telah beragama, mengakui dan bersaksi bahwa Allah adalah
tuhannya. Maka kalau ada orang yang tidak beragama tauhid, sesungguhnya itu tidak
wajar. Biasanya hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan sekitarnya.
Sebangaimana sabda Rasulullah saw : “setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah.
Orangtuanya yang akan membuat dia yahudi,nasrani, dan majusi”(H.R. Muslim).

Manusia dengan tabiat penciptaannya yang merupakan pencampuran antara tanah dari
bumi dan peniupan ruh, maka manusia dibekali potensi-potensi yang sama untuk
berbuat baik dan buruk. Seorang mampu membedakan antara yang baik dan buruk,
sebagaimana ia juga mampu mengarahkan jiwanya kepada kebaikan dan keburukan.
Kemampuan ini dalam Al Qur’an diungkapkan kata ilham, sebagaimana firman Allah
dalam Q.S Asy-Syam: 7-8: “Demi jiwa serta penyempurnaanya (ciptaannya), maka Allah
mengilham kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya”. Sedangkan pada Q.S.
AL Balad: 10, Kemampuan ini diungkapkan dengan petunjuk. Maka ilham atau
petunjukkan itu sudah tersimpan di dalam diri manusia dalam bentuk potensi-potensi.
B. FITRAH BERAGAMA BAGI MANUSIA
Agama dan manusia adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan antara
satu dengan yang lain. Manusia hidup memerlukan agama sebagai tempat mencari
ketenangan dan keridhaan Tuhan dan agama hadir untuk menjadi petunjuk bagi umat
manusia. Menurut Islam, agama berarti suatu peraturan atau penetapan Tuhan yang
membimbing manusia kepada aqidah yang benar, ibadah yang baik dan mu‘amalah yang
baik pula. Sedangkan manusia adalah hayawan al-nathiq (makhluk yang berpikir), yang
pada hakikatnya adalah makhluk pencari kebenaran. Di sini bertemu antara agama
sebagai satu hakikat yang benar dan manusia (dengan akal dan hatinya) sebagai makhluk
pencari kebenaran.
Manusia adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan sesuai dengan
fitrahnya,sesuai dengan hadits Rasulullah SAW :
ْ ِ‫َما ِم ْن َموْ لُوْ ٍد ِاالَّ يُوْ لَ ُد َعلَى ْالف‬
)‫ط َر ِة (رواه مسلم‬
”Tidaklah dilahirkan seorang anak melainkan atas fitrahnya”(HR. Muslim)

Dalam bukunya Membumikan Al-Quran, Quraisy Shihab mengartikan fitrah itu


sebagai “Agama Yang Benar”, “Kesucian” atau “Asal Kejadian”. Asy-Syarif Ali bin Ahmad
al-Jurjani seorang ahli bahasa Arab dari Persia mendefinisikan fitrah sebagai watak yang
senang menerima agama. Sedangkan para fuqaha (ahli fiqih) mengartikannya sebagai
tabi‘at yang suci dan asli yang dibawa manusia sejak lahir, belum pernah disentuh oleh
cacat atau aib apapun.

Di antara fitrah manusia itu adalah: beragama, mempertahankan hidup,


melanjutkan jenis, mempertinggi taraf hidup, rasa keadilan, ingin senang, ingin selamat,
ingin bahagia, ingin hidup bersama, ingin berkuasa, ingin kaya, ingin baik, ingin dihargai
dan lain sebagainya. Namun, di antara sekian banyak fitrah manusia itu, fitrah beragama
adalah fitrah yang paling utama dan paling murni sebagaimana yang di jelaskan oleh
Prof. Dr. Hamka yang mengatakan bahwarasa ber-Tuhan adalah perasaan yang semurni-
murninya dalam jiwa manusia. Sedangkan Sayid Sabiq mengatakan fitrah keagaamaan
adalah satu-satunya fitrah yang membedakan antara manusia dengan hewan, yakni
instink keagamaan (Religious instinct).

William James menegaskan bahwa, “Selama manusia masih memiliki naluri


cemas dan mengharap, selama itu pula ia beragama (berhubungan dengan Tuhan).”
Itulah sebabnya mengapa perasaan takut merupakan salah satu dorongan yang terbesar
untuk beragama. Karena itulah, manusia membutuhkan agama, paling tidak, karena
alasan berikut; (1) karena keterbatasan akal dan kemampuan manusia, (2) sebagai obat
kegelisahan dan kegersangan hati, dan (3) sebagai tempat mencari keselamatan dan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dan fitrah manusia juga adalah ingin mendapatkan
keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Tujuan beragama itu antara lain
dijelaskan oleh Allah SWT;

َ‫يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َج ۤا َء ْت ُك ْم َّموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو ِشفَ ۤا ٌء لِّ َما فِى الصُّ ُدوْ ۙ ِر َوهُدًى َّو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُمْؤ ِمنِ ْين‬

”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu


dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Yunus/10: 57)

Dalam pandangan ilmuan Islam, agama yang diwahyukan Tuhan, benihnya


muncul dari pengenalan dan pengalaman manusia pertama di pentas bumi ini. Di sini ia
menemukan tiga hal, yaitu, keindahan, kebenaran dan kebaikan. Gabungan ketiganya
dinamai suci atau kesucian. Manusia ingin mengetahui siapa atau apa yang maha suci,
dan ketika itulah ia menemukan Tuhan, dan sejak itu pula ia berusaha berhubungan
dengan Tuhannya bahkan berusaha untuk meneladani sifat-sifat-Nya. Usaha itulah yang
dinamai beragama, atau dengan kata lain, keberagamaan adalah terpatrinya rasa
kesucian dalam jiwa seseorang. Karena itu seseorang yang beragama akan selalu
berusaha untuk mencari dan mendapatkan yang benar, yang baik, dan yang indah.
Mencari yang benar menghasilkan ilmu, mencari yang baik menghasilkan akhlak,
mencari yang indah menghasilkan seni. Dengan demikian agama bukan saja merupakan
kebutuhan manusia tetapi juga selalu relevan dengan kehidupannya. Karena itu,
manusia yang tidak beragama (beriman) di mata Allah SWT dipandang sama dengan
hewan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran:

َ‫اِ َّن َش َّر ال َّد َو ۤابِّ ِع ْن َد هّٰللا ِ الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا فَهُ ْم اَل يُْؤ ِمنُوْ ۖن‬

”Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah


orangorang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman”. (QS. Al-Anfal/8: 55)

Raghib al-Isfahani, ahli bahasa Arab dari kalangan Sunni, mengatakan bahwa
fitrah yang Allah SWT berikan kepada manusia ialah menciptakan manusia dalam
keadaan siap atau terlatih untuk melakukan pekerjaannya di dunia, atau kekuatan dan
kemampuan yang diberikan Allah SWT kepada manusia untuk mengenal iman. Dengan
kekuatan dan kemampuannya itu, ia dapat mengetahui agama yang benar dan Tuhan
yang menciptakannya. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran:

َ‫وَلَ ِٕى ْن َسا َ ْلتَهُ ْم َّم ْن خَ لَقَهُ ْم لَيَقُوْ لُ َّن هّٰللا ُ فَا َ ٰنّى يُْؤ فَ ُكوْ ۙن‬

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan
mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat
dipalingkan (dari menyembah Allah)?” (QS. Azh-zhukhruf/43: 87)
Dalam kitab Tafsir al-Azhar, Hamka menjelaskan bahwa fitrah dalam arti
keinginan yang kuat untuk beragama Tauhid sudah diciptakan Allah SWT pada diri
manusia sejak manusia itu berada di alam wujud “ilmi” (alam roh) seperti yang
dijelaskan Allah SWT:

ُ ‫ك ِم ۢ ْن بَنِ ْٓي ٰا َد َم ِم ْن ظُهُوْ ِر ِه ْم ُذ ِّريَّتَهُ ْم َواَ ْشهَ َدهُ ْم ع َٰلٓى اَ ْنفُ ِس ِه ۚ ْم اَلَس‬
‫ْت بِ َربِّ ُك ۗ ْم قَالُوْ ا بَ ٰل ۛى َش ِه ْدنَا ۛاَ ْن تَقُوْ لُوْ ا‬ َ ُّ‫َواِ ْذ اَ َخ َذ َرب‬
َۙ‫يَوْ َم ْالقِ ٰي َم ِة اِنَّا ُكنَّا ع َْن ٰه َذا ٰغفِلِ ْين‬
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan 3 kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)". (QS. Al-A‘raaf/8: 172)

Agama Islam yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai


agama terakhir dan penyempurna dari agama-agama sebelumnya (Yahudi dan Nasrani)
adalah satu-satunya agama yang selaras dan sesuai dengan fitrah manusia, karena Islam
hingga kini merupakan agama yang masih murni mentauhidkan Allah SWT sebagai
Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surah ar-Ruum ayat 30 :

َ ِ‫ق هّٰللا ِ ٰۗذل‬


‫ك ال ِّديْنُ ْالقَيِّ ۙ ُم َو ٰل ِك َّن اَ ْكثَ َر النَّاس‬ ۗ
ِ ‫اس َعلَ ْيهَا اَل تَ ْب ِد ْي َل لِخ َْل‬
‫ك لل ِّديْن حن ْيفً ۗا ف ْ هّٰللا‬
َ َّ‫ط َرتَ ِ الَّتِ ْي فَطَ َر الن‬ ِ ِ َ ِ ِ َ َ‫فَاَقِ ْم َوجْ ه‬
َ‫اَل يَ ْعلَ ُموْ ۙن‬

”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah


atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui”. (QS. Ar-Ruum/30: 30)

Fitrah Allah dalam ayat di atas maksudnya adalah ciptaan Allah SWT. Manusia
diciptakan oleh Allah SWT mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid.Kalau ada
manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama
tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan. Sebaliknya, jika ada yang beragama
selain beragama tauhid, berarti agamanya tidak sesuai dengan fitrahnya sebagai
manusia seperti ditegaskan dalam Al-Quran;

َ‫َو َم ْن يَّ ْبت َِغ َغ ْي َر ااْل ِ ْساَل ِم ِد ْينًا فَلَ ْن يُّ ْقبَ َل ِم ْنهُۚ َوه َُو فِى ااْل ٰ ِخ َر ِة ِمنَ ْال ٰخ ِس ِر ْين‬

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.
(QS. Ali Imran/3: 85)

Anda mungkin juga menyukai