Anda di halaman 1dari 19

TUGAS AKIDAH AKHLAK

IMAN KEPADA ALLAH

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5


MUH. RISALDI (60800117039)
MUH. ASSAGAF (60800117040)
ANDI MAHARI MA (60800119027)
ZUHRAHTUNNISAA RAHMAN PUTRI (60800119028)
MUHAMMAD SABRI ZHALIFUNNUS (60800119029)
RADIYATUL DIVA SALAM (60800119030)
KELAS B

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’ alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan rahmat-
Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Iman
Kepada Allah”. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akidah
Akhlak. Adapun isi dari makalah yaitu menjelaskan tentang definisi iman kepada Allah, metode
pembuktian adanya Allah SWT., sifat-sifat Allah, dan Asmaul Husnah. Kami juga berterima
kasih kepada Ibu Titi Mildawati, S.Pd.I., M.Pd.I., selaku dosen mata kuliah Akidah Akhlak yang
telah memberi arahan serta bimbingan.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan untuk
menyempurnakan makalah ini. Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat dimanfaatkan
sebaik mungkin, baik itu bagi diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 28 September 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Adanya alam semesta beserta isinya, termasuk manusia dengan segalakelebihan
dan kekurangannya pasti ada yang menciptakan. Siapa Dia? Sudah tentu “Sang Pencipta”
Dialah Allah SWT. Untuk mengakui kebenaran dan keberadaan Allah SWT dibutuhkan
dalam hati, mengakui dan membenarkan tentang adanya Allah SWT.

Allah SWT adalah Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta dan segala
isinya, Yang Maha Esa dalam zat-Nya, maksudnya Zat Allah SWT hanya satu, tidak dua,
tidak tiga, dan tidak pula lebih. Zat Allah SWT tidak sama atau serupa dengan zat
selainnya. Allah SWT Esa dalam sifat-Nya, maksudnya sifat Allah SWT walaupun
banyak, tetapi hanya dimiliki oleh Allah SWT sendiri. Tidak ada zat selain Allah SWT
yang memiliki atau menandingi sifat-sifat Allah SWT. Allah SWT Esa dalam perbuatan-
Nya ,maksudnya perbuatan-perbuatan Allah tidak terhingga banyaknya, tetapi hanya
dimiliki oleh Allah SWT sendiri. Tidak ada zat selain Allah SWTyang dapat menandingi,
apalagi melebihi perbuatan-Nya

B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi iman kepada Allah
2. Untuk mengetahui metode pembuktian adanya Allah
3. Untuk mengetahui sifat-sifat Allah
4. Untuk mengetahui Asmaul Husnah

C. Manfaat
Manfaat dari makalah ini yaitu :
1. Agar mengetahui definisi iman kepada Allah
2. Agar mengetahui metode pembuktian adanya Allah
3. Agar mengetahui sifat-sifat Allah
4. Agar mengetahui Asmaul Husnah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Iman Kepada Allah
Pada dasarnya, iman berasal dari bahasa Arab yang dapat diartikan
sebagai ‘percaya’. Namun, pengertian iman secara istilah adalah membenarkan dengan
hati, mengucapkan dengan lisan serta mengamalkan dengan perbuatan. Jadi tidak hanya
menghafalkan keenam rukun iman, namun kita perlu membenarkan hati kita bahwa Allah
itu ada dengan segala keagungannya. Lalu mengucapkannya dengan lisan yang
diucapkan pada kalimat syahadat serta diamalkan perintah-Nya serta menghindari
larangan-Nya di dunia nyata. Setelah kita melakukan ketiga-tiganya maka kita dapat
tergolong sebagai orang yang beriman.

Selain itu, terdapat dalil naqli di dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 163 yang

berbunyi :

Wa ilāhukum ilāhuw wāḥid, lā ilāha illā huwar-raḥmānur-raḥīm

Artinya :

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Arti iman kepada Allah adalah membenarkan tentang adanya Allah SWT dengan
keyakinan dan pengetahuan bahwa sesungguhnya Allah SWT wajib ada-Nya dengan dzat
nya. Dia Maha Esa, yang menguasai langit dan bumi beserta isinya, Yang Maha Kuasa,
Yang Hidup, Yang Berdiri Sendiri, Yang Kekal. Sesungguhnya Allah SWT mengetahui
atas segala sesuatu dan Maha Kuasa. Allah melakukan apa yang Dia Kehendaki, dan
Allah Maha Bijaksana terhadap apa yang DIA kehendaki. Tidak ada sesuatu apapun yang
menyerupai DIA. Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat, Maha Suci dan Maha
Tinggi (Mulya) Allah dari sesuatu yang menyerupai dan menandingi, dan Maha Suci
Allah dari teman dan pembantu (mitra danasisten). Allah tidak membatasi waktu, tidak
ada yang menyibukan atau merepotkan Allah, dan Allah tidak terbatasi dengan arah,
Allah Maha Kaya, artinya dengan mutlak Allah tidak butuh terhadap segala sesuatu.
(Alhabib Zaen bin Ibrahim bin Sumait Al-Husaeni Al-alawi, 2007 : 137-138).

Akan tetapi segala sesuatu selain Allah sangat butuh kepada-Nya. DIA (Allah)
yang telah menciptakan perbuatan-perbuatan mereka, baik dan buruknya, manfaat dan
madharatnya, DIA (Allah) yang memberi hidayah kepada orang yang DIA kehendaki,
dan menyesatkan kepada orang yang DIA kehendaki, dan DIA (Allah) yang mengampuni
kepada orang yang DIA kehendaki, dan menyiksa kepada orang yang DIA kehendaki.
Allah, tidak layak dipertanyakan atas apa yang DIA lakukan dan makhluk lah (manusia
dan jin) yang pantas ditanya atas apa yang mereka lakukan. Artinya manusia harus
mempertanggung jawabkan atas segala perbuatannya. Dan tidak wajib atas Allah kepada
seseorang atas segala sesuatu, artinya Allah tidak terbebani atas segala kepentingan
makhluknya. Karena DIA Maha Menguasai terhadapa segalanya dan DIA lah yang
mengendalikan segalanya, maka tidak ada seorang pun yang bersekutu dengan DIA
(Allah) di dalam kerajaanya. Dan tidak ada hak bagi seorang pun atas sesuatu yang ada di
sisi Allah. Allah berjanji kepada orang-orang yang berbuat kebaikan
dengan pahala (surga) semata-mata karena rahmat-Nya. Dan Allah mengancam kepada
orang-orang yang berbuat keburukan dengan siksaan (neraka) semata-mata karena
keadilan-Nya.

B. Metode Pembuktian Adanya Allah


Islam dituntut untuk dapat membuktikan kebenarannya di hadapan agama-agama lain.
Justifikasi terhadap kebenaran ajaran Islam ditempuh melalui jalur yang sangat rasional.
Rasionalitas bahkan terlihat di setiap seruan Tuhan terhadap hambaNya untuk selalu
melakukan penalaran di setiap ciptaanNya. Anjuran untuk memikirkan alam semesta
demi tercapainya sebuah kebenaran tunggal juga turut menghiasi setiap untaian ayat-ayat
Al-Qur’an.
Dalam rangka pembuktian ini. para filosof menempuh metode kaum mutakallimin dari
kalangan mu'tazilah dan asy'ariah. Misalnya, mereka memegang teguh dalil kosmologi.
yang berusaha untuk menetapkan adanya Allah, melalui adanya alam. Juga dalil teologis
yang menyimpulkan dari hukum alam. dan penciptanya bahwa ia punya tujuan yang lahir
hanya dari pengaturan yang bijak. Kedua bukti ini berdasarkan pada prinsip kausalitas.
baik kausa efisien maupun kausa finalis.
Ada 4 metode dalam menemukan keberadaan Allah SWT diantaranya pembuktian
dengan fitrah, pembuktian dengan syariat, pembuktian dengan akal serta pembuktian
dengan indera
1. Pembuktian dengan fitrah
Dalil nya adalah hadis abu hurairah bahwasaya rasulullah bersabda artinya
tidaklah setiap anak yang dilahirkan melainkan dia berada dalam keadaan fitra dan
kedua orang tua nyalah menjadikan sebagai pengikut yahudi,nasrani dan majusi(Hr
al bukhari(1358) dan muslim (2658)
2. Pembuktian dengan syariat

sangat lah jelas karena seluruh kitab suci langit (alquran-injil-taurat-zabur )


dengan terang menyebut nama allah ta'ala. Lebih jelas lagi Allah SWT menjelaskan
melalui dialog antara Nabi Musa As dengan Fir’aun. Allah SWT berfirman:
”Berkata Fir’aun: Maka siapakah Tuhanmu berdua, wahai Musa. Musa berkata:
Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk
kejadiannya, kemudian Dia memberinya petunjuk” (QS. Thaahaa, 20:49-50).

Inilah beberapa ayat dimana Allah SWT menuntut akal manusia untuk
memikirkan penciptaan langit dan bumi dengan segala isinya yang sebenarnya bila
akal setiap manusia mau berfikir, maka tidak akan ada yang bisa dilakukan oleh
manusia kecuali harus menyatakan bahwa Allah adalah pencipta segalanya.

3. Pembuktian dengan akal

Mahkluk tidak akan terbentuk dengan sendirinya secara tiba tiba tanpa ada asal
usul dan sebab musabab. Selain hal tersebut, keberadaan alam semesta dari
ketiadaan juga dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern. Diantara ilmu
pengetahuan modern yang menunjukan bahwa alam semesta ini bersifat baru,
berasal dari ketiadaan dan akan kembali tiada adalah teori Hukum Termodinamika  2
dan teori Big Bang.

Hukum termodinamika 2 menyatakan bahwa energi panas hanya akan berpindah


dari zat yang memiliki suhu temperatur panas menuju ke zat yang memiliki suhu
temperatur lebih rendah. Artinya energi kalor hanya bergerak menuju satu arah.
Sebagai contoh ketika seekor beruang kutub berada di lautan es, maka kalor dari
tubuh beruang kutub tersebut akan berpindah ke es yang berada di bawahnya, dan
tidak akan terjadi kalor yang berada dari kutub es berpindah ke tubuh beruang
tersebut.

Dengan demikian, suhu kalor di dunia ini akan semakin menurun, dan akan ada satu
waktu dimana alam semesta ini kehilangan energi kalor dengan totalitas. Suhu
dingin akan mencapai titik beku, yaitu nol derajat. Pada saat itu tidak akan ada lagi
energi, sehingga mustahil akan adanya kehidupan. Hal ini menunjukan bahwa alam
semesta ini berkaitan dengan waktu. Artinya ada permulaan dan ada akhir dari
keberadaan alam semesta ini.

Adapun teori Big Bang menyebutkan bahwasanya keberadaan alam semesta ini


berasal dari ledakan yang super dahsyat yang terjadi lebih dari lima belas ribu juta
tahun yang lalu. Meskipun hal ini masih bersifat zhan (praduga), belum bisa
dipastikan kebenarannya, namun para ilmuan sudah menjadikannya sebagai salah
satu bukti ilmiah bahwasanya alam semesta ini bersifat baru. Dan mereka para
ilmuan telah memberikan bukti bukti yang sangat banyak yang menunjukan
kebenaran teori ini, yang setiap bukti bisa juga di jadikan dalil tersendiri
bahwasanya alam semesta ini bersifat baru, berasal dari ketiadaan.

4. Pembuktian dengan indera

Mujizat yang dimiliki nabi allah dan bisa di saksikan oleh umat-umat mareka
contoh nabi musa mampu membelah lautan dengan tongkatnya. Di dalam Al-Qur’an
kita akan melihat bahwa wujud Allah yang diyakinkan kepada kita yang pertama
melalui fitrah iman dan makhluk ciptaan-Nya: “Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, silih berganti malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut
membawa apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi,
sesungguhnya itu adalah tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan” (QS. Al Baqarah, 2:164).

Demikian pula, Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya: “Apakah mereka


diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka
sendiri?). Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya
mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan)” (QS. Ath Thuur, 52:35-36).

Selain dengan keempat cara diatas, beberapa metode pembuktian keberadaan Allah SWT
juga dilakukan oleh para Filosof Islam
1. Pembuktian al-Kindi
Al-kindi berpendapat bahwa alam itu temporal dan berkomposisi, yang
karenanya ia membutuhkan pencipta yang menciptakanya. yang esa yang hak adalah
yang pertama. yang menahan segala yang diciptakan. sehingga sesuatu yang tidak
mendapat pertahanan dan kekuatanya pasti akan hancur.
Perlu ditambahkan disini bahwa, di dalam keteraturan alam ini. aksi
sebagianya terhadap sebagian yang lain. ketaatan yang sebagian terhadap sebagian
yang lain. penundukan yang sebagian terhadap sebagian yang lain. pengokohan
kondisinya pada kondisi yang terbaik dalam keberadaan setiap entitas. rusaknya
setiap entitas yang rusak. permanensinya setiap hal yang permanen dan hilangnya
setiap hal yang bisa hilang.
Terdapat indikasi terbesar atas tatanan yang amat canggih. padahal bersama
setia aturan pasti ada yang mengatur. Demikian pula, menunjukan pasti ada hakim
(pengatur-hikmah itu). 
2. Pembuktian Ibnu Rusyd
Mirip dengan pola ini. dalam bukunya, manahij al-addilah. Ibnu rusyd
berusaha membuktikan adanya Allah dengan apa yang disebutnya dalil'inayah dan
dalil ikhtira.
Pembuktian adalah sebagai berikut : bahwa tatanan alam dibuktikan
(diungkapkan)  melalui harmoni yang bisa dilihat pada bagian-bagiannya. dan pada
benda-benda yang ada di dalamnya. Ia tidak hanya harmoni permukaan dan lahir saja.
Tetapi juga harmoni dalam batin dan intinya.
Sedangkan dalil ikhtira tidak lain kecuali dalil kauni (kosmologis), yang
intinya ialah bahwa di dalam alam ini ada ciptaan dan gerak kontinu. Ciptaan pasti
ada yang menciptakan. Gerak pasti ada yang menggerakkan. Pencipta dan penggerak
itu adalah Allah SWT.
3. Pembuktian al-Farabi dan Ibnu Sina
Dalam masalah pembuktian adanya Allah. Al-Farabi (3339 H-950 M) dan
ibnu sina (428 H-1037 M) menempuh jalur lain. Pertama, mereka membedakan
wujud dari esensi dan menetapkan bahwa wujud sesuatu bukan merupakan bagian
dari esensinya. kita bisa membayangkanya dengan tanpa bisa mengetahui apakah ia
ada atau tidak. Sebab, wujud merupakan salah satu aksidensia bagi substansi --Nya.
karena ia adalah yang pertama dan Harus ada dengan sendiri Nya.
Berdasarkan jalan pikiran semacam ini, A-faribi dan ibnu sina sampai pada
kesimpulan bahwa kita tidak membutuhkan pembukti yang  panjang itu untuk
menetapkan eksitensi Allah. dan kita cukup mengetahui Zat-Nya untuk menerima
eksistensi --Nya. Sekaligus. Ini adalah bukti ontologis al-faribi dan ibnu sina. yang
telah mendahului santo anselm (1109). kira-kira satu setengah abad. Bukti ini lebih
bersifat metafisis dibanding fisis.
C. Sifat-Sifat Allah
1. Pengertian Sifat-Sifat Allah
Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang yang tidak terhingga bagi Allah.
Sifat-sifat Allah wajib bagi setiap muslim mempercayai bahwa terdapat beberapa sifat
kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah. Maka, wajib juga dipercayai akan
sifat Allah yang dua puluh dan perlu diketahui juga sifat yang mustahil bagi Allah.
Sifat yang mustahil bagi Allah merupakan lawan kepada sifat wajib.

Sifat wajib Allah terbagi menjadi empat bagian yaitu :


a. Nafsiah
Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan Dzat Allah. Sifat nafsiyah ini
hanya ada satu, yaitu Wujud (ada).
b. Salbiyah
Sifat Salbiyah yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya, yakni sifat-
sifat yang tidak sesuai, tidak layak dengan kesempurnaan Dzat-Nya. Sifat
salbiyah ini ada lima, yaitu:
1. Qidam (dahulu)
2. Baqa’(kekal)
3. Mukhalafatul lil-hawadis (berbeda dengan yang baru)
4. Qiyamuhu bi nafsihi (berdiri sendiri)
5. Wahdaniyah (keesaan)
c. Ma’ani
Sifat Ma’ani yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk
sifat ma’ani ada tujuh, yaitu:
1. Qudrah (berkuasa)
2. Iradat (berkehendak)
3. ‘llmu (mengetahui)
4. Hayat (hidup)
5. Sama’ (mendengar)
6. Basar (melihat)
7. Kalam (berbicara)
d. Ma’nawiah
Sifat Ma’nawiyah adalah kelaziman dari sifat Ma’ani. Sifat Ma’nawiyah tidak
dapat berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat Ma’nawiyah.
Jumlah sifat ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu:
1. Qadiran ( Maha berkuasa)
2. Muridan (Maha berkehendak)
3. ‘Aliman (Maha mengetahui)
4. Hayyan (Maha hidup)
5. Sami’an (Maha mendengar)
6. Basiran (Maha melihat)
7. Mutakalliman (Maha berbicara)
2. Sifat Wajib Allah
Sifat wajib Allah adalah sifat yang pasti ada pada Allah. Berikut dibawah ini
adalah sifat-sifat allah yang wajib :
1. Wujud (Ada)
Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau menciptakan,
tetapi Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri. Dalil Aqli sifat Wujud Adanya
semesta alam yang kita lihat sudah cukup dijadikan sebagai alasan adanya
Allah, sebab tidak masuk akal seandainya ada sesuatu yang dibuat tanpa ada
yang membuatnya.
Dalil Naqli sifat Wujud
Allahlah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya
dalam (waktu) enam hari”. (QS. AS sajdah [32]:4)
2. Qidam (Terdahulu)
Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt sebagai Pencipta lebih dulu
ada daripada semesta alam dan isinya yang Ia ciptakan. Dalil aqli sifat Qidam
Seandainya Allah tidak qodim, mesti Allah hadits, sebab tidak ada penengah
antara qodim dan hadits. Apabila Allah hadits maka mesti membutuhkan
muhdits (yang membuat) mislanya A, dan muhdits A mesti membutuhkan
kepada Muhdits yang lain, misalnya B. Kemudian muhdits B mesti
membutuhkan muhdits yang lain juga, misalnya C. Begitulah seterusnya.
Apabila tiada ujungnya, maka dikatakan tasalsul (peristiwa berantau), dan
apabila yang ujung membutuhkan kepada Allah maka dikatan daur (peristiwa
berputar). Masing-masing dari tasalsul dan daur adalah mustahil menurut akal.
Maka setiap yang mengakibatkan tasalsul dan daur, yaitu hudutsnya Allah
adalah mustahil, maka Allah wajib bersifat Qidam.
Dalil Naqli sifat Qidam
“Dialah yang awal dan yang akhir Yang zhohir dan yang bathin”. (QS. Al-
Hadid [57]:3)
3. Baqa’ (Kekal)
Allah Akan Kekal dan Abadi Selamanya, Kekalnya Allah SWT tidak
berkesudahan. Dalil Aqli sifat Baqa’ Seandainya Allah tidak wajib Baqo,
yakni Wenang Allah Tiada, maka tidak akan disifati Qidam. Sedangkan
Qidam tidak bisa dihilangkan dari Allah berdasarkan dalil yang telah lewat
dalam sifat Qidam.
Dalil Naqli Sifat Baqa’.
“Tiap sesuatu akan binasa (lenyap) kecuali Dzat-nya”. (QS. Qoshos [28]:88)
4. Mukhalafatuhu Lilhawadith (berbeda dengan Ciptaannya/Makhluknya)
Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil ciptaan-
Nya. Coba kita perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit sendiri tidak
mungkin sama dengan baju yang dibuat orang lain. Dalil Aqli sifat
mukhalafah lil hawadits Apabila diperkirakan Allah menyamai sekalian
makhluknya, niscaya Allah dalah baru (Hadits), sedangkan Allah baru adalah
mustahil.
Dalil Naqli sifat mukhalafah lil hawadits
“Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan dia, dan dia-lah yang maha
mendengar lagi maha melihat”. (QS. Asy-Syuro [42]:11)
5. Qiyamuhu Binafsihi (Allah Berdiri Sendiri)
Artinya Bahwa Allah SWT itu berdiri dengan zat sendiri tanpa
membutuhkan bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada
dengan sendirinya tidak ada yang mengadakan atau menciptakan. Contohnya,
Allah SWT menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa
minta pertolongan siapapun. Dalil Aqli sifat Qiyamuhu Binafsihi Seadainya
Allah membutuhkan dzat, niscaya Allah adalah sifat, sebab hanya sifatlah
yang selalu membutuhkan dzat, sedangkan dzat selamanya tidak
membutuhkan dzat lain untuk berdirinya. Dan apabila Allah “Sifat” adalah
mustahil, sebab apabila Allah “sifat”, maka Allah tidak akan disifati dengan
sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah, sedangkan sifat tersebut adalah termasuk sifat-
sifat yang wajib bagi Allah berdasarkan dalil-dalil tertentu. Berarti apabila
Allah tidak disifati dengan sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah adalah salah
(Bathil), dan batal pula sesuatu yang mengakibatkannya, yaitu butuhnya Allah
kepada dzat. Apabila batal butuhnya Allah kepada dzat maka tetap Maha kaya
(istighna)nya Allah dari dzat. Seandainya Allah membutuhkan sang pncipta,
niscaya Allah baru (Hadts), sebab yang membutuhkan pencipta hanyalah yang
baru sedangkan dzat qodim tidak membutuhkannya. Dan mustahil Allah
Hadits, karena segala sesuatu yang hadits harus membutuhkan sang pencipta
(mujid) yang kelanjutannya akan mengakibatkan daur atau tasalul.
Dalil Naqli Sifat Qiamuhu Binafsihi
“Sesungguhnya Allah benar-benar maha kaya (tidak memerlukan sesuatu)
dari alam semesta”. (QS. Al Ankabut [29]:6)

6. Wahdaniyyah (Tunggal/Esa)
Artinya adalah Bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa, baik itu
Esa zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuatannya. Esa zat-Nya maksudnya zat
Allah SWT itu bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau penyatuan
satu unsur dengan unsur yang lain mkenjadi satu. Berbeda dengan mahluk,
mahluk diciptakan dari berbagai unsur, seperti wujudnya manusia, ada tulang,
daging, kulit dan seterusnya.Esa sifat-Nya artinya semua sifat-sifat
kesempurnaan bagi Allah SWT tidak sama dengan sifat-sifat pada mahluk-
Nya, seperti marah, malas dan sombong.Esa perbuatan-Nya berarti Allah
SWT berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh perbuatan mahluk apapun dan
tanpa membutuhkan proses atau tenggang waktu. Allah SWT berbuat karena
kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang menyuruh dan melarang.
Dalil Naqli
“Seandainya di langit dan dibumi ada tuhan-tuhan selain Allah, niscaya
langit dan bumi akan rusak”. (QS. Al Anbiya [21]:22).
7. Qudrat (Berkuasa)
Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya
dan tidak ada yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun
terhadap makhluk-Nya. Berbeda dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan
ada yang membatasi.
Dalil Aqli sifat Qudrot. Dalilnya adalah adanya alam semesta. Proses
penyusunan dalilnya, jika Allah tidak berkemampuan niscaya Allah
lemah(‘Ajzun), dan apabila Allah lemah maka tidak akan mampu
menciptakan makhluk barang sedikitpun. Dalil Naqli sifat Qudrot
“Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al- Baqarah
[2]:20).
8. Iradah (Berkehendak)
Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri,
tanpa ada paksaan dari pihak lain atau campur tangan dari siapa pun Apapun
yang Allah SWT kehendakin pasti terjadi, begitu juga setiap setiap Allah
SWT tidak kehendaki pasti tidak terjadi.Berbeda dengan kehendak atau
kemauan manusia, tidak sedikit manusia mempunyai keinginan, tetapi
keinginan itu kandas di tengah jalan. Apabila manusia berkeinginan tanpa
disertai dengan kehendak Allah SWT. Pasti keinginan itu tidak terwujud. Hal
ini menunjukan bahwa manusia memiliki keterbatasan, sedangkan Allah SWT
memiliki kehendak yang tidak terbatas.

Dalil Aqli sifat Irodat. Dalilnya adalah adanya alam semesta. Proses
penyusunan dalil, seasndainya allah tidak bersifat berkehendak niscaya
bersifat terpaksa (karohah), dan allah bersifat terpaksa adalah mustahil karena
tidak akan disifati qudrot, akan tetapi tidak disifatinya Allah dengan sifat
qudrot adalah mustahil, sebab akanberakibat lemahnya Alla, sedangkan
lemahnya Allah adalah mustahi, karena tidak akan mampu membuat makhluk
barang sedikitpun. Dalil Naqli sifat Irodat.
“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia
kehendaki”. (QS. Hud[50]:107).
9. Ilmu (Mengetahui)
Artinya Allah SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat
sempurna, artinya ilmu Allah SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi.
Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang
tampak maupun yang gaib.Bahkan, apa yang dirahasiakan didalam hati
manusia sekali pun. Bukti kesempurnaan ilmu Allah SWT, ibarat air laut
menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Allah SWT, tidak akan habis
kalimat-kalimat tersebut meskipun mendatangkan tambahan air yang banyak
seperti semula.Kita sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki
orang-orang pintar di dunia ini. Kita juga takjub akan indahnya karya dan
canggihnya tekhnologi yang diciptakan manusia. Sadarkah kita bahwa ilmu
tersebut hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan Allah SWT kepada
kita ?.
Dalil Aqli sifat Ilmu Dalilnya adalah adanya alam semesta. Proses
penyusunan dalil, seandainya Allah tak berilmu niscaya tidak akan
berkehendak, sedangkan allah tidak berkehendak adalah mustahil, karena
tidak akan disifati qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan qudrot adalah
mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah. Sedangkan lemahnya Allah
adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat barang makhluk
sedikitpun. Dalil Naqli sifat Ilmu
“Dan dia maha mengetahui segala sesuatu”. (QS.Al Hadid [57]:3 atau QS.
Al Baqaroh [2]:29).
10. Hayat (Hidup)
Artinya Hidupnya Allah tidak ada yang menghidupkannya melainkan
hidup dengan zat-Nya sendiri karena Allah Maha Sempurna, berbeda dengan
makhluk yang diciptakan-Nya. Contohnya : Manusia ada yang menghidupkan.
Selain itu, mereka juga mmebutuhkan makanan, minuman, istirahat, tidur, dan
sebagainya. Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua itu.
Allah SWT hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian bahkan
mengantuk pun tidak.
Dalil Aqli sifat hayat Dalilnya adanya alam semesta. Proses penyusunan
dalil, seandainya Allah tidak hidup maka tidak akan disifati Qudrot, akan
tetapi Allah tidak disifati dengan Qudrot adalah mustahil, sebab akan
berakibat lemahnya Allah, seangkan lemahnya Allah adalah mustahil, karena
tidak akan mampu membuat alam semesta. Dalil Naqli sifat Hayat Firman
Allah :
“Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup yang tidak mati”. (QS. Al-
Furqon [25]:58).
11. Sama’ (Mendengar)
Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di alam semesta ini. Yidak
ada suara yang terlepas dari pendengaran Allah SWT walaupun suara itu
lemah dan pelan., seperti suara bisikan hati dan jiwa manusia.Pendengaran
Allah SWT berbeda dengan pendengaran mahluk –Nya karena tidak terhalang
oleh suatu apapun, sedangkan pendengaran mahluk-Nya dibatasi ruang dan
waktu. DALIL :

”Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” … (QS Al


Maidah :76).
12. Basar (Melihat)
Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini .
penglihatan Allah bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak( jauh atau
dekat) dan tidak dapat dihalangi oleh dinding (tipis atau tebal). Segala sesuatu
yang ada di alam semesta ini, kecil maupun besar, tampak atau tidak tampak,
pasti semuanya terlihat oleh Allah SWT. DALIL:”………Dan Allah maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.” … (al-Baqarah: 265)
Dengan memahami sifat besar Allah SWT hendaknya kita selalu berhati-
hati dalam berbuat. Mungkin kita bisa berbohong kepada manusia, seperti
orang tua, guru, atau teman. Akan tetapi kita tidak akan bisa berbohong
kepada Allah SWT.
13. Kalam (Berbicara/Berfirman)
Allah SWT bersifat kalam artinya Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya
yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT
tentu tidak sama dengan pembicaraan manusia karena Allah SWT tidak
berorgan (panca indra), seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh
manusia.Allah SWT berbicara tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk
apapun sebab sifat kalam Allah SWT sangat sempurna. Sebagai bukti bahwa
adanya wahyu Allah SWT berupa al qur’an yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul
sebelum Nabi Muhammad SAW. DALIL :”……. Dan Allah berkata kepada
Musa dengan satu perkataan yang jelas” (QS AnNisa’ :164)
Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah SWT hendaknya membiasakan
diri mengucapkan kalimat-kalimat tayyibah, artinya kata-kata yang mulia,
seperti ketika kita berbuat salah, maka segeralah membaca istighfar.
14. Qadirun Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan
Mentiadakan)
15. Muridun Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan
tiap-tiap sesuatu).
Ia berkehendak atas nasib dan takdir manusia.
16. ‘Alimun Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap
sesuatu).
Mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi,
Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia.
17. Hayyun Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup).
Allah adalah Dzat Yang Hidup, Allah tidak akan pernah mati, tidak akan
pernah tidur ataupun lengah.
18. Sami’un Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar).
Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa
hambaNya.
19. Basirun Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap- tiap yang
Maujudat ( Benda yang ada ).
Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya kita
selalu berbuat baik.
20. Kaunuhu Mutakallimun Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata,
Allah tidak bisu)
Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al Quran. Bila Al Quran
menjadi pedoman hidup kita, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah
swt.
3. Sifat-Sifat Mustahil bagi Allah
Sifat Mustahil Bagi Allah artinya Sifat Yang Tidak Mungkin ada pada Allah
Swt. Sifat Mustahil Allah merupakan Lawan Kata/Kebalikan dari Sifat Wajib Allah
Berikut dibawah ini adalah 20 sifat-sifat mustahil bagi Allah swt.
1. ‘Adam, artinya tiada (bisa mati)
2. Huduth, artinya baharu (bisa di perbaharui)
3. Fana’, artinya binasa (tidak kekal/mati)
4. Mumathalatuhu Lilhawadith, artinya menyerupai akan makhlukNya
5. Qiyamuhu Bighayrih, artinya berdiri dengan yang lain (ada kerjasama)
6. Ta’addud, artinya berbilang – bilang (lebih dari satu)
7. ‘Ajz, artinya lemah (tidak kuat)
8. Karahah, artinya terpaksa (bisa di paksa)
9. Jahl, artinya jahil (bodoh)
10. Maut, artinya mati (bisa mati)
11. Syamam, artinya tuli
12. ‘Umy, artinya buta
13. Bukm, artinya bisu
14. Kaunuhu ‘Ajizan, artinya lemah (dalam keadaannya)
15. Kaunuhu Karihan, artinya terpaksa (dalam keadaannya)
16. Kaunuhu Jahilan, artinya jahil (dalam keadaannya)
17. Kaunuhu Mayyitan, artinya mati (dalam keadaannya)
18. Kaunuhu Asam, artinya tuli (dalam keadaannya)
19. Kaunuhu A’ma, artinya buta (dalam keadaannya)
20. Kaunuhu Abkam, artinya bisu (dalam keadaannya)
4. Sifat Jaiz Bagi Allah Swt
Sifat Jaiz bagi Allah artinya boleh bagi Allah Swt mengadakan sesuatu atau tidak
mengadakan sesuatu atau di sebut juga sebagai “mumkin”. Mumkin ialah sesuatu
yang boleh ada dan tiada. Ja’iz artinya boleh-boleh saja, dengan makna Allah Swt
menciptakan segala sesuatu, yakni dengan tidak ada paksaan dari sesuatupun juga,
sebab Allah Swt bersifat Qudrat (kuasa) dan Iradath (kehendak), juga boleh – boleh
saja bagi Allah Swt meniadakan akan segala sesuatu apapun yang ia mau.

D. Asmaul Husnah
Kata Asmaul Husna berasal dari bahasa arab yang merupakan gabungan dari dua
kata yaitu al-Asma’ dan al-Husna. Al- Asma’ adalah bentuk jama’ dari ismun yang
berarti nama. Sedangkan al-Husna adalah bentuk mashdar dari al-Ahsan yang berarti
baik, bagus. Menurut M. Ali Chasan Umar, pengertian Asmaul Husna adalah nama-nama
Allah yang terbaik dan yang agung, yang sesuai dengan sifat-sifat Allah yang jumlahnya
ada 99 nama. Asmaul Husna merujuk kepada nama-nama, sebutan, gelar, sekaligus sifat-
sifat Allah SWT yang indah dan baik.

Berikut ini adalah 99 asmaul husna beserta artinya:


1. Ar Rahman = Yang Maha Pengasih
2. Ar Rahiim = Yang Maha Penyayang
3. Al Malik = Yang Maha Merajai/Memerintah
4. Al Quddus = Yang Maha Suci
5. As Salaam = Yang Maha Memberi Kesejahteraan
6. Al Mu`min = Yang Maha Memberi Keamanan
7. Al Muhaimin = Yang Maha Pemelihara
8. Al `Aziiz = Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
9. Al Jabbar = Yang Maha Perkasa
10. Al Mutakabbir = Yang Maha Megah, Yang Memiliki Kebesaran
11. Al Khaliq = Yang Maha Pencipta
12. Al Baari` = Yang Maha Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)
13. Al Mushawwir = Yang Maha Membentuk Rupa (makhluknya)
14. Al Ghaffaar = Yang Maha Pengampun
15. Al Qahhaar = Yang Maha Memaksa
16. Al Wahhaab = Yang Maha Pemberi Karunia
17. Ar Razzaaq = Yang Maha Pemberi Rejeki
18. Al Fattaah = Yang Maha Pembuka Rahmat
19. Al `Aliim = Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)
20. Al Qaabidh = Yang Maha Menyempitkan (makhluknya)
21. Al Baasith = Yang Maha Melapangkan (makhluknya)
22. Al Khaafidh = Yang Maha Merendahkan (makhluknya)
23. Ar Raafi` = Yang Maha Meninggikan (makhluknya)
24. Al Mu`izz = Yang Maha Memuliakan (makhluknya)
25. Al Mudzil = Yang Maha Menghinakan (makhluknya)
26. Al Samii` = Yang Maha Mendengar
27. Al Bashiir = Yang Maha Melihat
28. Al Hakam = Yang Maha Menetapkan
29. Al `Adl = Yang Maha Adil
30. Al Lathiif = Yang Maha Lembut
31. Al Khabiir = Yang Maha Mengenal
32. Al Haliim = Yang Maha Penyantun
33. Al `Azhiim = Yang Maha Agung
34. Al Ghafuur = Yang Maha Pengampun
35. As Syakuur = Yang Maha Pembalas Budi (Menghargai)
36. Al `Aliy = Yang Maha Tinggi
37. Al Kabiir = Yang Maha Besar
38. Al Hafizh = Yang Maha Memelihara
39. Al Muqiit = Yang Maha Pemberi Kecukupan
40. Al Hasiib = Yang Maha Membuat Perhitungan
41. Al Jaliil = Yang Maha Mulia
42. Al Kariim = Yang Maha Mulia
43. Ar Raqiib = Yang Maha Mengawasi
44. Al Mujiib = Yang Maha Mengabulkan
45. Al Waasi` = Yang Maha Luas
46. Al Hakiim = Yang Maha Maka Bijaksana
47. Al Waduud = Yang Maha Mengasihi
48. Al Majiid = Yang Maha Mulia
49. Al Baa`its = Yang Maha Membangkitkan
50. As Syahiid = Yang Maha Menyaksikan
51. Al Haqq = Yang Maha Benar
52. Al Wakiil = Yang Maha Memelihara
53. Al Qawiyyu = Yang Maha Kuat
54. Al Matiin = Yang Maha Kokoh
55. Al Waliyy = Yang Maha Melindungi
56. Al Hamiid = Yang Maha Terpuji
57. Al Muhshii = Yang Maha Mengkalkulasi
58. Al Mubdi` = Yang Maha Memulai
59. Al Mu`iid = Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
60. Al Muhyii = Yang Maha Menghidupkan
61. Al Mumiitu = Yang Maha Mematikan
62. Al Hayyu = Yang Maha Hidup
63. Al Qayyuum = Yang Maha Mandiri
64. Al Waajid = Yang Maha Penemu
65. Al Maajid = Yang Maha Mulia
66. Al Wahiid = Yang Maha Tunggal
67. Al Ahad = Yang Maha Esa
68. As Shamad = Yang Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta
69. Al Qaadir = Yang Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan
70. Al Muqtadir = Yang Maha Berkuasa
71. Al Muqaddim = Yang Maha Mendahulukan
72. Al Mu`akkhir = Yang Maha Mengakhirkan
73. Al Awwal = Yang Maha Awal
74. Al Aakhir = Yang Maha Akhir
75. Az Zhaahir = Yang Maha Nyata
76. Al Baathin = Yang Maha Ghaib
77. Al Waali = Yang Maha Memerintah
78. Al Muta`aalii = Yang Maha Tinggi
79. Al Barri = Yang Maha Penderma
80. At Tawwaab = Yang Maha Penerima Tobat
81. Al Muntaqim = Yang Maha Pemberi Balasan
82. Al Afuww = Yang Maha Pemaaf
83. Ar Ra`uuf = Yang Maha Pengasuh
84. Malikul Mulk = Yang Maha Penguasa Kerajaan (Semesta)
85. Dzul Jalaali Wal Ikraam = Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
86. Al Muqsith = Yang Maha Pemberi Keadilan
87. Al Jamii` = Yang Maha Mengumpulkan
88. Al Ghaniyy = Yang Maha Kaya
89. Al Mughnii = Yang Maha Pemberi Kekayaan
90. Al Maani = Yang Maha Mencegah
91. Ad Dhaar = Yang Maha Penimpa Kemudharatan
92. An Nafii` = Yang Maha Memberi Manfaat
93. An Nuur = Yang Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya)
94. Al Haadii = Yang Maha Pemberi Petunjuk
95. Al Baadii = Yang Indah Tidak Mempunyai Banding
96. Al Baaqii = Yang Maha Kekal
97. Al Waarits = Yang Maha Pewaris
98. Ar Rasyiid = Yang Maha Pandai
99. As Shabuur = Yang Maha Sabar
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas yaitu :
1. Arti iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan
serta mengamalkan dengan perbuatan tentang adanya Allah SWT dengan keyakinan
dan pengetahuan bahwa sesungguhnya Allah SWT wajib ada-Nya dengan dzat nya.
2. Ada 4 metode dalam menemukan keberadaan Allah SWT diantaranya pembuktian
dengan fitrah, pembuktian dengan syariat, pembuktian dengan akal serta pembuktian
dengan indera. Selain 4 pembuktian tersebut adapun beberapa metode pembuktian
keberadaan Allah SWT juga dilakukan oleh para Filosof Islam yaitu pembuktian al-
Kindi, pembuktian Ibnu Rusyd dan pembuktian al-Farabi dan Ibnu Sina.
3. Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang yang tidak terhingga bagi Allah. Sifat-
sifat Allah wajib bagi setiap muslim mempercayai bahwa terdapat beberapa sifat
kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah.
4. Asmaul Husna adalah nama-nama Allah yang terbaik dan yang agung, yang sesuai
dengan sifat-sifat Allah yang jumlahnya ada 99 nama. Asmaul Husna merujuk kepada
nama-nama, sebutan, gelar, sekaligus sifat-sifat Allah SWT yang indah dan baik.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-
teman dan dosen agar pembuatan makalah kedepannya lebih baik. Dan kami
mengharapkan agar kiranya kita mempercayai dengan hati dan mengamalkan dengan
perbuatan salah satu rukun iman yaitu Iman kepada Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai