Anda di halaman 1dari 3

KONSEP FITRAH SECARA BAHASA

Istilah “Fitrah” merupakan kesucian jiwa dan rohani, yang memiliki arti bahwa manusia sejak
lahir dalam keadaan suci tidak memiliki dosa. Fitrah secara etimologi, disebut Al-
khilqah (naluri, pembawaan) dan althabȋ’ah (tabiat, watak, karakter) yang diciptakan Allah
SWT pada manusia. Fitrah merupakan potensi dasar manusia sebagai alat untuk mengabdi
dan ma’rifatullah.

Dalam al-Maraghi, disebutkan “Fitrah” merupakan kecenderungan untuk menerima


kebenaran. Sebab kebenaran fitri manusia cenderung dan berusaha mencari serta menerima
kebenaran walaupun hanya bersemayam dalam hati kecilnya.

PENGERTIAN FITRAH MENURUT ISLAM

Fitrah diambil dari bahasa Arab yaitu fa-tho-ro yang berarti “membuka” atau “menguak”,
juga dapat diartikan sebagai perangai, tabiat, kejadian, asli, agama, ciptaan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fitrah dikaitkan dengan kata sifat, asli, bakat, pembawaan
perasaan keagamaan.

Sedangkan makna fitrah sendiri merupakan “asal kejadian”, “keadaan yang suci”, dan
“kembali ke asal”. Oleh sebab itu, hari raya umat Muslim sering disebut sebagai hari yang
fitrah dengan arti sebagai "kembali ke keadaan suci tanpa dosa".

Fitrah merupakan keadaan yang dihasilkan dari sebuah penciptaan. Dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas, fitrah adalah awal mula penciptaan manusia. Sebab, lafaz
fitrah tidak pernah dikemukakan oleh Alquran dalam konteksnya selain dengan manusia.

‫ فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه‬،‫كل مولود يولد على الفطرة‬

Hadits tersebut di atas menunjukkan bahwa manusia itu ketika lahir dalam keadaan fitrah
(suci/agama Islam). Orang tuanyalah yang memiliki pengaruh yang penuh dalam membentuk
kepercayaan pada anaknya. Pada hadits tersebut tidak disebutkan kata “untuk
mengislamkannya mengandung arti bahwa memang sebelumnya seorang anak memiliki
potensi untuk beragama Islam, menjadi orang Yahudi, Nashrani ataupun majusi adalah
pengaruh dari keyakinan orang tua mereka.

Adapun dalam ayat al -qur’an tentang fitrah manusia, surat al Ruum ayat 30 mengenai fitrah
manusia terhadap agama Allah (Islam) adalah sebagaimana berikut:

‫هّٰللا‬ ‫َفاَقِم وجْ هك لِل ِّديْن ح ِن ْي ًف ۗا ف ِْطر َ هّٰللا‬


‫اس اَل‬ ٰ َ ِ‫ل ل َِخ ْل ِق ِ ٰۗذل‬1َ ‫اس َعلَ ْي َه ۗا اَل َت ْب ِد ْي‬
ِ ‫ك ال ِّديْنُ ْال َق ِّي ۙ ُم َولكِنَّ اَ ْك َث َر ال َّن‬ َ ‫ت ِ الَّتِيْ َف َط َر ال َّن‬ َ َ ِ َ َ َ ْ
ۙ َ
30 ‫ َيعْ لم ُْو َن‬.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah
disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada
ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. ( Ar-
Rum: 30).”
Fitrah manusia merupakan tahap awal di mana proses manusia sebelum mendapatkan ilmu
pengetahuan, manusia pada tahap ini diibaratkan seperti kertas putih (teori tabularasa) yang
kosong yang belum tercoret dengan tulisan apapun. Lingkungan dan keluarga lah yang akan
membentuk anak tersebut. Manusia juga dapat dipengaruhi oleh keyakinan orang tuanya akan
diarahkan kemana keyakinan itu.

Pembagian fitrah manusia ada 4 yaitu,

1. Fitrah Al-Munazzalah, fitrah luar yg masuk dlm diri manusia. Fitrah ini berupa
petunjuk al-Qur’an dan as-sunnah yg digunakan sebagai kendali dan pembimbing
bagi fitrah.

2. Fitrah Al- Gharizah, yaitu fitrah inheren dalam diri manusia yg memberi daya akal
yang berguna untuk mengembangkan potensi dasar manusia.

3. Fitrah Suci, yaitu pada hakikatnya manusia itu suci dari fitrahnya, tetapi sebenarnya
hati mereka telahh tertutup dengan dosa- dosa yang mereka perbuat.

4. Fitrah Intelektual, (aqliyah), potensi ini terdiri dari panca indera dan akal pikiran
(pendengaran, penglihatan, dan hati). Dengan potensi ini, manusia dapat
membuktikan dengan daya nalar dan ilmiah tentang kekuasaan Allah.

Dapat disimpulkan bahwa fitrah manusia merupakan potensi yang ada dalam diri manusia
yang mampu mengarah pada fitrah baik maupun buruk, potensi yang sudah menjadi bawaan
manusia sejak lahir ini terus mengalami perkembangan seiring dengan semakin
berkembangnya akal pikiran manusia dan pada akhirnya manusia akan mengakui bahwa
Tuhan itu ada sehingga mereka akan kembali kepada tuhannya.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari pengertian fitrah menurut Islam adalah sebagai berikut:

1. Fitrah adalah keadaan asal atau keadaan suci yang ada dalam diri manusia yang
diciptakan oleh Allah. Manusia lahir dalam keadaan fitrah, yang mengacu pada
keadaan asal yang suci tanpa dosa.

2. Fitrah mencerminkan potensi inherent dalam diri manusia untuk mengenali dan
mencari Tuhan. Meskipun manusia lahir dalam keadaan fitrah, lingkungan dan
pengaruh orang tua dapat membentuk keyakinan agamanya.

3. Ayat dalam Al-Qur'an, khususnya surat Ar-Rum ayat 30, menyatakan bahwa fitrah
manusia adalah fitrah Allah yang Dia ciptakan manusia sesuai dengannya. Fitrah ini
adalah pangkal dari agama Islam, dan tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.

4. Terdapat empat jenis fitrah dalam Islam, termasuk fitrah al-Munazzalah (petunjuk
dari Al-Qur'an dan hadis), fitrah al-Gharizah (potensi akal manusia), fitrah suci
(keadaan awal yang suci, tetapi dapat terkontaminasi oleh dosa), dan fitrah intelektual
(potensi akal pikiran dan panca indera untuk memahami kekuasaan Allah).

5. Fitrah manusia adalah potensi yang dapat mengarahkan manusia menuju kebaikan
atau keburukan, dan perkembangan fitrah ini seiring dengan perkembangan akal
pikiran manusia. Pada akhirnya, manusia diharapkan akan mengakui keberadaan
Tuhan dan kembali kepada-Nya.

Dengan demikian, fitrah dalam Islam merupakan dasar keadaan asal suci yang ada dalam diri
manusia, potensi untuk mengenali Tuhan, dan merupakan landasan agama Islam. Fitrah ini
dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan pengaruh orang tua, tetapi pada akhirnya, manusia
diharapkan untuk kembali kepada Tuhan dan mengakui-Nya sebagai pencipta dan pemimpin
mereka.

Sumber:

https://hes.unida.gontor.ac.id/konsep-fitrah-dalam-islam/

https://hes.unida.gontor.ac.id/konsep-fitrah-dalam-islam/

Anda mungkin juga menyukai