Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Landasan Kebudayaan dan Sosial Kemasyarakatan Dalam Kurikulum

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembanga Kurikulum
Dosen Pengampu: Dr. Mukhtar Hadi,M.Si

Disusun oleh:

Kelas A
Kelompok 4
1. Najwa Nafiatul Ummah (2201010079)

2. Umi Latifah (2201010119)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum PAI.

Adapun makalah ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan


tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses
pembuatan makalah yang berjudul “ Landasan Kebudayaan dan Sosial
Masyarakat Dalam Kurikulum”. Oleh sebab itu, penulis juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas


kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima
kasih.

Metro, 20 Maret 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan Kebudayaan dan Sosial Kemasyarakatan Dalam Kurikulum...6
1. Landasan Kebudayaan dalam Kurikulum.............................................7
2. Landasan Sosial Kemasyarakatan dalam Kurikulum.........................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang
sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat
pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkem bangan
kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan
tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.
Kurikulum akan selalu berkembang agar dapat memenuhi kebutuhan
suatu lembaga. Ketika kurikulum tidak dikembangkan sesuai dengan
meningkatnya kebutuhan suatu lembaga, maka lembaga itu akan mengalami
ketertinggalan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang
kuat, yang didasarkan oleh hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang
mendalam dan sesuai dengan tantangan zaman. Karena kurikulum ibarat
sebuah rumah yang harus mempunyai pondasi agar dapat berdiri tegak, tidak
rubuh dan dapat memberikan kenyamanan bagi yang tinggal di dalamnya,
pondasi tersebut ialah landasan-landasan untuk kuriulum sebagai rumahnya,
agar bisa memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi peserta didik untuk
menuntut ilmu dan menjadikannya produk yang berguna bagi dirinya sendiri,
agama, masyarakat dan negaranya. Bila landasan rumahnya lemah, maka yang
ambruk adalah rumahnya sedangkan jika landasan kurikulum yang lemah
dalam pendidikan maka yang ambruk adalah manusianya.

iv
Pendidikan merupakan proses sosialisasi melalui interaksi insani
menuju manusia yang berbudaya. Dalam konteks inilah anak didik dihadapkan
dengan budaya manusia, di bina dan di kembangkan sesuai dengan nilai
budaya, serta di pupuk kemampuan dirinya menjadi manusia. Realitas sosial
budaya dan agama dalam kehidupan masyarakat merupakan bahan dasar
kajian penyusunan, perkembanagan kurikulum. Masyarakat adalah kelompok
individu yang terorganisasi dalam kelompok-kelompok yang berbeda.
Masyarakat dan individu di sini memiliki hubungan dan pengaruh yang
bersifat timbal balik. Kebersamaan individu dalam masyarakat terikat oleh
nilai-nilai yang menjadi pegangan hidup mereka dalam berinteraksi, yaitu
mencakup nilai keagamaan dan sosial budaya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Landasan Kebudayaan dan Sosial
Kemasyarakatan Dalam Kurikulum?
2. Bagaimana Landasan kebudayaan dalam kurikulum?
3. Bagaimana Sosial Kemasyarakatan dalam kurikulum?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui makna Landasan Kebudayaan dan Sosial Kemasyarakatan
Dalam Kurikulum.
2. Mengetahui dan memahami Landasan Kebudayaan dalam kurikulum.
3. Mengetahui dan Memahami Sosial Kemasyarakatan dalam kurikulum.

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Kebudayaan dan Sosial Kemasyarakatan dalam


Kurikulum

Ada tiga aspek pokok yang menjadi landasan atau dasar, tumpuan,
fondasi dalam mengembangkan suatu kurikulum, yaitu: filsafat, psikologis
dan sosiologis. Aspek yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah yang
menjadi landasan sosiologis. Sosiologis adalah landasan yang mengarahkan
kajian mengenai kurikulum yang dikaitkan dengan masyarakat, kebudayaan,
dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam pembahasaan kali ini kita akan
membahas mengenai tentang hal kebudayaan dan sosial kemasyarakatan nya
dimana dua hal ini merupakan bagian dari landasan sosiologis dalam
kurikulum yang harus dipahami, diperhatikan dan dikembangkan sesuai
dengan dunia pendidikan sekarang ini.

Menurut Hamalik (2008) ada dua pertimbangan sosiologis yang


dijadikan landasan dalam pengembangan kurikululm, yaitu:

1. setiap orang dalam masyarakat selalu berhadapan dengan masalah


anggota masyarakat yang belum dewasa dalam kebudayaan,
maksudnya manusia yang belum mampu menyesuaikan diri dengan
kebiasaan kelompoknya
vi
2. kurikulum dalam setiap masyarakat merupakan refleksi dari cara orang
berfikir, merasa dan bercita-cita atau kebiasaan. Karena itu untuk
membina struktur dan fungsi kurikulum, perlu memahami kebudayaan.

Setiap individu punya latar belakang yang berbeda. Ada yang dari
keluarga petani, pedagang, pemimpin perusahaan dan lain sebagainya. Mereka
mempunyai karakter dan latar belakang sosial yang berbeda-beda. Tapi di
balik perbedaan yang kompleks tersebut, ada yang harus diperhatikan, yaitu
kebiasaan, tradisi, adat istiadat, ide-ide, kepercayaan, nilai-nilai yang tumbuh
di lingkungannya. Sehingga penting pada nantinya nilai-nilai positif yang
tumbuh di masyarakat sekaligus akan tampil sebagai agen sosial bagi
lingkungannya. Berbagai aspek tersebut disoroti melalui kacamata bernama
sosiologis. Sehingga sosiologis perlu menjadi landasan dalam pengembangan
kurikulum. Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-
asumsi yang berasal dari sosiologis yang dijadikan titik tolak dalam
pengembangan kurikulum. Landasan ini didasari bahwa pendidikan adalah
proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia1.

Kurikulum sebagai program atau rancangan pendidikan harus dapat


menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat, bukan hanya dari segi isi
programnya tetapi juga dan segi pendekatan dan strategi pelaksanaannya. Oleh
karena itu, guru sebagai pelaksana kurikulum dituntut lebih peka
mengantisipasi perkembangan masyarakat, agar apa yang diberikan kepada
siswa relevan dan berguna bagi kehidupannya di masyarakat. Penerapan teori,
prinsip, dan hukum yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada
dalam kurikulum, harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat,
sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa akan lebih bermakna dalam
hidupnya. Pengembangan kurikulum yang hanya didasarkan pada kemampuan
1
Zulkifli Zulkifli, “ANALISIS SOSIOLOGIS PENGEMBANGAN KURIKULUM,” Pedagogik : Jurnal
Ilmiah Pendidikan Dan Pembelajaran Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh 9, no.
1, April (April 30, 2022): hal. 107-108, https://doi.org/10.37598/pjpp.v9i1.
vii
dasar saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Pengembangan kurikulum harus ditekankan pada pengembangan individu
vang mencakup keterkaitannya dengan lingkungan masyarakat setempat.

1. Landasan Kebudayaan dalam Kurikulum

Sudah sejak lama para ahli pendidikan dan kurikulum menyadari


bahwa kebudayaan adalah salah satu landasan pengembangan kurikulum
di samping landasan lain seperti perkembangan masyarakat, ilmu
pengetahuan, teknologi, politik, dan ekonomi. Ki Hajar Dewantara
menyatakan bahwa kebudayaan merupakan faktor penting sebagai akar
pendidikan suatu bangsa. Ahli kurikulum lain seperti Print menyatakan
pentingnya kebudayaan sebagai landasan bagi kurikulum dengan
mengatakan bahwa kurikulum is a construct of that culture. Kebudayaan
merupakan keseluruhan totalitas cara manusia hidup dan mengembangkan
pola kehidupannya sehingga ia tidak saja menjadi landasan di mana
kurikulum dikembangkan tetapi juga menjadi target hasil pengembangan
kurikulum.

Kedudukan kebudayaan dalam suatu proses kurikulum amatlah


penting. Tetapi, dalam proses pengembangan seringkali para pengembang
kurikulum kurang memperhatikannya. Dalam proses pengembangan
kurikulum sering diwarnai oleh pengaruh pandangan para pengembang
terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Pertimbangan mengenai
kebutuhan anak didik dan masyarakat sering dijawab dengan jawaban
mengenai adanya perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Oleh karena
itu, pentingnya posisi kebudayaan tidak boleh terabaikan dalam
pengembangan kurikulum2.

2
Matsuroh Matsuroh, “Kurikulum Pendidikan Berbasis Multikultural,” Millah: Journal of
Religious Studies, 2010, hal. 73.
viii
Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan ide atau gagasan,
cita-cita, pengetahuan, kepercayaan, cara berpikir, kesenian, dan nilai yang
telah disepakati oleh masyarakat. Daoed Yusuf (1981) mendefinisikan
kebudayaan sebagai segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran
(logika), kemauan (etika) serta perasaan (estetika) manusia dalam rangka
perkembangan kepribadian manusia, pekembangan hubungan dengan
manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa.

Sementara menurut Taba, kebudayaan mencakup ciptaan, norma


kehidupan, kepercayaan, tradisi, loyalitas, tingkah laku, moral, kontrol
diri, dan harapan. Serta nilai-nilai, bahasa cita-cita, aspirasi dan pandangan
hidup. Pendek kata, kebudayaan merupakan karya manusia yang
bersumber dari seperangkat keyakinan dan ketrampilan yang tidak bersifat
genetik. Melainkan ia diperoleh dan dipelajari melalui interaksi dan
peniruan. Sementara dalam literatur lain kebudayaan berarti keseluruhan
yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenangan,
sosial, hukum, adat istiadat dan kemampuan lain seperti kebiasaan-
kebiasaan yang diadakanoleh manusia sebagai anggota masyarakat3.

Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam


pengembangan kurikulum dengan pertimbangan

a) Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita,


sikap, pengetahuan, keterampilan dan lain sebagainya. Semua itu dapat
diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan budaya,
keluarga, masyarakat sekitar, dan tentu saja sekolah lembaga
pendidikan Oleh karena itu sekolah lembaga pendidikan mempunyai

3
Ahmad Dwi Nur Khalim, “Landasan Sosiologis Pengembangan Kurikulum Sebagai Persiapan
Generasi Yang Berbudaya Islam,” As-Sibyan 2, no. 1 (2019): hal. 66.
ix
tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para peserta didik
dengan salah satu alat yang disebut kurikulum

b) Kurikulum dalam setiap masyarakat pada dasarnya merupakan refleksi


dari cara orang berpikir berasa bercita- cita, atau kebiasaan-kebiasaan
Karena itu dalam mengembangkan suatu kurikulum perlu memahami
kebudayaan Kebudayaan adalah pola kelakuan yang secara umum
terdapat dalam satu masyarakat yang meliputi keseluruhan ide, cita-
cita, pengetahuan, kepercayaan, cara berpikır, kesenian dan lain
sebagainya.

c) Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut


kebudayaan. Oleh karena itu kebudayaan dapat dikatakan sebagai
suatu konsep yang memiliki kompleksitas tinggi4.

Secara lebih rinci, kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa dan
karsa manusia diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu:

a) Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan dan lain- lain. Wujud
kebudayaan ini bersifat abstrak dan adanya dalam alam pikiran
manusia dan warga masyarakat di tempat kebudayaan itu berada.

b) Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat.


Tindakan ini disebut sistem sosial. Dalam sistem sosial, aktivitas
manusia sifatnya konkrit, bisa dilihat dan diobservasi. Tindakan
berpola manusia tentu didasarkan oleh wujud kebudayaan yang
pertama Artinya sistem sosial dalam bentuk aktivitas manusia
merupakan refleksi dari ide, konsep, gagasan, nilai dan norma yang
telah dimilikinya.

4
Ade Ahmad Mubarok et al., “Landasan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Di Indonesia,”
Jurnal Dirosah Islamiyah 3, no. 1 (2021): hal. 121-122.
x
c) Benda hasil karya manusia Wujud kebudayaan yang ketiga ini ialah
seluruh fisik perbuatan atau hasil karya manusia di masyarakat. Oleh
karena itu wujud kebudayaan yang ketiga ini adalah produk dari wujud
kebudayaan yang pertama dan kedua5.

Dilihat dari karakteristik sosial budaya, setiap daerah di wilayah


tanah air Indonesia memiliki ciri khas mengenai adat istiadat, tata krama
pergaulan, kesenian, bahasa lisan maupun tulisan, kerajinan dan nilai
kehidupannya masing-masing. Keanekaragaman tersebut bukan hanya
dalam kebudayaannya tetapi juga kondisi alam dan lingkungan sosialnya,
dan ini merupakan kekayaan hidup bangsa Indonesia yang perlu
dilestarikan dan dikembangkan melalui upaya pendidikan. Beranjak dari
kenyataan tersebut, maka pengembangan kurikulum sekolah harus
mengakomodasi unsur-unsur lingkungan yang menjadi dasar dalam
menetapkan materi kurikulum muatan lokal6.

Contoh kurikulum muatan lokal yang saat ini sudah dilaksanakan


di sebagian besar sekolah adalah Mata Pelajaran Keterampilan, Kesenian,
dan Bahasa Daerah. Tujuan pengembangan kurikulum muatan lokal dapat
dilihat dari kepentingan nasional dan kepentingan peserta didik. Dalam
hubungannya dengan kepentingan nasional muatan lokal bertujuan:
Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang khas daerah,
Mengubah nilai dan sikap masyarakat terhadap lingkungan ke arah yang
positif.

Jika dilihat dari sudut kepentingan peserta didik pengembangan


kurikulum muatan lokal bertujuan:
5
Dadang Sukirman, “Landasan Pengembangan Kurikulum,” Bandung: UPI. Edu, 2007, hal. 34-
35, https://www.academia.edu/download/56623559/Landasan_Kurikulum.pdf.

6
Said Subhan Posangi, “Landasan Kurikulum Pendidikan Islam” 4, no. 1 (Desember 2020):
hal. 7-8.
xi
a) Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap lingkungannya
(lingkungan alam, sosial, dan budaya).

b) Mengakrabkan peserta didik dengan lingkungannya sehingga mereka


tidak asing dengan lingkungannya.

c) Menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari untuk


memecahkan masalah yang ditemukan di lingkungan sekitarnya7.

Melihat penjelasan wujud kebudayaan diatas, semakin


membenarkan bahwa pendidikan dan kebudayaan tidak bisa dipisahkan.
Kurikulum merupakan bagian dari pendidikan, dan pendidikan merupakan
bagian dari masyarakat. Peserta didik sebagai generasi masa depan yang
berproses melalui pendidikan dan dipesiapkan untuk kehidupan
masyarakat. Sangat perlu memahami apa itu kebudayaan yang ada
dimasyarakat. Karena sebagaimana dijelaskan oleh Alfan didalam
kebudayaaan memiliki fungsi mengatur agar manusia dapat memahami
cara bertindak, berbuat, menentukan sikap saat berhubungan dengan orang
lain. Ditambahkan juga bahwa kebudayaaan berperan pula sebagai kontrol
masyarakat, yaitu cara yang digunakan oleh masyarakat untuk
mengembalikan anggota masyarakat yang menyimpang dari tingkah laku
normal. Selain sebagai kontrol terhadap masyarakat, kebudayaan juga
berfungsi melindungi diri terhadap alam, mengatur hubungan manusia dan
sebagai wadah segenap perasaan manusia. Jadi dengan fungsi tersebut
peserta didik akan tetap berjalan pada track yang sesuai dengan nilai,
norma ataupun aturan dimasyarakat. Dan pada nantinya akan menjadi
insan yang berbudaya. Sejalan dengan hal itu, maka sewajarnya kalau
kebudayaan harus memiliki arah tujuan yang jelas.

2. Landasan Sosial Kemasyarakatan dalam Kurikulum


7
Umar Tirtarahardja and La S.L Sula, “Pengantar Pendidikan” (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
hal. 276.
xii
Pendidikan adalah usaha yang disengaja dan disadari dengan
tujuan untuk membentuk, mengarahkan, dan menyesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat. Masyarakat, budaya, dan individu tidak dapat
dipisahkan. Setiap orang dalam kehidupan kita sehari-hari adalah bagian
dari masyarakat dan memiliki budaya, tetapi masyarakat itu sendiri terdiri
dari manusia. Individu dipengaruhi oleh masyarakat. dan budaya, dan
masyarakat yang membuatnya dipengaruhi oleh masyarakat dan budaya.
Oleh karena itu, individu, masyarakat, dan budaya tidak dapat lagi
dipisahkan satu sama lain. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki berbagai gejala social hubungan antara individu dengan
individu, antar golongan, lembaga social yang disebut dengan ilmu
masyarakat. Didalam ketudupan sehari-hari anak selalu bergaul dengan
lingkungan atau dunia sekitar. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup
bagi manusia.

Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan


mereka sendiri ke dalam kelompok-kelompok berbeda. Dalam setiap
kelompok masyarakat memiliki kebudayaan sendiri-sendiri yang
membedakan kelompok masyarakat satu dengan yang lainnya. Sebagai
akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan yang pada hakikatnya adalah hasil
kebudayaan manusia, maka kehidupan manusia semakin luas, sehingga
semakin meningkat pula tuntutan hidup masyarakat. Maka, Pendidikan
harus mengantisipasi tuntutan hidup ini sehingga dapat mempersiapkan
anak didik untuk hidup wajar sesuai dengan kondisi masyarakat.8

Dalam konteks inilah kurikulum sebagai program Pendidikan harus


dapat menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu guru,
pembina dan pelaksana kurikulum dituntut lebih peka mengantisipasi
perkembangan masyarakat agar apa yang diberikan kepada siswa relevan
8
Widodo Winarso, “Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah,” Cirebon : CV. Confident, 2015,
16.
xiii
dan dapat berguna bagi kehidupan siswa di masyarakat. Pengembangan
kurikulum hendaknya memperhatikan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat. Tyler, Taba, Tanner dan tanner menyatakan tuntutan
masyarakat adalah dasar dalam pengembangan kurikulum. Disinilah
tuntutan masyarakat adalah salah satu dasar dalam pengembangan
kurikulum. Calhoun, Light dan Keller memaparkan tujuh fungsi sosial
pendidikan, yaitu:

a. Mengajar keterampilan,

b. Mentransmisikan budaya,

c. Mendorong adaptasi lingkungan,

d. Membentuk kedisiplinan,

e. Mendorong bekerja berkelompok,

f. Meningkatkan perilaku etik, dan

g. Memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi.9

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan.


Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Ini dapat dimaklumi bahwa pendidikan merupakan usaha
sadar untuk mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan
masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan an sich, namun
lebih penting lagi untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan
serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih
lanjut di masyarakat.

9
Ngalim Purwanto, “Ilmu Pendidikan : Teoritis Dan Praktis,” Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008, 18.
xiv
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik
formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi
kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala
karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus
acuan bagi pendidikan. Kita tidak mengharapkan munculnya manusia yang
terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan
diharapkan lahirnya manusia yang dapat lebih mengerti dan mampu
membangun kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun
proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi,
karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.10
Realitas sosial yang ada dalam masyarakat merupakan bahan kajian
kurikulum pengembangan untuk digunakan sebagai landasan kurikulum
pengembangan. Kebersamaan individu dalam masyarakat terikat dan terikat
oleh nilai-nilai yang menjadi pegangan hidup dalam interaksi di antara
mereka. Nilai-nilai yang perlu dilestarikan dan dihormati dalam masyarakat
yang mencakup nilai-nilai keagamaan dan sosial budaya. Nilai keagamaan
berhubungan dengan kepercayaan masyarakat terhadap ajaran agama,
karena itu umumnya bersifat langgeng.11 Untuk melaksanakan penerimaan,
penyebarluasan, pelestarian, atau penolakan dan pelepasan nilai-nilai
sosial-budaya-agama, maka masyarakat menggunakan pendidikan yang
dirancang melalui kurikulum.

10
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, n.d., 101.

11
T. R. Joni, “Wawasan Kependidikan Guru,” Jakarta: Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, 1983, 5.
xv
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

xvi
DAFTAR PUSTAKA
Khalim, Ahmad Dwi Nur. “Landasan Sosiologis Pengembangan Kurikulum
Sebagai Persiapan Generasi Yang Berbudaya Islam.” As-Sibyan 2, no. 1
(2019): 56–79.
Matsuroh, Matsuroh. “Kurikulum Pendidikan Berbasis Multikultural.” Millah:
Journal of Religious Studies, 2010, 71–83.
Mubarok, Ade Ahmad, Siti Aminah, Sukamto Sukamto, Dadang Suherman, and
Ujang Cepi Berlian. “Landasan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Di
Indonesia.” Jurnal Dirosah Islamiyah 3, no. 1 (2021): 103–25.
Purwanto, Ngalim. “Ilmu Pendidikan : Teoritis Dan Praktis.” Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008.
R. Joni, T. “Wawasan Kependidikan Guru.” Jakarta: Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan, 1983.
Said Subhan Posangi. “Landasan Kurikulum Pendidikan Islam” 4, no. 1
(Desember 2020).

xvii
Sukirman, Dadang. “Landasan Pengembangan Kurikulum.” Bandung: UPI. Edu,
2007.
https://www.academia.edu/download/56623559/Landasan_Kurikulum.pdf.
Syaodih Sukmadinata, Nana. Pengembangan Kurikulum, n.d.
Tirtarahardja, Umar, and La S.L Sula. “Pengantar Pendidikan.” Jakarta: Rineka
Cipta, 2000.
Winarso, Widodo. “Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah.” Cirebon : CV.
Confident, 2015.
Zulkifli, Zulkifli. “ANALISIS SOSIOLOGIS PENGEMBANGAN
KURIKULUM.” Pedagogik : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dan
Pembelajaran Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh 9, no.
1, April (April 30, 2022): 97–110. https://doi.org/10.37598/pjpp.v9i1.

xviii

Anda mungkin juga menyukai