Dosen pengampu :
Kelas 2C
Disusun oleh,
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT Karena Atas Limpahan Rahmat Dan
Hidayah-Nya,Kami Dapat Menyelesaikam Makalah Belajar dan Pembelajaran
Dengan Baik Dan Lancar,Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Serta
Membantu Mengembangkan Kemampuan Pemahaman Pembaca.Pemahaman
Tersebut Dapat Dipahami Melalui Pendahuluan Pembahasan Serta Penarikan
Garis Kesimpulan Dalam Makalah Ini Disajikan Dalam Konsep Dan Bahasa Yang
Sederhana Sehingga Dapat Membantu Pembaca Dalam Memahami Makalah Ini.
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................I
DAFTAR ISI....................................................................................................................II
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan Penulis......................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
ISI......................................................................................................................................3
A. Pengertian Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural.............................................3
B. Beberapa Pendapat Para Ahli Mengenai Teori Belajar Sosio Kultural...........4
C. Aplikasi Teori Sosio-Kultural dalam pembelajaran..........................................8
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Revolusi Sosio-Kultural..................9
BAB III...........................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................11
B. Saran...................................................................................................................11
DAFTAR PUSAKA........................................................................................................13
II
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap
orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya, baik lingkungan alam maupun sosial
budayanya. Dalam proses belajar bila kita hanya mengandalkan paradigma
behavioristik maka kita akan mencetak orang-orang yang mengagungkan
kekerasan dan mengadalkan keseragaman, tapi tidak menghargai adanya
perbedaan.
Hal ini terjadi karena siswa harus mempersiapkan diri memasuki era
demokrasi yang sebenarnya adalah era yang ditandai dengan keragaman perilaku,
adanya penghargaan terhadap saesuatu yang bebeda sehingga perlu adanya
perubahan dibidang pendidikan dan pembelajaran dengan teori belajar
sosiokultural.Sosiokultural berasal dari dua kata yaitu sosio dan kultural, sosio
berarti berhubungan dengan masyarakat dan kultural berarti berhubungan dengan
kebudayaan. Jadi, sosiokultural adalah berkenaan dengan segi sosial dan budaya
masyarakat.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural ?
2. Bagaimanakah Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural Menurut Para
Ahli ?
3. Bagaimana Implementasi Teori Sosio-kultural Dalam Pembelajaran ?
4. Apa Saja Kelebihan Dan Kekurangan Teori Belajar Revolusi Sosio
Kultural ?
C. Tujuan Penulis
1. Untuk Mengetahui Pengertian Teori Belajar Revolusi Sosio
Kultural ?
2. Untuk Mengetahui Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural Menurut
Para Ahli ?
3. Untuk Mengetahui Implementasi Teori Sosio-kultural Dalam
Pembelajaran ?
4. Untuk Mengetahui Kelebihan Dan Kekurangan Teori Belajar
Revolusi Sosio Kultural ?
2
BAB II
ISI
Lingkungan ini tidaklah terpaku pada alam benda atau lokasi seseorang
tinggal saja. Justru berbagai asupan akal budinyalah yang akan memengaruhi
perilaku seseorang. Misalnya, orang-orang yang tinggal di kawasan atau
lingkungan tidak baik, kemungkinan akan menjadi tidak baik. Namun bisa saja
ada satu atau dua orang di kawasan tersebut yang tidak ikut menjadi tidak baik
karena ia lebih banyak mendapatkan asupan akal budi di luar tempat tinggalnya.
Saat itu terjadi, ia bisa saja tidak mendapatkan pengaruh sama sekali dari
lingkungan tempat tinggalnya yang tidak baik. Namun kelompok sosial dan
budaya tetaplah membentuk perilaku orang yang tidak ikut-ikutan menjadi tidak
baik di tempat tinggalnya tersebut. Berbagai pengaruh kelompok sosial, dan
budaya itu bisa datang dari sekolah, media sosial, dan lingkungan sosial lain di
mana orang tersebut lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bernaung.
Dengan demikian persoalan kelompok sosial dan budaya ini tidak melulu
mengenai di mana seseorang tinggal, melainkan harus dilihat juga riwayat
hidupnya, apakah ia sehari-hari tinggal di kawasan tidak baik namun justru
menghabiskan waktunya di luar atau lebih banyak bergaul dengan orang-orang di
luar negeri lewat bantuan teknologi komunikasi.
3
B. Beberapa Pendapat Para Ahli Mengenai Teori Belajar Sosio Kultural
4
2. Sosio Kultural Vygotsky
Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky (Slavin, 1997), yaitu Zone of
Proximal Development (ZPD) dan Scaffolding yang akan dijelaskan sebagai
berikut.
5
1. Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan rentang antara tingkat
perkembangan sesungguhnya (kemampuan pemecahan masalah tanpa
melibatkan bantuan orang lain) dan tingkat perkembangan potensial
(kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau
melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu).
6
Kejadian serupa pernah terjadi juga di Indonesia. Pada tahun 2000,
ikan louhan dianggap pembawa berkah sehingga menyebabkan orang-
orang berani membeli dengan harga yang sangat mahal. Bahkan ada orang
yang membeli ikan tersebut dengan harga 25 juta rupiah. Harga itu
tentunya sangat fantastis bagi masyarakat apalagi di tahun krisis moneter
yang masih menghantui. Setelah orang-orang jenuh, sekitar akhir tahun
2003, ikan tersebut sudah tidak semahal itu lagi di pasaran. Seperti tulip di
Belanda, ikan Louhan juga akhirnya mengalami koreksi harga.
Untuk menjelaskan fenomena “kegilaan” di atas, Ross lebih
melihat pada unsur kelompok sebagai keseluruhan daripada unsur psyche
(jiwa) individual anggota kelompok. Ross melihat bahwa bahwa kegilaan
(craze) dan mode (fads) sebagai produk dari “pikiran massa” (mob mind)
yang menyebabkan ketertarikan irasional dan hilangnya perasaan maupun
pikiran individual karena adanya sugesti dan imitasi (Kenrick kk, 2002
dalam Maryam, 2018, hlm. 18).
4. Sosiokultural Sumner
7
bahasa yang dikembangkan secara bersama-sama oleh orang-orang dalam
waktu dan tempat tertentu.
Menurut Smith dkk (dalam Maryam, 2018, hlm. 19) budaya (culture)
mencakup semua fitur lingkungan hasil rekayasa manusia, seperti fitur
obyektif (rumah, baju) dan fitur subyektif (etika, nilai, kriteria untuk
stylish). Seperti yang Anda lihat nanti, kajian tentang kelompok, budaya
dan norma sosial berkembang sebagai peminatan utama dalam psikologi
sosial.
8
Peraturan Menteri nomor 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi dan
kompetensi dasar, jelas bahwa pendidikan di Indonesia memberikan pengetahuan,
ketrampilan, nilai dan sikap kepada anak untuk mempelajari sosio-kultural
masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional melalui beberapa mata
pelajaran yang telah ditetapkan, di antaranya: pendidikan kewarganegaraan,
pengetahuan sosial, muatan lokal, kesenian, dan olah raga.
b) Siswa
Dalam pembelajaran KTSP anak mengalami pembelajaran secara langsung
ataupun melalui rekaman. Oleh sebab itu pengetahuan, ketrampilan, nilai dan
sikap bukan sesuatu yang verbal tetapi anak mengalami pembelajaran secara
langsung.Selain itu pembelajaran memberikan kebebasan anak untuk berkembang
sesuai bakat, minat, dan lingkungannya pencapaiannya sesuai standar kompetensi
yang telah ditetapkan.
c) Guru
Guru bukanlah narasumber segala-galanya, tetapi dalam pembelajaran lebih
berperanan sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer
pembelajaran dan tutor. Masih banyak peran yang lain, oleh karenanya dalam
pembelajaran ini peran aktif siswa sangat diharapkan, sedangkan guru membantu
perilaku siswa yang belum muncul secara mandiri dalam bentuk pengayaan,
remedial pembelajaran.
a. Kelebihan
9
4. Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif
yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan
untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah
5. Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan
kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara
bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.
b. Kekurangan
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada penerapan pembelajaran dengan teori belajar sosiokultur,
guru berfungsi sebagai motivator yang memberikan rangsangan agar
siswa aktif dan memiliki gairah untuk berfikir, fasilitator, yang
membantu menunjukkan jalan keluar bila siswa menemukan hambatan
dalam proses berfikir, menejer yang mengelola sumber belajar, serta
sebagai rewarder yang memberikan penghargaan pada prestasi yang
dicapai siswa, sehingga mampu meningkatkan motivasi yang lebih
tinggi dari dalam diri siswa. Pada intinya, siswalah yang dapat
menyelesaikan permasalahannya sendiri untuk membangun ilmu
pengetahuan.
Dapat disimpulkan bahwa dalam teori belajar sosiokultur, proses
belajar tidak dapat dipisahkan dari aksi (aktivitas) dan interaksi, karena
persepsi dan aktivitas berjalan seiring secara dialogis. Belajar
merupakan proses penciptaan makna sebagai hasil dari pemikiran
individu melalui interaksi dalam suatu konteks sosial. Dalam hal ini,
tidak ada perwujudan dari suatu kenyataan yang dapat dianggap lebih
baik atau benar. Vygotsky percaya bahwa beragam perwujudan dari
kenyataan digunakan untuk beragam tujuan dalam konteks yang
berbeda-beda. Pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari aktivitas di
mana pengetahuan itu dikonstruksikan, dan di mana makna diciptakan,
11
serta dari komunitas budaya di mana pengetahuan didiseminasikan dan
diterapkan. Melalui aktivitas, interaksi sosial, tersebut.
B. Saran
Sebagai mahasiswa calon guru sekolah dasar tentunya kita harus
mengetahui bahwa anak usia SD berada dalam Zona Perkembangan
Proksimal dimana fungsi-fungsi atau kemampuan yang belum matang
yang masih berada pada proses pematangan. Untuk membantu proses
pematamgam tersebut kita harus bisa menjadi fasilitator, mediator,
motivator, evaluator, desainer pembelajaran dan tutor. Motivator yang
memberikan rangsangan agar siswa aktif dan memiliki gairah untuk
berfikir, fasilitator yang membantu menunjukkan jalan keluar bila
siswa menemukan hambatan dalam proses berfikir, mediator yang
mengelola sumber belajar, juga sebagai rewarder yang memberikan
penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa, sehingga mampu
meningkatkan motivasi yang lebih tinggi dari dalam diri siswa.
12
DAFTAR PUSAKA
Ahyani, H., Permana, D., & Abduloh, A. Y. (2020). Pendidikan Islam dalam Lingkup
Dimensi Sosio Kultural di Era Revolusi Industri 4.0. Fitrah: journal of Islamic
education, 1(2), 273-288.
Prayoga, K., & Nurfadillah, S. (2019). Menakar perubahan sosio-kultural masyarakat tani
akibat miskonsepsi modernisasi pembangunan pertanian. Journal on Socio-Economics of
Agriculture and Agribusiness, 13(1), 2019.
13