Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIAL KULTURAL

DOSEN PENGAMPU

Suci Eryza Marza, S.Psi,MA.

DISUSUN OLEH

Asalin Musoffa dan Ananda Miftahul


NIM : 2021220003 NIM :

STAI AL-HAMIDIYAH JAKARTA


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah


Subhanahu Wata’ala, Tuhan semesta alam, Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan
Makalah ini yang berjudul “Teori Belajar Revolusi Sosial Kultural” dengan baik. Shalawat
dan Salam selalu tercurah kepada junjungan nabi besar, Nabi Muhammad Sallallahu “alayhi
wassalam, beserta keluarga, sahabat, dan pengikut beliau yang selalu setia melaksanakan
sunnah-sunnah beliau hingga akhir zaman.
Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap
pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Selain itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, saya selaku penyusun memohon kepada
pembaca untuk membukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya.
Dengan penuh hormat dan kerendahan hati, penulis sampaikan rasa terima kasih dan
apresiasi yang setinggi-tingginya kepada:
1. Suci Eryza Marza, S.Psi,MA selaku dosen yang telah memberikan ilmunya kepada saya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu dalam menyelesaikan
makalah guna memenuhi tugas mata kuliah ‘Ilmu Kalam’.
2. Para dosen STAI al-Hamidiyah Jakarta yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
3. Kedua orang tua (Ayahanda Suidat dan Ibunda Halipah) yang juga banyak membantu
penulis dan selalu mendoakan penulis dengan penuh keridhaan.
4. Semua teman kuliah yang selalu men-support, menjadi partner diskusi dan memberikan
pandangan-pandangannya kepada penulis.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan
dan memberikan manfaat yang banyak untuk masyarakat luas.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ..ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Pengertian Teori Belajar Revolusi Sosial Kultural.........................................................
2.1.1 Dasar Terbentuknya Teori Sosial Kultural...............................................................
a. PIAGET..................................................................................................................
b. VYGOTSKY............................................................................................................
2.1.2 Penerapan Teori Sosial Kultural Dalam Dunia Pendidikan.............................................
a. Pendidikan informal (keluarga)....................................................................................
b. Pendidikan nonformal................................................................................................
c. Pendidikan formal.....................................................................................................
2.2 Kelebihan Dan Kekurangan Teori Sosial Kultural...............................................................

BAB III PENUTUP................................................................................................15


3.1 Kesimpuan........................................................................................................15
3.2 Saran.................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Rumusan masalah

1.1.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Belajar Revolusi Sosial Kultural


Teori belajar revolusi sosial kultural adalah peningkatan fungsi-fungsi mental
seseorang yang berasal dari kehidapannya dalam bermasyarakat, bukan sekedar individu itu
sendiri. Teori belajar sosial kultural berangkat dari kesadaran tentang betapa pentingnya
sebuah pendidikan dari melihat proses kebudayaan dan pendidikan yang tidak bisa
dipisahkan. Pendidikan dan kebudayaan sangat berkaitan, di mana pendidikan dan
kebudayaan berbicara pada tataran yang sama, yaitu nilai-nilai. Edward Burnett Tylor yang
dikenal sebagai seorang antropolog telah menjalin tiga pengertian yaitu manusia, masyarakat
dan budaya sebagai tiga dimensi dari hal yang bersamaan. Oleh sebab itu pendidikan tidak
dapat dilepaskan kebudayaan dan hanya dapat terlaksana dalam suatu komunitas masyarakat.

2.1.1 Dasar Terbentuknya Teori Sosial Kultural


Pada pembahasan ini ada 2 tokoh yang mendasari terbentuknya teori belajar sosial kultural
ini yaitu Jean Piaget (filsuf) dan Lev Vygotsky (psikolog), berikut akan penulis jelaskan
tentang pemikiran mereka tentang teori belajar sosial kultural:
1. PIAGET
Piaget berpendapat bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu
proses yang didasarkan atas sistem kerja secara biologis dalam bentuk perkembangan syaraf.
Kegiatan belajar terjadi bersamaan dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur
seseorang. Perolehan kepintaran seseorang akan berhubungan dengan proses mencari
keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan ketahui pada satu sisi dengan apa yang
mereka lihat suatu hal yang baru sebagai pengalaman. Untuk memperoleh keseimbangan,
seseorang harus melakukan adaptasi dengan lingkungannya.
Proses adaptasi seseorang terdiri dari asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah di mana
seseorang mengintegrasikan atau mampu beradaptasi dari pengetahuan baru dari luar ke
dalam pola pemikiran yang sudah ada dalam dirinya. Sedangkan melalui akomodasi
seseorang memodifikasi pola pemikiran yang ada dalam dirinya dengan pengetahuan yang
baru.
Dilihat dari asal usul pengetahuan, Piaget cenderung menganut teori psikogenesis. Yaitu,
pengetahuan berasal dari dalam diri individu. Dalam proses belajar, siswa berdiri terpisah dan
berinteraksi dengan lingkungan sosial. Ia menyusun pengetahuannya lewat tindakan yang
dilakukannya terhadapt lingkungan sosial.
Di samping itu, dalam kegiatan belajar Piaget lebih mementingkan interaksi antara siswa
dengan kelompoknya. Perkembangan kognitif akan terjadi dalam interaksi antara siswa
dengan kelompok sebayanya dari pada dengan orang-orang yang lebih dewasa. Pembenaran
terhadap teori ini jika diterapkan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran akan kurang
sesuai dengan perspektif revolusi sosial kultural yang sedang diusahakan saat ini.
2. VYGOTSKY
Jalan pikiran sesorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal-usul tindakan
sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah
hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan
berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya.
Menurut Vygotsky perkembangan kognisi seorang anak dapat terjadi melalui
kolaborasi antar anggota dari satu generasi keluarga dengan yang lainnya. Perkembangan
anak terjadi dalam budaya dan terus berkembang sepanjang hidupnya dengan berkolaborasi
dengan yang lain. Dari perspektif ini para penganut aliran sosial kultural berpendapat bahwa
sangatlah tidak mungkin menilai seseorang tanpa mempertimbangkan orang-orang penting di
lingkungannya. Mereka menekankan bahwa proses-proses perkembangan mental seperti
ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran dengan orang-orang yang ada di
lingkungan sosialnya. Selain itu mereka juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu
berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-
bidang tersebut.
Teori belajar sosial kultur meliputi tiga konsep utama, yaitu:
a. Hukum Genetik Tentang Perkembangan
Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran,
yaitu interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau intramental. Pandangan tentang
teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosia sebagai faktor utama terhadap
pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Sedangkan fungsi
intramental dipandang sebagai keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan
terhadap proses-proses sosial tersebut.

b. Zona Perkembangan Proksimal


Vygotsky membagi perkembangan proksimal ke dalam dua tingkat:
1) Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas ata memecahkan berbagai masalah secara mandiri
(intramental)
2) Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan orang
dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten
(intermental).
Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan
potensial ini disebut zona perkembangan proksimal. Zona perkembangan proksimal diartikan
sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada
dalam proses pematangan.

c. Mediasi
Menurut Vygotsky, semua perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi
dimediasikan dengan alat-alat psikologis berupa bahasa, tanda dan lambang, atau semiotika.
Ada dua jenis mediasi, yaitu:
1. Mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang ertujuan untuk
melakukan self-regulation yang meliputi: self planning, self monitoring, self checking,
dan self evaluating. Mediasi metakognitif ini berkembang dalam komunikasi antar
pribadi.
2. Mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memevahkan masalah yang
berkaitan dengan pengetahuan tertentu. Mediasi kognitif bisa berkaitan dengan konsep
spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).

2.1.2. Penerapan Teori Sosial Kultural Dalam Dunia Pendidikan


Aplikasi teori sosial kultural dalam dunia pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan
yaitu:
1. Pendidikan Informal (Keluarga)
Pendidikan anak dimulai dari lingkungan keluarga, dimana anak pertama kali melihat,
memahami, mendapatkan pengetahuan, sikap dari lingkungan keluarganya. Oleh karena itu
perkembangan prilaku masing-masing anak akan berbeda manakala berasal dari keluarga
yang berbeda, karena faktor yang memperngaruhi perkembangan anak dalam keluarga
beragam, misalnya: tingkat pendidikan orang tua, faktor ekonomi keluarga, keharmonisan
dalam keluarga dan sebagainya.
2. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus membatik, dan lain lain.
Pendidikan ini diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang berkembang di
lingkungan sosial masyarakatnya.
3. Peendidikan Formal
Aplikasi teori sosial kultural pada pendidikan formal dapat dikihat dari beberapa segi antara
lain:
a. Kurikulum
Khususnya untuk pendidikan di Indonesia pemberlakuan kurikulum pendidikan sesuai
Peraturan Menteri nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan), Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi, dan
Peraturan Menteri nomor 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar,
jelas bahwa pendidikan di Indonesia memberikan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap
kepada anak untuk mempelajari sosial kultural masyarakat Indonesia maupunmasyarakat
internasional melalui beberapa mata pelajaran yang telah ditetapkan, di antaranya: pendidikan
kewarganegaraan, pengetahuan sosial, muatan lokal, kesenian, dan olahraga.
b. Siswa
Dalam pembelajaran KTSP anak mengalami pembelajaran secara langsung ataupun
melalui rekaman. Oleh sebab itu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap bukan sesuatu
yang secara verbal tetapi anak mengalami pembelajaran secara langsung. Selain itu
pembelajaran memberikan kebebasan anak untuk berkembang sesuai bakat, minat, dan
lingkungannya pencapainnya sesuai standar kompetensi yang telah ditetapkan.
c. Guru
Guru bukanlah narasumer segala-galanya, tetapi dalam pembelajaran lebih berperanan
sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran dan tutor. Masih
banyak peran yang lain, oleh karenanya dalam pembelajaran ini peran aktif siswa sangat
diharapkan, sedangkan guru membantu perilaku siswa yang belum muncul secara mandiri
dalam bentuk pengayaan, remedial pembelajaran.

2.2. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Sosial Kultural


Kelebihan
1. Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan
proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.
2. Pembelajaran perlu lebih dikaitkan denga tingkat perkembagnan potensialnya daripada
tingkat perkembangan aktualnya.
3. Pembelajaran lebih diarahkan kepada penggunaan strategi untuk mengembangkan
kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental
4. Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang
telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-
tugas atau pemecahan masalah
5. Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan
kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara
bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya

Kekurangan
Teori sosial kultural yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar
yang kurang tampat seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai sumber belajar,
pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sulit diamati secara langsung oleh karena itu
diteliti oleh para pembuat teori perilaku.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Kami sebagai penyusun mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar bisa membuat
makalah yang lebih baik untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/gogo_all.pdf

https://123dok.com/document/wye3lm1q-makalah-pemerintahan-yang-baik.html

Ahmad Sumargono, Reformasi Birokrasi; Menuju Pemerintahan Yang Bersih, PKSPP,

Jakarta, 2009.

Anda mungkin juga menyukai