OLEH
FATIMAH :NIM 200101050238
RIZKA AZHARA :NIM 200101050141
1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kepribadian adalah sesuatu yang pasti terdapat dalam diri setiap manusia, baik
manusia itu beragama maupun tidak. Tidak ada kepribadian yang sama antara dua
orang individu, sekalipun saudara kembar. Secara umum kepribadian terdapat
dalam diri setiap individu yang normal. Sedangkan orang yang tidak normal
kepribadiannya tidak tertentu dan tidak dapat diamati secara pasti, walaupun pada
dasarnya setiap kepribadian itu dapat diamati melalui gejala-gejala yang tampak.
Termasuk juga kepribadian dikalangan orang islam. Namun Orang islam
belum tentu berkepribadian muslim, terbukti dengan banyaknya orang –orang
yang mengaku islam namun kepribadian mereka malah seperti orang-orang
non Islam.
Kata pribadi diartikan sebagai keadaan manusia orang perorangan, atau
keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak perorangan. Dan kepribadian
adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa
yang membedakan dirinya dari orang atau bangsa lain.
2. Rumusan Masalah
a. Jelaskan Konsep Fitrah dalam Islam?
b. Jekaskan Dinamika Kepribadian dalam Perspektif Islam?
c. Jelaskan Bentuk-Bentuk Kepribadian Menurut Islam?
d. Jelaskan Faktor-Faktor Membentuk Kepribadian?
3. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui Konsep Fitrah dalam Islam
2
B. PEMBAHASAN
1
Muhammad Ali al-Tahanawi, Kasyf al-Ishthlâh}ât al-Funûn, (Beirut: Dâr al-Khilâfah al-‘Ilmiyyah, 1997), 1713.
2
Ali bin Muhammad Sayyid al-Jurjani, Mu’jam al-Ta’rîfât, (Cairo: Dâr al-Fadhîlah, 2004), 141; Ibnu Manzhur, Qâmûs
Lisân al-‘Arab, (Cairo: Dâr al-H}adîts, 2002), 167.
3
Abu al-Hajjaj Mujahid al-Makhzumi, Tafsîr Mujâhid, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1989), 407; Abu Zakariya Yahya bin Ziyad
al-Farra, Ma’ânî al-Qur’ân, (Cairo: Dâr al-Mishriyyah, 2004), 327; Ibrahim bin Sari, Ma’ânî al-Qur’ân wa I’râbuhu, (Beirut: ‘Alam
al-Kutub, 1988), 184; ‘Abdussalam ‘Abd al-Syafi Muhammad, al-Muh}arrar al-Wajîz, (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2000),
421; Muhammad Ali al-Shabuni, Mukhtashar Tafsîr Ibn Katsîr, (Beirut: Dâr al-Qur’ân al-Karîm, 1981), 53.
4
Muhammad Thahir bin ‘Asyur, Tafsîr Tah}rîr wa Tanwîr, (T.K: T.P, T.Th), Vol 20, 90.
5
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition of the Fundamental
Elements of the Worldview of Islam, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995), 143.
6
Ibnu Athiyyah al-Andalusi, al-Muh}arrar al-Wajîz fî Tafsîr al-Kitâb al-‘Azîz, ed. By ‘Abd al-Salam ‘Abd al-Syafi’i
Muhammad, (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2001), 453.
7
Menurut Hamka, fitrah adalah rasa asli, murni, dalam jiwa manusia yang belum kemasukan pengaruh dari yang lain, yaitu
mengakui adanya kekuasaan tertinggi dalam alam ini, yaitu Allah. Lihat, Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988),
Vol. 21, 78.
8
Lihat Isma’il Raji al-Faruqi, al-Tawhid: Its Implications for Thought and Life, (Virginia: International Istitute of Islamic
Thought, 1992), 67-69. Selain itu al-Faruqi juga mengatakan bahwa fitrah adalah: “the content of science is the pattern God has
implanted in creation.” Lihat, Isma’il Raji al-Faruqi, Islamic and Other Faiths, (Leicester: The Islamic Foundation, 1998), 136.
3
bahasanya, dalam tafsir, fitrah diartikan sebagai suatu kealamian atau
kesucian yang diberikan Allah pada manusia sejak awal penciptaan.
9
Dawam Raharjo, 1999, Pandangan Pendidikan Dan Perspektif al-Qur’an(LPPI: Yogyakarta, 1999), h. 35
10
Jalaluddin Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), 73.
11
Wahidin, Sains dan Agama, 132.
4
Kepribadian sesungguhnya merupakan produk dari
interaksi di antara ketiga komponen tersebut (Kalbu, ‘aql, dan
nafsu), hanya saja ada salah satu yang lebih mendominasi dari
komponen yang lain. Dalam interaksi itu kalbu memiliki posisi
dominan dalam mengendalikan suatu kepribadian. Prinsip
kerjanya cenderung pada fitrah asalmanusia, yaitu rindu akan
kehadiran Tuhan dan kesucian jiwa. Aktualitas kalbu sangat
ditentukan oleh sistem kendalinya. Sistem kendali yang
dimaksud adalah dhamir yang dibimbing oleh fitrah al-
munazzalah (Al-Qur’an dan Sunnah). Apabila sistem kendali
ini tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka kepribadian
manusia sesuai dengan amanat yang telah diberikan oleh Allah
di alam perjanjian. Namun, apabila sistem kendali berfungsi
maka kepribadian manusia akan dikendalikan oleh komponen
lain yang lebih rendah kedudukannya.
12
Hartati, N., dkk. Islam dan Psikologi. 2004. hlm. 164.
13
Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam…, 133.
5
Ketiga komponen fitrah nafsani ini berintegrasi untuk mewujudkan
suatu tingkah laku. Sedangkan dari sudut tingkatannya, maka
kepribadian itu merupakan integrasi dari aspek-aspek supra kesadaran
(fitrah ketuhanan), kesadaran (fitrah kemanusiaan) dan pra atau bawah
kesadaran (fitrah kebinatangan). Sedangkan dari sudut fungsinya,
kepribadian merupakan integrasi dari daya-daya emosi, kognisi dan
konasi, yag terwujud dalam tingkah laku luar seperti berjalan, berbicara
maupun tingkah laku dalam seperti pikiran dan perasaan.
14
Hikmawati, F. Bimbingan dan Konseling perspektif Islam. Jakarta: PT.Raja Gravindo Persada. 2015. hlm.42.
15
Hartati, Netty, dkk. Islam dan Psikologi.. hlm.168.
16
Hikmawati, F. Bimbingan dan Konseling perspektif Islam. 2015. hlm.43
7
Kepribadian muthmainnahbersumber dari qalbu manusia, sebab
hanya qalbu yang mampu merasakan thuma’ninah (QS. Al-Ra’d,
[13]: 28). Sebagai komponen yang bernatur ilahiah qalbu selalu
cenderung pada ketenangan dalam beribadah, mencintai, bertaubat,
bertawakkal, dan mencari ridha Allah Swt. Orientasi kepribadian ini
adalah teosentris (QS Al-Nazi’at [79]: 40-41).17
a. Aliran Empirisme
17
Hartati, Netty, dkk. Islam dan Psikologi. hlm.169-170
18
Hartati, Netty, dkk. Islam dan Psikologi. 2004. ...hlm.170
19
J.P. Chaplin....hlm.166
8
dapat ditulisis apa saja yang dikehendaki. Perwujudan kepribadian
ditentuka oleh luar diri yang disebut dengan lingkungan. 20 Aliran
Empirisme dikenal sebagai aliran yang optimistik dan positivistik.
Hal itu disebabkan oleh anggapannya bahwa suatu kepribadian
menjadi lebih baik apabila dirangsang oleh usaha-usaha nyata.
Usaha konkret yang disumbangkan oleh aliran ini adalah
menciptakan teori-teori belajar untuk mengubah tingkah laku
manusia menuju kepribadian yang ideal. Melalui teori belajar,
semua kepribadian individu dapat dimodifikasi dan dibentuk sesuai
dengan yang diinginkan.
b. Aliran Nativisme
c. Aliran Konvergensi
20
Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. hlm.18
21
James Drever, Kamus Psikologi. 1986. hlm.229
9
oleh faktor manusiawi. Manusia dalam pandangan psikologi islam
telah memiliki seperangkat potensi, disposisi, dan karakter unik.
Potensi itu paling tidak mencakup keimanan, ketauhidan, keislaman,
keselamatan, keikhlasan, kesucian, kecenderungan menerima
kebenaran dan kebaikan, dan sifat baik lainnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Hartati, N., Nihayah, Z., Shaleh, A. R., dan Mujib, A. Islam dan Psikologi.
Jakarta: PT.Raja Gravindo Persada. 2004.
Hikmawati, F. Bimbingan dan Konseling perspektif Islam. Jakarta: PT.Raja
Gravindo Persada. 2015.
Hurlock, E. B.Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.2002.
Hurlock, E. B. Psikologi Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga.
J.P. Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Kartini Kartono. Jakarta:
Rajawali. 1989.
Suryabrata, S. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali.1990.
Suryabrata, S. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali. 2012.
Drever, James. Kamus Psikologi, Terjemahan Nancy Simanjuntak. Jakarta: Bina
Aksara. 1986.
Kesuma, Guntur Cahaya. 2013. Konsep Fitrah Manusia Perspektif
Pendidikan Islam ijtimaiyya, vol. 6, no. 2.
Al Afify. Muhammad Faiz 2018. Konsep Fitrah dalam Psikologi Islam. Volume
14, Number 2.
Muhimmatul Hasanah. 2015. Dinamika Kepribadian Menurut Psikologi Islami.
Jurnal Ummul Qura Vol VI, No 2
Helmy, Muhammad Irfan. 2018. Kepribadian Dalam Perspektif Sigmund Freud
dan Al-Qur’an : Studi Komparatif. Nun, Vol. 4, No. 2.
11