Anda di halaman 1dari 20

Makalah Ilmu Sosial Dasar

PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT


DI SUSUN OLEH:
RIDWAN SAHPUTRA (180703074)

Dosen Pembimbing:
Dr. Juhari, M.Si

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PRODI BIOLOGI
BANDA ACEH
2019

1
ABSTRAK
MENGUSUT TENTANG SISTEM PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
Oleh:
Ridwansyah Putra (180703074)
Penulisan makalah ini sebenarnya menjelaskan tentang suatu pendidikan dan masyarakat
yang berkembang di dalam masyarakt dimana antara pendidikan dan masyarakat sangat erat
kaitanya dan juga sangat saling berhubungan.Pendidikan mengajarkan seseorang bagaimana
cara dia berperilaku baik dan sopan kepada semua orang,pendidikan juga tidak hanya
mengajarkan tentang moral saja tapi tentang ilmu pengetahuan lainnya juga.Setelah
seseorang memiliki pendidikan yang tinggi dan mempunyai moral atau akhlak yang baik
maka dia bisa langsung terjun ke dalam dunia masyarakat.Semua ilmu yang di dapatkan
seseorang selama dia belajar maka juga bisa di terapkan dalam masyarakat.Karena antara
etika dan pengetahuan umum sangat dibutuhkan baik secara pribadi maupun secara
berkelompok nantinya dalam suatu masyarakat.

2
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... iv
A.Latar Belakang ....................................................................................................... 5
B.Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
C.Tujuan .................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
1.Pengertian Pendidikan ............................................................................................ 6
2.Hakekat Pendidikan ................................................................................................ 8
3.Tujuan Pendidikan. ................................................................................................. 11
4.Pengertian Masyarakat ........................................................................................... 13
5.Adat Istiadat dalam Masyarakat ............................................................................. 15
6.Hubungan Antara Pendidikan dengan Masyarakat ................................................ 16
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 18
A.Kesimpulan ............................................................................................................ 18
B.Saran ...................................................................................................................... 18
C.Daftar Pustaka ........................................................................................................ 19

3
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahwatullahi wabarakatuh


Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang mana atas kehendaknya kami dapat
menulis makalah ini dalam waktu yang telah ditentukan.Tidak lupa pula shalawat atas
baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia khususnya
islam menjadi manusia yang penuh dengan peradaban.Makalah ini kami susun sebagai
tugas mata kuliah ilmu sosial dasar yang bertema’Pendidikan dan Masyarakat”.
Ucapan terimaksih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan berbagai macam
ilmu yang tak ada habis-habisnya serta teman-teman seperjuangan yang senantiasa
selalu mendoakan.Makalah ini kami susun berdasarkan arahan yang telah diberikan,dan
bersumber dari buku-buku dan artikel yang telah kami baca.
Demikian yang dapat kami sampaikan,apabila ada kata yang kurang berkenan kami
mohon maaf dengan begitu kritik dan saran kami harapkan kepada pembaca supaya
makalah ini tersusun menjadi lebih baik lagi.

4
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan adalah segala daya upaya dan semua usaha untuk membuat masyarakat
dapat mengembangkan potensi manusia agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki
keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Di samping itu
pendidikan merupakan usaha untuk membentuk manusia yang utuh lahir dan batin cerdas,
sehat, dan berbudi pekerti luhur.
Pendidikan mampu membentuk kepribadian melalui pendidikan lingkungan yang
bisa dipelajari baik secara sengaja maupun tidak. Pendidikan juga mampu membentuk
manusia itu memiliki disiplin, pantang menyerah, tidak sombong, menghargai orang lain,
bertaqwa, dan kreatif, serta mandiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan baik sengaja maupun tidak,
akan mampu membentuk kepribadian manusia yang matang dan wibawa secara lahir dan
batin, menyangkut keimanan, ketakwaan, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan bertanggung jawab

B.Rumusan Masalah
1.Apa pengertian Pendidikan dan masyarakat?
3.Apa Hakekat Pendidikan?
4.Apa Tujuan Pendidikan?
5.Apa Hubungan Pendidkan Dengan Masyarakat?

C.Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar.
2.Untuk mengetahui tentang apa itu Pendidikan dan Masyarakat.
3.Untuk menambah wawasan tentang apa itu Pendidikan.

5
4.Untuk mengetahui hubungan antara Pendidkan dengan Masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT

1.Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan kepribadian manusia baik
dibagian rohani atau dibagian jasmani. Ada juga para beberapa orang ahli mengartikan
pendidikan itu adalah suatu proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
sekelompok orang dalam mendewasakan melalui pengajaran dan latihan. Dengan pendidikan
kita bisa lebih dewasa karena pendidikan tersebut memberikan dampak yang sangat positif
bagikita, dan juga pendidikan tersebut bisa memberantas buta huruf dan akan memberikan
keterampilan, kemampuan mental, dan lain sebagainya. Seperti yang tertera didalam UU
No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan
Negara.1Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.
Menurut Prof. H. Mahmud Yunus dan Martinus Jan Langeveld mengatakan pendidikan
adalah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak
yangbertujuan meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan
bisa mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi. Agar anak tesebut
memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa yang dilakukannya dapat bermanfaat bagi
dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya. Selain dari itu Pendidikan adalah
upaya menolong anak untuk dapat melakukan tugas hidupnya secara mandiri dan
bertanggung jawab dan pendidikan merupakan usaha manusia dewasa dalam membimbing
manusia yang belum dewasa menuju kedewasaan.
Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi (terwujud) dalam alam
sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia. Setiap negara maju tidak akan
pernah terlepas dengan dunia pendidikan. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu negara,
maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dapat memajukan dan
mengharumkan negaranya.Pendidikan merupakan faktor penting bagi masyarakat, demi maju
mundurnya kualitas masyarakat atau bangsa sangat bergantung pada pendidikan yang ada
pada rakyat bangsa tersebut. Seperti yang dikatakan oleh harahap dan poerkatja, pendidikan
adalah usaha yang secara sengaja dari orang tua yang selalu diartikan mampu menimbulkan
tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.Yang dimaksud orang tua tersebut adalah

6
orang tua anak itu atau orang yang mempunyai kewajiban untuk mendidik tersebut seperti
guru, pendeta, dan seorang kiai. Pendidikan akan memberikan dampak positif bagi para
generasi muda dan juga pendidikanakan meyiapkan generasi yang baik dan bagus bagi
Negaranya. Maka dari itu para pendidik harus membutuhkan keuletan dan kesabaran didalam
mengajarnya.
Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan Nasional Indonesia mengatakan
pendidikan tersebut adalah merupakan tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun
maksud dari pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak tersebut agar
mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Menurut Heidjrachman dan Husnah (1997:77) pendidikan adalah suatu kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuaan umum seseorang termasuk di dalam peningkatan penguasaan
teori dan keterampilan, memutuskan dan mencari solusi atas persoalan-persoalan yang
menyangkut kegiatan di dalam mencapai tujuannya, baik itu persoalan dalam dunia
pendidikan ataupun kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Notoadmodjo (2003:77),
kalau pendidikan formal dalam suatu organisasi merupakan suatu proses pengembangan
kemampuan kearah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan.
Para masyarakat mengartikan pendidikan adalah pengajaran yang di lakukan disekolah
yang mana sekolah tersebut sebagai tempat terjadinya pengajaran atau pendidikan formal.Jadi
pendidikan tidak seluruhnya terjadi disekolah tetapi pendidikan bisa jadi di rumah yang mana
orang tua yang menjadi gurunya. Pendidikan adalah sebuah program yang mengandung
komponen tujuan, proses belajar mengajar antara murid dan gurunya sehingga, akan
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) menjadi lebih baik. Apalagi kita hidup dijaman
sekarang ini pendidikan sangatlah diperlukan.
Pangartian mengenai pendidikan tersebut, dapat dilihat dari sisi beberapa titik sudut pandang
yang berbeda-beda antara dari titik sudut psikologis maupun titik sudut pandang sosiologis.
Terdapat banyak pengertian maupun definisi yang membahas mengenai pendidikan,
tergantung dalam melihat pendidikan melalui titik sudut manapun. Akan tetapi dalam inti sari
mengenai pemaknaan konsep pendidikan mengarah pada satu tujuan yaitu suatu upaya yang
dijadikan proses dalam membina diri seseorang maupun masyarakat secara umum supaya
dapat menjembatani langkah-langkah dalam menjalani kehidupan sehingga bisa meraih hidup
yang diimpikan oleh semua orang yaitu menikmati kehidupan yang serba dilandasi
pegetahuan dan hidup sejahtera, semua kebutuhan terpenuhinya dengan munculnya ide
kreatif dan inovatif yang hanya bisa didapat dengan proses mengenyam pendidikan.
Pendidikan merupakan modal yang sangat penting dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat. Dalam pendidikan di Indonesia kita dapat memperoleh banyak pengetahuan
seperti pengetahuan tentang moral, agama, kedisiplinan dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dalam pendidikan Indonesia pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di sekolah-
sekolah atau di perguruan tinggi melalui bidang studi yang dipelajari dengan cara pemecahan
soal-soal, pemecahan berbagai masalah, menganalisis sesuatu serta menyimpulkannya

7
2.Hakekat Pendidikan

Secara formal pendidikan itu dilaksanakan sejak usia dini sampai perguruan tinggi.
Adapun secara hakiki pendidikan dilakukan seumur hidup sejak lahir hingga dewasa.
Waktukecil pun dalam UU 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pendidikan anak usia dini yang
nota bene anak-anak kecil sudah didasari dengan pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai
moral yang baik agar dapat membentuk kepribadian dan potensi diri sesuai dengan
perkembangan anak. Dalam PP 27 tahun 1990 bab 1 pasal 1 ayat 2, disebutkan bahwa
sekolah untuk peserta didik yang masih kecil adalah salah satu bentuk pendidikan pra sekolah
yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai memasuki
pendidikan dasar (Harianti, 1996: 12). Di samping itu terdapat 6 fungsi pendidikan
(Depdiknas 2004: 4), yaitu:
• Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin kepada anak.
• Mengenalkan anak pada dunia sekitarnya.
• Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik.
• Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi.
• Mengembang ketrampilan, kreativitas, dan kemampuan yang dimiliki anak.
• Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.

Dari beberapa uraian di atas inilah, maka pendidikan yang menanamkan nilai-nilai positif
akan tepat dimulai ketika anak usia dini. Dengan demikian pendidikan bagi peserta didik
yang masih kecil merupakan landasan yang tepat sebelum masuk pada pendidikan yang lebih
tinggi. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan awal yang sesuai dengan tujuan
untuk mengembangkan sosialisasi anak, menumbuhkan kemampuan sesuai dengan
perkembangannya, mengenalkan lingkungan kepada anak, serta menanamkan disiplin, karena
secara tidak langsung dapat menanamkan atau mentransfer nilai-nilai moral dan nilai sosial
kepada anak. Jadi dari uraian konsep pendidikan seperti tersebut dalam pendahuluan, dapat
dipahami makna dan kepentingan pendidikan secara hakiki bagi manusia. Pendidikan bagi
manusia dapat diuraikan sebagai berikut.

8
A. Manusia sebagai makhluk Tuhan.
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Manusia lahir dalam keadaan
lemah, tidak berdaya apa-apa. Oleh karena ketidak berdayaan ini, manusia membutuhkan
bantuan, mulai dari kebutuhan fisik/biologis seperti makan, minum, berjalan, berbicara, dan
lain sebagainya sampai pada kebutuhan rohaniah seperti kesenangan, kepuasan, dan lain
sebagainya. Dari ketidak berdayaan ini inilah lalu manusia berusaha dengan menggunakan
akal dan pikirannya. Manusia menggunakan lingkungan sebagai ajang belajar. Akhirnya
dengan pendidikan manusia mempelajari lingkungannya. Dengan pendidikan manusia
menjadi “berdaya” atau “mampu”. Manusia menggunakan akalnya seperti yang dikatakan
oleh Cassirer bahwa manusia itu mengguanakan akalnya. Manusia adalah makhluk yang
berakal. Bahkan karena akalnya itu, Ernst Cassirer seorang filsuf dalam bukunya An Essay
on Man (1944) menekankan bahwa manusia adalah animal symbolicum yang artinya
manusia adalah binatang bersimbol. Untuk membedakan manusia dengan binatang, terletak
pada kemampuan akal manusia yaitu dengan menciptakan simbol-simbol dan tanda-tanda
bagi komunitasnya
Van Baal (1987:17) juga mengatakan bahwa sesuatu yang menjadi milik manusia itu
diperoleh dengan dua cara: Pertama, secara umum untuk menunjukkan segala sesuatunya
dengan belajar. Van Baal mengatakan bahwa manusia memperoleh dengan cara belajar dan
pengembangannya dalam pengetahuan, kelembagaan, kebiasaan, keterampilan dan
seterusnya. Kedua, sebagai suatu istilah yang mencakup kesemuanya untuk menunjukkan
bentuk kehidupan secara total dari para anggota suatu kelompok tertentu Hal demikian juga
seperti dikatakan oleh Kuntjaraningrat bahwa manusia itu memperoleh segala sesuatunya
dengan belajar. Ia mengatakan bahwa segala sesuatu yang menjadi milik manusia itu
diperoleh dengan belajar. Koentjaraningrat (1996:72) yang dikenal sebagai bapak
kebudayaan menyatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar. Kata belajar inilah menjelaskan bahwa sejak lahir sampai dewasa manusia
selalu belajar dari lingkungannya. Meski dia tokoh kebudayaan, tetapi karena pendidikan pun
bersifat luas dan milik manusia, maka apa yang dialami manusia yang diperoleh dengan
belajar adalah juga pendidikan.

B. Manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.


Sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk individu, manusia memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Manusia akan membagi kelebihannya dengan manusia lain,
sedangkan sebagai makhluk individual manusia butuh mencukupi kekurangan pada dirinya.
Sebagai makhluk sosial pula, manusia berhubungan dengan banyak orang. Ia akan belajar
dari manusia dan juga alam di sekelilingnya. Kemudian yang berada di sekelilingnya itu akan
diserap ke dalam otaknya dan akan menjadi miliknya. Dengan demikian manusia akan belajar

9
dari lingkungannya. Masing-masing manusia yang ditemuinya ada yang memiliki kelebihan
dan ada yang memiliki kekurangan.

C. Manusia secara kodrati memiliki potensi yang dibawa sejak lahir.


Sebagai manusia ia juga memiliki kemampuan yang dibawa sejak lahir. Kemampuan
atau potensi ini menurut ilmu jiwa disebut bakat (talent). Bakat sejak lahir itu perlu
pemupukan dari lingkungannya terutama keluarga. Oleh karena sebagai manusia memiliki
kekurangan maka untuk mengembangkan bakat ini dibutuhkan juga pendidikan. Potensi yang
dimaksud adalah kemampuan seperti diungkapkan dalam Undang-undang 20 tahun 2003
tentang pendidikan. Dalam pasal 1 ayat 4 dijelaskan bahwa peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional). Peserta didik itu juga manusia, maka dapat dikatakan bahwa
manusia itu dalam mengembangkan potensinya juga membutuhkan pendidikan. Apalagi jika
potensi itu dari lahir yang disebut bakat (talent).

D. Manusia merupakan suatu proses.


Manusia itu sejak lahir sampai dewasa mengalami suatu “proses”. Proses yang panjang
ini dilalui dengan pendidikan, yaitu dengan memperoleh “nilai” yang diperoleh dari
masyarakatnya. Masyarakat keluarga, masyarakat sekolah, masyarakat tempatnya bekerja,
dan masyarakat tempat manusia itu bergaul. Secara holistik, nilai ini diraih dalam rangka
“memanusiakan” dirinya. Pernyataan bahwa pendidikan itu dialami manusia sejak lahir
hingga dewasa, hal tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan itu dimulai sejak kecil hingga
dewasa. Maka jika dari kecil sudah diberi pendidikan seperti tersebut di atas, dan selama
hidup, lingkungannya juga membentuk manusia lahir dan batinnya, maka ketika dewasa pun
akan membentuk karakter. Oleh karena itu dapat disebutkan bahwa manusia adalah suatu
proses.

E. Manusia sebagai makhluk individu.


Manusia hidup sebagai dirinya sendiri. Dalam mengarungi hidupnya bagaikan “orang
buta yang berjalan di tengah hutan pada malam hari musim hujan”. Ia tidak tahu dirinya,
bahkan tidak kenal dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu, manusia melakukan upaya
menemukan jati dirinya. Upaya-upaya ini dilakukan dengan belajar dari lingkungannya yaitu
dengan pendidikan yang dilakukannya dalam jangka waktu yang tidak ada batasnya, yaitu
sepanjang hayat di kandung badan, sepanjang hidupnya. Jati diri manusia adalah
“kematangan” atau “kedewasaan”. Yang dimaksud adalah matang secara ragawi, matang
secara rohani, matang intelektual. Di samping itu juga matang dalam berhubungan baik
secara horizontal (hubungan antar manusia dengan manusia dan alam lingkungan) maupun
hubungan vertikal (hubungan manusia dengan Tuhannya). Penemuan “jati diri” yang benar
inilah yang akan menobatkan manusianya sebagai manusia.

10
3.Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan itu juga ditanamkan sejak manusia masih dalam kandungan, lahir,
hingga dewasa yang sesuai dengan perkembangan dirinya. Ketika masih kecil pun
pendidikan sudah dituangkan dalam UU 20 Sisdiknas 2003, yaitu disebutkan bahwa pada
pendidikan anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri
sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.
Dengan demikian tujuan pendidikan juga mengalami perubahan menyesuaikan dengan
perkembangan manusia. Oleh karena pendidikan dialami sejak manusia lahir hingga dewasa,
maka tujuan pendidikan juga merupaka suatu proses. Proses “memanusiakan dirinya sebagai
manusia” merupakan makna yang hakiki di dalam pendidikan. Keberhasilan pendidikan
merupakan “cita-cita pendidikan hidup di dunia” (Dalam agama ditegaskan juga bahwa cita-
cita “hidup” manusia adalah di akherat). Akan tetapi tidak selamanya manusia menuai hasil
dari proses yang diupayakan tersebut. Oleh karena itu, kadang proses itu berhasil atau kadang
pun tidak. Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa “keberhasilan” dari proses
pendidikan secara makro tersebut merupakan tujuan.
Keberhasilan itu jug dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal ini mengingat bahwa
pendidikan itu ada tiga pilar yaitu pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan pendidikan
masyarakat. Dalam pembentukan dan tujuan pendidikan yang berkaitan dengan pembentukan
watak, maka faktor keluarga sangat penting. Faktor orang tua sangat berpengaruh
padapendidikan manusia sebagai peserta didik. Kesadaran orang tua makin meningkat
mengenai pentingnya pendidikan sebagai persiapan awal untuk membantu pencapaian
keberhasilan pendidikan selanjutnya. Persiapan awal tersebut menyangkut pencapaian
perkembangan sehat secara mental, emosi, dan sosial. Namun orang tua juga tidak sama.
Seperti yag dikemukakan berikut ini bahwa kadang orang tua belum memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang memadai untuk membantu kesiapan anak untuk mengikuti pendidikan
selanjutnya atau perkembangan sehat mental, emosi, sosial, dan fisik anak.
Dengan demikian keberhasilan pendidikan ini tidak serta merta dicapai begitu saja,
namun diperlukan persyaratan dan proses secara selektif. Untuk memperoleh keberhasilan
didalam pendidikan tersebut diperlukan kesatuan dari tiga komponen keberhasilan
pendidikan. Keberhasilan kesatuan dari tiga komponen itu menyangkut beberapa faktor.

11
A. Komponen pendidik:
Syarat utama pendidik adalah mampu sebagai sosok tauladan. Konsep pendidik yang
sekaligus pemimpin seperti yang diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara di atas, yakni ing
ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani yang semaksimal mungkin
harus dipenuhi komponen pendidik. Jika konsep ini dipenuhi, maka dalam diri pendidik
tersebut akan memancarkan “aura” yang menyebabkan wibawa pada dirinya. Di samping itu
pendidik sebagai sosok yang digugu lan ditiru (diikuti dan ditiru) akan menjadi bukti
kebenarannya. Tidak kalah pentingnya dalam usaha memperoleh keberhasilan ini adalah
sikap pendidik yang ikhlas.

B. Komponen Peserta Didik


Manusian sebagai peserta didik adalah salah satu komponen penentu keberhasilan
pendidikan. Jika manusia sebagai peserta didik itu pasif, apatis, dan masa bodoh, maka
mustahil pendidikan akan memperoleh keberhasilan. Oleh karena itu, peserta didik dituntut
berperan aktif di dalam proses pendidikan. Peran aktif ini diwujudkan dalam sikap taat pada
pendidik, yaitu taat pada perintah maupun larangan pendidik. Taat pada pendidikan ini
dilakukan ada maupun tidak ada pendidik. Ada atau tidak adanya orang tua maupun guru, ia
akan tetap taat.

C. Komponen Pelaksanaan
Di dalam pelaksanaan pendidikan, manusia baik pendidik maupun peserta didik harus
dalam kondisi yang “bebas-demokratis”. Dalam suasana gembira dan salingmemahami.
Pendidik didasari dengan niat yang tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada peserta
didik. Demikian pula peserta didik juga selalu dalam niat yang ikhlas untuk mencari dan
menerima ilmu. Jika keduanya telah terjalin dalam hubungan yang harmonis sama-sama
ikhlas dan sama-sama dalam kondisi “bener tur pener” (benar dalam kebenaran) maka ilmu
yang didapat akan menjadi ilmu yang bermanfaat. Indikator keberhasilan proses pendidikan
ini adalah adanya perubahan nilai secara positif, dari tidak tahu menjadi tahu, dari “tidak”
menjadi “ya”, dari “buta” menjadi “melek” dari “faham” menjadi “mahir” dan seterusnya.

12
4.Pengertian Masyarakat

Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata Latin
socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arab syaraka yang
berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling
bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat
mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling berinteraksi. Definisi lain,
masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu: 1) Interaksi
antar warga-warganya, 2). Adat istiadat, 3) Kontinuitas waktu, 4) Rasa identitas kuat yang
mengikat semua warga
Semua warga masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama, hidup bersama dapat
diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan pergaulan dan keadaan ini akan tercipta
apabila manusia melakukan hubungan, Mac lver dan Page, memaparkan bahwa masyarakat
adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai
kelompok, penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia.
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama untuk jangka waktu yang cukup
lama sehingga menghasilkan suatu adat istiadat, menurut Ralph Linton masyarakat
merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama,
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu
kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas sedangkan masyarakat
menurut Selo Soemardjan adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan,
tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan. Menurut Emile Durkheim
(dalam Soleman B. Taneko, 1984: 11) bahwa masyarakat merupakan suatu kenyataan yang
obyektif secara mandiri, bebas dari individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.
Masyarakat sebagai sekumpulan manusia didalamnya ada beberapa unsur yang mencakup.
Adapun unsur-unsur tersebut adalah:
1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama;
2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama;
3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan;
4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.
Menurut Emile Durkheim (dalam Djuretnaa Imam Muhni, 1994: 29-31) keseluruhan
ilmu pengetahuan tentang masyarakat harus didasari pada prinsip-prinsip fundamental yaitu
realitas sosial dan kenyataan sosial. Kenyataan sosial diartikan sebagai gejala kekuatan sosial

13
didalam bermasyarakat. Masyarakat sebagai wadah yang paling sempurna bagi kehidupan
bersama antar manusia. Hukum adat memandang masyarakat sebagai suatu jenis hidup
bersama dimana manusia memandang sesamanya manusia sebagai tujuan bersama.

Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota kelompok


merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya (Soerjono Soekanto, 2006: 22). Beberapa
pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan masyarakat memiliki arti ikut serta atau
berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut society. Bisa dikatakan bahwa
masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial.
Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi,
sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.

14
5.Adat Istiadat Dalam Masyarakat

Adat istiadat adalah segala dalil dan ajaran mengenai bagaimana orang bertingkah-
laku dalam masyarakat. Rumusannya sangat abstrak, karena itu memerlukan usaha untuk
memahami dan merincinya lebih lanjut. Adat dalam pengertian ini berfungsi sebagai dasar
pembanguan hukum adat positif yang lain. Adat istiadat yang lebih nyata yang menjadi
kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-har.Istilah adat istiadat seringkali diganti
dengan adat kebiasaan, namun pada dasarnya artinya tetap sama, jika mendengar kata adat
istiadat biasanya aktivitas individu dalam suatu masyarakat dan aktivitas selalu berulang
dalam jangka waktu tertentu. Menurut Soleman B. Taneko, adat istiadat dalam ilmu hukum
ada perbedaan antara adat istiadat dan hukum adat. Suatu adat istiadat yang hidup (menjadi
tradisi) dalam masyarakat dapat berubah dan diakui sebagai peraturan hukum (hukum adat).
Pandangan bahwa agama memberi pengaruh dalam proses terwujudnya hukum adat, pada
dasarnya bertentangan dengan konsepsi yang diberikan oleh Van den Berg yang dengan teori
reception in complex menurut pandangan adat istiadat suatu tradisi dan kebiasaan nenek
moyang kita yang sampai sekarang masih dipertahankan untuk mengenang nenek moyang
kita juga sebagai keanekaragaman budaya. Istilah adat istiadat seringkali diganti dengan adat
kebiasaan, namun pada dasarnya artinya tetap sama. Jika mendengar kata adat istiadat
biasanya aktivitas individu dalam suatu masyarakat dan aktivitas ini selalu berulang kembali
dalam jangka waktu tertentu (bisa harian, mingguan, bulanan, tahunan dan seterusnya),
sehingga membentuk suatu pola tertentu. Adat istiadat berbeda satu tempat dengan tempat
yang lain, demikian pula adat di suatu tempat. Adat istiadat yang mempunyai akibat hukum
dinamakan hukum adat.

Adat istiadat juga mempunyai akibat-akibat apabila dilanggar oleh masyarakat, dimana
adat istiadat tersebut berlaku. Adat istiadat tersebut bersifat tidak tertulis dan terpelihara turun
temurun, sehingga mengakar dalam masyarakat, meskipun adat tersebut tercemar oleh
kepercayaan (ajaran) nenek moyang, yaitu Animisme dan Dinamisme serta agama yang lain.
Dengan demikian adat tersebut akan mempengaruhi bentuk keyakinan sebagian masyarakat
yang mempercampur adukan dengan agama Islam.

Adat istiadat suatu masyarakat adalah resepsi seluruhnya dari agama dan kepercayaan
yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan. Biasanya diikuti atau diwujudkan oleh
banyak orang. Dapat disimpulkan bahwa adat istiadat adalah aktivitas prilaku-prilaku,
tindakan-tindakan individu satu terhadap yang lain yang kemudian menimbulkan reaksi,
sehingga menghasilkan suatu interaksi sosial. Perilaku dan tindakan manusia pada dasarnya
adalah gerak tumbuh manusia.

15
6.Hubungan Pendidikan dengan Masyaraat
Didalam GBHN dicantumkan bahwa tujuan penyelenggaraan pendidikan adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Penyelenggaraan pendidikan tersebut merupakan tanggung
jawab pemerintah, masyarakat dan orang tua. Agar penyelenggaraanpendidikan
dapattercapai, sekolah harus mengadakan hbungan dengan masyarakat,karena sekolah
merupakan sebuah lembaga pendidikan yang menunjang perkembangan masyarakat. Oleh
karena itu, masyarakat bertanggungjawab atas pembinaan dan pengembangan sekolah. Hal
itu didasarkan atas pemikiran bahwa masyarakat sangat membutuhkan sekolah. Partisipasi
masyarakat adalah satu bentuk kerjasama yang dapat dilaksanakan sekolah dengan
masyarkat. Partisipasi tersebut, antara lain berupa bantuan dalam administrasi pendidikan.
Salah satu wadah kerjasama yang dapat dilakukan masyarakat dan sekolahadalah
melalui Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3), seperti tercantum di dalam
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1959 (Sutedjo Brodjonagoro, 1956:174). Pasal 28 Undang-
Undang Nomor 4 menyatakan bahwa:
1. Hubungan sekolah dengan orang tua murid terus dipelihara dengan sebaik-baiknya.
2. Untuk mewujudkan hubungan tersebut, perlu dibentuk satu panitia pemeliharaan sekolah,
yang terdiri atas beberapa orang tua murid.
3. Susunan dan kewajiban panitia pembantu pemeliharaan sekolah ditetapkan oleh
Mendikbud.
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya adalah suatu sarana yang
cukupmempunyai peran menentukan dalam usaha Pembina, penumbuhan, dan
pengembangan murid-murid di sekolah, oleh sebab itu hubungan tersebut perlu dibina,
dibangun, dan dipelihara sebaik-baiknya, karena merupakan satu jembatan saling pengertian
sehingga mereka dapat berpatisipasi secara positif dan dapat memberikan dukungan moral
dan materil secara ikhlas. Dasar kerjajasama yang sebaiknya dilaksanakan sekolah dengan
masyarakat sebagai berikut:
1. Persamaan tanggung jawab
Didalam GBHN ditegaskan bahwa penyelenggaraan pendidikan adalah tanggung jawab
bersama, antara pemerintah, orang tua murid, dan masyarakat.

16
2. Kesamaan tujuan
Para orang tua menghendaki putra-putri mereka menjadi warga masyarakatatau adengan para
guru yang menghendaki siswa sisiwi mereka menjadi manusia yang sehat jasmani, rohani,
terampil, demokratis, serta berguna bagi bangsa dan Negara.
Menurut kurikulum tahun 1975 (buku III D) kegiatan mengatur hubungan sekolah dengan
masyarakat meliputi beberapa hal sebagai berikut :

- Mengatur hubungan sekolah dengan orang tua murid


- Memelihara hubungan baik dengan Bahan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP 3)
- Memelihara dan mengembangkan hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga pemerintah,
swasta, dan organisasi social
- Memberi pengertian kepada masyarakat tentang fungsi sekolah, melalui bermacam-macam
teknik komunikasi (majalah, surat kabar, mendatangkan sumber)

Menurut Drs.Ngalim Purwanto dkk. (1975) hubungan masayarakat mencangkup


hubungan sekolah dengan masyarakat mencangkup hubungan sekolah dengan sekolah lain,
sekolah dengan pemerintah setempat, sekolah dengan instansi dan jawatan lain, dan sekolah
dengan masyarakat pada umumnya.

17
BAB III
PENUTUP

1.Kesimpulan
Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan kepribadian manusia baik
dibagian rohani atau dibagian jasmani dan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.Sedangkan masyarakat adalah ). Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang
saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat
mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling berinteraksi.

2.Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas

3.Daftar Pustaka
Arieh Lewy (Editor). 1977. Handbook of Curriculum Evaluation. Paris:
International Institute for Educational Planning
Cassirer, Ernst. 1944. An Essay on Man. Terjemahan Manusia. New Faven.
Chandra,: Fransisca. 2009. “Peran Partisipasi Kegiatan di Alam Masa anak, Pendidikan dan
Jenis Kelamin sebagai Moderasi Terhadap Perilaku Ramah Lingkungan”. Disertasi
S3. Program Magister Psikologi Fakultas Psikologi. Unversita Gadjah Mada
Yogyakarta.
Departemen Pendidikan Nasional (2004). Kurikulum 2004. Standard Kompetensi Taman
Kanak-kanak dan Raudatul Athfal. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan TK dan
SD.

18
Dewantara, Ki Hadjar. 1961. Karya Ki Hadjar. Yogyakarta: Taman Siswa.
Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antopologi I. Jakarta: Rineka Putra.
Kuntoro, Sodiq A. 1988. “Hubungan antara beberapa Faktor Guru, Strategi, Intruksional, dan
Hasil Belajar Siswa taman Kanak-kanak”. Disertasi S3. Fakultas Pasca Sarjana
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta. Maret 1988.
Pusat Pengembangan Kurikulum. 2003. Kurikulum 2004 Kerangka Dasar (draft). Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Satmoko, Retno Sriningsih. 2000. Landasan Kependidikan, Pengantar ke arah ilmu
Pendidikan Pancasila. Semarang: IKIP Semarang Press.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Van Baal, J. 1987. Sejarah dan Pertumbuhannya: Teori Antopologi Budaya. Jakarta:
Gramedia. Jilid 1.
__________. 1988. Sejarah dan Pertumbuhannya: Teori Antopologi Budaya. Hingga Dekade
1970). Jilid 2. Jakarta: PT Gramedia.

19
20

Anda mungkin juga menyukai