Anda di halaman 1dari 11

Mahasiswa dapat Memahami Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran

Disusun oleh:
1. Adi Surya Firmansyah
2. Halimatus Sa’diyah

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah


Fakultas Agama Islam
Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo
Kata Pengantar

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah swt atas Rahmat dan karuniaNya sehingga
laporan tugas dengan judul “Mahasiswa dapat memahami teori belajar Revolusi Sosio
Kultural” ini dikerjakan dan disusun sebaik mungkin. Makalah ini ditulis untuk memenuhi
syarat nilai mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada
setiap pihak yang telah mendukung serta membantu penulis selama proses penyelesaian
makalah ini. Tak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan pada Ibu Nur Nafisatul
Fithriyah, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran atas bimbingan
dan tugas yang diberikan.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai Mahasiswa dapat memahami teori belajar
Revolusi Sosio Kultural secara mendalam untuk meningkatkan pemahaman pembaca
mengenai Teori Belajar dan Pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari sempurna
serta kesalahan yang penulis yakini di luar batas kemampuan penulis. Maka dari itu penulis
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis
berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Sidoarjo, 05 Desember 2023

Penulis

I
Daftar Isi

Kata Pengantar...........................................................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 Dasar Terbentuknya Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural............................................6
2.1.1 Teori Konstruktivisme Jean Piaget............................................................................6
2.1.2 Teori Co-Konstruktivisme dan Revolusi Sosio-Kultural Vygotsky..........................7
2.2 Aplikasi Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural dalam Pembelajaran..............................7
2.2.1 Pendidikan informal (keluarga).................................................................................7
2.2.2 Pendidikan nonformal...............................................................................................8
2.2.3 Pendidikan formal.....................................................................................................8
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural.................................8
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................10
3.2 Saran...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSAKA.................................................................................................................11

II
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya belajar sebagai faktor pengaruh dan faktor yang dipengaruhi, terbentuk dari
budaya (kultur) yang berkembang di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Baik kultur
makro maupun kultur mikro. Teori belajar kultural sangat berkaitan erat dengan
penyelenggaraan pendidikan, baik pendidikan formal, informal, maupun non formal. Teori
belajar kultural memandang bahwa aspek-aspek sosial memasyarakatan, aspek kebudayaan,
dan aspek lingkungan, merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran dan
keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Patut diakui, bahwa kebudayaan yang
berkembang dalam kelompok masyarakat tertentu akan menentukan bentuk maupun corak
pembelajaran yang dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan.
Namun demikian, di negara-negara berkembang adopsi sistem pendidikan dari luar
sering kali mengalami kesulitan untuk berkembang. Asumsi-asumsi yang melandasi program-
program pendidikan sering kali tidak sejalan dengan hakekat belajar, hakekat orang yang
belajar, dan hakekat orang yang mengajar. Pendidikan dan pembelajaran selama ini hanya
mengagungkan pada pembentukan perilaku keseragaman, dengan harapan akan
menghasilkan keteraturan, ketertiban, ketaatan, dan kepastian.
Seorang siswa harus dididik untuk realis, mengakui kehidupan yang
multidimensional, tidak seragam, dan diajak menghayati kebinekaan yang saling melengkapi
demi persaudaraan yang sehat, menghargai hak dan kewajiban sosial yang saling solider.
Mendidik juga berarti membantu anak untuk menjadi dirinya dan peka terhadap
lingkungannya. Oleh karena itu, harus berusaha diciptakan lingkungan belajar yang
demokratis. Selain itu diperlukan sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar sebagai
modal dasar untuk memunculkan prakarsa belajar. Ini semua menjadi sangat penting untuk
mengembangkan kemampuan mental yang produktif.
Indonesia merupakan negara yang majemuk, dengan heterogenitas kebudayaan yang
dimiliki masyarakat, menjadikan corak pendidikan di Indonesia pun menjadi 1 beragam.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke tidak boleh
meminggirkan peranan kebudayaan yang hidup dan berkembang di tengah-tengah
masyarakat. Secara umum, pendidikan memang dimaksudkan agar setiap kelompok
masyarakat dapat menerima perbedaan, sehingga tercipta masyarakat yang plural dengan
tingkat toleransi yang tinggi.
Teori belajar kultural merupakan suatu konsepsi yang menempatkan budaya (kultur)
menjadi bagian tak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Pendidikan akan lebih diterima
oleh masyarakat bilamana kebudayaan mengambil bagian dan diberikan tempat dalam proses
penyelenggaraan pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan pun dimaksudkan untuk
mengukuhkan kebudayaan yang telah ada sebagai kekayaan dan warisan leluhur suatu
bangsa. Penyelenggaraan pendidikan juga dimaksudkan untuk membangun budaya baru yang
positif, dinamis, dan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan jaman. Pendidikan
berkebudayaan dipandang mampu menjadi filter bagi dampak sosial yang ditimbulkan oleh
globalisasi. Teori belajar kultural selain dapat diaplikasikan dalam berbagai metode
pembelajaran, juga menjadi solusi bagi sebagian permasalahan pendidikan di Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah masalah yang dapat dirumuskan dari pemaparan diatas yaitu:\
1. Apa dasar terbentuknya Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural?
2. Apa pengertian Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural menurut para ahli?
3. Bagaimana aplikasi Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural dalam pembelajaran?
4. Apa kelebihan dan kekurangan Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Dapat menjelaskan dasar terbentuknya Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural.
2. Dapat menjelaskan pengertian Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural menurut para ahli.
3. Dapat menjelaskan aplikasi Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural dalam pembelajaran.
4. Dapat menjelaskan kelebihan dan kekurangan Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dasar Terbentuknya Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural
Berbeda dengan teori-teori belajar yang muncul lebih dahulu, pengertian teori belajar
kultural tidak dijabarkan secara eksplisit. Pendefinisian teori belajar kultural, oleh para ahli
dirumuskan dalam bentuk pendekatan-pendekatan teori belajar yang lain, yakni: teori belajar
konstruktivisme, teori belajar ko-konstruktivisme, teori belajar sosial, dan teori belajar sosio
kutural atau banyak disebut dengan istilah teori belajar revolusi-sosio kultural. Ada 2 tokoh
yang mendasari terbentuknya teori belajar revolusi sosio kultural:
2.1.1 Teori Konstruktivisme Jean Piaget

Belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan dan


mengaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pengetahuan yang sudah
dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan. Piaget berpendapat bahwa
belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya pengetahuan berasal dari individu.
Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang
yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya belajar adalah individu yang bersangkutan
(siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor sekunder. Keaktifan siswa menjadi
penentu utama dan jaminan kesuksesan belajar, sedangkan penataan kondisi hanya sekedar
memudahkan belajar.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu proses
yang didasarkan atas mekanisme biologis dalam bentuk perkembangan system syaraf. Makin
bertambah umur seseorang, makin komplekslah susunan sel syarafnya dan semakin
meningkat pula kemampuannya. Kegiatan belajar terjadi seturut dengan pola tahap-tahap
perkembangan tertentu dan umur seseorang. Ketika individu berkembang menuju
kedewasaan, ia akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan
menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya.
Perolehan kecakapan intelektual akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan
antara apa yang mereka rasakan dan ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat
suatu fenomena baru sebagai pengalaman atau persoalan.
Untuk memperoleh keseimbangan atau ekuilibrasi, seseorang harus melakukan
adaptasi dua bentuk dan terjadinya secara simultan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Melalui
asimilasi siswa mengintregasikan pengetahuan baru dari luar ke dalam struktur kognitif yang

3
telah ada pada dirinya. Sedangkan melalui akomodasi siswa memodifikasi struktur kognitif
yang ada dalam dirinya dengan pengetahuan yang baru. Adaptasi akan terjadi jika telah
terdapat keseimbangan di dalam struktur kognitifnya. Perubahan struktur kognitif merupakan
fungsi dari pengalaman, dan kedewasaan akan terjadi melalui tahap-tahap perkembangan
tertentu.
Teori konflik-sosiokognitif ini mampu berkembang luas dan mendominasi bidang
psikologi dan pendidikan. Namun, bila dicermati ada beberapa aspek dari teori Piaget yang
dipandang dapat menimbulkan implikasi kontraproduktif pada kegiatan pembelajaran jika
dilihat dari perspektif revolusi sosio-kultural saat ini. Dilihat dari locus of cognitive
development atau asal-usul pengetahuan, Piaget cenderung menganut teori psikogenesis.
Artinya, pengetahuan berasal dari dalam individu. Dalam proses belajar, siswa berdiri
terpisah dan berinteraksi dengan lingkungan sosial. Siswa mengkonstruksikan
pengetahuannya lewat tindakan yang dilakukannya terhadap lingkungan sosial.
2.1.2 Teori Co-Konstruktivisme dan Revolusi Sosio-Kultural Vygotsky
Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan
sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah
hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan
berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya. Kondisi sosial sebagai tempat penyebaran
dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sosial budaya. Peserta didik
memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi sehari-hari baik
lingkungan sekolah maupun keluarganya secara aktif. Vygotsky berpendapat bahwa proses
belajar akan terjadi secara efisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan
anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung (supportive), dalam
bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang dewasa.
Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif sesuai dengan teori sosiogenesis
yaitu kesadaran berinteraksi dengan lingkungan dimensi sosial yang bersifat primer dan
demensi individual bersifat derivatif atau turunan dan sekunder, sehingga teori belajar
Vygotsky disebut dengan pendekatan CoKonstruktivisme artinya perkembangan kognitif
seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh
lingkungan sosial yang aktif pula.
Menurut Vygotsky perkembangan kognisi seorang anak dapat terjadi melalui
kolaborasi antar anggota dari satu generasi keluarga dengan yang lainnya. Perkembangan
anak terjadi dalam budaya dan terus berkembang sepanjang hidupnya dengan berkolaborasi
dengan yang lain. Dari perspektif ini para penganut aliran sosiokultural berpendapat bahwa
sangatlah tidak mungkin menilai seseorang tanpa mempertimbangkan orang-orang penting di
lingkungannya.
2.2 Aplikasi Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural dalam Pembelajaran
Penerapan teori sosio-kultural dalam pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis:
2.2.1 Pendidikan informal (keluarga)
Pendidikan peserta didik dimulai dari lingkungan keluarga, dimana peserta didik
pertama kali melihat, memahami, mendapatkan pengetahuan, sikap dari lingkungan
keluarganya. Oleh karena itu, perkembangan perilaku masingmasing peserta didik akan
berbeda manakala berasal dari keluarga yang berbeda, karena faktor yang mempengaruhi

4
perkembangan peserta didik dalam keluarga beragam, misalnya: tingkat pendidikan orang
tua, faktor ekonomi keluarga, keharmonisan dalam keluarga dan sebagainya.
2.2.2 Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku pada peserta didik, misalnya kursus membatik.
Pendidikan ini diberikan untuk membekali peserta didik hal-hal tradisi yang berkembang di
lingkungan sosial masyarakatnya.
2.2.3 Pendidikan formal
Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi antara
lain:
(a) Kurikulum dan Peserta Didik
Khususnya untuk pendidikan di Indonesia pemberlakuan kurikulum 2013, jelas bahwa
pendidikan di Indonesia memberikan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap
kepada peserta didik untuk mempelajari sosio kultural masyarakat Indonesia maupun
masyarakat internasional. Dimana pada kurikulum 2013 siswa lebih dituntut untuk
aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di
sekolah. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi
juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain. Munculnya
pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam
semua program studi. Sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial. Hal
ini mulai dari perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun
global.
(b) Guru
Guru bukanlah narasumber segala-galanya, tetapi dalam pembelajaran lebih
berperanan sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran
dan tutor. Masih banyak peran yang lain, oleh karenanya dalam pembelajaran ini
peran aktif siswa sangat diharapkan, sedangkan guru membantu perilaku siswa yang
belum muncul secara mandiri dalam bentuk pengayaan, remedial pembelajaran.
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural
Berdasarkan teori Vygotsky akan diperoleh beberapa keuntungan:
(a) Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan
proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.
(b) Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada
tingkat perkembangan aktualnya.
(c) Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan
kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental.
(d) Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang
telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas
atau pemecahan masalah.
(e) Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan
kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersama-
sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.

5
Kelemahan dari teori belajar revolusi sosiokultural yaitu terbatas pada perilaku yang
tampak, proses-proses belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari
berbagai sumber belajar, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara
langsung oleh karena itu diteliti oleh para teoriwan perilaku.

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut para ahli teori belajar revolusi-sosio kultural tidak dijabarkan secara eksplisit
melainkan dirumuskan dalam bentuk pendekatan-pendekatan teori belajar yang lain, yaitu
teori belajar konstruktivisme, teori belajar ko-konstruktivisme, teori belajar sosial, dan teori
belajar sosio kutural.
Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan
berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya. Kondisi sosial sebagai tempat penyebaran
dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sosial budaya. Terdapat 3 konsep
penting dalam teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan kognitif sesuai dengan
revolusi sosiokoltural dalam teori belajar dan pembelajaran yaitu genetic law of development,
zona of proximal development dan mediasi.
3.2 Saran
Dari makalah ini diharapkan dapat menjadi bekal kita nantinya sebagai calon pendidik
agar tercapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien. Calon pendidik dapat
memberikan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman dan dari topik
pembahasan diatas diharapkan mengambil sisi positifnya, sehingga mampu
mengimplikasikan ke dalam proses pembelajaran. Penyusun dari makalah ini hanyalah
manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya
milik Allah Swt hingga dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penyusun nanti dalam
upaya evaluasi diri.

7
DAFTAR PUSAKA

Budiningsih CA. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.


Dakir. 1993. Dasar-Dasar Psikologi. Jakarta: Pustaka Belajar.
Gredler. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hadis A. 2006. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Rusman. 2012. Seri Managemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran
(Mengembangkan Profesionalisme Guru). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suciati, Prasetya P. 2001. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta : PAU-PPAI, Universitas
Terbuka. Sujarwa. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Manusia dan Fenomena
Sosial Budaya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sukardjo. 2010. Landasan Pendidikan: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Tudge J. 1994. Vygotsky: The Zone of Proximal Development, and Peer Collaboration:
Implications for Classroom Practice. Cambrige: University Press. Uno HB. 2006.
Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai