Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERIODESASI SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

DOSEN PENGAMPU

Munakhiroh El Hajar, M.Pd.

DISUSUN OLEH

Asalin Musoffa
NIM : 2021220003

STAI AL-HAMIDIYAH JAKARTA


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah


Subhanahu Wata’ala, Tuhan semesta alam, Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan
Makalah ini yang berjudul “Cakupan Sejarah Pendidikan Islam” dengan baik. Shalawat dan
Salam selalu tercurah kepada junjungan nabi besar, Nabi Muhammad Sallallahu “alayhi
wassalam, beserta keluarga, sahabat, dan pengikut beliau yang selalu setia melaksanakan
sunnah-sunnah beliau hingga akhir zaman.
Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap
pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Selain itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, saya selaku penyusun memohon kepada
pembaca untuk membukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya.
Dengan penuh hormat dan kerendahan hati, penulis sampaikan rasa terima kasih dan
apresiasi yang setinggi-tingginya kepada:
1. Munakhiroh El Hajar, M.Pd. selaku dosen yang telah memberikan ilmunya kepada saya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu dalam menyelesaikan
makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum dan perkembangan.
2. Para dosen STAI al-Hamidiyah Jakarta yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
3. Kedua orang tua (Ayahanda Suidat dan Ibunda Halipah) yang juga banyak membantu
penulis dan selalu mendoakan penulis dengan penuh keridhaan.
4. Semua teman kuliah yang selalu men-support, menjadi partner diskusi dan memberikan
pandangan-pandangannya kepada penulis.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga tugas akhir ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat yang banyak untuk masyarakat luas.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1. Pengertian Sejarah Pendidikan Islam..................................................................................2
2.1.1 Periode Klasik.................................................................................................................10
a. Masa Pembinaan Pendidikan Islam (Pra Islam Dan Masa Rasulullah)...........................
b. Masa Pertumbuhan Dan Perkembangan Pendidikan Islam..............................................
c. Masa Kejayaan Pendidikan Islam....................................................................................

2.1.2 Periode Pertengahan............................................................................................................


a. Masa Kemunduran Pendidikan Islam...............................................................................

2.2. Periode Modern.....................................................................................................................


a. Masa Pembaruan Pendidikan Islam..................................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................................15


3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................15
3.2 Saran...................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia tidak akan bisa hidup tanpa adanya sejarah, baik sejarah tentang hal-hal yang
menguntungkan maupun hal-hal yang merugikan. Mengingat istilah ‘Jasmerah’ yang
diucapkan Presiden Soekarno, yang berarti ‘jangan sekali-kali meninggalkan sejarah’.
Presiden Soekarno memberitahu kita bahwa sejarah harus terus diingat, karena perubahan
yang terjadi pada masa lalu mempengaruhi kehidupan manusia di masa kini. Perubahan
tersebut meliputi berbagai aspek kehidupan manusia seperti sosial, politik, ekonomi, dan
budaya.
Pada pembahasan sejarah pendidikan islam itu sendiri akan banyak sekali yang
dibahas. Karena pendidikan memiliki sejarah yang sangat panjang dan nantinya kita dapat
mengambil intisari atau pelajaran yang bisa kita petik dari sejarah tersebut untuk dijadikan
pelajaran di kehidupan kita di masa yang akan datang agar kita bisa menjadi yang lebih baik
lagi dari hari-hari sebelumnya.
Menurut Prof. DR. H. Ramayulis dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam membagi
sejarah pendidikan Islam dalam lima masa, yaitu:
1. Periode pembinaan pendidikan Islam, yang berlangsung pada zaman nabi Muhammad
Saw
2. Periode pertumbuhan pendidikan Islam, yaitu Masa Khalifah yang empat (khulafa ar-
rasyidin: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali di Madinah) dan Masa Daulah
Umayyah.
3. Periode kejayaan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak permulaan daulah
Abbasiyah, yang diwarnai berkembangnya banyak disiplin ilmu dan timbulnya
madrasah.
4. Periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad disitulah
menjadi sebagai awal periode kemunduran pendidikan.
5. Periode pembaharuan pendidikan Islam, yang ditandai dengan gejala kebangkitan
kembali umat dan kebudayaan Islam.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa Pengertian Sejarah Pendidikan Islam?
2. Bagaimana Asal-Usul Adanya Pendidikan Islam?
3. Apa Saja Yang Membuat Pendidikan Islam Berkembang?
1.3 Tujuan
1. Agar kita bisa mengetahui bagaimana asal-usul adanya pendidikan Islam
2. Agar kita bisa mengetahui bagaimana pendidikan Islam berkembang
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sejarah Pendidikan Islam


Secara etimologi, sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh, yang bermakna ketentuan
masa. Kata tarikh bermakna juga perhitungan tahun. Menurut literatur Inggris sejarah
diistilahkan sebagai history, yang berarti pengalaman masa lampau dari umat lampau dari
umat manusia (The past experience of mankind).1
Secara terminologi sejarah berarti keterangan yang telah terjadi dikalangan
masyarakat pada masa lampau atau masa sekarang. Ilmu sejarah dapat diartikan sebagai
upaya merekontruksi peristiwa atau kejadian masa lalu dengan menggunakan berbagai
sumber, berupa data dan fakta yang dapat dipercaya dan disusun secara sistematis dengan
menggunakan metode dan pendekatan tertentu.2
Misalnya sejarah perang diponegoro, maka di dalamnya terdapat data dan fakta yang
berhubungan dengan objek kejadian perangnya itu sendiri, waktu terjadinya perang, tempat
terjadinya perang, para pelaku yang terlibat dalam perang, dan latar belakang terjadinya
perang.

2.1.1 Periode Klasik


1. Pembinaan Pendidikan Islam Pada Masa Pra Islam dan Masa Rasulullah
Pada periode jahiliyah, kondisi masyarakat Arab pra Islam terpecah menjadi sejumlah
suku yang masing-masing memiliki seorang kepala suku. Hubungan mereka yang berlainan
suku bagaikan musuh. Jika terjadi permusuhan antara suku-suku tersebut tidak ada pihak
yang menjadi penengahnya, sehingga permusuhan ini dapat mengakibatkan peperangan yang
dapat berlangsung beberapa tahun.
Dalam situasi politik seperti ini tampaklah bahwa politik masyarakat Arab terpecah-
pecah, disebabkan permusuhan antar suku. Kondisi ekonomi dalam penduduk Arab mayoritas
miskin dan menderita. Praktis pinjam-meminjam didasarkan sistem riba, sebagaiman hal ini
berlaku di masyarakat Yahudi yang memperlakukan pihak berhutang secara kejam.
Bangsa Arab pada saat itu telah memiliki kemajuan ilmu pengetahuan yang tinggi
pula. Ilmu lain yang dimiliki mereka antara lain:
a. Ilmu bangunan, dilihat dari kemampuan mereka membuat rumah dengan cara
memahat gunung-gunung batu, dan mereka juga mampu membuat bendungan raksasa
bernama bendungan Ma’rib yang mampu menampung air tatkala hujan. Lalu air itu
dialirkan ke rumah-rumah penduduk untuk kebutuhan sehari-hari;
b. Ilmu Sejarah. Mereka sangat pandai dalam menghafal silsilah keturunan walaupun itu
sangat panjang, mereka menjaga sebaik-baiknya silsilah tersebut karena dari situlah
mereka memiliki kebanggaan.
c. Ilmu tentang Iklim. Mereka mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menanam
kurma, dan kapan waktu datangnya musim dingin untuk berdagang ke Yaman, dan
musim panas berdagang ke Syam.
1
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam: Napaktilas Perubahan Konsep, Filsafat dan Metodologi Pendidikan
Islam dari Era Nabi SAW sampai Ulama Nusantara, Jakarta: KALAM MULIA, 2012, hlm. 1.
2
https://nelsaarlusi.wordpress.com/2018/04/30/pengertian-tujuan-dan-ruang-lingkup-sejarah-pendidikan-islam/
d. Ilmu Astronomi. Menurut pengetahuan mereka, bintang itu dibagi atas 12 kelompok,
yaitu enam buruj utara yang terdiri dari mizan, aqrab, qus, juddi, dalwu, dan hut.
Buruj selatan yaitu; hama, seer, sarthoon, asal, dan sumbullah.3
Sebutan masyarakat jahiliyyah sebagai zaman kebodohan sebenarnya salah.
Pengetahuan mereka maju dan peradabannya beraneka ragam. Zaman jahiliyyah bisa
dikatakan sebagai zaman dimana orang-orang Arab Jahiliyyah dahulu kala memiliki sifat
pembangkan kepada Tuhannya. Mereka memiliki akal pikiran namun tidak dipergunakan.
Banyak tingkah mereka yang diluar aturan Tuhan dan bahkan kemanusiaan, mereka sangat
benci memiliki anak perempuan dan bahkan hingga dibunuh atau dibuang anak
perempuannya. Berbeda dengan memiliki anak laki-laki, mereka membanggakannya dengan
digotong dan berkeliling Makkah. Dari sinilah zaman itu disebut Arab Jahiliyyah.
Sebelum Muhammad saw memulai tugasnya sebagai rasul, yaitu melaksanakan
pendidikan Islam terhadap umatnya, Allah telah mendidik dan mempersiapkannya untuk
melaksanakan tugas tersebut secara sempurna, melalui pengalaman, pengenalan serta
perannya dalam kehidupan masyarakat dan lingkunganny.
Rasulullah Saw, berusaha mengadakan penyesuaian diri dengan masyarakat
lingkungannya tetapi tidak larut ke dalam kondisi dan keadaan lingkungannya. Dengan
potensi fitrahnya yang luar biasa ia mampu mempertahankan keseimbangan dirinya untuk
tidak terbawa arus budaya masyarakatnya.
Setelah Rasulullah menjadi seorang rasul dengan ditandakan wahyu yang diturunkan
kepadanya pada pertama kali di gua Hira’ di Makkah. Pendidikan dalam Islam yang dibawa
oleh Rasulullah Saw terdiri dari empat macam:4
a. Pendidikan keagamaan, yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata-mata,
jangan dipersekutukan dengan nama berhala, karena Tuhan itu Mahabesar dan
Mahapemurah; sebab itu hendaklah dienyahkan berhala itu sejauh-jauhnya. Ini tujuan
utama Rasulullah dalam mendidik masyarakat Arab yaitu membenarkan aqidah
mereka.
b. Pendidikan ‘akliyah dan ilmiah, yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal
darah dan kejadian alam semesta. Alam akan mengajarkan demikian itu kepada
orang-orang yang mau menyelidiki dan membahasnya, sedangkan mereka dahulu
belum mengetahuinya. Untuk mempalajari hal-hal itu haruslah dengan banyak
membaca dan menyelidiki serta memakai pena untuk mencatat.
c. Pendidikan akhlak dan budi pekerti, yaitu sependidik hendaklah suka
memberi/mengajar tanpa mengharapkan balasan dari orang yang menerima pemberian
itu, melainkan karena Allah semata-mata dan mengharapkan keridhaanNya. Begitu
juga sipendidik harus berhati sabar dan tabah dalam melakukan tugasnya.
d. Pendidikan jasmani (kesehatan), yaitu mementingkan kebersihan, bersih pakaian,
bersih badan dan bersih tempat kediaman. Terutama sipendidik harus bersih pakaian,
suci hati dan baik budi pekertinya, supaya menjadi contoh dan tiru teladan bagi anak-
anak didikannya.

3
https://makalahe19.blogspot.com/2015/12/makalah-sejarah-pendidikan-islam.html?m=1
4
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, JAKARTA: PT. HIDAKARYA AGUNG, 1992, hlm. 5.
Nabi Muhammad Saw telah diberi tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan
kain selimut dan menyingsingkan lengan baju untuk memberi perigatan dan pengajaran
kepada kaumnya khususnya dan kepada umat manusia umumnya, sebagai tugas suci, tugas
mendidik dan mengajarkan agama Islam.
Pada masa ini pendidikan Islam diartikan pembudayaan ajaran Islam yaitu
memasukkan ajaran-ajaran Islam dan menjadikan sebagai unsur budaya bangsa Arab dan
menyatu ke dalamnya, dengan pembudayaan ajaran Islam ke dalam sistem dan lingkungan
budaya bangsa Arab tersebut, Maka terbentuklah sistem budaya Islam dalam lingkungan
budaya bangsa Arab.

2. Masa Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam


a. Pendidikan Islam Pada Masa Khulafa’ Al-Rasyidin
Ketika Rasulullah masih hidup, ia tidak meninggalkan pesan apapun sebagai
penggantinya yaitu menjadi pemimpin umat saat itu. Setelah Rasulullah wafat masalah
tersebut cukup serius dibicarakan oleh kaum muslimin. Para pemuka Islam sepakat bahwa
penggan beliau disebut khalifah. Khalifah berarti “pengganti”. Khalifah sebagai pengganti
hanya menggantikan Muhammad SAW sebagai pemimpin agama dan pemimpin
pemerintahan. Sedangkan sebagai Nabi dan Rasul Muhammad Saw tidak bisa digantikan
karena beliau adalah Nabi dan Rasul yang terakhir.
Ada empat orang khalifah yang menjadi pengganti beliau Saw, dan keempat khalifah
tersebut disebut khulafa al-Rasyidin. Keempat khalifah tersebut adalah sebagai berikut; (1)
Abu Bakar al-Shiddiq, (2) Umar ibn al-Khattab, (3) Utsman ibn ‘Affan, dan (4) Ali ibn Abi
Thalib. Pada masa Abu Bakar, awal pemerintahannya diguncang pemberontakan oleh orang-
orang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi dan orang-orang yang enggan
membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya untuk memerangi
para pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan dan mempengaruhi orang-orang Islam
yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari ajaran Islam.
Lembaga pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti lembaga pendidikan pada
masa Nabi, namun dari segi kuantitas maupun kualitas sudah banyak mengalami
perkembangan.
a. Kutab
Pada masa Abu Bakar lembaga pendidikan Kutab mencapai tingkat kemajuan.
Kemajuan lembaga kutab ini terjadi ketika masyarakat muslim telah menaklukkan
beberapa daerah dan menjalin kontak dengan bangsa-bangsa yang telah maju.
b. Masjid
Masjid merupakan lembaga pendidikan lanjutan setelah anak-anak tamat belajar pada
kutab. Di masjid ini ada dua tingkat pendidikan, yaitu tingkat menengah dan tingkat
tinggi. Yang membedakan antara kedua tingkatan tersebut adalah tingkat menengah,
gurunya belum mencapai status ulama besar, sedangkan pada tingkat tinggi, para
pengajarnya adalah ulama yang memiliki pengetahuan yang mendalam dan integritas
kesalehan dan kealiman yang diakui oleh masyarakat.5

5
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam: Napaktilas Perubahan Konsep, Filsafat dan Metodologi Pendidikan
Islam dari Era Nabi SAW sampai Ulama Nusantara, Jakarta: KALAM MULIA, 2012, hlm. 57.
Pada masa khalifah Umar ibn Khattab, situasi politik dalam keadaan stabil, usaha
perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Umar
ibn Khattab meliputi semenanjung Arabia, Palestina, Syiria, Irak persia dan Mesir.6
Meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar,
karena mereka yang baru menganut agama Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari
sahabat-sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas
penuntut ilmu agama dari daerah-daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama Islam.
Gairah menuntut ilmu agama Islam ini yang kemudian mendorong lahirnya sejumlah
pembidangan disipling ilmu keagamaan.
Pada masa kekhalifahan Umar ibn Khattab, ia menginstruksikan kepada pendidik agar
anak-anak diajarkan : (1) berenang, (2) mengendarai unta, (3) memanah, (4) membaca,
menghafal syair-syair yang mudah, dan peribahasa. Dan tuntutan belajar bahasa Arab juga
sudah mulai kelihatan.
Materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari (a) al-Qur’an dan
tafsirnya, (b) Hadits dan mengumpulkannya, dan (c) fiqih. Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
duniawi dan ilmu fislafat belum dikenal pada masa itu. Hal ini dimungkinkan mengingat
ketika itu masih dalam pengembangan wawasan keislaman yang lebih difokuskan pada
pemahaman aal-Qur’an dan Hadits secara literal.
Pada masa kekhalifahan Utsman ibn ‘Affan kondisi masyarakat pada saat ini
kondusif. Lalu pola pendidikan pada masa Usman ini lebih merakyat dan lebih mudah
dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin mempelajari ajaran Islam karena pusat
pendidikan lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat bisa memilah tempat yang mereka
ingikan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Pelaksanaan pendidikan pada masa ini diserahkan kepada masyarakat, dan
masyarakatlah yang lebih banyak inisiatif dalam melaksanakan pendidikan termasuk
pengangkatan para pendidik. Walaupun demikian ada usaha yang sangat cemerlang dan
menentukan yang dilakukan Utsman ibn Affan, yang sangat besar pengaruhnya terhadap
pendidikan Islam di masa yang akan datang, usaha tersebut adalah terjadinya kodifikasi al-
Qur’an.
Pada masa kekhalifahan Ali ibn Abi Thalib pemerintahannya diguncang oleh
peperangan dengan ‘Aisyah (istri Nabi) beserta Thalhah dan Abdullah ibn Zubair.
Peperangan ini disebabkan karena kesalah pahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap
Utsman ibn ‘Affan.
Pada masa Ali tidak terlihat perkembangan pendidikan yang berarti karena pada masa
ini telah terjadi kekacauan politik dan pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa
pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan
pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu Ali tidak sempat lagi
memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya ditumpahkan kepada
masalah keamanan di dalam pemerintahannya.

b. Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Umayyah

6
Ibid, hlm. 57.
Ada banyak khalifah yang memberikan dorongan dalam bidang pendidikan, antara
lain: 7

1. Umayyah ibn Abi Syufyan


HR Gibb mengatakan bahwa Muawiyah sangat concern terhadap pendidikan anak.
Mereka diajar membaca, menulis, berhitung, berenang, belajar al-Qur’an dan Ibadah. Mata
pelajaran utama yang diajarkan adalah “Adab” hingga madrasah itu dinamakan “Majelis
Adab” dan gurunya disebut “Muadib” juga “Mu’allim”.
2. Abdul Malik Ibn Marwan
Beliau berpesan kepada para pendidik anak-anaknya: Ajarkanlah kepada meeka
berkata benar, disamping mengajarkan al-Qur’an ajarkan syair kepada mereka agar mereka
mulia dan berani. Seru mereka bersuci dan bila mereka meminum air hendaklah dihirup
pelan-pelan. Bila menegurnya hendaklah di tempat tertutup, sehingga tidak diketahui oleh
para pelayan dan para tamu agar dia tidak dipandangnya rendah oleh para pelayan dan tamu.
3. Umar Ibn Abdul Aziz
Beliau adalah khalifah yang sangat shaleh dan zuhud. Dia rendah hati dan dia
melarang orang-orang mengutuk dan mencela Ali ibn Abi Thalib seperti yang dilakukan oleh
Muawiyah dan beberapa khalifah Bani Umayyah. Umar ibn Abdul Aziz dikatakan sama
shalehnya dengan Umar ibn Khattab, yang sangat memikirkan kepentingan umat bukan
kepentingan dirinya sendiri. Di zaman beliau hidup Hasan Basri seorang ulama tasawwuf dan
Rabi’ah al-Adawiyah seorang wanita sufi yang termasyhur. Pada masanya pendidikan
semakin berkembang.
Pada masa Daulah Umayyah pola pendidikan bersifat desentralisasi, tidak memiliki
tingkatan dan standar umur. Kajian keilmuan yang ada pada periode ini berpusat di
Damaskus, Kuffah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova, dan beberapa kota lainnya, seperti;
Basrah dan Kufah (Irak), Damsyik dan Palestina (Syam), Fistat (Mesir).
Pada masa ini pendidikan Islam tidak berpusat pada Madinah saja seperti pada masa
Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin, namun sudah sangat berkembang sudah menyebar ke
berbagai negara-negara besar.
Pada masa ini ada masa Arabisasi oleh Khalifah Abdul Malik ibn Marwan, maka
muncullah istilah badiah yaitu dusun badui di Padang Sahara yang masih fasih dan murni
bahasa Arabnya sesuai dengan kaidah bahasa Arab itu. Akibat dari Arabisasi ini muncullah
ilmu qawa’id dan cabang ilmu lainnya untuk mempelajari bahasa Arab. Bahasa Arab ini
sudah sampai ke Irak, Syiria, Mesir, Lebanon, Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko di samping
Saudi Arabia, Yaman, Emirat Arab, dan sekitarnya di samping Saudi Arabia. Sehingga
banyak khalifah mengirim anaknya ke Badiah untuk belajar bahasa Arab, bahkan para ulama
juga pergi ke sana untuk belajar bahasa Arab.
Pada masa ini juga didirikannya perpustakan yang besar di Qurtubah (Cordova) oleh
Al-Hakan ibn Nasir. Perpustakaan ini tidak hanya dipergunakan untuk membaca buku, tetapi
juga disana disediakan ruangan untuk melaksanakan proses pembelajaran yang dibimbing
oleh para ulama sesuai dengan bidang keahliannya.
Diantara ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu adalah:
1. Ilmu Agama, seperti al-Qur’an, Hadits, dan Fiqh. Proses pembukuan Hadits terjadi
pada masa khalifah Umar ibn Abdul Aziz, sejak saat itulah Hadits mengalami
perkembangan pusat.
7
Ibid, hlm. 69.
2. Ilmu sejarah dan geografi
3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu,
saraf, dan lain-lain.
4. Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing,
seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung, dan ilmu yang berhubungan
dengan itu, serta ilmu kedokteran.
5. Seni sastra Arab, juga berkembang dengan baik. Pada masa itu banyak penyair Arab
yang terkenal salah satunya Qays ibn Malawah yang terkenal dengan nama Laila
Majnun.
6. Seni kaligrafi dan seni arsitektur juga berkembang di sini.

3. Masa Kejayaan Pendidikan Islam


a. Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah
Daulah Abbasiyah berkuasa selama 524 tahun yaitu dari tahun 750 – 1258 M. Sistem
pemerintahan Bani Abbasiyah meniru cara Umayyah. Dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah
diletakkan oleh khalifah kedua, yaitu Abu Ja’far al-Mansyur. Sistem politik Abbasiyah yang
dijalankannya antara lain; Para Daulah tetap dari turunan Arab murni, kota Bagdad sebagai
ibu kota negara yang menjadi pusat kegiatan politik, ilmu pengetahuan dipandang sebagai
sesuatu yanng sangat penting, kebebasan berpikir dan HAM pernah diakui penuh.
Faktor-faktor yang mendorong kemajuan Pendidikan pada saat itu:
a. Adanya kekayaan yang melimpah dari hasil kharaj, baik pertanian maupun
perdagangan. Dengan dana dari kekayaan tersebut para khalifah bisa dengan mudah
dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
b. Perhatian beberapa khalifah yang besar kepada ilmu pengetahuan seperti; al Mansyur,
al Mahdi, Harun al Rasyid, al Ma’mun, al Wathiq, dan al Mutawakkil.
c. Kecenderungan umat Islam di dalam menggali dan mengembangkan ilmu
pengetahuan besar sekali, maka banyaklah ulama di setiap kota Islam pada masa itu.
d. Umat Islam pada masa itu telah bercampur baur dengan orang-orang Persia, terutama
Mawali, mereka inilah yang memindahkan ilmu pengetahuan dan filsafat dari bahasa
mereka ke dalam bahasa Arab.
e. Baghdad sebagai pusat pemerintahan, lebih dahulu maju dalam ilmu pengetahuan,
dari pada Damaskus pada masa itu.
f. Lancarnya hubungan kerjasama, dengan negara-negara maju lainnya seperti; India,
Bizantim, dan sebagainya.
Di masa ini pertama kalinya dalam sejarah terjadi kontak antara Islam dengan
kebudayaan Barat/Yunani kuno yang terdapat di Mesir, Syiria, dan Persia. Sebagaimana dari
Nabi Muhammad SAW suoaya umat Islam senantiasa mencari ilmu pengetahuan, maka
kontak dengan keudayaan Barat itu membawa hasil yang gemilang bagi Islam.
Adapun perguruan tinggi yang didirikan di zaman ini di antaranya adalah al-Hikmah
di Baghdad dan al-Azhar Kairo, yang hingga kini masi harum namanya sebagai Universitas
Islam yang tertinggi di seluruh dunia, bahkan dari berbagai negara mencari ilmu di sana
termasuk Indonesia
Al-Ma’mun adalah khalifah yang banyak jasanya dalam penerjemahan. Ilmuan
muslim ini membaca karya Yunani sebagai motivasi untuk menggunakan logika dalam
membahas ajaran Islam dan mengembangkan serta menemukan berbagai macam ilmu
pengetahuan yang baru. Untuk dialektika dari Socrates, idealisme Pluto dan logika
Aristoteles tersebut termasuk berpengaruh terhadap aliran dalam Islam seperti Qodariyah, as-
Sya’riyah , Mu’tazilah.
Di Pada masa ini telah dilahirkan ulama-ulama besar seperti Imam Malik, Imam Abu
Hanifah, Imam Syafi’i, dan Imam ibn Hanbal dalam bidang hukum, Imam al-Asy’ari, Imam
al Maturidi, pemuka-pemuka Mu’tazilah seperti Washil ibn Atha, Abu al Huzail, al Nazzam
dan al-Jubba’i dalam bidang teologi, Zunnun al Misri, Abu Yazid al Bustomi, dan al Hallaj
dalam bidang tasawwuf, al Kindi, al Farabi, ibn Sina, dan ibn Maskawaih dalam bidang
filsafat, dan ibn al Hazam, ibn Hayyan, al Khawarizmi, al Mas’udi dan al Razi dalam bidang
ilmu pengetahuan.

2.1.2 Periode Pertengahan


Masa Kemunduran Pendidikan Islam
a. Kejatuhan Baghdad (1258 M)
Masa Daukah Abbasiyah dikenal sebagai masa keemasan Islam. Namun, dengan
kejatuhan Baghdad di Timur sebagai awal periode kemunduran pendidikan yang ditandai
kemunduran intelektual.
Menurut para sejarawan di antara faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan
Daulah Abbasiyah dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu; (1) faktor internal, (2)
faktor eksternal.
1) Faktor Internal
Di antara faktor internal yang menyebabkan runtuhnya Daulah Abbasiyah adalah
sebagai berikut:
a) Perpecahan, perebutan kekuasaan dan pengaruh dalam keluarga Abbasiyah sendiri.
Walaupun masalahnya ada dalam lingkungan keluarga sendiri, namun itu sangat
berpengaruh terhadap pendidikan Islam.
b) Gaya hidup yang berlebih-lebihan, sebagaimana yang terjadi pada diri khalifah al-
Mu’taz. Al Mu’taz adalah khalifah pertama yang mengadakan kendaraan dengan
memakai hiasan emas. Dan ini menjadi salah satu faktor yang mendatangkan
malapetaka bagi Daulah.
c) Kelemahan sebagian dari para khalifah. Khalifah merupakan pusat dari struktur
kekuasaan pemerintaha, seharusnya dipegang oleh orang-orang yang kuat dipandang
dari berbagai segi. Pada masa kemunduran kelemahan-kelemahan khalifah merupakan
sebab diantara sekian banyak sebab yang membawa kemunduran dan kehancuran di
bidang pemerintahan.
d) Perpecahan yang disebabkan perbedaan mazhab. Perbedaan mazhab, menyebabkan
pertentangan dan perpecahan, karena masing-masing mazhab mengaku bahwa
mazhabny yang benar dan mazhab yang lain adalah salah.
2) Faktor-faktor Eksternal
a) Berkembangnya theologi Asy’ari dan tasawwuf al-Ghazali, yang mengajarkan
tawakkal dan fatalisme. Aliran Asy’ariyah berlainan dengan aliran Mu’tazilah
Samarkand, memberikan kedudukan lemah pada akal. Aliran Asy’ariyah inilah yang
dikembangkan oleh Madrasah an-Nizamiyah. Sebagaimana diketahui al-Ghazali
banyak menulis tulisan-tulisan mengenai tasawwuf, di antaranya adalah kitab Ihya’
Illum al-Din yang sangat besar pengaruhnya di dunia Islam.
b) Serangan mongol ke Baghdad
Tatkala tentara Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan menyerbu Baghdad
maka pusat-pusat ilmu pengetahuan, baik yang berupa perpustakaan maupun lembaga
pendidikan mereka porak-porandakan dan mereka bakar sampai punah tak berbekas.
Dalam konteks seperti ini sudah tentu dunia pendidikan tidak mendapat ruang gerak
yang memadai, segala aspek yang menunjang berkembangnya lembaga-lembaga
pendidikan serba terbatas. Lembaga-lembaga pendidikan tinggi sama sekali tidak
memberi peluang kepada para mahasiswa untuk melakukan penelitian dan
pengembangan ilmu. Kebebasan mimbar dan akademik yang menjadi roh atau
jantung pengembangan Islam satu per satu surut dan sirna.
c) Perang Salib
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa Dinasti Buwaihi yang telah
menguasai ibu kota Daulah Abbasiyah, Baghdad. Dikalahkan oleh Dinasti Saljuk
dinasti ini memperluas kekuasaannya. Perluasan itu sampai ke Asia Kecil. Dengan
dikuasainya Asia Kecil oleh Dinasti Saljuk itu maka orang-orang Kristen merasa
terhalang untuk melaksanakan ziarah Palestina. Untuk membuka jalan itu kembali
Paus Urbanus II berseru kepada Umat Kristen Eropa di tahun 1205 M supaya
mengadakan perang suci terhadap Islam. Perang suci tersebut Perang Salib.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab utama dari mundurnya
dunia pendidikan Islam ditandai dengan runtuhnya Baghdad selaku ibu kota Daulah
Abbasiyah ke tangan bangsa Mongol. Hal itu menyebabkan seluruh dunia Islam juga
mengalami kemunduran. Hal ini dikarenakan Baghdad pada saat itu berfungsi sebagai kiblat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Kemudian, kondisi itu menyebabkan banyak umat Islam frustasi sehingga memilih
menjalani kehidupan sebagai seorang sufi dan berusaha meninggalkan kehidupan intelektual.
Dari sikap itu, berkembang menjadi taklid buta kepada ulama karena bagi mereka pintu
ijtihad telah tertutup.8

b. Kejatuhan Cordova (1236 M)


Setelah mencapai kemajuan dan kesuksesan kurang lebih selama delapan abad
Andalusia (Spanyol) menjadi kiblat ilmu pengetahuan. Keberadaan peradaban Andalusia
(Spanyol) dengan Cordova sebagai pusat ibu kota negaranya yang begitu besar, tak mampu
bertahan lebih lama. Jika Baghdad mengalami masa kemunduran dan kehancuran setelah
mencapai puncak kejayaannya, maka Cordova di Andalusia mengalami hal yang sama.

8
Abdul Kodir, Sejarah Pendidikan Islam; Dari Masa Rasulullah hingga Reformasi di Indonesia, Bandung: CV.
PUSTAKA SETIA, 2018, hlm. 101.
Kehancuran total yang dialami oleh Baghdad dan Cordova sebagai pusat-pusat
pendidikan dan kebudayaan Islam, menandai runtuhnya sendi-sendi pendidikan dan
kebudayaan Islam. Dunia Islam benar-benar mengalami suasana kegelapan. Daya intelektual
umat Islam tidak mampu untuk mengatasi persoalan-persoalan baru yang dihadapi sebagai
akibat perubahan dan perkembangan zaman. Bangsa Eropa saat itu sedang sibuk melepaskan
armada-armadanya untuk mengarungi berbagai lautan untuk menjarah kekayaan negeri-
negeri Islam yang mereka kuasai.
2.2 Periode Modern
Masa Pembaruan Pendidikan Islam
Periode ini merupakan zaman kebangkitan Islam. Kontak Islam dengan Barat
sekarang berlainan sekali dengan kontak Islam dengan Barat periode klasik. Pada waktu itu
Islam sedang menaik dan Barat sedang dalam kegelapan. Sekarang sebaliknya Islam sedang
dalam kegelapan dan Barat sedang menaik. Kini Islam yang ingin belajar dari Barat. Dengan
demikian timbullah apa yang disebut pemikiran dan aliran pembaharuan atau modernisasi
dalam Islam9. Pemuka-pemuka Islam mengeluarkan pemikiran-pemikiran bagaimana caranya
membuat umat Islam maju kembali sebagaimana yang terjadi pada periode klasik. Usaha-
usaha kearah itu pun mulai dijalankan dalam kalangan umat Islam. Akan tetapi dalam hal itu
Barat juga bertambah maju.
Raja dan para pemuka Islam mulai berfikir mencari jalan keluar untuk
mengembalikan balance of power yang telah membahayakan umat Islam. Timbullah gerakan
pembaharuan yang dilakukan diberbagai Negara, terutama Turki Utsmani dan Mesir.
Pembaharuan pada periode modern di Turki Utsmani dipelopori oleh beberapa tokoh di
antaranya yang terkenal yaitu:
1. Sultan Mahmud II
Beberapa usaha pembaharuan yang dilakukan Mahmud II dalam bidang pendidikan
a. Pendidikan Umum
Pendidikan yang ada pada masanya hanya pendidikan madrasah yang
mengajarkan ilmu agama. Ia merasa perlu untuk memasukkan pengetahuan umum ke
sekolah tersebut. Hal ini dapat tantangan dari kaum ulama. Pada tahun 1838 M ia
berhasil mendirikan sekolah umum dan sastra. Mata pelajarannya adalah bahasa Arab,
bahasa Perancis, geografi, geometri, sejarah dan ilmu politik. Ia juga mendirikan
sekolah kedokteran, di sekolah ini deiberikan berbagai kursus yang bersifat umum,
seperti mata pelajaran anatomi, phatology, surgery, surgical, dan military surgery.
b. Pendidikan Militer
Pada tahun 1826 M ia membentuk suatu korps tentara baru di bawah asuhan
pelatih yang dikirim Muhammad Ali Pasya dari Mesir. Ia berhasil pula membentuk
40.000 tentara yang berdisiplin ketat dengan sistem Eropa yang kemudian diharapkan
akan meningkat menjadi 250.000 tentara. Bahkan untuk menjamin kelangsungan
kekuatan militernya ia mendirikan Sekolah Militer tahun 1834 M. Tenaga
pengajarnya didatangkan dari Perancis dan Rusia. Sertai mengirimnya mahasiswa

9
http://rovisulistiono.blogspot.com/2015/04/periodesasi-sejarah-pendidikan-islam.html
Turki ke Inggris, Perancis, Austria, dan Rusia. Diharapkan setelah kembali ke tanah
air dapat menggantikan tenaga asing tersebut.

2. Mustafa Kemal Attartuk


Ide-ide Pembaruan Mustafa Kemal dalam Pendidikan
a. Westernisasi
Sebagai seorang yang pernah berhubungan langsung dengan kehidupan Barat
dan membaca karya para filosof Barat yang banyak membawa kemajuan. Maka
Mustafa Kemal berpendapat bila Turki ingin maju harus meniru Barat. Masyarakat
yang mempunyai peradaban Barat, dan segala kegiatan reaksioner harus dihancurkan.
Barat dapat melebihi bangsa lain bukan hanya karena kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi saja, tetapi karena kesuluruhannya. Westernisasi juga
mencakup masalah pakaian tradisional Turki yang harus diganti dengan pakaian ala
Barat yang dianggap pakaian orang yang beradab. Begitu juga dengan penggunaan
tanggal hiriyah diganti dengan tanggal masehi, hari libur juga dirubah dari hari jum’at
menjadi hari minggu.
Dalam masalah agamapun tidak luput dari westernisasi, seperti azan diganti
dengan bahasa Turki. Menurutnya bahasa azan tidak dimengerti oleh bangsa Turki
dan tidak ada artinya. Baginya Islam adalah agama rasional dan ia tidak menentang
Islam.
b. Sekularisasi
Mustafa Kemal berpendapat bahwa Barat maju karena adanya sekularisasi.
Sekularisasi yang dijalankan Mustafa Kemal adalah tidak sampai meninggalkan
agama akan tetapi sekularisasinya berpusat pada menghilangkan campur tangan
golongan ulama dalam soal Negara dan politik. Pembentukan partai berdasarkan
agama dilarang. Pemerintah harus dipisahkan dari agama. Republik Turki masih
mengurus soal agama melalui Departemen Urusan Agama, Sekolah pemerintahan
untuk imam dan khatib masih ada.

Kemudian pembaruan pendidikan Islam di Mesir dipengaruhi oleh beberapa tokoh


juga antara lain Muhammad Ali, Rifa’ah Badawi Rafi’ Ath-Thahthawi, Jamaluddin Al-
Afgani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Pada saat itu di kalangan umat Islam, muncul
kepemihakan baru dalam hal gagasan untuk menerjemahkan Islam ke dalam dunia modern.
Gagasan ini dipelopori oleh pemikiran-pemikiran Jamaluddin al-Afghani, dan kemudian
dilanjutkan oleh dua orang pengikutnya: Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. 10

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

10
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES, 1984, hlm.
94.
3.2 Saran
Kami sebagai penyusun mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar bisa membuat
makalah yang lebih baik untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam: Napaktilas Perubahan Konsep, Filsafat dan
Metodologi Pendidikan Islam dari Era Nabi SAW sampai Ulama Nusantara, Jakarta:
KALAM MULIA, 2012, hlm. 1.

https://nelsaarlusi.wordpress.com/2018/04/30/pengertian-tujuan-dan-ruang-lingkup-sejarah-
pendidikan-islam/

https://makalahe19.blogspot.com/2015/12/makalah-sejarah-pendidikan-islam.html?m=1

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, JAKARTA: PT. HIDAKARYA AGUNG, 1992,
hlm. 5.

Abdul Kodir, Sejarah Pendidikan Islam; Dari Masa Rasulullah hingga Reformasi di
Indonesia, Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, 2018, hlm. 101.
http://rovisulistiono.blogspot.com/2015/04/periodesasi-sejarah-pendidikan-islam.html
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta:
LP3ES, 1984, hlm. 94.

Anda mungkin juga menyukai