Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami
karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan pada Rasulullah SAW. Di dalam
makalah ini kami telah berusaha menguraikan sebaik mungkin mengenai hal yang
berkaitan dengan materi Fitrah Bagi Manusia.
Makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas presentasi kelompok dua
merupakan tugas dari dosen pengampu mata kuliah agama 1 yaitu Bapak Salman Jufri,
M.Pd. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mahasiswa mengenai Fitrah Beragama Bagi setiap Manusia.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya
bagi kami kelompok II dan umumnya para pembaca makalah ini.
Kelompok II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1PENDAHULUAN
AZ
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fitrah manusia terlahir di dunia ini adalah sebagai ‘abd . Dari itu, manusia harus
memiliki suatu pegangan hidup yang dengannya manusia dapat mencapai tujuan
hidupnya. Sehingga apabila ada sesuatu yang membuat manusia berpaling bukan
membelok dari tujuannya, maka sesuatu yang dijadikan pegangan akan terus
mengarahkan dan membimbing untuk meraihnya. Sebagai seorang muslim, tujuan hidup
ini tidak hanya semata mencari kebahagiaan diakhirat kelak. Dua kebahagiaan tadi tidak
akan terwujud jika tidak adanya rasa percaya kepada Sang Khaliq. Karena dengan
kehendakNyalah, Allah memberikan petunjuk yang akan menuntun manusia untuk
mewujudkan segala yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
PEMBAHASAN
Kata fitrah menurut bahasa berarti penciptaan atau kejadian, sehingga fitrah
manusia adalah kejadian sejak awal atau bawaan sejak lahir. Kata fitrah ini terdapat
dalam Al Qur’an surat ar Rum ayat 30 : يل َ اس َعلَ ْيهَا اَل تَ ْب ِد ْ ِفََأقِ ْم َوجْ هَكَ لِلدِّي ِن َحنِيفًا ف
َ َّط َرتَ هَّللا ِ الَّتِي فَطَ َر الن
ِ َّق هَّللا ِ َذلِكَ الدِّينُ ْالقَيِّ ُم َولَ ِك َّن َأ ْكثَ َر الن
َاس اَل يَ ْعلَ ُمون ِ لِخَ ْل
Manusia menurut fitrahnya telah beragama, mengakui dan bersaksi bahwa Allah adalah
tuhannya. Maka kalau ada orang yang tidak beragama tauhid, sesungguhnya itu tidak
wajar. Biasanya hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan sekitarnya.
Sebangaimana sabda Rasulullah saw : “setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah.
Orangtuanya yang akan membuat dia yahudi,nasrani, dan majusi”(H.R. Muslim).
Manusia dengan tabiat penciptaannya yang merupakan pencampuran antara tanah dari
bumi dan peniupan ruh, maka manusia dibekali potensi-potensi yang sama untuk
berbuat baik dan buruk. Seorang mampu membedakan antara yang baik dan buruk,
sebagaimana ia juga mampu mengarahkan jiwanya kepada kebaikan dan keburukan.
Kemampuan ini dalam Al Qur’an diungkapkan kata ilham, sebagaimana firman Allah
dalam Q.S Asy-Syam: 7-8: “Demi jiwa serta penyempurnaanya (ciptaannya), maka Allah
mengilham kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya”. Sedangkan pada Q.S.
AL Balad: 10, Kemampuan ini diungkapkan dengan petunjuk. Maka ilham atau
petunjukkan itu sudah tersimpan di dalam diri manusia dalam bentuk potensi-potensi.
B. FITRAH BERAGAMA BAGI MANUSIA
Agama dan manusia adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan antara
satu dengan yang lain. Manusia hidup memerlukan agama sebagai tempat mencari
ketenangan dan keridhaan Tuhan dan agama hadir untuk menjadi petunjuk bagi umat
manusia. Menurut Islam, agama berarti suatu peraturan atau penetapan Tuhan yang
membimbing manusia kepada aqidah yang benar, ibadah yang baik dan mu‘amalah yang
baik pula. Sedangkan manusia adalah hayawan al-nathiq (makhluk yang berpikir), yang
pada hakikatnya adalah makhluk pencari kebenaran. Di sini bertemu antara agama
sebagai satu hakikat yang benar dan manusia (dengan akal dan hatinya) sebagai makhluk
pencari kebenaran.
Manusia adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan sesuai dengan
fitrahnya,sesuai dengan hadits Rasulullah SAW :
ْ َِما ِم ْن َموْ لُوْ ٍد ِاالَّ يُوْ لَ ُد َعلَى ْالف
)ط َر ِة (رواه مسلم
”Tidaklah dilahirkan seorang anak melainkan atas fitrahnya”(HR. Muslim)
َيٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َج ۤا َء ْت ُك ْم َّموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو ِشفَ ۤا ٌء لِّ َما فِى الصُّ ُدوْ ۙ ِر َوهُدًى َّو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُمْؤ ِمنِ ْين
َاِ َّن َش َّر ال َّد َو ۤابِّ ِع ْن َد هّٰللا ِ الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا فَهُ ْم اَل يُْؤ ِمنُوْ ۖن
Raghib al-Isfahani, ahli bahasa Arab dari kalangan Sunni, mengatakan bahwa
fitrah yang Allah SWT berikan kepada manusia ialah menciptakan manusia dalam
keadaan siap atau terlatih untuk melakukan pekerjaannya di dunia, atau kekuatan dan
kemampuan yang diberikan Allah SWT kepada manusia untuk mengenal iman. Dengan
kekuatan dan kemampuannya itu, ia dapat mengetahui agama yang benar dan Tuhan
yang menciptakannya. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran:
َوَلَ ِٕى ْن َسا َ ْلتَهُ ْم َّم ْن خَ لَقَهُ ْم لَيَقُوْ لُ َّن هّٰللا ُ فَا َ ٰنّى يُْؤ فَ ُكوْ ۙن
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan
mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat
dipalingkan (dari menyembah Allah)?” (QS. Azh-zhukhruf/43: 87)
Dalam kitab Tafsir al-Azhar, Hamka menjelaskan bahwa fitrah dalam arti
keinginan yang kuat untuk beragama Tauhid sudah diciptakan Allah SWT pada diri
manusia sejak manusia itu berada di alam wujud “ilmi” (alam roh) seperti yang
dijelaskan Allah SWT:
ُ ك ِم ۢ ْن بَنِ ْٓي ٰا َد َم ِم ْن ظُهُوْ ِر ِه ْم ُذ ِّريَّتَهُ ْم َواَ ْشهَ َدهُ ْم ع َٰلٓى اَ ْنفُ ِس ِه ۚ ْم اَلَس
ْت بِ َربِّ ُك ۗ ْم قَالُوْ ا بَ ٰل ۛى َش ِه ْدنَا ۛاَ ْن تَقُوْ لُوْ ا َ َُّواِ ْذ اَ َخ َذ َرب
َۙيَوْ َم ْالقِ ٰي َم ِة اِنَّا ُكنَّا ع َْن ٰه َذا ٰغفِلِ ْين
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan 3 kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)". (QS. Al-A‘raaf/8: 172)
Fitrah Allah dalam ayat di atas maksudnya adalah ciptaan Allah SWT. Manusia
diciptakan oleh Allah SWT mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid.Kalau ada
manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama
tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan. Sebaliknya, jika ada yang beragama
selain beragama tauhid, berarti agamanya tidak sesuai dengan fitrahnya sebagai
manusia seperti ditegaskan dalam Al-Quran;
ََو َم ْن يَّ ْبت َِغ َغ ْي َر ااْل ِ ْساَل ِم ِد ْينًا فَلَ ْن يُّ ْقبَ َل ِم ْنهُۚ َوه َُو فِى ااْل ٰ ِخ َر ِة ِمنَ ْال ٰخ ِس ِر ْين
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.
(QS. Ali Imran/3: 85)