Anda di halaman 1dari 103

PEMBACAAN MANAQIB SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI DI PONDOK

PESANTREN AL BAROKAH MANGUNSUMAN SIMAN PONOROGO


(ANALISIS TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER)

SKRIPSI

OLEH

ACMAD SHOLI RAHMADANI


NIM: 210315143

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
DESEMBER 2020
i
PEMBACAAN MANAQIB SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI DI PONDOK
PESANTREN AL BAROKAH MANGUNSUMAN SIMAN PONOROGO
(ANALISIS TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER)

SKRIPSI

Diajukan Kepada
Insitut Agama Islam Negeri Ponorogo
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyartan
Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

ACMAD SHOLI RAHMADANI


NIM : 210315143

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
DESEMBER 2020

v
ABSTRAK

Rahmadani, Acmad Sholi, 2020. Pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qadir Al


Jailani di Pondok Pesantren Al Barokah
Mangunsuman Siman Ponorogo. (Analisis Teori
Tindakan Sosial Max Weber). Skripsi. Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo.
Pembimbing, Fata Asrofi Yahya, M. Pd I.

Kata kunci: Jamaah Manaqib, Pondok Pesantren.

Salah satu kontribusi pendidikan agama Islam di dalam masyarakat


adalah pengalaman spiritual. Pengalaman spiritual tersebut bisa berupa
kegiatan manaqib, yang mana dalam kegiatan tesebut terdapat pendidikan
akhlaq untuk membentuk manusia yang lebih baik. Berawal dari sebuah
sikap yang ditunjukkan oleh salah satu jamaah manaqib yang mengira
manaqib adalah suatu kegiatan yang sedikit menyimpang dari ajaran Islam
yaitu syirik. Dari masalah di atas peneliti ingin meluruskan hal tersebut
dengan meneliti tindakan dan perilaku para jamaah manaqib Syekh Abdul
Qadir Al Jailani di Pondok Pesantren Al Barokah. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Selanjutnya metode
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, observasi dan
dokumentasi.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui (1) bagaimana Motif


Tindakan Rasional Nilai dalam dalam pembacaan Manaqib Syekh Abdul
Qadir Al-Jailani di Pondok Pesantren Al Barokah dan (2) bagaimana Motif
Tindakan Tradisional dalam pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir Al-
Jailani di Pondok Pesantren Al Barokah.

vi
Berdasarkan analisis data ditemukan bahwa : (1) Motif tindakan
rasional nilai dalam pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani yaitu
perilaku para jamaah dan seluruh orang yang terlibat dalam kegiatan ini
yang dilihat dari nilai sosial dan spiritual. Motif yang dilakukan pelaku
sangat beragam dan mempunyai manfaat tersendiri. Dalam nilai sosial dapat
diketahui seperti gotong royong, toleransi dan disiplin. Hal ini sangat bagus
sekali apabila dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
dalam nilai spiritual dapat diketahui seperti sabar, menguatkan iman dan
meningkatkan taqwa kepada Allah SWT. (2) Motif tindakan tradisional nilai
dalam pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani yang pertama,
menjaga amanah yang sudah diturunkan oleh Kiai. Kedua, menjaga keaslian
dan melestarikan kegiatan pembacaan manaqib agar tidak pudar di era
modern seperti ini, sehingga nilai spiritual dari manaqib tetap terjaga. Ketiga,
menjaga tradisi bertawassul kepada para Nabi dan Wali Allah SWT dan
yang terakhir selalu menjaga keistiqomahan dalam kegiatan pembacaan
manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani.

vi
i
iii
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

PENGESAHAN

Skripsi atas nama saudara :


Nama : ACMAD SHOLI RAHMADANI
NIM : 210315143
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : PEMBACAAN MANAQIB SYEKH ABDUL QADIR AL JAILANI
DI PONDOK PESANTREN AL BAROKAH (ANALISIS TEORI
TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER)

Telah dipertahankan pada sidang Munaqasah di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan,
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, pada :

Hari : Kamis
Tanggal : 3 Desember 2020

dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Agama Islam, pada :
Hari : Senin
Tanggal : 14 Desember 2020

Tim Penguji Skripsi :


Ketua Sidang : KHARISUL WATHONI, M.Pd.I
Penguji I : Dr. M. MIFTAHUL ULUM, M.Ag
Penguji II : FATA ASROFI YAHYA, M.Pd.I
v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

MOTTO .......................................................................................................... vi

ABSTRAK........................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................. xi

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ...................................... 3

C. Rumusan Masalah .................................................................... 4

D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5

E. Sistematika Pembahasan .......................................................... 6

BAB II: TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, DEFINISI

OPERASIONAL DAN KAJIAN TEORI

A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu


ix ........................................... 9
B. Definisi Operasional..................................................................... 12

C. Kajian Teori ................................................................................. 16

1. Tindakan Sosial Max Weber ................................................... 16

2. Ciri-ciri Tindakan Sosial ........................................................ 24

BAB III: METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................ 26

B. Kehadiran Peneliti ........................................................................ 27

C. Lokasi Penelitian .......................................................................... 28

D. Sumber Data ................................................................................ 28

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 30

F. Analisis Data ................................................................................ 35

G. Pengecekan Keabsahan Data. ...................................................... 38

H. Tahapan-tahapan Penelitian .......................................................... 41

BAB IV: TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Data Umum ..................................................................42

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al Barokah

Mangunsuman Siman Ponorogo ............................................. 42

2. Sejarah Manaqib Al Barokah .................................................. 43

3. Masa Perkembangan Majelis Manaqib Al Barokah ................. 45

4. Letak Geografis ..................................................................... 47

5. Penggerak Kegiatan Manaqib. ................................................ 48

6. Visi dan Misi Jamaah Manaqib Al Barokah. ........................... 48

B. Deskripsi Data Khusus ................................................................49

1. Motif Rasional Nilai Jamaah Manaqib. .................................. 49

2. Motif Tradisional Nilai Jamaah Manaqib. .............................. 64


x
BAB V: PEMBAHASAN

A. Analisis Motif Rasional Nilai dalam Pembacaan Manaqib

Syekh Abdul Qadir Al Jailani ...................................................... 71

B. Analisis Motif Tradisional Nilai dalam Pembacaan Manaqib

C. Syekh Abdul Qadir Al Jailani ...................................................... 81

BAB VI: PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 89

B. Saran ........................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

SURAT IZIN PENELITIAN

SURAT TELAH MENGADAKAN PENELITIAN

SURAT KENYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya

beragama Islam. Dalam keyakinan dan praktek keagamaan di Indonesia

sangat beragam partikular dan kontekstual khususnya di Pulau Jawa.

Sebagaimana yang terdapat dalam tradisi-tradisi keagamaan, khususnya

tradisi manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani. Pelaksanaan manaqib

merupakan bacaan-bacaan yang berisi pujian terhadap Rasulullah dan

Syekh Abdul Qadir Al Jailani. Masyarakat mempercayai bahwa ketika

seseorang melaksanakan atau membaca manaqib akan mendapatkan

barokah dari Syekh Abdul Qadir Al Jailani.

Tradisi ini terkadang dilaksanakan sesuai dengan permintaan

masyarakat apabila mempunyai hajat tertentu. Disamping kegiatan ini

bernilaikan sendi-sendi spiritualisasi juga dikarenakan kegiatan ini

menghubungkan jalinan erat kekeluargaan dan jalinan silaturahmi antar

tetangga. Bahkan dalam kehidupan para penganut tarekat, manaqib

merupakan kegiatan ritual yang tidak kalah sakralnya dengan ritual-ritual

lain.1

Kegiatan pembacaan manaqib selain sebagai sarana mendekatkan

diri kepada Allah, kegiatan ini juga sebagai pembelajaran pendidikan

karakter masyarakat dalam nilai sosial dan nilai spiritual atau agama.

1
Clifford Geertz, Abangan Santri Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, terj. Aswab Mahasin
(Jakarta: Pustaka Jaya, 1989), 248-249.

1
2

Dengan membentuk akhlak yang baik maka jamaah bisa

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika diamati pada saat

pelaksanaan manaqib Al Barokah, para jamaah yang datang sebagian besar

sudah mampu menerapkan hal-hal yang perlu dipatuhi dalam pelaksanaan

manaqib. Diantaranya pada saat membaca bacaan yang ada dalam manaqib

para jamaah mampu mengikutinya dengan khidmah terlebih saat mauidzah

khasanah. Penataan barisan juga dilakukan dengan tertib, serta masih

banyak lagi. Namun diluar kegiatan manaqib kebanyakan jamaah belum

bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, terutama menerapkan

apa yang disampaikan imam manaqib dalam mauidzah khasanah. Sehingga

hal yang demikian kurang mencerminkan internalisasi nilai dalam diri

jamaah manaqib.

Pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani tidak semua

masyarakat bisa menerima dengan cepat, ada sebagian orang yang menilai

kegiatan ini dengan berbagai pandangan.

“Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani adalah bukan hal yang baru

namun bagi saya itu merupakan barang baru karena pendidikan saya

di Gontor tidak memberikan saya sedikitpun celah untuk melirik

kitab semacam ini. Pertama kali membaca kitab ini saya bertanya-

tanya, apa yang menjadi kitab yang istimewa bagi pengikutnya?,

namun karena ayah saya pecinta manaqib maka saya mengikuti

sambil mencari apa rahasia dari amalan ini. Sampai pada


3

satu malam ketika saya membaca kitab ini sambil memahami satu

demi satu arti dari setiap bacaan pada bait ini):

‫ِ اِ ِل ِهلل‬ ‫هلل‬ ‫ِعبِا ِد هل ِر ِجا‬


‫ِغ يث اِج‬ ‫ا ِل اا‬
ِ
‫ِنِا‬
ِ‫ِِل‬

Yang artinya kurang lebih: “wahai pemuda-pemuda Allah dan

hamba-hamba-Nya (yang telah meninggal dunia) tolonglah kami atas nama

Allah”. Akhirnya saya menghentikan bacaan ini dan muncul pertanyaan

tentang apakah seruan di atas bagian dari syirik atau tidak?. Saya hanya

menyikapi Seruan ini hanya sebatas panggilan kepada sesama makhluk

Allah.”2

Berdasarkan wawancara dari salah satu jamaah manaqib tersebut,

bisa dilihat bahwa manakib Syekh Abdul Qadir Al Jailani terdapat adanya

permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat. Adanya motivasi dari

seorang belum tentu bisa mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan dan

mengaplikasikannya dalam perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah

tindakan perbuatan inilah yang peneliti akan analisis di dalam kegiatan

pembacaan manaqib tersebut. Seperti yang diungkapkan ilmuwan sosiologi

yaitu Thomason 1992. “tindakan adalah durasi yang berlangsung dalam

perbuatan. Dengan kata lain, tindakan merupakan transenden dalam

perbuatan. Oleh sebab itu satu tindakan secara independen dapat dianggap
4

2
Eko Hadi, hasil wawancara, Ponorogo 22 maret 2020.
4

subjek yang melakukan tindakan, namun demikian tindakan merupakan

serangkaian pengalaman yang terbentuk melalui kesadaran nyata. 3

Berawal dari masalah di atas, penulis ingin memperjelas lebih dalam

mengenai kegiatan manaqib yang didalamnya terdapat nilai-nilai rasional

dan tradisional. Dalam menganalisa hal ini penulis menggunakan kacamata

sosiologi dengan teori tindakan sosial Max Weber. Berangkat dari latar

belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan mengambil judul: ”PEMBACAAN MANAQIB SYEKH ABDUL

QADIR AL JAILANI di PONDOK PESANTREN AL BAROKAH

MANGUNSUMAN SIMAN PONOROGO. (Analisis Teori

Tindakan Sosial Max Weber)”.

B. Fokus Penelitian

Mengingat luasnya cakupan pembahasan dan terbatasnya waktu,

dana, serta kemampuan penulis maka penelitian ini difokuskan pada analisis

tindakan sosial Max Weber dalam Pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qadir

Al Jailani di Pondok Pesantren Al Barokah Mangunsuman Siman Ponorogo.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dapat

disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Motif Tindakan Rasional Nilai dalam pembacaan Manaqib

Syekh Abdul Qadir Al Jailani di Pondok Pesantren Al Barokah?

3
Supraja, “Alfred Schutz: Rekontruksi qTeori Tindakan Max Weber”, Jurnal Pemikiran
Sosiologi, Vol 1. 27 Mei 2020.
5

2. Bagaimana Motif Tindakan Tradisional dalam pembacaan manaqib

Syekh Abdul Qadir Al Jailani di Pondok Pesantren Al Barokah?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan fokus pembahasan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk Motif Tindakan Rasional Nilai dalam dalam

pembacaan Manaqib Syeikh Abdul Qadir Al Jailani di Pondok Pesantren

Al Barokah.

2. Untuk mengetahui bentuk Motif Tindakan Tradisional dalam pembacaan

manaqib Syeikh Abdul Qadir Al Jailani di Pondok Pesantren Al Barokah.

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran terhadap pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir Al

Jailani pada umumnya dan juga dapat menambah khazanah keilmuan

dibidang sosial masyarakat dan pendidikan agama Islam.

2. Secara Praktis

a) Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta

pengalaman langsung terkait pembacaan manqib Syeikh Abdul

Qadir Al Jailani.
6

b) Bagi pembaca

Dapat menambah pengetahuan dan pemikiran tentang

pembacaan manaqib Syeikh Abdul Qadir Al Jailani

c) Bagi masyarakat pada umumnya

Mendorong masyarakat untuk terus menambah kecintaan

diri terhadap Wali Allah dengan cara mengetahui perjalanan

hidupnya, sifat-sifatnya dan akhlaq-akhlaqnya dan tetap

mempertahankan kegiatan ini sampai anak cucu nanti.

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk memudahkan dalam penulisan maka pembahasan dalam

laporan penelitian ini penulis mengelompokkan menjadi VI bab, yang

masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang berkaitan, sistematika dalam

penelitian ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berfungsi sebagai gambaran umum untuk memberi pola

pemikiran bagi keseluruhan skripsi, meliputi latar belakang masalah yang

memaparkan tentang kegelisahan peneliti. Fokus penelitian sebagai batasan

masalah yang akan diteliti. Rumusan masalah berupa pertanyaan yang akan

menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian merupakan

tujuan dari perpecahan masalah. Manfaat penelitian, dengan penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat untuk penulis dan pembaca.

Terakhir sistematika pembahasan yang memaparkan gambaran


7

dari seluruh isi skripsi ini. Bab pertama ini dimaksudkan untuk

memudahkan dalam memaparkan data.

BAB II :TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, DEFINISI

OPERASIONAL dan KAJIAN TEORI.

Dalam bab ini berisi telaah hasil penelitian terdahulu definisi

operasional yang meliputi pengertian, sejarah dan tujuan manaqib dan

kajian teori yang meliputi tindakan sosial Max Weber.

BAB III : METODE PENELITIAN.

Pada bab ini berisi mengenai pendekatan dan jenis penelitian,

kehadiran peneliti, lokasi penelitian dan sumber data, prosedur

pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan dan

tahapan-tahapan penelitian.

BAB IV : TEMUAN PENELITIAN.

Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian di lapangan yang terdiri

atas deskripsi data umum dan data khusus.

BAB V : PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang hasil analisis teori tindakan sosial

dalam pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani Di Pondok

Pesantren Al Barokah Mangunsuman Siman Ponorogo.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berfungsi mempermudah para pembaca dalam mengambil

inti dari hasil penelitian dan berisi kesimpulan dan saran.


8

BAB II

TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, DEFINISI

OPERASIONAL DAN KAJIAN TEORI

A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan oleh peneliti maka ada

skripsi terdahulu yang berhubungan dengan Pembacaan Manaqib Syekh

Abdul Qadir Ala Jailani. Diantaranya sebuah karya tulis yang diterbitkan

dalam skripsi, yang telah dilakukan oleh Kamiludin (10520010) jurusan

ushuludin,“Manaqib Dan Solidaritas Sosial”4. Dengan rumusan masalah: (a)

Apa makna dan tujuan manaqib bagi masyarakat perantauasal Madura di

Yogyakarta?. (b) Bagaimana bentuk solidaritas yang terbangun dalam

anggota manaqib perantau Madura di Yogyakarta?.Hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa tradisi masyarakat perantau asaal Madura meskipun

mempunyai latar belakang yang berbeda-beda dan berbagai pekerjaan,

namun semuanya itu tidak menjadi persoalan dalam membangun rasa

solidaritas sosial pada masyarakat perantau asal Madura yang menetap di

Yogyakarta.

Kemudian tulisan yang telah diterbitkan dalam skripsi milik

Achmad Mujtaba jurusan Tarbiyah, Upaya Ustadz Dalam Pembentukan

Akhlak Santri Melalui Pembacaan Manaqib Syeikh Abdeul Qadir Al Jailani

Di Pondok Pesantren Al Muayyad. Dengan rumusan masalah:


4
Kamiludin (10520010) Jurusan Ushuludin,“Manaqib Dan Solidaritas Sosial”

8
9

bagaimana upaya ustadz dalam pembentukan akhlak santri melalui

Pembacaan Manaqib Syeikh Abdul Qadir Al Jailani di Pondok Pesantren Al

Muayyad Mangkuyudan Surakarta?

Dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa melalui pembacaan

manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani di Pondok Pesantren Al Muayyad

Surakarta, ustadz berupaya melakukan pencegahan agar para santri tidak

melakukan hal-hal menyimpang, seperti tidak mengikuti pembacaan

manaqib dan tidak mematuhi peraturan pondok. Maka dari itu hal yang

dilakukan para ustadz untuk mencegah perilaku buruk para santri dengan

cara: membuat jadwal pembacaan Manaqib, mengkaji lebih dalam kitab

Manaqib , melakukan puasa Manaqib dan menjadikan Manaqib sebagai

rujukan dalam membuat peraturan pondok.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Abdul Hakim

(210311252) jurusan Tarbiyah dalam skripsi yang berjudul , Peranan

Jam‟Iyah Manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Bagi Perkembangan

Sosial Masyarakat Desa Carangrejo Kecamatan Sampung Ponorogo5.

Dengan rumusan masalah: (a) Bagaimana latar belakang dan sejarah

berdirinya Jam’iyah Manaqib Syaikh Abdul Qadir Al Jailani di Desa

Carangrejo Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo? (b) Bagaimana

peranan Jam’iyah Manaqib Syaikh Abdul Qadir Al Jailani bagi perubahan

sosial agama, ekonomi dan budaya masyarakat Desa Carangrejo Kecamatan

Sampung Kabupaten Ponorogo?

5
Abdul Hakim (210311252) Jurusan Tarbiyah Dalam Skripsi Yang Berjudul , Peranan
Jam‟Iyah Manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Bagi Perkembangan Sosial Masyarakat Desa
Carangrejo Kecamatan Sampung Ponorogo.
10

Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa peranan jam’iyah

Manaqib Syeikh Abdul Qadir Al Jailani di Desa Carangrejo, Kecamatan

Sampung Kabupaten Ponorogo memberi pengaruh terhadap perkembangan

kehidupan sosial keagamaan sosial ekonomi dan sosial budaya, antara lain

yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan masyarakat yang tercermin

dalam tindakan masyarakat seperti semakin besarnya syiar Islam dan ajakan

menuju kebaikan, meningkatkan motivasi jamaah sholat di masjid atau

mushola. Semua hal tersebut memberi pengaruh terhadap peningkatan

jumlah pendapatan jamaah dan terciptanya kehidupan yang selaras antara

dunia dan akhirat.

Selain itu terdapat tulisan yang diterbitkan dalam skripsi Amri

(1404016025) jurusan Tarbiyah, Peran Manqib Syeikh Abdul Qadir Al

Jailani Dalam Meningkatkan Spiritualitas Santri Pondok Pesantren

Assalafi Al Fitrah Meteseh6. Dengan rumusan masalah: (a) Apa yang

dimaksud dengan Manaqib Syaikh Abdul QadirAl jilani? (b) Bagaimana

Peran Manaqib Syaikh Abdul Qadir Aljilani dalam Meningkatkan

Spiritualitas Santri Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Meteseh

Tembalang Semarang?

Hasil penelitian tersebut dapat disimpulakan bahwa. Setiap santri

yang mengikuti pengajian manaqib di Ponpes Assalafi Al Fithrah

mengalami pengalaman dan peningkatan spiritualitas yang berbeda satu

sama lain. Ada santri yang merasa hati menjadi lebih tenang, damai,

6
Amri (1404016025) Jurusan Tarbiyah, Peran Manqib Syeikh Abdul Qadir Al Jailani
Dalam Meningkatkan Spiritualitas Santri Pondok Pesantren Assalafi Al Fitrah Meteseh.
11

merasa berdosa, bahkan ada yang sampai menitikkan air mata karena merasa

terharu. Semua itu tergantung dari niat santri sendiri-sendiri, apakah mereka

bersungguh-sungguh atau tidak dalam mengikuti manaqib tersebut.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan di atas, maka dapat

diketahui bahwa dalam hal objek penelitian manaqib Syekh Abdul Qadir Al

Jailani memang sudah pernah diteliti. Sedangkan dalam hal fokus

penelitian, pada penelitian sebelumnya belum ada yang meneliti. Dalam

penelitian pertama penelitian fokus pada tradisi, penelitian kedua pada

pembentukan akhlak santri, penelitian ketiga pada kehidupan sosial dan

yang terakhir fokus pada pengalaman spiritual. Sedangkan penelitian yang

akan dilakukan oleh penulis, fokus analisisnya adalah motif tindakan sosial

dengan motif tindakan rasional nilai dan motif tindakan tradisional nilai

dalam pembacaan manaqib tersebut.

B. Definisi Operasional

Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani

1. Pengertian Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani

Kata manaqib merupakan sinonim (murodhif) dengan sejarah,

tarikh, hikayah, kisah, dan biografi. Semuanya mempunyai pengertian

yang sama, meskipun lafadz dan ungkapannya berbeda. Manaqib

adalah sesuatu yang diketahui dan dikenal pada diri seseorang berupa

perilaku dan perbuatan yang terpuji di sisi Allah, sifat-sifat yang manis

lagi menarik, pembawaan dan etika yang baik lagi indah,


12

kepribadian yang bersih, suci lagi luhur, kesempurnaan-kesempurnaan

yang tinggi lagi agung, serta karamah- karamah yang agung di sisi

Allah.7

Pengertian manaqib menurut bahasa adalah kisah kekeramatan

para wali.8 Sementara menurut istilah, manaqib adalah cerita-cerita

mengenai kekeramatan para wali yang biasanya dapat didengar pada

juru kunci makam, pada keluarga dan muridnya, atau dibaca dalam

sejarah- sejarahnya.9

Yang dimaksud dengan manaqib secara istilah adalah membaca

kisah tentang orang-orang sholeh, seperti kisah Nabi atau Auliya’ (para

kekasih allah) dengan tujuan meneladani akhlak terpuji mereka dan

ditulis dengan menggunakan bahasa yang sangat indah dengan susunan

kalimatnya yang benar-benar indah.

Sedangkan manaqib dalam bahasa Arab, berasal dari lafadz

“naqaba, naqabu, naqban”, yang berarti menyelidiki, melubangi,

memeriksa, dan menggali. Kata “Manaqib” adalah jama’ dari lafadz

“manqibun”yang merupakan isim makan dari lafadz “naqoba”. 10 Pada

ayat 36 dari Alquran Surat Qaf yang berarti menjelajah sejalan dengan

salah satu tujuan munculnya manaqib, yaitu menyelidiki, menggali, dan

meneliti sejarah kehidupan seseorang untuk selanjutnya disiarkan

7
Achmad Asrori Al Ishaqy, Apa Manaqib itu?, (Surabaya : Al Wafa, 2010), 9.
8
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990), 533.
9
Abu Bakar Aceh, Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf , (Solo: Romadhoni, 1990), 355.
10
Habib Abdullah Zaqy Al-Kaaf, Manaqib Syekh Abdul Qodir Al-Jailani : Perjalanan
Spiritual Sulthonul Auliya’, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 59.
13

kepada masyarakat umum agar menjadi suri tauladan.

Dari pemaparan ini, dapat diambil suatu pengertian bahwa

manaqib adalah riwayat hidup yang berhubungan dengan seorang tokoh

masyarakat yang menjadi suri tauladan , baik mengenai silsilah, akhlak,

keramahan, dan sebagainya.11

Sedangkan dalam perkembangan selanjutnya, kata manaqib (bagi

kalangan warga nahdhiyyin ) adalah sebuah buku yang mengisahkan

biografi singkat Syaikh Abdul Qadir Al jailani Ra. (seorang waliyullah

termasyhur kelahiran Iraq, tahun 471 Hijriyyah), dengan berbagai

karamah dan petuah-petuah filosofinya.

2. Sejarah Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani di Indonesia

Munculnya manaqib di Indonesia erat sekali kaitannya dengan

sejarah tersebarnya tasawuf di Indonesia. Sebab ajaran-ajaran tasawuf

inilah muncul berbagai macam amalan dalam Islam. Seperti Thoriqoh

yang kemudian berkembang menjadi amalan yang lain seperti halnya

manaqib.

Tersebarnya ajaran tasawuf di Indonesia tercatat sejak masuknya

ajaran Islam di negeri ini. Ketika para pedagang muslim mengislamkan

orang-orang Indonesia, tidak hanya dengan menggunakan pendekatan

bisnis akan tetapi juga menggunakan pendekatan tasawuf,12 karena

tasawuf mempunyai sifat spesifik yang sudah diterima oleh masyarakat

yang bukan Islam kepada lingkungannya dan memang terbukti bahwa

11
Ibid.,60.
12
Mahjudin, Kuliah Akhlak Tasawuf (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), 93.
14

tersebarnya ajaran Islam di seluruh Indonesia oleh sebagian besar jasa

para sufi, baik yang tergabung dalam thoriqoh maupun yang lepas dari

thoriqoh.

Demikian halnya dengan munculnya manaqib yang sudah menjadi

tradisi yang terus berkembang di tengah-tengah masyarakat Islam di

Indonesia, terutama di Jawa tidak lepas dari peranan ulama atau wali

yang menyebarkan Islam. Dalam permulaan awal penyebaran Islam

terutama di jawa, para ulama islam yang dipimpin oleh wali songo telah

mengajarkan kepada masyarakat Islam tentang ilmu thoriqoh, manaqib,

dan amalan- amalan lain yang selaras dengan itu. Praktek-praktek

tersebut ternyata berjalan dan berkembang terus sampai sekarang, bahkan

oleh masyarakat Islam hal itu dijadikan sebagai sarana dakwah

Islamiyyah.13

3. Tujuan Manaqib

Tujuan dari kegiatan manaqib adalah untuk mencintai dan

menghormati keluarga Nabi Muhammad SAW, mencintai para orang

shaleh dan auliya’, mencari berkah dan syafaat dari Syekh Abdul Qadir

Al Jailani, bertawassul dan melakukan nadzar karena Allah SWT semata

bukan karena maksiat.14

Kegiatan manaqib ini sebagai upaya pembentukan akhlaq mulia

untuk mengagungkan guru (mursyid) sebagai wujud penghormatan

13
Imron Abu Umar, Kitab Manaqib Tidak Merusak Aqidah Islamiyyah (Kudus:
Menara Kudus, 1989), 11.
14
Marwan Salahudin,”Amalan Thariqat Qadariyah Wa Naqsabandiyah Sebagai Proses
Pendidikan Jiwa di Masjid Babul Muttaqin Desa Kradenan Jetis Ponorogo:Jurnal Akhlaq Dan
Tasawuf, Vol 2 No 1, 2016.
15

kepadanya. Karena di baca bersama-sama akan menumbuhkan kuatnya

persaudaraan (ukhuwah), khususnya sesama jamaah, umumnya dengan

seluruh umat Islam.

C. Kajian Teori

1. Tindakan Sosial Max Weber

Untuk membahas secara mendalam dalam penelitian ini penulis

menggunakan teori tindakan sosial Max Weber yang merupakan salah satu

teori dalam pendekatan sosiologi. Max Weber adalah salah satu ahli

sosiologi dan sejarah bangsa Jerman, lahir di Erfurt, 21 April 1864 dan

meninggal dunia di Munchen, 14 Juni 1920. Weber adalah guru besar di

Freiburg (1894-1897), Heidelberg (sejak 1897), dan Munchen (1919-

1920).15 Weber melihat sosiologi sebagai sebuah studi tentang tindakan

sosial antar hubungan sosial dan itulah yang dimaksudkan dengan

pengertian paradigma definisi sosial dan itulah yang di maksudkan dengan

pengertian paradigma definisi atau ilmu sosial itu. Tindakan manusia

dianggap sebagai sebuah bentuk tindakan sosial manakala tindakan itu

ditujukan pada orang lain.

Interaksi sosial merupakan perilaku yang bisa dikategorikan sebagai

tindakan sosial. Dimana tindakan sosial merupakan proses aktor terlibat

dalam pengambilan- pengambilan keputusan subjektif tentang sarana dan

cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dipilih.

15
Hotman M. Siahan, Sejarah dan Teori Sosiologi.(Jakarta, Erlangga,1989), 90.
16

Weber secara khusus mengklarifikasikan tindakan sosial yang

memiliki arti-arti subjektif tersebut kedalam empat tipe. Atas dasar

rasionalitas tindakan sosial,Weber membedakan tindakan sosial manusia ke

dalam empat tipe, semakin rasional tindakan sosial itu semakin mudah

dipahami:

a. Tindakan Rasionalitas Instrumental (zwerk rational)

Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang

didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan

dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan

untuk mencapainya. Contohnya: Seorang siswa yang sering terlambat

dikarenakan tidak memiliki alat transportasi, akhirnya ia membeli sepeda

motor agar ia datang kesekolah lebih awal dan tidak terlambat. Tindakan

ini telah dipertimbangkan dengan matang agar ia mencapai tujuan

tertentu. Dengan perkataan lain menilai dan menentukan tujuan itu dan

bisa saja tindakan itu dijadikan sebagai cara untuk mencapai tujuan lain.

b. Tindakan Rasional Nilai (Werk Rational)

Rasional Nilai merupakan salah satu teori yang dicetuskan oleh

Weber. Dalam mencetuskan teori ini, Weber terpengaruh oleh

kehidupan sosial budaya masyarakat Barat pada waktu itu.

Masyarakat Barat pada waktu itu kondisi sosial budaya

khususnya dalam segi pemikiran mulai bergeser dari yang berpikir non

rasional menuju ke pemikiran rasional. Hal ini dilihat Weber


17

sebagai gejala awal dari sebuah modernitas, sehingga Weber

menganalisisnya (modernitas) melalui teori Rasionalitasnya. Selain

Weber tokoh sosiolog yang hidup pada zaman ini salah satunya adalah

Karl Marx. Berbeda dengan Weber, Karl Marx dalam menganalisis

modernitas menggunakan teori kapitalis. Namun menurut Weber

kapitalisme tidak bisa dijadikan konsep atau kata kunci dari modernitas,

karena menurutnya kapitalisme hanyalah salah satu aspek dari

rasionalitas. Weber menganggap bahwasanya modernisasi merupakan

perluasan rasionalitas dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. 16

Tindakan Rasional nilai ini memiliki sifat bahwa alat-alat yang

ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar,

sementara tujuan- tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan

nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Artinya, tindakan sosial ini

telah dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai- nilai

sosial maupun nilai agama yang ia miliki. 17

Dalam penelitiannya peneliti hanya mengambil dua tindakan

rasional yang terdapat di dalam kegiatan manaqib Syekh Abdul Qadir

Al Jailani, yaitu tindakan rasional sosial dan tindakan rasional spiritual.

16
Listiyono Santoso, Epistemologi Kiri, (Ar Ruzz Media, Yogyakarta, cetakan V, 2007),
107.

17
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda.(Jakarta PT Rajawali Press.2001),

126.
18

a. Tindakan rasional nilai sosial

1) Disiplin berasal dari kata discipline mempunyai makna yaitu

mengajari atau mengikuti pemimpin yang dihormati.18 Disiplin

merupakan suatu hal yang sangatlah mutlak untuk kehidupan

manusia, karena seorang manusia tanpa disiplin yang kuat akan

merusak sendi-sendi kehidupannya yang akan membahayakan

dirinya dan manusia lain bahkan alam sekitarnya. 19

2) Toleransi berasal dari bahasa inggris “Tolerance” yang berarti

membiarkan. Dalam bahsa Indonesia diartikan sebagai sifat

atau sikap toleran, membiarkan. (KBBI, 1989:955). Menurut

istilah berarti menghargai, membolehkan, membiarkan

pendirian pendapat atau pandangan yang bertentangan dengan

pendiriannya sendiri. Misalnya agama, ideologi dan ras. 20

Menurut Tillman toleransi adalah saling menghargai, melalui

pengertian dengan tujuan kedamaian. Toleransi adalah metode

menuju kedamaian. Toleransi disebut sebagai faktor esensi

untuk perdamaian.

3) Gotong royong merupakan sikap positif yang mendukung

dalam perkembangan desa dan juga perlu dipertahankan

sebagai suatu perwujudan kebiasaan melakukan suatu

18
W. Kenneth, Good Kids Bad Behaviour. (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2005), 140 .
19
T. Hani Handoko ,Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (yogyakarta:
liberty, 2008), 17.
20
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,( Jakarta: PN Balai Pustaka,

1976), 879.
19

pekerjaan secara bersama-sama. Gotong royong sebagai suatu

ciri khas masyarakat pedesaan tidak terlepas dari eksitensi

masyarakat sebagai individu maupun sebagai makluk sosial.

Sebab manusia sesuai dengan kualitasnya mampu membangun

dirinya yaitu manusia yang mengetahui serta sadar dan

memiliki kesadaran akan kebutuhannya.21

b. Tindakan rasional nilai spiritual

1) Uswatun hasanah.

Abdullah Nashih mengartikan uswatun hasanah sebagai

keteladanan yakni dengan pendidikan dan keteladanan

merupakan metode yang sangat berpengaruh dan terbukti

paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek

moral, spiritual dan etos sosial. Mengingat pendidik adalah

sebagai figur terbaik dalam pandangan anak, akhlaknya

disadari atau tidak akan ditiru dan dicontoh mereka. 22

2) Bersyukur

Ibnu Mazdhur mengatakan bahwa syukur adalah membalas

kenikmatan (kebaikan orang lain) dengan ucapan, perbuatan

dan niat. Seseorang harus menyampaikan sanjungan kepada

yang memberikannya dengan ucapan, dengan ketaatan

sepenuhnya, serta berkeyakinan bahwa yang memberinya itu

semua adalah Allah SWT. Alfauzan juga mengatakan bahwa


21
Widjaja, A. W, Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dan Hak Asasi Manusia di Indonesia,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 76.
22
Edi Iskandar, Membaca Dua Pikiran Tokoh, (Pekanbaru : Zanafa Publising, 2016), 190.
20

orang yang bersyukur adalah orang yang mengakui nikmat

Allah serta mempergunakan nikmat itu dalam yang disukai

Allah dalam rangka taat kepada-Nya. Rasa syukur harus

disertai ilmu dan amal yang didasari oleh ketundukan serta

kecintaan kita kepada Tuhan pemberi nikmat. 23

3) Sabar

Secara umum kesabaran dibagi dalam dua pokok: pertama,

sabar jasmani yaitu kesabaran dalam menerima dan

melaksanakan perintah-perintah keagamaan yang melibatkan

anggota tubuh, seperti sabar dalam melaksanakan Ibadah Haji

yang melibatkan keletihan. Termasuk juga sabar dalam

menerima cobaan berupa penyakit dan semacamnya. Kedua,

sabar rohani menyangkut kemampuan menahan kehendak

nafsu yang dapat mengantar kepada kejelekan, sepeti sabar

menahan amarah atau menahan nafsu dan lainnya. 24

4) Ikhlas

Ikhlas merupakan salah satu dari ahwal. Ahwal merupakan

sesuatu yang diberikan oleh Allah setelah melakukan atau

maqamat. Sehingga ikhlas merupakan anugrah dari Allah yang

tidak dapat direkayasa oleh manusia. Secara etimologi ikhlas

yaitu kemurnian yang tidak dicampuri hal yang menjadi

23
Al Fauzan A.B.S, “Indahnya Bersyukur, Bagaimana Meraihnya?”. Jurnal Indahnya
Islam, Vol 2. 2007.
24
M, Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur’an (Jakarta:
Lentera Hati, 2002) 181.
21

tujuan. Dalam ajaran sufi keikhlasan adalah suatu yang

diperlukan untuk mendekatkan diri kepada Allah dari segi niat

maupun tindakan.25

c. Tindakan Afektif (Affectual Action)

Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa

refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya

spontan, tidak rasional dan merupakan ekspresi emosional dari individu.

Contohnya: hubungan kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh

cinta atau sedang dimabuk asmara. Tindakan ini biasanya terjadi atas

rangsangan dari luar yang bersifat otomatis sehingga emosional

cenderung lebih spontan.

d. Tindakan Tradisional (Traditional Action)

Tindakan Tradisional adalah tindakan yang dilakukan atas

dasar kebiasaan, adat istiadat yang turun temurun tanpa berhenti.

Tindakan seperti ini biasa dilakukan pada masyarakat yang tradisi

adatnya masih kental, sehingga dalam melakukan tindakan ini

masyarakat tidak pernah mengkritisi dan memikirkan terlebih dahulu.26

Dalam tindakan jenis ini, tindakan tradisional yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan

karena adanya kebiasaan-kebiasaan yang memang sudah ada

sebelumnya. Seseorang memperhatikan prilaku atau kebudayaan

25
Tamami HAG, Psikologi Tasawuf , (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 201.
26
I.B Wirawan, Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma, (Jakarta, Kencana
Prenadamedia Grup.2012), 107.
22

tertentu karena kebudayaan yang diperoleh dari turun-temurun atau

orang tua tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Dalam tindakan

jenis ini, peneliti mendapat dua jenis tindakan tradisional. Pertama

karena kebiasaan dalam masyarakat lokal yang terus diulang-ulang, dan

yang ke dua karena kebiasaan dalam keluarga secara turun- menurun.

Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku

tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa

refleksi yang sadar atau perencanaan.

Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu tindakan

individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif

bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Suatu tindakan

individu yang diarahkan kepada benda mati tidak masuk dalam kategori

tindakan sosial, suatu tindakan akan dikatakan sebagai tindakan sosial

ketika tindakan tersebut benar-benar diarahkan kepada orang lain

(individu lainnya).27

Dalam penelitian ini penulis hanya mengambil dua teori dari

teori tindakan sosial tersebut, karena dianggap sesuai dengan kajian

yang akan diteliti. Yang pertama tindakan rasional nilai dan tradisional

nilai .

27
George Ritzer.Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.(Jakarta PT Rajawali
Press.2001), 127.
23

2. Ciri-ciri Tindakan Sosial

Konsep dasar tindakan sosial dan antar hubungan sosial itu, Max

Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian

sosiologi yaitu:28

1. Jika tindakan manusia itu menurut aktornya mengandung makna

subjektif dan hal ini bisa meliputi berbagai tindakan nyata.

2. Tindakan nyata itu bisa bersifat membatin sepenuhnya.

3. Tindakan itu bisa berasal dari akibat pengaruh positif atas suatu situasi,

tindakan yang sengaja diulang, atau tindakan dalam bentuk persetujuan

secara diam-diam dari pihak manapun.

4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa

individu.

5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada

orang lain itu.

Selain dari pada ciri-ciri diatas tindakan sosial masih mempunyai

ciri-ciri lain. Tindakan sosial dapat pula dibedakan dari sudut waktu

sehingga ada tindakan yang diarahkan pada waktu sekarang, waktu lalu

atau waktu yang akan datang.

Di liat dari segi sasaranya, maka yang menjadi sasaran tindakan

sosial si aktor dapat berupa seorang individu atau sekelompok orang.

Dengan membatasi suatu perbuatan sebagai suatu tindakan sosial, maka

perbuatan-perbuatan lainnya tidak termasuk

28
Ibid, 132.
24

kedalam obyek penyelidikan sosiologi. Tindakan nyata tidak termasuk

tindakan sosial kalau secara khusus diarahkan kepada obyek mati.

Karena itu pula Weber mengemukakan beberapa jenis interaksi sosial

dari teori aksinya.

Beberapa asumsi fundamental teori aksi (action theory) antara lain:

1. Tindakan manusia muncul dari kesadaran sendiri sebagai subjek dan

dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek.

2. Sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu.

3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara prosedur, metode serta

perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.

4. Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang

sedang terjadi dan yang akan dilakukan.29

29
Ibid., 140.
25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metodologi penelitian merupakan elemen yang sangat penting untuk

menjaga reabilitas hasil penelitian.30 Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh

subjek penelitian.

Penelitian ini adalah berupa penelitian kualitatif, sebab itu

pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif dengan

memakai bentuk studi kasus (case study).31 Maksudnya adalah dalam

penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka,

melainkan data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan

lapangan, dokumen pribadi, cacatan memo dan dokumen resmi lainnya.

Dalam hal ini jenis penelitian yang digunakan peneliti lapangan

adalah studi kasus yaitu uraian dan penjelasan komprehensif mengenai

berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi

(kumunitas), suatu program atau suatu situasi sosial. Peneliti studi kasus

30
Burhan Udin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004),42.
31
Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), 43.

25
26

berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti. 32

Jenis penelitian studi kasus ini digunakan karena peneliti dapat

meneliti dan mengetahui langsung pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qadir

Al Jailani di Pondok Pesantren Al Barokah di Desa Mangunsuman

Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo.

B. Kehadiran Peneliti

Penelitian kualitatif selalu identik dengan peran serta dari penelitiitu

sendiri. Dengan peran serta peneliti tersebut, peneliti diharapkan dapat

mengetahui secara langsung aktifitas dan kegiatan yang sedang terjadi.

Selain itu dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti di lapangan mutlak

diperlukan karena peneliti bertindak sebagai aktor sekaligus pengumpul

data.33

Pengamatan berperan serta pada dasarnya mengadakan pengamatan

dan mendengarkan secermat mungkin pada hal yang sekecil-kecilnya.

Pengamatan merupakan penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang

memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam

lingkungan subjek, dan selama itu, data dalam bentuk catatan lapangan

dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan. 34

32
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2003), 201.
33
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R dan D, (Bandung: Alfabet
2006), 1.
34
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008),
106.
27

Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen

kunci, maka peneliti berusaha berinteraksi secara langsung dengan subjek

penelitiannya secara alamiah dan tidak memaksa sekaligus pengumpulan

data yang berkaitan dengan tindakan sosial masyarakat dalam kegiatan

pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani, sedangkan instrumen

lain sebagai penunjang yaitu pengasuh, pengurus dan santri Pondok

Pesantren Al Barokah.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Pondok Pesantren Al Barokah yang

terletak di Jl. Kawung No. 84 Kelurahan Mangunsuman Kecamatan Siman

Kabupaten Ponorogo. Peneliti sudah cukup mengetahui seluk beluk Pondok

Pesantren tersebut. Selain itu lokasi yang mudah dijangkau dapat

memudahkan peneliti dalam menyelesaikan penelitian yang akan dilakukan.

Pengambilan lokasi ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui

tindakan sosial dalam pelaksanaan pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir

Al Jailani di Pondok Pesantren tersebut.

D. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan

informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi

dua, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus

menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data


28

dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau

tempat objek penelitian dilakukan seperti Kiai, santri dan kelompok

Jamaah Manaqib.

2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat

ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber

data sekunder adalah foto dan dokumentasi yang berkenaan dengan

penelitian yang dilakukan.

Penelitian ini pemilihan subjeknya menggunakan teknik

purposive yaitu, penentuan subjek didasarkan atas tujuan peneliti dalam

mengungkapkan masalah yang diangkat dalam penelitian.

Berkaitan dengan hal tersebut maka jenis penelitian ini dibagi dalam:

a) Kata-kata/lisan

Pencatatan data utama ini dilakukan melalui kegiatan observasi

yaitu melihat langsung di lokasi penelitian. Dalam hal ini, yaitu

Kiai dan Jamaah manaqib sebagai orang yang terlibat.

b) Tertulis

Peneliti memperoleh data tertulis dengan cara mendatangi

langsung di Desa Mangunsuman Kecamatan Siman Kabupaten

Ponorogo.

c) Foto/gambar

Foto/gambar merupakan alat bantu dari sumber benda yang tidak

memungkinkan sumber data yang berupa benda atau peristiwa


29

penting dalam hal tersebut dibawa sebagai barang bukti penelitian.

Dalam penelitian ini foto atau gambar digunakan dalam hal sajian

data yang berupa benda maupun peristiwa yang terjadi dilapangan.


35

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.36

Metode pengumpulan data merupakan salah satu hal yang penting

dalam penelitian, karena metode ini atau prosedur ini merupakan strategi

untuk mendapatkan data yang diperlukan. Keberhasilan penelitian sebagian

besar tergantung pada teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan.

Pengumpulan data pada penelitian ini dimaksud untuk memperoleh bahan-

bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang dapat

dipercaya. Untuk memperoleh data seperti yang dimaksud tersebut.37

Dalam penelitian digunakan teknik-teknik, prosedur-prosedur, alat-

alat serta kegiatan yang nyata. Proses pengumpulan data dapat dilakukan

melalui tiga hal yaitu sebagai berikut:

35
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), 157.
36
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2007), 308.
37
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008), 93.
30

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi wawancara,

observasi dan dokumentasi.

1. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara


38
(interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Teknik wawancara dibagi menjadi dua yaitu terstruktur dan

tidak terstruktur:

a. Wawancara Terstruktur

Wawancara Terstruktur adalah pewawancara menyampaikan

beberapa pertanyaan yang sudah disiapkan pewawancara

sebelumnya.39 Jadi wawancara terstruktur adalah wawancara yang

dilakukan dengan terlebih dahulu membuat pertanyaan dan

kemudian menyusun pertanyaan dalam bentuk daftar-daftar

pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Jawaban akan

muncul biasanya telah dibatasi. Hal ini dilakukan agar ketika

informan memberikan keterangan yang diberikan tidak melantur

terlalu jauh dari pertanyaan. Menyusun daftar pertanyaan dilakukan

agar dapat mempermudah peneliti dalam mengingat hal- hal yang

akan ditanyakan pada informan. Sehingga melalui

38
Lexy, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
200) 186.
39
Arikunto Suharsimi,.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. (Jakarta: Bina
Angkasa, 1989) 88.
31

wawancara terstruktur informasi yang hendak dicari dapat tersusun

dengan baik dan kemungkinan pertanyaan yang terlewatkan

menjadi sedikit sehingga informasi yang diperoleh bisa diperoleh

lebih lengkap.

b. Wawancara Tidak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur dilakukan pada awal penelitian, karena

terkadang informan memberikan keterangan kadang muncul

jawaban yang tidak terduga yang tidak akan muncul pada saat

wawancara terarah dilakukan, dan hal itu bisa menambah informasi

yang diperoleh terkait informasi yang akan diteliti. 40 Berdasarkan

pernyataan tersebut maka teknik wawancara tidak terstruktur

digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi secara

langsung melalui tanya-jawab dengan informan, sehingga mendapat

informasi yang lebih jelas mengenai pembacaan Manaqib Syekh

Abdul Qadir Al Jailani dengan Analisis Tindakan Sosial Max

Weber.

Dalam penelitian ini orang-orang yang akan dijadikan

informan adalah:

1) KH. Imam Suyono selaku Pengasuh Pondok Pesantren Al

Barokah Mangunsuman Siman Ponorogo.

2) Jamaah Manaqib Syeikh Abdul Qadir Al jailani.

3) Penggerak jamaah manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani

40
Arikunto Suharsimi,.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. (Jakarta: Bina
Angkasa1989). 89.
32

4) Santri Pondok Pesantren Al Barokah Mangunsuman Siman

Ponorogo.

2. Teknik Observasi

Teknik observasi ialah teknik atau metode untuk

menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis

mengenai tingkah laku mengenai tingkah laku dengan melihat atau

mengamati individu atau kelompok secara langsung. Teknik ini

digunakan untuk melihat atau mengamati secara langsung keadaan

lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas

tentang permasalahan yang diteliti.41

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data

dimana peneliti melihat dan mengamati secara visual sehingga

validitas data sangat tergantung pada kemampuan observer dalam

mempengaruhi hal-hal yang terjadi dilapangan. 42

Dalam hal ini peneliti mulai dari observasi deskriptif

(descriptive observations) secara luas, yaitu berusaha melukiskan

secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi di sana. Kemudian

setelah perkenan dan analisis data pertama, peneliti menyempitkan

pengumpulan datanya dan mulai melakukan observasi terfokus

(focused observations) dan akhirnya setelah dilakukan lebih banyak

lagi analisis data dan observasi selektif (selective observations)

41
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Kualitatif (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2008), 94.
42
Ibid., 94.
33

.Sekalipun demikian, peneliti masih terus melakukan observasi

deskriptif sampai akhir pengumpulan data.

Hasil observasi dalam penelitian ini, dicatat dalam catatan

lapangan, sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat

penting dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan adalah alat

yang umum digunakan untuk pengamat dalam situasi pengamatan.

Pengamat dalam hal ini relatif bebas membuat catatan, dan biasanya

dilakukan pada waktu malam sesudah pengamatan dilakukan.

Catatan mungkin berupa laporan langkah-langkah, peristiwa atau

berupa catatan tentang gambaran umum secara singkat. 43

Dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif,

“jantungnya adalah catatan lapangan”. Catatan pada penelitian ini

bersifat deskriptif, artinya bahwa catatan lapangan ini berisi

gambaran tentang latar pengamatan, orang, tindakan dan

pembicaraan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan fokus

penelitiann.44

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlaku dokumen bisa berbentuk tulisan gambar atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan

misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan,


43
Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2000), 153-154.

44
Ibid., 156.
34

kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar

hidup, sketsa lainnya.45 Dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian

kualitatif. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini,

dicatat dalam format transkip dokumentasi.

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data-

data berupa tindakan sosial dalam pembacaan Manaqib Syeikh

Abdul Qadir Al Jailani di tempat yang akan di teliti. Selain itu

metode dokumentasi ini juga bisa peneliti gunakan untuk

mendokumentasikan kegiatan yang sedang berlangsung. Hasil

pengumpulan data dengancara teknik dokumentasi ini dicatat dalam

format transkip dokumentasi.

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian

dasar. Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang memerinci

usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis

seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan

tema pada hipotesis. Pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan

45
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2007), 329.
35

pengorganisasian data, sedangkan definisi kedua lebih menekankan maksud

dan tujuan analisis data.46

Teknik analisis data pada kasus ini menggunakan analisis kualitatif

mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman, yang mana mereka

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan

penelitian sampai tuntas, sehingga datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam

analisis meliputi: data reduction, data display dan concelussion

drawing/verification.47

Menurut Miles dan Huberman yang dikutip Emzier dalam bukunya

metodologi penelitian kualitatif disebutkan ada tiga macam kegiatan

analisis data kualitatif yaitu:48

1. Reduksi Data

Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, membuat kategori dan pemusatan perhatian. Dengan

demikian data yang telah direduksikan memberikan gambaran yang

lebih jelas dan mempermudah penelitian untuk melakukan

46
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
Pustaka Setia, 2009), 145-146.
47
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2010), 128.
48
Ibid., 129.
36

pengumpulan data selanjutnya, proses ini berlangsung selama penelitian

ini dilakukan dari awal sampai akhir penelitian. 49

2. Display Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam berupa

teks naratif, bagan, grafik, metrik dan jaringan. Dalam proses ini peneliti

mengelompokkan hal-hal yang serupa menjadi kategori dan kelompok-

kelompok. Kemudian melakukan display data secara sistematik agar

lebih mudah dipahami interaksi antara bagian-bagiannya. Dalam proses

ini data diklasifikasikan berdasarkan tema-tema inti.

3. Conclution/Verification

Langkah ketiga dalam teknik analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti

yang kuat yang mendukung pada tahapan pengumpulan data berikutnya

tetapi apabila kesimpulan pada tahap awal sudah didukung oleh bukti-

bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif

adalah merupakan temuan baru atau belum pernah ada.

49
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
338.
37

G. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan

pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian

kasus negatif dan pengecekan anggota.50

Dalam penelitian ini, uji keabsahan data atau kepercayaan terhadap

data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan:

1. Perpanjangan keikutsertaan

Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri.

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam mengumpulakn data.

Dalam hal ini keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu

singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada

latar penelitian. Maka perpanjangan keikutsertaan peneliti ini akan

memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang

dikumpulkan. Maksud dan tujuan memperpanjang keikutsertaan dalam

penelitian ini adalah:

a. Dapat menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenalkan, baik

yang berasal dari diri sendiri, maupun dari respons dan selain itu

dapat membangun kepercayaan subyek.

b. Dengan terjun ke lokasi dalam waktu yang cukup panjang peneliti

dapat mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang mungkin

50
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000),
175.
38

mengotori data, pertama-tama dan yang terpenting adalah distorsi

pribadi.

2. Pengamatan yang tekun.

Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-

ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan

persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan

dilaksanakan peneliti dengan cara: a) mengadakan pengamatan dengan

teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor- faktor yang

menonjol yang ada hubungannya dengan pembacaan Manaqib Syekh

Abdul Qadir Al Jailani di Pondok Pesantren Al Barokah.b)

menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik jenuh, sehingga pada

pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang

ditelaah sudah dipahami dengan cara biasa.

3. Triangulasi

Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang klain diluar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Ada 4 macam

triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

penggunaan: sumber, metode, penyelidikan dan teori.51

Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi dengan

sumber yang artinya membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat


51
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), 330.
39

yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai peneliti

dengan jalan:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang yang didepan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan-keadaan seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan, orang berada,

orang pemerintahan.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi sesuatu dokumen

yang berkaitan. Teknik triangulasi dengan pendidik, artinya dengan

jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk

keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.52

4. Pengecekan sejawat melalui diskusi

Teknik ini dilakukan peneliti dengan cara mengekspos hasil

sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi

analitik dengan rekan-rekan sejawat. Hal ini dilakukan dengan

maksud:

a. Untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan

sikapterbuka dan kejujuran.

52
Ibid, 331.
40

b. Diskusi dengan sejawat ini memberikan satu kesempatan awal

yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis yang

muncul dari pemikiran peneliti.53

H. Tahapan-Tahapan Penelitian

Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada 3 tahapan dan

ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan

laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut meliputi:

1. Tahap Pra Lapangan

Meliputi: menyusun rancangan penelitian, memilih lokasi

penelitian, mengurus perizinan penelitian, menjejaki dan menilai

lokasi penelitian, memilih dan memanfaatkan

informan,menyiapkan perlengkapan penelitian.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Meliputi: memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki

lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data.

3. Analisis Data

Meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan data.

4. Tahap Penulisan Hasil Laporan Penelitian

Tahap penulisan hasil laporan merupakan tahap paling akhir dari

sebuah penelitian.54

53
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), 175-179.
54
M. Djunaidi ,Metode Penelitian Kualitatif, 144-147.
41

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Data Umum

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al Barokah Mangunsuman

Siman Ponorogo

Pondok pesantren Al Barokah merupakan satu lembaga yang

didirikan oleh KH Imam Suyono. Lembaga ini berawal dari majelis

taklim AL Barokah yang berdiri sejak 1983. Pada saat itu ada tujuh

mahasiswa STAIN Ponorogo yang semuanya santri putra dan

berdomisili di rumah KH Imam Suyono, diantaranya berasal dari

Banyuwangi, Pacitan dan Sukorejo. Sambil kuliah dan ngaji, mereka

ada juga yang belajar “nukang” (kerajinan kayu) sebagai usaha

keseharian pak Kiai.

Pada tahun 2009 ada sekitar 30 santri yang berdomisili di ndalem

KH Imam Suyono. Mereka adalah santri dari Pondok Pesantren Darul

Huda Mayak Tonatan Ponorogo. Alasan mereka pindah adalah

menerima tantangan dari Gus Khozin (menantu KH Imam Suyono) yang

pada saat itu adalah guru bahasa Inggris di Darul Huda Mayak. Sejak

saat itulah Pondok Pesantren Al Barokah Mangunsuman Siman

Ponorogo berkembang hingga sekarang. Hingga saat ini santri Pondok

Pesantren Al Barokah Mangunsuman Siman

41
42

Ponorogo berjumlah sekitar 200 santri. Setelah itu semakin

bertambahnya santri kemudian beliau menambahkan kamar atau asrama

baik putra maupun putri. Pondok Pesantren Al Barokah merupakan

pondok pesantren yang berdiri atas inisiatif masyarakat yang ingin

menitipkan putra putrinya mondok sambil kuliah di IAIN Ponorogo.

Mayoritas santri Al Barokah merupakan Mahasiswa IAIN Ponorogo

yang sebelumnya alumni Pondok Pesantren Darul Huda Mayak

Ponorogo.55

2. Sejarah Manakib Al Barokah

Pembacaan Manakib Syekh Abdul Qodir Al Jailani didirikan oleh

KH Iman Suyono pada tahun 1983 yang berpusat di Kelurahan

Mangusuman Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo. Hal itu tidak

lepas dari dukungan Masyarakat sekitar Mangunsuman dan juga salah

satu guru beliau yang bernama KH Maghfur Hasbullah Pengasuh

Pondok Pesantren Darul Hikam Kauman Pasar Pon Ponorogo untuk

mendirikan sebuah jamaah manakib sebagai wujud pengamalan Ilmu.

Dalam Kaitanya dengan berdirinya majalis Manakib di

Mangunsuman, diantara tanda keanehan yang menjadi isyarat

berdirinya majelis tersebut bersumber dari salah satu gurunya yakni KH

Arsyad Yogyakarta. Pada sekitar tahun 1990 saat jumlah jamaah masih

sedikit sekitar 50 orang, beliau mengatakan: “manakib manakib

manakib nang mangunsuman ewon nang mangunsuman

55
M Asif Fuadi, Kitab manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani, Jamaah Al Barokah
Ponorogo, (Ponorogo:Pondok Pesantren AL Barokah, 2018).
43

ewon nang mangunsuman ewon” (Manakib manakib manakib, di

Mangunsuman ribuan ribuan ribuan). Pada waktu itu KH Imam Suyono

tidak paham perkataan KH Arsyad tersebut. Namun, seiring

berkembangnya zaman maka terutama setelah KH Arsyad Meninggal

tahun 2004, majelis manakib di Mangunsuman semakin berkembang.

Namun karena KH Maghfur Hasbullah juga seorang mubaligh

maka sering diganti oleh santri-santrinya salah satunya adalah Imam

Suyono. Di saat kesibukan KH Maghfur semakin bertambah maka

Imam Suyono ingin mengamalkan manakib secara berjamaah, oleh KH

Maghfur dianjurkan untuk meminta ijazah kepada Kyai Khusnuddin

Dolopo Madiun. Setelah meminta restu maka mulai diamalkan. Bahkan

beberapa kali Kyai Khusnuddin diaturi rawuh dari Dolopo Madiun ke

Ponorogo untuk mengisi dan mengijazahkan manakib.

Setelah majelis terus berkembang dan istiqomah, kemudian diberi

nama Majelis Manakib Al Barokah. Majelis tersebut bukan hanya

mengamalkan manakib saja. Tetapi juga amalan lainya sperti Dzikrul

Ghofilin Gus Miek Kediri, Majelis Simaan Al Qur’an, Majelis

Sholawat, dan lain sebagainya sebagaimana amaliyah Nahdlatul

Ulama’, selain itu juga terdapat kegiatan Majelis Taklim Al Barokah


44

yang rutin kegiatan majelis taklim baik dikediaman (Pondok) atau di

luar (Masyarakat).56

3. Masa Perkembangan Majelis Manaqib Al Barokah

KH Imam Suyono memang dikenal sebagai Kiai yang

bermasayarakat, bukan hanya seorang aktivis manaqib saja, beliau

gemar mengadakan kegiatan keagamaan seperti Simaan Al Qur’an dan

majelis pengajian. Pada saat itu KH Imam Suyono berdakwah dari

majelis satu ke majelis lainnya. Majelis tersebut antara lain:

a. Majelis Dzikrul Ghafilin malam Rabu (bapak-bapak) yang

dilaksanakan di Masjid Al Barokah dan bergilir dari rumah satu

kerumah lainnya.

b. Majelis manaqib malam Sabtu (ibu-ibu) yang dilaksanakan di MI

Ma’arif Mangunsuman.

c. Majelis manaqib Sewelasan. Dari majelis ini majelis taklim Al

Barokah Manaqib Syeikh Abdul Qadir Al Jailani malam Sabtu legi

berkembang hingga sekarang.

d. Majelis Akhisrussanah yang dilaksanakan setiap tanggal 1

Muharram.

e. Manaqib selapanan

Pelaksanaan manaqib mingguan ini dilakukan oleh para jamaah

dari berbagai desa diantaranya:

56
M Asif Fuadi, Kitab manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani, Jamaah Al Barokah
Ponorogo, (Ponorogo:Pondok Pesantren AL Barokah, 2018).
45

1) Kelurahan Tambakbayan yaitu pada setiap malam Kamis Wage

tempatnya di Masjid Nurul Huda, di Mushola Al Iman dan di

Mushola Nur Hidayah. Kegiatan ini dimulai setelah sholat isya’

sampai selesai.

2) Desa Morosari, Desa Ragi, Desa Kalimalang, Desa Gable, Desa

Gandu kepuh dan Ngrandu berkumpul menjadi satu yaitu pada

malam Kamis Pahing.

3) Desa Sekopek pada malam Senin Legi

4) Desa Nglayang dan sekitarnya pada malam Selasa Legi

5) Desa Mangunsuman pada malam Sabtu Legi

6) Desa Ngrupit pada malam Kamis Kliwon.

7) Desa Jimbe dan Desa Jenangan pada malam Senin Kliwon.

8) Desa Singosaren pada malam Selasa Pon.

9) Desa Paringan malam Selasa Kliwon.

10) Desa Bulu pada malam Kamis Wage.57

Adapun kegiatan manakiban dan agenda rutinnya dilaksanakan

beberapa waktu, adakalanya mingguan, bulanan dan tahunan,

sedangkan tempatnya selalu bergilir sesuai dengan jamaah yang

mengikuti kegiatan tersebut.

57
Ibid, 3.
46

4. Letak Geografis

Pusat kegiatan jamaah Manakib Al Barokah berada di Pondok

Pesantren Al Barokah Mangunsuman Siman Ponorogo terletak di

jalan Kawung No. 84 Kelurahan Mangunsuman Siman Ponorogo.

Pusat kegiatan jamaah manakib berada jauh dari jalan

besar, sehingga apabila ada kegiatan jamaah manakib bisa lebih

tenang dan nyaman.58

5. Penggerak Kegiatan Manaqib

Penggerakdalam kegiatan ini adalah sebagai koordinator dalam

pelaksanaan kegiatan manaqib. Dalam fungsinya yaitu

merencanakan segala kegiatan yang akan dijalankan, termasuk di sini

menentukan lokasi yang akan digunakan dalam kegiatan manāqib.

Para penggerak atau pengurus dalam kegiatan itu terbentuk

dalam susunan kepengurusan yang mempunyai tugasnya masing-

masing yang telah dirapatkan. Adapun bentuk susunannya sebagai

berikut:

58
Lihat transkip dokumentasi nomor, 02/D/02-3/2020.
47

Tabel 4.2

Struktur Pengurus Kegiatan Manaqib

KETUA
K.H. Imam
Suyono

SEKSI
DAKWAH
Drs. Khozinul

SEKRETARIS BENDAHARA HUMAS


Bapak.Slamet Bapak.Darto Bapak.Darm
aji

PERKAP
Bapak.Inul

ANGGOTA
Seluruh Jama’ah

Visi dan Misi Jamaah Manakib Al Barokah

Visi

Beriman, bertaqwa, berbudi luhur, berbudaya lingkungan

berdasarkan Al Qur’an, Hadits, ijma’ dan qiyas

Misi

1) Mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui perantara Wali.

2) Mengemban amanah Ulama’ salaf.

3) Mengabdi kepada masyarakat.

4) Mengamalkan amalan Ahlusunnah wal Jamaah


48

5) Menaati aturan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW dan

pemerintah.59

7. Anggota Jama’ah Manaqib

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti mengenai asal daerah

para jama’ah dari beberapa tempat. Jama’ah yang mengikuti kegiatan

manaqibberasal dari daerah Kecamatan Kota (Ponorogo), dan ada

juga yang berasal dari Kecamatan Jenangan, Bungkal, Jambon,

Sukorejo, Sumoroto, Babadandan daerah sekitar lainnya.

B. Deskripsi Data Khusus

1. Nilai Rasional Jamaah Manaqib

Kegiatan pembacaan manakib Syekh Abdul Qadir Al Jailani di

Pondok Pesantren Al Barokah adalah kegiatan bersama membaca

sejarah perjalanan Syekh Abdul Qodir Al Jailani. Dengan membaca

sejarah harapanya dapat mencontoh dan mengikuti jejak beliau serta

mengharapkan mendapatkan berkah (Tabbarukan) dari Allah dengan

perantara Wali Allah SWT.

Bentuk kegiatanya berupa majelis dengan membaca kitab

Nurul Burhani yang dikemas dalam kegiatan kemasyarakatan dengan

ditambah bacaan dzikir, sholawat, syair, do’a dan pujian- pujian yang

bisa dan mudah diikuti jamaah, sehingga dapat diterima kalangan

masyarakat. Di dalam manakib juga ada tawasul terhadap

59
Lihat transkip dokumentasi nomor, 03/D/02-3/2020.
49

para Nabi, Malaikat, Ulama’, Syuhada’, para Guru, Kyai dan kepada

yang babat wilayah yang ditempati Manakib serta mendo’akan

leluhur dari shohibul bait. Ini juga salah satu yang menyebabkan

masyarakat tersentuh untuk mengikuti kegiatan jamaah manakib.

Pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani selain

dikatakan sebagai kegiatan keagamaan juga dikatakan kegiatan sosial

dan mempunyai tujuan tertentu, seperti yang telah diungkapkan oleh

KH Imam Suyono sebagai berikut:

”Secara agama, Jamaah manakib Al Barokah ini memiliki


tujuan menjadi sarana untuk mendekat diri kepada Allah
melalui perantara cinta terhadap wali Allah yakni Syekh Abdul
Qodir Al Jaelani. Harapanya dengan cinta kepada Wali Allah
SWTsupaya selalu dekat dengan Allah SWT, diberikan
ketentram hati, kesabaran dalam hidup, selalu bersyukur
kepada Allah, menguatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT,
hidup yang berkah dan ilmu yang bermanfaat, kesehatan yang
melimpah, ibadah yang berkah serta ditakdirkan dengan nasib
yang baik didalam dunia maupunakhirat. Secara sosial, dengan
cinta kepada Wali Allah harapanya jamaah dapat mencontoh
akhlak baik dari wali tersebut seperti contoh akhlak sabar,
ngalah, neriman, loman, temen sehingga akan menciptakan
tatanan sosial yang saling menghargai, saling memahami,
saling menghormati saling bantu-membantu antar sesama
manusia.”60
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwasanya

kegiatan manaqib yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Barokah

60
Lihat transkip wawancara nomor, 09/W/26-3/2020.
50

mencakup salah satu tindakan rasional nilai spiritual berupa

menjadikan waliyullah sebagai uswatun hasanah atau teladan yang

baik, Imam manaqib tidak pernah jera dalam mengingatkan para

jama’ah manaqib untuk senantiasa mencontoh para wali Allah,

sehingga tercermin sifat dan sikap yang baik dalam diri jama’ah. Hal

ini bertujuan untuk mencover perilaku jama’ah di era modernitas

seperti ini agar tidak tertular dengan kondisi millenial yang dapat

mengikis akhlak jama’ah.

Berdasarkan hasil obeservasi peneliti pada hari Sabtu 04 April

2020, saya melakukan pengamatan tentang Jalannya kegiatan

manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani di Pondok Pesantren Al

Barokah. Peneliti mengamati tentang perilaku para jamaah ketika

kegiatan telah dimulai. saat acara mauidzah khasanah para jamaah

mendengarkan dengan baik apa yang dituturkan oleh KH Imam

Suyono. Dalam isi mauidzah khasanah tersebut KH Imam Suyono

mengarahkan kepada para jamaah untuk selalu berbuat baik

dimanapun dan kapanpun kamu berada. Beliau juga menuturkan para

jamaah untuk bisa mencontoh akhlak dan perilaku para

waliyullah. Hal ini tidak ditujukan untuk jamaah saja tetapi untuk

seluruh santri juga.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa manaqib mempunyai

tujuan yang jelas, bahkan sangat bermanfaat bagi orang-orang yang

mengikutinya. Hal tersebut dibuktikan dengan jamaah yang


51

mengikutinya akan mendapat ketentraman hati karena dekat dengan

Allah dengan cara mencintai kekasihnya yaitu wali Allah SWT.

Kegiatan pembacaan manaqib ini dilakukan oleh beberapa

orang, yang biasa disebut jamaah manaqib Al Barokah. Jamaah

yang hadir terdiri dari masyarakat dari Desa-Desa di Kota Ponorogo.

Tentunya banyak masyarakat yang membawa perilaku dan tingkah

yang berbeda-beda. Seperti kegiatan rutinan pada malam Sabtu legi,

yang mana banyak ditemukan nilai-nilai sosial di dalamnya. Seperti

menyiapkan hidangan yang hanya tidak satu macam saja agar para

jamaah ketika meminta makanan tersebut sudah tersedia karena ada

sebagian jamaah yang memiliki pantangan akan makanan tertentu.

Untuk pelaksanaan kegiatan pembacaan manaqib tidak membeda-

bedakan tempat maupun

wilayah. Meskipun jauh atau dekat manaqib tetap dilaksanakan

Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diketahui bahwasanya

kegiatan manaqib di Pondok Pesantrean Al-Barokah mengandung

tindakan rasional nilai sosial berupa tidak diskriminatif yang

menyatakan bahwasanya, masing-masing jama’ah manaqib dihargai

kekurangan serta kelebihannya. Sehingga tidak dibeda-bedakan

antara yang satu dengan yang lainnya, hal ini sangatlah penting

diperhatikan mengingat bahwasanya pada era sekarang banyak

masyarakat yang kurang bisa menghargai sesamanya. Sehingga


52

melalui kegiatan ini jama’ah menjadi sadar akan pentingnya

menghargai sesama.

Kemudian peneliti melakukan wawancara mengenai keadaan

sosial jamaah manaqib dengan salah satu jamaah manqib Al

Barokah yakni Bapak Kayan yaitu sebagai berikut:

“Kegiatan ini biasanya dimulai setelah jamaah isya’, jamaah


yang hadir lumayan banyak terkadang 300 orang sampai 350
orang. Jamaah yang hadir banyak yang perempuan karena
bertepatan malam Sabtu legi, yha namanya perempuan mas,
terkadang sebelum acara dimulai ada yang berbincang- bincang
dengan jamaah lain. Banyak juga jamaah yang baru mengenal
antara satu dengan yang lainnya, jadi dalam kegiatan ini bisa
menambah saudara. Yang kenal menjadi lebih akrab dan yang
belum kenal menjadi kenal. Yang saya kagum dengan kegiatan
ini adalah tidak membeda-bedakan antara yang kaya dan yang
miskin, karena semua memakai
baju putih mas”.61

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwasanya

pada kegiatan manaqib yang dilakukan oleh Pondok Pesantrean Al-

Barokah mengandung tindakan rasional nilai sosial yang berupa

nilai toleransi. Disini dijelaskan bahwasanya antara yang tua dan

muda berbaur menjadi satu tanpa dibedakan status sosialnya. Selain

itu juga, pada kegiatan manaqib ini semua lapisan masyarakat

diwajibkan menggunakan baju putih sehingga antara yang kaya dan

61
Lihat transkip dokumentasi nomor, 02/D/22-3/2020.
53

yang miskin tidak saling membeda-bedakan. Hal ini selaras dengan

adanya kehidupan yang semakin mellenial dimana status sosial

sering diperdebatkan.

Kemudian hal tersebut dikuatkan oleh jamaah yang lain, seperti

yang diungkapkan oleh Bapak Sanuri yang mengikuti kegiatan

manaqib sebelasan yaitu sebagai berikut:

“Rutinan manaqib yang sering saya ikuti itu malam sebelas


mas, dalam kegiatan itu jamaah yang hadir semuanya laki-laki
karena dilaksanakan sampai larut malam. Jamaah yang baru
hadir terlebih dahulu bersalaman dengan tuan rumah yang
berdiri di pintu masuk. Kemudian baru duduk berbaris dengan
jamaah yang lain. sebelum acara dimulai dan sambil menunggu
jamaah yang lain biasanya para jamaah ngobrol dengan jamaah
lain, ada yang membahas sawah, tempat kerja dan masih
banyak yang diperbincangkan. Terkadang ada jamaah yang
menawari rokok mas, menurut saya itu adalah
sarana untuk mempererat kekeluargaan antar para jamaah.”62

Berdasarkan keterangan tersebut diketahui bahwasanya

kegiatan manaqib yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Barokah

mencakup salah satu tindakan rasional nilai sosial mengenai kasih

sayang serta menghormati sesama, yang ditunjukkan dengan

melakukan jabat tangan memasuki majelis yang kemudian

dilanjutkan dengan menawarkan rokok kepada jama’ah. Hal ini bisa

62
Lihat transkip dokumentasi nomor, 03/D/23-3/2020.
54

dikatakan sebagai perwujudan penghormatan kepada setiap jama’ah

tanpa membedakan siapapun serta dari manapun asalnya.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan manaqib

selain sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah ternyata dapat

menambah teman, saudara sesama muslim dan sosialisasi antar

jamaah yang baik. Kegiatan pembacaan manaqib juga mengajarkan

untuk mempererat tali silaturahmi dan tidak membeda-bedakan

antara satu dengan yang lain dalam ranah sosial, itu terbukti dengan

mewajibkan memakai seragam baju putih untuk para jamaah yang

mengikuti manaqib.

Selain untuk mempererat tali silaturahmi, kegiatan pembacaan

manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani juga terdapat tindakan yang

yang bernilai, baik nilai agama maupun nilai sosial. Tidak lepas dari

adanya tindakan sosial yang dilakukan. Motif dan tujuan dari pelaku

juga berbeda-beda. Peneliti mencoba melihat dari nilai rasional yang

dilakukan jamaah. Agar memudahkan dalam mencari motif nilai

rasional dalam kegiatan tersebut peneliti melakukan

wawancara dengan salah satu penggerak jamaah manaqib Al

Barokah yakni Gus Asif Fuadi, yang diungkapkan sebagai berikut:

“Selama saya ikut menyukseskan kegiatan manaqib ini ada


beberapa tindakan dari para jamaah yang menurut saya terdapat
nilai rasional.Seperti saat kegiatan manakib rutinan malam
Sabtu Legi. Banyak dari anggota jamaah bapak-bapak
55

yang datang untuk bekerjasama menyiapkan tempat, misalkan


mendirikan terop, menyiapkan sound sistem,menata tikar serta
jamaah ibu-ibu yang menyiakan konsumsi yang dibantu santri
putri. Selain itu, ketika kegiatan manaqib sudah selesai rasa
tanggung jawab dari para jamaah tidak pudar, mereka langsung
membersihkan tempat acara dengan dibantu oleh
santri putra membawa bekas piring yang digunakan makan”.63

Berdasarkan keterangan diatas, dapat diketahui bahwasanya

kegiatan manaqib yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Barokah

menunjukkan salah satu contoh dari tindakan rasional nilai sosial

berupa sadar akan sikap gotong-royong. Gotong royong di sini

ditunjukkan dengan berbagai kegiatan yang mampu menyatukan

jama’ah dari berbagai golongan seperti contoh di atas. Hal ini perlu

diperhatikan mengingat bahwasanya pada era modernitas seperti saat

ini semakin panjang jarak dan rasa sosial yang ada diantara

sesama.

Hal tersebut selaras dengan yang diungkapkan oleh bapak

Sukarni yaitu sebagai berikut:

“Dalam kegiatan ini terdapat beberapa tindakan sosial,


contohnya mengatur tempat duduk jamaah. Biasanya ada aba-
aba dari penggerak manaqib ibu-ibu, berupa menata shaf duduk
seperti sholat, tujuannya agar terlihat indah dan apabila nanti
waktu istirahat pembagian nasi soto agar lebih mudah. Ada
juga jamaah yang baru ikut jamaah manaqib dianjurkan

63
Lihat transkrip wawancara,12/W/28-03/2020.
56

untuk membeli kitab manaqib tujuannya agar lebih mudah


dalam membaca dan apabila di rumah bisa
mengamalkannya”.64

Berdasarkan kegiatan di atas, manaqib yang dilaksanakan oleh

Pondok Pesantren Al-Barokah mencerminkan tindakan

rasionalitas nilai dalam aspek sosial berupa menjaga kedisplinan

antar jama’ah manaqib, yang ditunjukkan dengan ketertiban masing-

masing jama’ah saat pelaksanaan sholat maupun pembacaan

manaqib. Ketertiban dan kedisiplinan jama’ah dapat dilihat dari

kesadaran jama’ah untuk mengatur barisan sehingga kegiatan

manaqib dapat berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya.

Kemudian peneliti melakukan observasi Pada hari Senin, 24

Februari 2020 yang ada di Desa Mangunsuman tepatnya di rumah

bapak Kayan, acara tersebut merupakan kegiatan bergilir Manakiban

Selapanan. Saya mengamati bahwasanya kegiatan ini diikuti oleh

jamaah manakib bapak-bapak yang diikuti sekitar 80

orang. Kegiatan tersebut dimulai sekitar pukul 21.30.

Kegiatan pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani

ini bersifat tidak memaksa, bahkan banyak masyarakat diluar Desa

Mangunsuman ikut dalam kegiatan tersebut. Mereka bersyukur bisa

mengikuti acara tersebut terlebih bisa mendekatkan diri kepada Allah

SWT selain itu bisa menambah banyak saudara sesama

64
Lihat transkrip wawancara, 06/W/25-03/2020.
57

muslim. Berikut ungkapan dari salah satu jamaah manaqib yaitu

bapak Sanuri:

“Dulu sebelum saya mengenal manaqib, saya sering keluar


malam dengan melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat.
Setelah saya mengikuti kegiatan manaqib, Alhamdulillah
kang, sedikit demi sedikit saya hampir tidak pernah melakukan
hal tersebut, bahkan saya ingin setiap hari ada manaqib. Entah
karena saya merasa nyaman atau karena masalah dikehidupan
saya semakin membaik yang penting saya sangat bersukur
sekali bisa mengikuti kegiatan tersebut. Alhamdulillah semua
keluarga saya apabila ada kegiatan
manaqib selalu hadir, baik istri dan anak saya”. 65

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan

manaqib ini mempunyai dampak positif bagi individu yang

mengikutinya. Mereka merasa sangat senang dan bersyukur bisa

mengikuti kegiatan tersebut dengan baik.

Sebelum acara dimulai KH Imam Suyono berjabat tangan

kepada seluruh jamaah diikuti oleh santrinya sembari bertanya kabar

dengan jamaah. Setelah itu, beliau duduk dan berbincang-

bincang dengan jamaah yang ada di dekatnya. Setelah itu Beliau

menanyakan jamaah dari daerah mana yang belum datang atau tidak

hadir dan juga menanyakan alasan mengapa tidak hadir. Acara

dimulai dengan Kyai menyampaikan mauidhoh khasanah, Beliau

menerangkan tentang karomah Syekh Abdul Qodir Jailani


65
Lihat transkip wawancara, 16/W/21-03/2020.
58

“Bahwa Syekh Abdul Qodir Al Jaelani adalah wali kutub yang


wudhunya sholat subuh selalu dengan wudhunya waktu sholat
isya’, beliau menerangkan bahwa Syekh setiap malamnya
selalu menjaga kesucian wudhunya, maka beruntunglah kita
sebagai manusia yang masih ditakdir Allah SWT untuk masih
bisa tabbarukan kepada Syekh Abdul Qodir Al Jaelani yang
mana sudah jelas kewalianya”.

Mauidzah Hasanah ini salah satu nilai keagamaan dalam

manaqib. Dengan kegiatan spiritual tersebut jamaah bisa mencontoh

kehidupan sehari-hari para wali dan sebagai sarana beribadah kepada

Allah. Ketika beliau menerangkan kisah wali tersebut ada banyak

jamaah yang aktif mendengarkan ada juga sebagian jamaah yang di

luar rumah berbicara sendiri dengan jamaah lainnya, sehingga

membuat KH Imam Suyono untuk menasehati mereka untuk diam

sejenak mendengarkan apa yang Beliau sampaikan. Hal ini bertujuan

untuk memberi pelajaran tentang tindakan sosial yaitu menghargai

orang lain, dengan cara mendengarkan orang ketika

berbicara.

Selanjutnya dilanjutkan bertawasul kepada Nabi Muhammad,

Malaikat, Syuhada’, Auliya’, serta Guru-guru Beliau. Setelah itu

mendoakan/mengirimi fatihah kepada jamaah yang sakit supaya

cepat sembuh, yang terkena musibah supaya diberi kesabaran dan

kuat dalam menghadapi, mendo’akan supaya seluruh jamaah ditakdir

dengan nasib yang baik, baik dunianya dan baik akhiratnya,

mendoakan supaya anak-anak jamaah dapat menjadi anak yang


59

sholeh. Mendoakan supaya tenang hatinya serta selalu diberi

keberkahan hidupnya. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan

manakib, syair-syair, sholawat dan do’a-doa’ yang dibacakan dari

perwakilan jamaah setempat.Setelah acara selesai para santri Al

Barokah disuruh KH Imam Suyono untuk membantu menjamu

dengan mengeluarkan konsumsi dari dapur tuan rumah. Sehingga

jamaah bisa menikmati hidangan dengan santai. Sambari berbincang-

bincang ringan dengan para jamaah. Ketika acara sudah selesai,

ditutup dengan saling berjabat tangan bergilir antara jamaah

dan KH Imam Suyono diiringi bacaan sholawat.66

Berdasarkan kegiatan manaqib yang dilaksanakan di Pondok

Pesantren Al-Barokah dapat dilihat bahwasanya kegiatan manaqib

yang dilakukan mencerminkan tindakan rasional religius berupa

menambah keimanan serta ketaqwaan. Pada pembahasan ini, imam

manaqib menjelaskan ibrah-ibrah yang dapat diambil dengan

meneladani sosok Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Selain itu ada

beberapa keterangan-keterangan yang mengajak jama’ah untuk

semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT, menghargai sesama

serta masih banyak lagi.

66
Lihat transkrip observasi, 02/O/02-3/2020.
60

Dari hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan,

diketahui bahwa motif rasional nilai dalam ranah nilai sosial dan

spiritualyang terdapat di dalam kegiatan manaqib seperti:

a. Tindakan rasional nilai sosial:

Toleransi, ditunjukkan dengan ketika saat pembagian

hidangan ada sebagian jamaah yang meminta hidangan

dengan menu yang lain. Maka para peladen bisa memberi

dengan hidangan yang lain sesuai yang diminta. Hal ini

sangat penting diperhatikan, mengingat bahwasanya pada

era sekarang banyak masyarakat kurang menghargai

sesamanya. Melalui kegiatan pembacaan manaqib ini para

jamaah menjadi sadar akan pentingnya menghargai

perbedaan.

Tidak diskriminatif, ditunjukkan dengan adanya jamaah

yang muda dan tua membaur menjadi dalam satu majelis.

Dalam kegiatan ini ditunjukan dengan para jamaah

diwajibkan memakai baju putih, sehingga antara jamaah

yang kaya dan miskin tidak saling membeda-bedakan.

Disiplin, ditunjukan dengan jamaah datang tidak lebih dari

pukul 21:00. Selain itu jamaah lain juga menyiapkan tempat

duduk dengan menggelar tikar. Nilai rasional yang dapat

diambil adalah agar para jamaah pakaiannya tidak kotor.

Selain itu dapat menambah kerapian dan


61

mengajarkan kedisiplinan dalam mengikuti kegiatan

manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani.

4) Gotong-royong,

a. Ditunjukan dengan mendirikan terop yang dilakukan

oleh beberapa jamaah laki-laki, nilai rasional yang

dapat diambil adalah agar para jamaah tidak kehujanan.

Selain itu dengan bergotong-royong kita bisa

mempermudah satu pekerjaan.

Menyiapkan sound sistem, nilai rasional yang dapat

diambil adalah agar para jamaah mendengar dengan

baik bacaan manaqib yang dibawakan oleh bapak Kiai

maupun mauidzah khasanah yang dibawakan Beliau.

Menyiapkan konsumsi oleh santri putri nilai rasional

yang dapat diambil adalah agar lebih mudah ketika

membagikan hidangan kepada para jamaah manaqib

lebih mudah. Selain itu ketika peladen mau

memberikan hidangan menjadi lebih cepat.

5) Kasih sayang dan menghormati sesama, ditunjukan dengan

melakukan jabat tangan ketika masuk ke dalam area

majelis dan ketika keluar majelis manaqib. Dengan begitu

akan menambah kerukunan antar jamaah.


62

b. Tindakan rasional nilai spiritual

1. Menjadikan waliyullah sebagai Uswatun Hasanah atau teladan

yang baik, ditunjukan dengan ketika bapak Kiai memberikan

ceramah dan mengingatkan para jamaah untuk senantia

mencontoh akhlak waliyullah. Sehingga tercermin sifat dan

sikap yang baik dalam diri jamaah. Hal ini bertujuan untuk

mencover perilaku jamaah di era modernitas agar tidak tertular

dengan kondisi milenial yang dapat mengikis akhlak jamaah.

2. Sabar, ditunjukkan ketika pembagian hidangan soto kepada

para jamaah. Ketika acara istirahat biasanya bapak Kiai

mengintruksikan jamaah untuk sabar menunggu hidangan yang

akan diberikan. Hal ini bertujuan untuk menanamkan sifat sabar

kepada para jamaah karena sangat penting ketika hidup

bermasyarakat.

3. Ikhlas, ditunjukkan ketika manaqib sebelasan yang acaranya

dimulai tidak seperti biasanya, karena dimulai lebih malam

yaitu pukul 21:00 dan diakhiri pukul 01:00. Hal ini bertujuan

untuk menanamkan sifat ikhlas kepada jamaah agar dapat

menjalani kegiatan manaqib tersebut dan menerapkan kegiatan

lainnya di masyarakat.

4. Menambah iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Ditunjukkan ketika Imam manaqib menjelaskan ibrah-ibrah


63

dari Syekh Abdul Qadir Al Jailani para jamaah dapat

mengambil dan meneladani sifat beliau. Selain itu ada beberapa

keterangan yang mengajak untuk mendekatkan diri kepada

Allah SWT.

5. Selalu besyukur kepada Allah, ditunjukkan ketika menghadiri

kegiatan pembacaan manaqib para jamaah masih diberi nikmat

berupa kesehatan agar bisa menghadiri acara tersebut

2. Motif Tradisional Jamaah Manaqib

Majelis Manakib Syekh Abdul Qodir Al Jailani didirikan oleh

KH Iman Suyono pada tahun 1983 yang berpusat di Kelurahan

Mangusuman Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo. Hal itu tidak

lepas dari dukungan Masyarakat sekitar Mangunsuman dan juga salah

satu guru beliau yang bernama KH Maghfur Hasbullah pengasuh

Pondok Pesantren Darul Hikam Kauman Pasar Pon Ponorogo untuk

mendirikan sebuah Jamaah Manakib sebagai wujud pengamalan Ilmu.

Adapun Ijazah manakib diperoleh dari Kyai Khusnudin Dolopo

Madiun, KH Nur Salim Pakis Malang, KH Maksum Kedung

Gudel Ngawi dan KH Hannan Maksum Kwagean. Selain itu, Beliau

juga sowan Tabbarukan untuk meminta izin mendirikan majelis

manakib kepada KH Arsyad Yogyakarta, Gus Mad Watu Congol

Muntilan (KH Abul Haq), KH Muhsin Jambu, KH Ma’ruf Jalen

Ponorogo. Selain kepada KH Maghfur Hasbullah, beliau juga ngaji


64

tabarrukan kepada KH Hasyim Sholeh Mayak, KH Khirzuddin

Hasbullah Joresan, KH Mukhlas Hasbullah Coper, KH Syamsul Huda

Kertosari, KH Fatkhurrozi Pulung dan KH Imam Suhadi Bagbogo.

Dalam Kaitanya dengan berdirinya majalis Manakib di Mangunsuman,

diantara tanda keanehan yang menjadi isyarat berdirinya majelis

tersebut bersumber dari salah satu gurunya yakni KH Arsyad

Yogyakarta. Pada sekitar tahun 1990 saat jumlah jamaah masih sedikit

sekitar 50 orang, Beliau mengatakan: “manakib manakib manakib nang

mangunsuman ewon nang mangunsuman ewon nang mangunsuman

ewon” (Manakib manakib manakib, di Mangunsuman ribuan ribuan

ribuan). Pada waktu itu KH Imam Suyono tidak paham (Mengerti)

perkataan KH Arsyad tersebut. Namun, seiring berkembangnya zaman

maka terutama setelah KH Arsyad Meninggal tahun 2004, majelis

manakib di Mangunsuman semakin berkembang.Melalui Isyarat KH

Maghfur Hasbullah ketika sowan ke salah satu seorang Kyai di Gresik,

ia melihat kondisi keluarga nampak harmonis, anak-anaknya berbakti

kepada orang tuanya.

Setelah KH Maghfur Hasbullah menanyakan kepada Kyai

tersebut apa amaliyah keseharianya?. Lalu beliau menjawab amalanya

adalah melazimi manakib. Setiap waktu longgar malam jum’at mbeleh

(menyembelih) pitik Jago (Ayam Jantan) dengan niat tabbarukan

Syekh Abdul Qodir Al Jailani buat anak-anaknya satu per


65

satu bergiliran setiap malam jum’at. Kemudian setelah itu KH Maghfur

Hasbullah berusaha mengamalkan manakib, namun karena KH

Maghfur Hasbullah juga seorang mubaligh (Penceramah) maka sering

diganti oleh santri-santrinya salah satunya adalah Imam Suyono. Di

saat kesibukan KH Maghfur semakin bertambah maka Imam Suyono

ingin mengamalkan manakib secara berjamaah, oleh KH Maghfur

dianjurkan untuk meminta ijazah kepada Kyai Khusnuddin Dolopo

Madiun. Setelah meminta restu maka mulai diamalkan. Bahkan

beberapa kali Kyai Khusnuddin diaturi rawuh dari Dolopo Madiun ke

Ponorogo untuk mengisi dan mengijazahkan manakib.Setelah majelis

terus berkembang dan istiqomah, kemudian diberi nama Majelis

Manakib Al Barokah. Majelis tersebut bukan hanya mengamalkan

manakib saja. Tetapi juga amalan lainnya seperti Dzikrul Ghofilin Gus

Miek Kediri, Majelis Simaan Al Qur’an, Majelis Sholawat, dan lain

sebagainya sebagaimana amaliyah Nahdlatul Ulama’, selain itu juga

terdapat kegiatan Majelis Taklim Al Barokah yang rutin kegiatan

majelis taklim baik di kediaman (Pondok) atau di luar (Masyarakat).67

Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa tradisi

manaqib yang ada di Pondok Pesantren Al Barokah mempunyai sejarah

yang jelas. Dalam mendirikan majelis manaqib ini para pendahulu tidak

melupakan tradisi syukuran ditunjukkan dengan

67
Lihat transkip dokumentasi nomor, 01/D/20-03/2020.
66

menyembelih ayam jago untuk mewujudkan hajat yang akan

dilakukan.

Kemudian untuk mengetahui lebih lanjut mengenai motif

tradisional dalam kegiatan manaqib, peneliti melakukan wawancara

dengan salah satu jamaah manaqib yaitu bapak Sukarni, beliau

mengungkapkan tentang nilai tradisional dalam manaqib yaitu

sebagai berikut:

” Menurut saya, sebagai jamaah manaqib Al Barokah ada nilai-


nilai tradisional yaitu melestarikan tradisi orang-orang
terdahulu yang juga mengamalkan manaqib. Ditanah Jawa itu
banyak ritual keagamaan mas, yha salah satunya manaqib ini.
Jamaah manaqib Al Barokah ini tidak pernah keluar dari ajaran
manaqib yang di bawa ulama-ulama dahulu mas, jadi seperti
tawassul, mendoakan keluarga, membaca menggunakan syiir
dan memberi hidangan ketika sudah selesai acara. Itu semua
dilakukan bertujuan untuk tetap melestarikan dan menghargai
tradisi manaqib yang telah
ada”.68

Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan salah

satu penggerak kegiatan manaqib yaitu bapak Kayan, beliau

mengungkapkan sebagai berikut:

“Kalau ditanya soal nlai tradisional dalam manaqib yang jelas


ada kang, kita tahu manaqib itu sudah ada pada zaman dahulu
yang dilestarikan para kiai dahulu. Rangkaian acaranya pun
tidak jauh berbeda dengan manaqib yang sudah berkembang

68
Lihat transkrip wawancara, 07/W/25-03/2020.
67

di tanah Jawa. Rangkaian seperti membaca tawassul kepada


para ulama, menggunakan syi’ir-syi’ir ketika membaca
manaqib dan membaca sholawat serta menghidangkan
makanan setelah selesai acara. Selain itu dalam mengikuti
acara manaqib para jamaah diwajibkan menggunakan busana
berwarna putih, baik itu untuk laki-laki maupun perempuan.
Dengan rangkaian acara seperti ini insya Allah kegiatan
manaqib ini tetap terjaga dan dapat dilestarikan di pulau Jawa
khususnya Ponorogo”.69

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan pembacaan

manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani di Al Barokah masih

menyimpan ritual keagamaan yang kental, dapat dibuktikan dengan

melestarikan tradisi orang terdahulu. Selain itu, rangkaian acara yang

diselenggarakan masih ikut rangkaian tradisi manaqib yang ada di

Indonesia. Tindakan seperti ini disebut motif tradisional dalam

manaqib.

Kemudian peneliti melakukan observasi pada Pada hari Senin, 6

April 2020 yang ada di Desa Mangunsuman tepatnya di Masjid Al

Barokah. Acara tersebut merupakan rutinan kegiatan manaqib yaitu

malam sebelasan. Saya mengamati bahwasanya kegiatan ini tetap

dilakukan meskipun tidak diikuti oleh jamaah yang banyak. Ada

beberapa jamaah ada yang hadir itu pun asli warga Mangunsuman

yang rumahnya dekat dengan Pondok Al Barokah.

69
Lihat transkrip wawancara, 13/W/29-3/2020.
68

Kegiatan ini tetap dilakukan meski tidak seperti biasanya, yang

bergilir di rumah jamaah, dikarenakan wabah covid 19. Meskipun

begitu keistiqomahan manaqib tetap terjaga dengan melaksanakan

manaqib yang hanya diikuti semua santri dan beberapa jamaah

sekitar Mangunsuman. Baru pertama kali ini

manaqib dilakukan dengan media Online atau streaming. Kita semua

berdo’a agar wabah seperti ini untuk cepat dihilangkan dari dunia,

khususnya Indonesia. Setelah kegiatan selesai tidak lupa para santri

menjamu para jamaah dengan makanan yang sudah dipersiapakan.

Tetapi ada perintah dari abah Kyai agar para

santri kembali ke asrama, tujuannya agar tidak terjadi perkumpulan

dengan banyak orang selain lingkugan pondok agar tidak terjadi hal-

hal yang tidak di inginkan.70

Dari data diatas dapat diketahui bahwa motif tradisional yang ada

di dalam manaqib seperti:

1) Menyembelih hewan seperti ayam atau kambing untuk

dihidangkan kepada jamaah. Hal ini dilakukan untuk

menjaga tradisi adat Jawa yaitu shodaqohan atau sebagai

tabarrukan dan sebagai hajat serta bentuk rasa syukur

kepada Allah SWT.

2) Tetap melestarikan tradisi manaqib orang terdahulu, itu

dilakukan agar keaslian manaqib tetap terjaga. Dengan

70
Lihat transkrip observasi, 04/O/06-4/2020.
69

menyamakan rangkaian acara seperti tahlil, zikir, syi’ir-syi’ir

bacaan dan sholawat Nabi. Dengan begitu maka tradisi

manaqib yang sudah ada ini bisa berkembang dan menjadi

lebih baik. Hal ini juga bertujuan untuk memberikan

pendidikan keagamaan atau spiritualitas nilai bagi anak

muda zaman sekarang

Menjamu tamu dengan hidangan makanan atau bisa disebut

sebagai meladen, ini dilakukan untuk menjaga tradisi Jawa

islami yaitu memberikan hidangan ketika sesudah selesai

acara. Tujuannya agar jamaah senang dan juga sebagai

shodakoh.

Menjaga ukhuwah islamiyah antar jamaah manaqib.

Ditunjukkan dengan mengumpulkan orang islam dengan

jumlah banyak dan mempunyai kegiatn spiritual yang dapat

menambah iman dan ukhuwah islami antar jamaah.


70

BAB V

PEMBAHASAN

A. Motif Rasional Nilai Dalam Pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qadir

Al Jailani

Pada bab ini penulis akan menganalis mengenai motif dari para

pelaku71 dalam mengikuti pembacaan Manaqib Syeikh Abdul Qadir Al

Jailani. Analisis dalam penelitian ini menggunakan teori tindakan sosial

Max Weber. Menurut Weber, seseorang dalam bertindak tidak hanya

sekedar melaksanakan, tetapi juga menempatkan diri dalam lingkungan

berpikir dan perilaku orang lain.72 Jadi disini kita bisa melihat bagaimana

motif dan tujuan para pelaku pembacaan manaqib Syeikh Abdul Qadir Al

Jailani melalui kerangka pemikiran mereka, baik yang telah mereka

pertimbangkan maupun tidak dipertimbangkan. Selain itu, kita juga bisa

melihat bagaimana perilaku orang lain mampu memberikan pengaruh

kepada individu.

Tindakan Rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada

hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara

tujuan- tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai

individu yang bersifat absolut. Artinya, tindakan sosial ini telah

71
yang penulis maksud sebagai pelaku dalam tulisan ini ialah pihak yang terkait dengan
pembacaan manaqib yang terdiri dari pengurus manaqib, santri dan jamaah manaqib.
72
I.B Wirawan, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma, (Jakarta: Kencana, 2012),
134.

70
71

dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial

maupun nilai agama yang ia miliki.73 Dari teori tersebut dapat diketahui

bahwa pelaku yang melakukan tindakan sosial pasti mempunyai nilai yang

diyakini itu baik.

Dalam konteks pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani

tersebut, para jamaah ditemukan beberapa motif rasional yang seti ap

individu bisa berbeda-beda. Mereka mempunyai tujuan tertentu agar seti ap

tindakan yang dilakukan mendapat sesuatu yang bermanfaat.

Kegiatan pembacaan manqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani ini,

selain memiliki jamaah di lingkungan terdekat (Mangunsuman) juga

mempunyai jamaah yang berada di daerah jauh (di luar Desa

Mangunsuman). Banyaknya jamaah yang datang dan hadir di dalam

majelis manaqib dari berbagai daerah, tidak menutup kemungkinan

bahwa mereka membawa karakter yang berbeda-beda. Motif tindakan

yang dilakukan jamaah manaqib terbagi menjadi dua yaitu motif

rasional nilai sosial dan motif rasional nilai spiritual.

Motif rasional nilai sosial dalam manaqib salah satunya adalah

toleransi. Toleransi adalah sikap atau sifat menenggang berupa

menghargai serta memperbolehkan satu pendirian, pendapat,

pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda dengan

73
George Ritzer.Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda.(Jakarta PT Rajawali Press.2001),
126.
72

pendirian sendiri.74 Berdasarkan hal tersebut salah satu yang menjadi

toleransi pada kegiatan manaqib adalah perbedaan pribadi jamaah itu

sendiri. Karena mereka dari beberapa daerah maka tidak menutup

kemungkinan mereka membawa kepribadian sendiri-sendiri. Ada juga

beberapa jamaah yang tua memiliki larangan untuk tidak memakan

makanan tertentu. Maka dari itu pada saat kegiatan manaqib tidak hanya

disediakan satu hidangan saja sehingga semua jamaah yang datang bisa

menikmati hal yang sama. Dengan mewujudkan toleransi dalam

kegiatan manaqib maka akan menciptakan rasa nyaman dan menjadi

suatu pembelajaran menghargai perbedaan bagi jamaah manaqib.

Motif lain yang dilakukan jamaah manaqib adalah tidak

diskriminatif. Diskriminasi adalah perlakuan tidak seimbang terhadap

perorangan atau kelompok, berdasarkan sesuatu. Biasanya bersifat

kategorial atau bersifat atribut, seperti ras, suku bangsa, agama dan

keanggotaan kelas sosial.75 Karena jamaah manaqib berasal dari

beberapa daerah di Ponorogo dan perbedaan strata sosial yang berbeda

pula, maka sangat rentan sekali mereka membawa sikap yang berbeda.

Dalam kegiatan pembacaan manaqib di Al Barokah, tindakan tidak

diskriminasi ditunjukan dengan seluruh jamaah manaqib wajib

memakai baju putih. Dengan menyamakan atribut tersebut maka dapat

menciptakan kesetaraan sosial diantara jamaah manaqib. Karena


74
Umar Hasyim, Toleransi Dan Kemerdekaan Bergama Dalam Islam Sebagai Dasar
Menuju Dialog Dan Kerukunan Antar Umat Beragama, (Surabaya, Bina Ilmu, 1979), 22.
75
Theodorson dan Theodorson (1979) 115-116.
73

apabila memakai baju bebas, maka akan tampak sekali perbedaan sosial

yang diperlihatkan jamaah manaqib melalui busana yang dikenakan.

Apabila tidak menggunakan busana yang sama yaitu baju putih, maka

kegiatan pembacaan manaqib akan menjadi ajang pamer baju yang

dapat menimbulkan sifat riya’, iri dengki diantara jamaah

manaqib. Meskipun tindakan ini terlihat sepele, tetapi bisa berakibat

tidak baik bagi penerus kegiatan manaqib karena yang mengikuti tidak

hanya orang tua saja, tetapi dari semua kalangan. Dengan pembelajaran

tidak diskriminasi tersebut semoga para jamaah dapat memberi contoh

bagi generasi muda agar tidak membeda-bedakan antara satu dengan

yang lain, sekaligus menjadi pembelajaran moral bagi generasi penerus

kegiatan pembacaan manaqib dan dapat mengaplikasikannya dalam

kehidupan bemasyarakat.

Kemudian tindakan lain yang terlihat dalam kegiatan manaqib

yaitu disiplin dan menjaga kerapian. Disiplin merupakan tindakan yang

menunjukkan perilaku tertib pada berbagai ketentuan dan peraturan. 76

Sedangkan menjaga kerapian adalah suatu tindakan yang dilakukan

agar terlihat bagus. Dalam kegiatan manaqib tindakan ini

dapat dilihat saat jamaah datang dalam majelis tersebut. Tanpa

diberitahu atau diberi pengarahan, jamaah sudah memiliki kesadaran

untuk menjaga disiplin dan kerapian barisan. Menjaga kerapian barisan

ini dilakukan dengan berbaris seperti shaf sholat. Dengan begitu akan

76
Mohammad Mostari, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014,) 35-36.
74

terlihat bagus dan menjaga tempat duduk jamaah agar tidak

bergerombol. Dengan melakukan disiplin, maka akan muncul sikap

kerapian. Sebab dengan duduk seperti shaf sholat maka akan

memudahkan para santri untuk memberikan hidangan dan minuman

kepada jamaah. Disiplin ini dilakukan agar kegiatan manaqib ini

berjalan dengan lancar, karena apabila disiplin ini dilakukan dengan

baik maka akan berdampak positif bagi jamaah manaqib itu sendiri,

terlebih pada kegiatan manaqib.

Kemudian untuk mensukseskan kegiatan manaqib tersebut, perlu

adanya gotong royong agar kegiatan yang dilaksanakan berjalan dengan

baik. Gotong royong adalah sebagai bentuk solidaritas sosial, terbentuk

karena adanya bantuan dari pihak lain, untuk kepentingan pribadi

ataupun kepentingan kelompok sehingga di dalamnya terdapat sikap

loyal dari setiap warga sebagai kesatuan. 77 Dari teori tersebut apabila

dikaitkan dengan kegiatan pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir Al

Jailani dapat ditemukan beberapa kegiatan seperti menggelar tikar,

menyiapkan sound system dan menyiapkan makanan untuk jamaah.

Gotong royong ini melibatkan antara penggerak manaqib,

jamaah dan santri Pondok Pesantren Al Barokah. Saat menggelar tikar

biasanya dilakukan oleh para santri yang dikoordinir salah satu

penggerak manaqib. Para santri terbagi menjadi dua kelompok, yang

satu mengambil tikar dari dalam masjid dan yang satu lagi menggelar

77
Bintarto, Gotong Royong: Suatu Karakteristik Bangsa Indonesia, (Surabaya: PT Bina
Ilmu, 1980), 125.
75

tikar yang sudah disiapkan di sudut halaman masjid. Mengingat pada

malam Sabtu legi jamaah yang hadir bisa mencapai ratusan, jadi jamaah

ada yang berada di dalam masjid dan ada yang berada di halaman

masjid.

Kemudian ada juga santri putra yang bertugas menyiapkan sound

system. Biasanya dikoordinir oleh salah satu penggerak manaqib dan

dibantu beberapa jamaah yang paham tentang mengatur sound agar

suara terlihat bagus dan jernih. Para santri juga ikut andil dalam

penempatan sound system yaitu sebagai jasa pengangkat sound tersebut

dan menempatkannya disudut Masjid dan di halaman Masjid. Santri

putri juga tidak mau kalah dalam urusan bergotong royong, mereka ikut

membantu dengan menyiapkan makanan. Agar pekerjaan lebih cepat

diselesaikan maka santri putri membagi dalam beberapa tugas, yaitu

membersihkan piring, menata nasi soto yang akan dihidangkan. Setelah

hidangan sudah tertata dengan rapi, setelah itu bagian santri putra yang

memberikan hidangan tersebut kepada jamaah manaqib.

Dengan bergotong royong maka segala sesuatu yang terlihat

berat akan menjadi ringan dan mudah. Meskipun melibatkan orang

banyak tetapi justru akan menambah kerukunan diantara santri putra dan

putri Pondok Pesantren Al Barokah. Dalam kehidupan bermasyarakat,

gotong royong sudah menjadi suatu hal yang lazim dilakukan. Maka

dari sinilah para santri diajarkan sikap gotong royong


76

agar kelak ketika sudah kembali ke rumah masing-masing mereka dapat

mengaplikasikannya dengan baik ketika membaur dengan masyarakat

kelak.

Selanjutnya, untuk menghormati antara satu dengan yang lain dan

untuk menambah rasa kasih sayang diantara jamaah manaqib,

dilakukan kegiatan berjabat tangan ketika masuk mejelis dan ketika

keluar majelis yang dilakukan sesudah acara selesai. Biasanya KH

Imam Suyono berdiri dipintu depan Pondok Pesantren Al Barokah

sembari menunggu jamaah yang hadir lalu berjabat tangan dengan

seluruh jamaah yang hadir. Selain menambah rasa kasih sayang antara

pak Kiai dengan jamaah, berjabat tangan juga bisa melebur dosa dengan

sesama manusia. Berjabat tangan sudah menjadi adat warga Negara

Indonesia maka sangat lazim sekali apabila diterapkan diseluruh acara

yang melibatkan banyak orang.

Selanjutnya peneliti menganalisis motif rasional dengan nilai

spiritual. Motif rasional nilai spiritual manaqib salah satunya adalah

uswatun khasanah. Dalam kegiatan manaqib syekh abdul qadir al

jalani abah Kyai menyampaikan mauidhoh khasanah, salah satunya

Beliau menerangkan tentang karomah Syekh Abdul Qodir

Jailani“bahwa Syekh Abdul Qodir Al Jaelani adalah wali kutub yang

wudhunya sholat subuh selalu dengan wudhunya waktu sholat isya’,

beliau menerangkan bahwa Syekh setiap malamnya selalu menjaga

kesucian wudhunya, maka beruntunglah kita sebagai


77

manusia yang masih ditakdir Allah SWT untuk masih bisa tabbarukan

kepada Syekh Abdul Qodir Al Jaelani yang mana sudah jelas

kewalianya”. Dari mauidzah khasanah tersebut dapat dianalisis bahwa,

mauidhah khasanah sangat berdampak positif bagi jamaah manaqib.

Karena dengan adanya mauidzah khasanah mereka selalu dapat

siraman rohani dari para kiai agar selalu berbuat kebaikan. Selain itu

juga dapat memotivasi diri agar menjadi lebih baik lagi. Dalam

mauidzah ini abah kyai sering sekali menceritakan kehidupan wali- wali

Allah salah satunya Syekh Abdul Qadir Al Jailani. Hal ini berbeda

dengan mauidzah yang ada di pengajian-pengajian umum. Dalam

pengajian umum biasanya mauidzah khasanah sesuai dengan tema

pengajian yang ditentukan. Menurut penulis mauidzah di pengajian

ataupun di manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani mempunyai tujun

yang sama yaitu membentuk individu yang baik dan bermasyarakat

dengan baik.

Selanjutnya, untuk membentuk pribadi yang baik dibutuhkan sifat

sabar. Sifat sabar ini ditunjukkan ketika pembagian hidangan soto

kepada para jamaah. Ketika acara istirahat biasanya bapak Kiai

mengintruksikan jamaah untuk sabar menunggu hidangan yang akan

diberikan. Hal ini bertujuan untuk menanamkan sifat sabar kepada para

jamaah karena sangat penting ketika hidup bermasyarakat. Meskipun

sudah disuruh sabar oleh abah Kyai biasanya ada sebagian jamaah laki-

laki yang pulang duluan tidak menanti hidangan datang


78

terlebih dahulu. Hal ini sangat disayangkan mengingat acara makan-

makan adalah akhir dari acara pembacaan manaqib. Saran dari penulis

agar panitia bisa memberi pengertain kepada jamaah yang ingin pulang

tersebut untuk menunggu terlebih dahulu.

Sifat lain selain sabar adalah Ikhlas, ditunjukkan ketika manaqib

sebelasan yang acaranya dimulai tidak seperti biasanya, karena dimulai

lebih malam yaitu pukul 21:00 dan diakhiri pukul 01:00. Hal ini

bertujuan untuk menanamkan sifat ikhlas kepada jamaah agar dapat

menjalani kegiatan manaqib tersebut dan menerapkan kegiatan lainnya

di masyarakat. Selain itu jamaah dengan senang hati dan ikhlas ikut

mensukseskan acara manaqib tersebut.

Dari hasil temuan penulis menyatakan bahwa dengan sifat ikhlas

didalam kegiatan manaqib dibuktikan dengan jamaah yang turut

membantu segala kebutuhan yang diperlukan. Seperti mendirika terop

dan menyiapkan tempat duduk.

Dari teori dan temuan diatas dapat dianalis bahwa sifat ikhlas

dalam kegiatan pembacaan manaqib menjadi suatu hal yang baik. Sifat

ikhlas sangat penting sekali diterapkan di kehidupan kita sehari-hari

karena dapat mencegah seseorang tidak terjerumus dalam fitnah,

memandang seseorang dari derajat kehidupannya, mempunyai

kepedulian sosial yang tinggi segala sesuatu yang dilakukannya hanya


79

ditujukan kepada Allah SWT.78 Maka dari itu sifat ikhlas angat penting

sekali untuk titanamkan dalam diri seseorang.

Kemudian untuk menunjukkan rasa syukur kepada Allah SWT,

jamaah menghadiri kegiatan pembacaan manaqib. Rasa syukur itu

ditunjukkan karena jamaah masih diberi nikmat berupa kesehatan agar

bisa menghadiri acara tersebut. Al fauzan juga mengatakan bahwa orang

yang bersyukur adalah orang yang mengakui nikmat Allah serta

mempergunakan nikmat itu dalam yang disukai Allah dalam rangka taat

kepada-Nya. Rasa syukur harus disertai ilmu dan amal yang didasari

oleh ketundukan serta kecintaan kita kepada Tuhan pemberi nimat. 79

Dari hasil temuan penulis dapat diketahui bahwa rasa syukur ini

mempunyai dampak positif bagi jamaah manaqib. Dibuktikan dengan

salah satu jamaah yang dulunya sebelum mengikuti kegiatan manaqib

selalu melakukan hal-hal yang kurang baik, setelah mereka mengikuti

kegiatan manaqib mendapat pencerahan dan memperbaiki kehidupan

dikesehariannya.

Dari teori dan hasil temuan tersebut dapat dianalisis bahwa rasa

syukur adalah sebagai bentuk terima kasih atas nikmat yang telah

Allah SWT berikan. Apabila jamaah tidak mempunyai rasa syukur,

maka tidaklah mereka mau datang dalam kegiatan pembacaan manaqib

78
Lu’luatul Chizanah dan Noor Rohman. “Penyususnan Instrumen Pengukuran
Ikhlas”.Jurnal Psikologika Vol.18 Nomor 1. Tahun 2013,46..
79
Al Fauzan A.B.S. “Indahnya Bersyukur, Bagaimana Meraihnya?”,Jurnal Indahnya
Islam, Vol 2, 2007.
80

tersebut.

Menurut penulis selain membantu seorang menuju jalan yag baik

rasa syukur juga menjadi kunci penyelesaian dari permasalahan hidup

yang telah ada. Hal ini dibuktikan dari pendapat dari salah satu jamaah

manaqib. Seharusnya jamaah tidak hanya bersyukur ketika diberi

kenikmatan bisa menghadiri kegiatan manaqib saja, tetapi lebih

mensyukuri apa saja yang telah diberi oleh Allah yakni berupa

kesehatan, rezeki dan lain sebagainya.

B. Motif Tradisional dalam Pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qadir Al

Jailani

Kegiatan pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani

adalah sebuah tradisi yang secara turun temurun dilakukan oleh para

pendahulu manaqib. Sebagai bentuk rasa hormat kepada salah satu ulama

besar yaitu Syekh Abdul Qadir Al Jailani. Menurut para ahli tindakan

tradisional adalah tindakan yang dilakukan atas dasar kebiasaan, adat

istiadat yang turun temurun tanpa berhenti. Tindakan seperti ini biasa

dilakukan pada masyarakat yang tradisi adatnya masih kental, sehingga

dalam melakukan tindakan ini masyarakat tidak pernah mengkritisi dan

memikirkan terlebih dahulu.80 Jika dilihat dalam tradisi manaqib yang ada

di Pondok Pesantren AL Barokah, teori ini sudah sesuai dengan apa yang

akan dibahas. Tradisi manaqib di Pondok Pesantren Al Barokah

80
I.B Wirawan, Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma, (Jakarta, Kencana
Prenadamedia Grup, 2012), 107.
81

mempunyai riwayat dan struktur yang jelas. Dilihat dari awal mula manaqib

ini masih menjadi amalan seorang Kiai yaitu KH Maghfur Hasbullah lalu

mengijazahkannya kepada KH Imam Suyono. Pada saat itu KH Imam

Suyono tidak langsung mengamalkannya, tetapi masih meminta izin dari

para Kiai terdahulu agar kegiatan pembacaan manaqib mendapat barokah

dari Kiai terdahulu. Dibuktikan saat KH Imam Suyono meminta ijazah

kepada beberapa Kiai yaitu Kyai Khusnudin Dolopo Madiun, KH Nur Salim

Pakis Malang, KH Maksum Kedung Gudel Ngawi, KH Hannan Maksum

Kwagean. Bahkan kegiatan pembacaan manaqib ini mendapat isyarat dari

salah satu Guru Beliau di Yogyakarta yaitu KH Arsyad. Beliau mengatakan:

“manakib manakib manakin nang mangunsuman ewon nang mangunsuman

ewon nang mangunsuman ewon” (Manakib manakib manakib, di

Mangunsuman ribuan ribuan ribuan). Saat itu KH Imam Suyono tidak

paham dengan perkataan KH Arsyad, namun setelah wafatnya KH Arsyad

dan seiring berjalannya waktu, kegiatan pembacaan manaqib semakin

berkembang pesat dan mencapai ribuan jamaah.

Dalam menjaga tradisi Manaqib Syekh Abdul Qadir al Jailani di

Pondok Pesantren Barokah, penulis beranggapan bahwa ini adalah satu trik

untuk menjaga suatu adat kebiasaan. Mulai dari mendapatkan ijazah sampai

dilaksanakannya sebuah rutinan manaqib, semuanya tertata rapi.

Menurut peneliti tradisi pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir Al

Jailani di Al Barokah terbentuk sangat baik karena urutan pengijazahan


82

amalan ini sangatlah rapi. Inilah yang menjadi kekuatan dari manaqib Syekh

Abdul Qadir Al Jailani agar tidak luntur dikehidupan yang modern ini

seiring berjalannya waktu.

Dari tahun 1983 sampai sekarang tradisi pembacaan manaqib masih

dilaksanakan dan menjadi amalan yang diistiqomahkan. Setelah manaqib

berkembang, kemudian KH Imam Suyono mempunyai inisiatif untuk

mengamalkan ajaran lain antara lain Dzikrul Ghofilin Gus Miek Kediri,

Majelis Simaan Al Qur’an, Majelis Sholawat, dan lain sebagainya

sebagaimana amaliyah Nahdlatul Ulama’. Mengingat Beliau ingin

meneruskan amalan Simaan Al Qur’an di Ponorogo, karena beliau pernah

berguru kepada KH Hasyim Sholeh yaitu pendiri Pondok Pesantren Darul

Huda Mayak Tonatan Ponorogo.

Rangkaian acara dalam manaqib juga masih menggunakan adat

yang telah ada. Seperti menyembelih hewan peliharaan berupa ayam jago

atau kambing yang dijadikan kurban sekaligus hidangan untuk jamaah

manaqib. Tradisi menyembelih hewan ini adalah salah satu tradisi adat Jawa

yang masih kental dan dilestarikan di tanah Jawa. Tidak hanya pada

kegiatan pembacaan manaqib saja, tetapi juga terjadi di acara pernikahan,

sunatan dan aqiqohan. Orang Jawa percaya, bahwa dengan menyembelih

hewan peliharaan mereka mendapat ridho dari Allah dengan langkah

shodaqohan. Selain itu tradisi lain yang nampak adalah saat pembacaan

kitab manaqib menggunakan syi’ir-syi’ir islami dan sholawat Nabi

Muhammad. Hal ini bertujuan agar jamaah tidak jenuh ketika membaca
83

manaqib. Karena dengan lantunan dan nada-nada yang indah dapat

menambah rasa cinta jamaah terhadap manaqib Syekh Abdul Qadir Al

Jailani.

Dari teori dan temuan diatas maka dapat dianalisis bahwa dalam

kegiatan pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani tidak hanya

mempunyai satu rutinan ada banyak kegiatan yang melengkapi kegiatan

tersebut. Seperti yang sudah disebutkan di atas. Dalam membaca

kitabnyapun seorang Imam menggunakan nada-nada yang khas sehingga

dapat meluluhkan hati pembacanya maupun yang mendengarnya. Menurut

penulis hal ini sangat bagus untuk menarik masyarakat untuk ikut dalam

acara tersebut juga sebagai sarana dakwah islam. Dengan begitu acara

pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani akan tetap dilestarikan

dan dijaga dengan baik. Saran dari penulis, agar panitia manaqib dapat

mengkondisikan jamaah manaqib apabila masih ada yang berbicara dengan

jamaah yang lain.

Tradisi lain juga ditunjukkan dengan bertawassul kepada Nabi

Muhammad, sohabat Nabi, Syekh Abdul Qadir Al Jailani dan ulama- ulama

lain, khususnya yang ada di Indonesia. Mengenai masalah tawassul dan

tabarruk, Said Ramdhan Al Mughni menyampaikan bahwa tawassul dan

tabarruk adalah dua kalimat dengan satu arti yang dalam ushul fiqh disebut

dengan tanqihul manath, dengan menjadikan bagian-bagian kecil (tabarruk)

dari satu induk (tawassul) dimasukkan kedalam induk tersebut.


84

Namun, Al buthi dengan tegas mengatakan bahwa tawassul adalah tindakan

sunnah dengan bukti banyaknya dalil nash hadish yang shahih. 81

Menurut Sayyid Muhammad Al Maliki Al Hasani, tawassul

termasuk salah satu cara berdo’a dan salah satu pintu untuk menghadap

Allah SWT. Jadi yang menjadi sasaran atau tujuan asli yang sebenarnya

dalam ber-tawassul adalah Allah SWT. Sedangkan yang ditawassul-kan

hanya sekedar perantara untuk taqarrub atau mendekatkan diri kepada

Allah SWT. Dengan demikian, orang yang berkeyakinan selain demikian,

sungguh ia telah menyekutukan Allah SWT. 82 Tradisi ber-tawassul ini

sudah menjadi rangkaian acara penting dalam pembacaan manaqib. Dengan

membaca surat Al Fatihah yang dipimpin oleh KH Imam Suyono jamaah

menirukan bacaaan tersebut dengan khusyuk. Setelah ber- tawassul,

dilanjutkan dengan rangkaian acara lain seperti tahli, dzikir, mauidzah

khasanah dan acara inti yaitu pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir Al

Jailani.

Dari teori dan hasil temuan penulis di atas dapat dianalisi bahwa

kegiatan manaqib juga mengandung tradisi bertawassul. Tawasssul itu

dilakukan untuk mengingat dan mendoakan para Nabi Allah SWT, Rasul

dan para Wali. Tujuannya agar kita sebagai umat muslim tidak lupa para

leluhur kita. Tidak hanya ditujukan kepada para Nabi dan Wali saja tawassul

juga ditujukan kepada para Kiai yang menyebarkan agama islam

81
Slamet yahya, tradisi Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani Di Mushalla Raudlatut
Thalibin Kembaran Kebumen, (Jurnal Vol:18 Institut Agama Islam Negeri Puwokerto). 19.
82
Muhammad Ibnu Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Mafahim Yajib an Tushahah, (Darul Insan:
Kairo, 1980,) 43.
85

diseluruh dunia khususnya indonesia. Hal ini sangat bagus untuk pendidikan

anak muda untuk selalu mendoakan keluarga yang sudah tiada, karena anak

muda zaman sekarang sudah banyak yang lupa akan leluhur mereka masing-

masing.

Kemudian untuk menjaga kelangsungan tradisi kegiatan manaqib

Syekh Abdul Qadir Jailani, dilakukan beberapa langkah seperti membuat

jadwal manaqib mingguan, bulanan dan bergilir.

Pada tanggal 6 April 2020 dilaksanakan kegiatan manaqib yang

berada di Masjid Al Barokah Mangunsuman Siman Ponorogo. Kegiatan ini

dilaksanakan karena bertepatan dengan jadwal manaqib bulanan yang

disebut sewelasan. Hal ini juga menjadi salah satu kegiatan untuk selalu

menjaga ukhuwah islamiyah diantara jamaah manaqib. Meskipun hanya

diikuti oleh beberapa jamaah dan santri saja, kegiatan ini masih tetap

dilaksanakan untuk menjaga keistiqomahan tradisi pembacaan manaqib.

Mengingat pada saat itu telah terjadi suatu wabah yaitu covid 19, jadi

jamaah yang hadir hanya sekitar Pondok Pesantren Al Barokah. Sedangkan

jamaah yang diluar Desa Mangunsuman bisa mengikuti pembacaan

manaqib melalui media online atau streaming di You Tube channel Pondok

Pesantren Al Barokah. Hal ini menunjukkan bahwa ke- istiqomah-an itu

sangat penting dalam berbagai hal. Kegiatan yang berlangsung sekitar dua

jam tersebut dilaksanakan dengan khusyuk dan tenang. Tidak lupa KH

Imam Suyono mendoakan agar wabah covid 19 ini segera diangkat oleh

Allah SWT dari bumi ini khususnya di Indonesia,


86

agar orang-orang dapat menjalankan kehidupannya seperti yang sudah-

sudah. Setelah acara selesai tidak lupa para santri membagikan hidangan

kepada jamaah yang hadir.

Dari kegiatan manaqib tersebut peneliti mendapat pelajaran bahwa

pentingnya menjalankan suatu hal dengan cara terus menerus meskipun kita

tidak tahu manfaat yang diperoleh dibalik kegiatan yang dilakukan. Hal ini

sesuai dengan Hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Sufyan Bin

Abdillah R.A, yang intinya dalam kehidupan menjaga sesuatu yang baik

merupakan suatu ruh atau energi spiritual yang karenanya keadaan menjadi

hidup dan juga menyuburkan amal manusia secara umum. Oleh karena itu

semua amal tergantung niatnya, dan niat erat kaitannya dengan keikhlasan

dan ridha Allah semata.83

Kita tahu memang akhir-akhir ini perkumpulan banyak orang

memang sedang dilarang oleh pemerintah, tetapi untuk melestarikan tradisi

manaqib dan menjaga ukhuwah islamiyah maka kegiatan harus

dilaksanakan dengan cara menjarak antara satu jamaah dengan jamaah yang

lain, intinya kegiatan rutinan manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani agar

tidak putus dan tetap terjaga keasliannya.

83
Pathur Rahman. “Konsep Istiqomah Dalam Islam”,(Jurnal Vol:2 Raden Fattah), 93.
87

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan dari

rumusan masalah yang diangkat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Motif tindakan rasional nilai dalam pembacaan manaqib Syekh Abdul

Qadir Al Jailani yaitu perilaku para jamaah dan seluruh orang yang

terlibat dalam kegiatan ini yang dilihat dari nilai sosial dan spiritul.

Motif yang dilakukan pelaku sangat beragam dan mempunyai manfaat

tersendiri. Dalam nilai sosial dapat diketahui seperti gotong royong,

toleransi dan disiplin. Hal ini sangat bagus sekali apabila dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan dalam nilai

spiritual dapat diketahui seperti sabar, menguatkan iman dan

meningkatkan taqwa kepada Allah SWT.

2. Motif tindakan tradisional nilai dalam pembacaan manaqib Syekh

Abdul Qadir Al Jailani yang pertama, menjaga amanah yang sudah

diturunkan oleh Kiai. Kedua, menjaga keaslian dan melestarikan

kegiatan pembacaan manaqib agar tidak pudar di era modern seperti

ini, sehingga nilai spiritual dari manaqib tetap terjaga. Ketiga,

menjaga tradisi bertawassul kepada para Nabi dan Wali Allah SWT dan

yang terakhir selalu menjaga ukhuwah Islamiyah diantara jamaah

manaqib dan menjaga keistiqomahan dalam kegiatan pembacaan

manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani.

87
88

B. Saran-saran

Melalui skripsi ini penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Saran kepada pengurus jamaah manaqib Pondok Pesantren Al Barokah

Diharapkan kepada seluruh pengurus jamaah manaqib Syekh Abdul

Qadir Al Jailani untuk terus membimbing dan mengarahkan para

jamaah manaqib dengan lebih baik lagi. Dengan begitu nilai-nilai sosial

yang terkandung di dalam kegiatan manaqib akan terus dijaga dan tidak

akan digerus oleh perkembangan zaman yang semakin modern ini.

2. Saran kepada jamaah manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani

Diharapkan kepada jamaah untuk dapat selalu menjaga tradisi yang

sudah ada, menjaga ukhuwah Islamiyah dan istiqomah berpartisipasi

dalam kegiatan jamaah Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani serta

dapat mencontoh sikap-sikap para auliya’ terdahulu. Kemudian dapat

menerapkan dalam kehidupan sosial bermasyarakat agar menjadi suri

tauladan dilingkungan sosialnya masing-masing.

3. Saran untuk peneliti

Diharapkan kepada peneliti agar hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan acauan untuk mengadakan penelitian selanjutnya,

khususnya yang berhubungan dengan tindakan sosial di dalam kegiatan

pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani. Serta bermanfaat

bagi pengembangan nilai-nilai sosial di ranah pendidikan.


89

DAFTAR PUSTAKA

Abu Umar, Imron. Kitab Manaqib Tidak Merusak Aqidah


Islamiyyah.Kudus: Menara Kudus, 1989.

Aceh, Abu Bakar. Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf.Solo: Romadhoni,


1990.

Afifuddin dan Saebani, Beni Ahmad. Metodologi Penelitian


Kualitatif.Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Al Ishaqy, Asrori. Apa Manaqib itu?. Surabaya : Al Wafa, 2010.

A.B.S, Al Fauzan. Indahnya Bersyukur, Bagaimana Meraihnya. 2007.

Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka


Cipta, 2008.

Bintarto. Gotong Royong: Suatu Karakteristik Bangsa Indonesia. Surabaya:


PT Bina Ilmu, 1980.

Dewan Redaksi. Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtiar


Baru Van Houve,2001.

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada, 2010.

Geertz, Clifford. Abangan Santri Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, terj.


Mahasin, Aswab. Jakarta: Pustaka Jaya, 1989.

HAG, Tamami. Psikologi Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2011.

W. Kenneth, Good Kids Bad Behaviour. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya,


2005.

Handoko, T. Hani. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.


Yogyakarta: liberty, 2008.

Hasyim, Umar. Toleransi Dan Kemerdekaan Bergama Dalam Islam Sebagai


Dasar Menuju Dialog Dan Kerukunan Antar Umat Beragama.
Surabaya, Bina Ilmu, 1979.
90

Ibnu Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Muhammad. Mafahim Yajib an Tushahah.


Darul Insan: Kairo, 1980.

Iskandar, Edi.Membaca Dua Pikiran Tokoh. Pekanbaru : Zanafa Publising,


2016.

J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2013.

Mahjudin, Kuliah Akhlak Tasawuf . Jakarta: Kalam Mulia, 1991.

Mostari, Mohammad. Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan. Jakarta:


PT Raja Grafindo Persada, 2014.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2003.

M. Siahan, Hotman. Sejarah dan Teori Sosiologi. Jakarta, Erlangga,1989.

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN


Balai Pustaka, 1976.
Rahman, Pathur. “Konsep Istiqomah dalam Islam”, (Jurnal Vol:2 Raden Fattah)
2018.

Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda.Jakarta PT Rajawali


Press.2001.

Santoso, Listiyono . Epistemologi Kiri. Ar Ruzz Media, Yogyakarta, cetakan


V, 2007.

Salahudin, Marwan. ”Amalan Thariqat Qadariyah Wa Naqsabandiyah


Sebagai Proses Pendidikan Jiwa Di Masjid Babul Muttaqin Desa
Kradenan Jetis Ponorogo”. Jurnal Akhlaq Dan Tasawuf,Vol 2 No 1,
2016.

Supraja, “Alfred Schutz: Rekontruksi Teori Tindakan Max Weber”, Jurnal


Pemikiran Sosiologi. 27 Mei 2020.

Wirawan, I.B. Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Jakarta, Kencana


Prenadamedia Grup.2012.
91

Shihab, M, Quraish. Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al


Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2002.Sugiyono.Memahami Penelitian
Kualitatif, Kualitatif dan R dan D, (Bandung: Alfabet 2006), 1.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2007.

Suharsimi,Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.


Jakarta: Bina Angkasa,1989.

Wirawan, I.B. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana,


2012.

Wirawan, I.B. Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Jakarta, Kencana


Prenadamedia Grup.2012.

Widjaja, A. W. Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dan Hak Asasi Manusia di


Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Yahya, Slamet. “Tradisi Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani Di Mushalla
Raudlatut Thalibin Kembaran Kebumen”, (Jurnal Vol:18 Institut Agama
Islam Negeri Puwokerto).2020.

Zaqy Al-Kaaf, Habib Abdullah. Manaqib Syekh Abdul Qodir Al-Jailani :


Perjalanan Spiritual Sulthonul Auliya. Bandung: Pustaka Setia,
2004.

Anda mungkin juga menyukai