Disusun oleh :
Nama : Ardika.R.N
Euis
Pinky
Kelas : X–A
SMKF YBKP 3
GARUT
2013 / 2014
BAB I
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.WB
Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah mencurah
limpahkan rahmat dan hidayahnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada Guru PAI ( Agama ) yang sudah
membingbing kami dan kepada pihak – pihak yang ikut serta membantu menyumbang
ide pikiran untuk menyelesaikan makalah yang berjudul Iman Kepada Allah Swt.[PAI
(AGAMA)].
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penerbit
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
DAFTAR ISI
Bab I
KATA PENGANTAR…………………………………………..…………………… 1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. 2
Kontroversi ………...………………………………………………………………... 8
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
BAB II
1. Iman Kepada Allah
Arti Iman Kepada Allah
Iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan memperbuat dengan
anggota badan (beramal). Dengan demikian iman kepada Allah berarti meyakini dengan sepenuh hati
bahwa Allah SWT itu ada, Allah Maha Esa. Keyakinan itu diucapkan dalam kalimat :
أشهد أن الإله إال هللا
“Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah”
Sebagai perwujudan dari keyakinan dan ucapan itu, harus diikuti dengan perbuatan, yakni
menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya.
Rukun Iman yang pertama adalah iman kepada Allah SWT yang merupakan dasar dari seluruh
ajaran Islam. Orang yang akan memeluk agama Islam terlebih dahulu harus mengucapkan kalimat
syahadat. Pada hakekatnya kepercayaan kepada Allah SWT sudah dimiliki manusia sejak ia lahir.
Bahkan manusia telah menyatakan keimanannya kepada Allah SWT sejak ia berada di alam arwah.
Firman Allah SWT :
وإذ اخذ ربك من بني أدم من ظهورهم ذريتهم وأشهدهم على انفسهم الست بربكم قالوا بلى شهدنا
“Dan ingatlah, ketika TuhanMu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”
Mereka menjawab : “Betul Engkau Tuhan kami, kami bersaksi.” (QS. Al-A’raf : 172)
Jauh sebelum datangnya agama Islam, orang-orang jahiliyah juga sudah mengenal Allah SWT.
Mereka mengerti bahwa yang menciptakan alam semesta dan yang harus disembah adalah dzat yang
Maha Pencipta, yakni Allah SWT. Sebagaimana diungkapkan di dalam Al-Qur’an :
Manusia memiliki kecenderungan untuk berlindung kepada sesuatu Yang Maha Kuasa. Yang
Maha Kuasa itu adalah dzat yang mengatur alam semesta ini. Dzat yang mengatur alam semesta ini
sudah pasti berada di atas segalanya. Akal sehat tidak akan menerima jika alam semesta yang sangat
luas dan teramat rumit ini diatur oleh dzat yang kemampuannya terbatas. Sekalipun manusia sekarang
ini sudah dapat menciptakan teknologi yang sangat canggih, namun manusia tidak dapat mengatur alam
raya ini. Dengan kecanggihan teknologinya, manusia tidak akan dapat menghentikan barang sedetik
pun bumi untuk berputar.
Dzat Allah adalah sesuatu yang ghaib. Akal manusia tidak mungkin dapat memikirkan dzat
Allah. Oleh sebab itu mengenai adanya Allah SWT, kita harus yakin dan puas dengan apa yang telah
dijelaskan Allah SWT melalui firman-firman-Nya dan bukti-bukti berupa adanya alam semesta ini.
Ketika Rasulullah SAW endapat kabar tentang adanya sekelompok orang yang berusaha
memikirkan dan mencari hakekat dari dzat Allah, maka beliau melarang mereka untuk melakukan hal
itu. Rasulullah SAW bersabda :
عن ابن عباس أن قوما تفكروا فى هللا عزوجل وقال النبي صلى هللا عليه وسلم تفكروا فى خلق هللا وال تفكروا فى ذات هللا (رواه ابو
)الشيخ
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
“Dari Ibnu Abbas RA, diceritakan bahwa ada suatu kaum yang memikirkan tentang (hakekat)
dzat Allah Azza Wajalla, maka Nabi SAW bersabda : “Pikirkanlah tentang ciptaan Allah dan janganlah
kamu memikirkan (hakekat) dzat Allah.” (HR. Abu Asy-Syaikh)
Sebagai perwujudan dari keyakinan akan adanya Allah, Tuhan Yang Maha Esa adalah pengabdian kita
kepada Nya. Pengabdian kita kepada Allah adalah pengabdian dalam bentuk peribadatan, kepatuhan,
dan ketaatan secara mutlak. Tidak menghambakan diri kepada selain Allah, dan tidak pula
mempersekutukan Nya dengan sesuatu yang lain. Itulah keimanan yang sesungguhnya. Jika sudah
demikian Insya Allah hidup kita akan tentram. Apabila hati dan jiwa sudah tentram, maka seseorang
akan berani dan tabah dalam menghadapi liku-liku kehidupan ini. Segala nikmat dan kesenangan selalu
disyukurinya. Sebaliknya setiap musibah dan kesusahan selalu diterimanya dengan sabar .
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
Allah SWT adalah zat Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas seluruh alam beserta isinya. Allah
SWT memiliki sifat wajib, mustahil dan jaiz sebagai sifat kesempurnaan bagi-Nya.
Sebagai muslim yang beriman, wajib mengetahui sifat-sifat tersebut.
Sifat wajib, artinya sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah SWT – Sifat wajib Allah
berjumlah 13.
Sifat mustahil, artinya sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada pada Allah SWT – Sifat
mustahil merupakan kebalikan dari sifat wajib. Jumlahnyapun sama dengan jumlah sifat wajib
bagi Allah SWT.
Sifat jaiz, artinya sifat yang mungkin bagi Allah SWT untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat
sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. – Artinya Allah berbuat sesuatu tidak ada yang
menyuruh dan tidak ada yang melarang.
Sifat jaiz bagi Allah hanya stu, yaitu “Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu.”
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
1. Wujud ( Ada )
Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau menciptakan, tetapi
Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri.
“Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy.
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya
pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.
Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb
semesta alam“ … (QS. Al-A’raf :54)
Kepercayaan ada dan tidak adanya Allah SWT bergantung pada manusia itu sendiri yang bisa
menggunakan akal sehatnya, sebagai bukti dengan adanya alam beserta isinya .
Jika kita perhatikan, maka dari mana alam semesta itu berasal ?
Siapakah Dia Yang Maha Kuasa dan Maha Agung itu ?
Dialah Allah SWT yang Maha Suci dan Maha Tinggi.
Dialah yang mengadakan segala sesuatu di alam ini, termasuk diri kita.
Selain melihat alam semesta, kita juga dapat melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya, seperti
manusia dengan segala perlengkapan hidupnya di dunia ini. Tentu kita bisa berfikir bahwa semua yang
ada pasti ada yang menciptakan, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa ( Allah SWT).
“Dan dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran, penglihatan dan
hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur. Da Dialah yang menciptakan serta
mengembangbiakkan kamu di bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan dihimpun. Dan
Dialah yang menghidupkn dan mematikan dan Dialah yang mengatur pertukaran malam
da siang. Maka apakah kamu tidak berfikir?” … (QS.Al Muminun :78)
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8|
Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt sebagai Pencipta lebih dulu ada daripada semesta
alam dan isinya yang Ia ciptakan.
“Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu“ … (QS. Al-Hadid :3)
Adanya Allah itu pasti lebih awal daripada mahluk ciptaan-Nya. Seandainya keberadaan Allah
didahului oleh mahluk-Nya, maka semua ciptaan Allah ini akan hancur berantakan. Hal ini tentu
mustahil bagi Allah karena Allah Maha pencipta, tidak mungkin ciptaannya lebih dahulu daripada yang
menciptakan..
3. Baqa’ ( Kekal )
Semua mahluk yang ada di alam semesta seperti manusia, binatang, tumbuhan, planet dan
bintang akan rusak atau binasa sehingga disebut baru sebab ada awal dan ada akhirnya.
Manusia betapapun gagah perkasa dirinya, wajah elok nan rupawan, suatu saat akan menjadi
tua dan mati. Demikian halnya dengan tumbuhan yang semula tumbuh subur maka lama kelamaan akan
layu dan mati. Sungguh betapa hina dan lemahnya kita berbangga diri di hadapan Allah SWT.
Betapa tidak patutnya kita berbangga diri dengan kehebatan yang kita miliki karena segala
kehebatan itu hanyalah bersifat sementara. Hanya Allah SWT Sang Pencipta yang bersifat kekal.
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabb-mu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan“ … (QS. Ar-Rahman :26-27)|
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
Begitu juga dengan tukang pembuat sepatu tidak mungkin sama dengan sepatu yang dibuatnya,
bahkan robot yang paling canggih dan mirip manusia sekalipun tidak akan sama dengan manusia yang
membuatnya.
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat“ … (QS. Asy-Syura :11)
Senada dengan ayat tersebut Allah SWT juga berfirman dalam ayat yang lain yang berbunyi :
“……….Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia(Allah).” … (QS Al Ikhlas :4)
Dari dua ayat di atas dapat diambil pelajaran bahwa yang dimaksud dengan tidak setara itu
adalah tentang keagungan, kebesaran, kekuasaan dan ketinggian sifat-Nya. Tidak satupun dari mahluk-
Nya yang menyerupai-Nya..
Qiyamuhu Binafsihi berarti Allah SWT itu berdiri dengan zat sendiri tanpa membutuhkan
bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada dengan sendirinya tidak ada yang
mengadakan atau menciptakan.
Contohnya,
Allah SWT menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa minta pertolongan
siapapun.
“Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri.”
(QS Ali Imran:2)
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
Sadarlah ternyata kita ini mahluk yang sangat lemah karena tidak mampu hidup tanpa bantuan
orang lain. Akan tetapi, sebagai manusia kita juga harus memiliki sifat mandiri supaa tidak bergantung
pada orang lain.
Esa zat-Nya maksudnya zat Allah SWT itu bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau
penyatuan satu unsur dengan unsur yang lain mkenjadi satu. Berbeda dengan mahluk, mahluk
diciptakan dari berbagai unsur, seperti wujudnya manusia, ada tulang, daging, kulit dan seterusnya.
Esa sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah SWT tidak sama dengan sifat-
sifat pada mahluk-Nya, seperti marah, malas dan sombong.
Esa perbuatan-Nya berarti Allah SWT berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh perbuatan mahluk
apapun dan tanpa membutuhkan proses atau tenggang waktu. Allah SWT berbuat karena kehendak-Nya
sendiri tanpa ada yang menyuruh dan melarang.Sifat mustahil-Nya adalah : Ta’adud
Artinya berbilang atau lebih dari satu. Allah SWT mustahil (tidak mungkin) lebih dari satu.
Seandainya lebih dari satu pasti terjadi saling bersaing dalam menentukan segala sesuatunya, kalau
terjadi demikian pasti alam semesta tidak akan terwujud.
”Katakanlah (Muhammad ). Dialah Tuhan Yang Maha Esa . Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada_Nya segala sesuatu . dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” … (QS Al Ikhlas :1-4)
Meyakini ke-Esa-an Allah SWT merupakan hal yang paling prinsip. Seseorang dianggap
muslim atau tidak , bergantung pada pengakuan tentang ke-Esa-an Allah SWT. Hal ini dapat dibuktikan
dengan cara bersaksi terhadap Allah SWT, yaiut dengan membaca syahadat tauhid yang berbunyi :
“Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah.”
7. Qudrat ( Berkuasa )
Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya dan tidak ada
yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun terhadap makhluk-Nya. Berbeda
dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan ada yang membatasi.
8. Iradat ( Berkehendak )
Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari
pihak lain atau campur tangan dari siapa pun Apapun yang Allah SWT kehendakin pasti terjadi, begitu
juga setiap setiap Allah SWT tidak kehendaki pasti tidak terjadi.
Berbeda dengan kehendak atau kemauan manusia, tidak sedikit manusia mempunyai keinginan,
tetapi keinginan itu kandas di tengah jalan. Apabila manusia berkeinginan tanpa disertai dengan
kehendak Allah SWT. Pasti keinginan itu tidak terwujud. Hal ini menunjukan bahwa manusia memiliki
keterbatasan, sedangkan Allah SWT memiliki kehendak yang tidak terbatas.
Sebagai manusia kita harus mempunyai kemauan, keinginan, dan cita-cita yang bertujuan
membangun hari esok yang lebih baik karena kita hidup di muka bumi ini hanya bersifat sementara.
Oleh karena itu, apapun yang kita cita-citakan dengan tujuan mengharap rida Allah SWT.
9. Ilmu ( Mengetahui )
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, meskipun pada hal yang tidak terlihat .
Allah SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat sempurna, artinya ilmu Allah
SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang ada di alam
semesta, baik yang tampak maupun yang gaib.
Bahkan, apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun. Bukti kesempurnaan
ilmu Allah SWT, ibarat air laut menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Allah SWT, tidak
akan habis kalimat-kalimat tersebut meskipun mendatangkan tambahan air yang banyak seperti
semula.
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
Kita sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia ini. Kita
juga takjub akan indahnya karya dan canggihnya tekhnologi yang diciptakan manusia. Sadarkah kita
bahwa ilmu tersebut hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan Allah SWT kepada kita ?.
Firman Allah SWT :
”…..Allah SWT mengetahui apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.” … (QS Al Hujurat:16)
Oleh karena itu, sebagai hamba Allah SWT, seharusnya terdorong untuk terus menimba ilmu.
Kita sadar bahwa sebanyak apapun ilmu yang telah kita ketahui, masih lebih banyak lagi ilmu yang
belum kita ketahui.
Hidupnya Allah tidak ada yang menhidupkannya melainkan hidup dengan zat-Nya sendiri
karena Allah Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk yang diciptakan-Nya.
Contohnya,
Manusia ada yang menghidupkan. Selain itu, mereka juga mmebutuhkan makanan, minuman,
istirahat, tidur, dan sebagainya. Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua itu. Allah
SWT hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian bahkan mengantuk pun tidak.
”Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus
makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur” … (QS Al Baqarah: 255)
Allah SWT selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Oleh karena itu,
hendaknya kita selalu berhati-hati dalam segala tindakan karena gerak gerik kita akan di awasi dicatat
Allah SWT. Kelak di akhirat seluruh amalan tersebut akan kita pertanggung jawabkan.
Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di alam semesta ini. Yidak ada suara yang
terlepas dari pendengaran Allah SWT walaupun suara itu lemah dan pelan., seperti suara bisikan hati
dan jiwa manusia.
Pendengaran Allah SWT berbeda dengan pendengaran mahluk –Nya karena tidak terhalang
oleh suatu apapun, sedangkan pendengaran mahluk-Nya dibatasi ruang dan waktu.
Allah SWT mustahil bersifat tuli (tidak mendengar) sebab sekiranya Allah SWT tidak
mendengar pasti segala permohonan dan pernyataa syukur hamba-Nya tidak akan diterima-Nya.
Selain itu penghiaan orang kafir, orang musrik, orang munafiq, dan lain sebagainya tidak
dihiraukan-Nya. Oleh karena itu Allah SWT tetap bersifat sama’ mustahil bersifat summun
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
Sebagai seorang muslim seharusnya kita senantiasa bertingkah laku, bersikap, dan berbicara
dengan bahasa yang santun dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang baik lagi bermanfaat. Karena Allah
SWT pasti mendengar segala perkataan m,anusia, baik terucap maupun di dalam hati.
Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini . penglihatan Allah bersifat
mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak( jauh atau dekat) dan tidak dapat dihalangi oleh dinding (tipis
atau tebal). Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, kecil maupun besar, tampak atau tidak tampak,
pasti semuanya terlihat oleh Allah SWT.
”………Dan Allah maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” … (al-Baqarah: 265)
Dengan memahami sifat besar Allah SWT hendaknya kita selalu berhati-hati dalam berbuat.
Mungkin kita bisa berbohong kepada manusia, seperti orang tua, guru, atau teman. Akan tetapi kita
tidak akan bisa berbohong kepada Allah SWT.
Oleh karena itu , berbuat baiklah supaya kita tidak perlu cemas jika kita harus mempertanggung
jawabkannya kelak di akhirat.
Allah SWT bersifat kalam artinya Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang diturunkan
kepada para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu tidak sama dengan pembicaraan
manusia karena Allah SWT tidak berorgan (panca indra), seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh
manusia.
Allah SWT berbicara tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun sebab sifat kalam
Allah SWT sangat sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya wahyu Allah SWT berupa al qur’an yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul
sebelum Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT mustahil bersifat bisu. Seandainya Allah SWT bersifat bisu mana mungkin para
utusan-Nya bisa mengerti maksud wahyu yang diturunkan kepada tersebut, baik dalam bentuk perintah
maupun larangan.
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
Padahal kenyataannya semua itu tidak mungkin terjadi. Firman Allah SWT
”……. Dan Allah berkata kepada Musa dengan satu perkataan yang jelas”
(QS AnNisa’ :164)
Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah SWT hendaknya membiasakan diri mengucapkan
kalimat-kalimat tayyibah, artinya kata-kata yang mulia, seperti ketika kita berbuat salah, maka
segeralah membaca istighfar.
Apabila kita menerima nikmat, maka segeralah mengucapkan hamdalah. Selain itu, kita juga
harus membiasakan diri bertutur kata yang lemah lembut dan sopan santun dengan sesama manusia.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala ,tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum ,
iaitu lain daripada sifat Qudrat.Sifat Allah ini berarti Allah adalah Dzat yang Maha Berkuasa.
Allah tidak lemah, Ia berkuasa penuh atas seluruh makhluk dan ciptaanNya.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala , tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , iaitu lain daripada sifat Al-Ilmu.
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
Sifat Allah ‘Alimun, yaitu Dzat Yang Maha Mengetahui. Allah mengetahui segala hal yang
telah terjadi maupun yang belum terjadi.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , iaitu lain daripada sifat Hayat.
Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah.
“Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati“
(QS. Al Furqon :58)
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum, iaitu lain daripada sifat Sama’.
Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ).
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , iaitu lain daripada sifat Bashar.
Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat. Sifat Allah ini tidak terbatas seperti halnya penglihatan
manusia.
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik.
“Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“ … (QS. Al Hujurat :18)
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , iaitu lain daripada sifat Qudrat.
Sifat Allah ini berarti Yang Berbicara. Allah tidak bisu, Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat
Al Quran.
Bila Al Quran menjadi pedoman hidup kita, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah swt.
4. Asmahul Husna
Berikut ini adalah 99 nama Allah SWT (Asmaul Husna) beserta maknanya:
2. Ar-Rahim: ( ) الرحيمMaha Penyayang, iaitu pemberi kenikmatan yang di luar jangkaan dan
penyayang di akhirat.
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
4. Al-Quddus: ( ) القدوسMaha Suci, iaitu tersuci dan bersih dari segala cela dan kekurangan.
5. As-Salaam: ( ) السالمMaha Penyelamat, iaitu pemberi keselamatan dan kesejahteraan kepada
seluruh makhlukNya.
8. Al-’Aziiz: ( ) العزيزMaha Mulia / Maha Berkuasa, iaitu kuasaNya mampu untuk berbuat
sekehendakNya
11. Al-Khaaliq: ( ) الخالقMaha Pencipta, iaitu mengadakan seluruh makhluk tanpa asal, juga
yang menakdirkan adanya semua itu.
14. Al-Ghaffaar: ( ) الغفارMaha Pengampun, banyak pemberian maafNya dan menutupi dosa-
dosa dan kesalahan.
17. Ar-Razzaaq: ( ) الرزاقMaha Pengrezeki / Maha Pemberi Rezeki, iaitu memberi berbagai
rezeki serta membuat juga sebab-sebab diperolehnya.
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
18. Al-Fattaah: ( ) الفتاحMaha Membukakan / Maha Pembuka , iaitu membuka gedung
penyimpanan rahmatNya untuk seluruh hambaNya.
19. Al-’Aliim: ( ) العليمMaha Mengetahui, iaitu mengetahui segala yang maujud dan tidak ada
satu benda pun yang tertutup oleh penglihatanNya.
20. Al-Qaabidh: ( ) القابضMaha Pencabut / Maha Penyempit Hidup / Maha Pengekang, iaitu
mengambil nyawa atau menyempitkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki olehNya.
21. Al-Baasith: ( ) الباسطMaha Meluaskan / Maha Pelapang Hidup / Maha Melimpah Nikmat,
iaitu memudahkan terkumpulnya rezeki bagi siapa yang diinginkan olehNya.
23. Ar-Raafi’: ( ) الرافعMaha Mengangkat / Maha Peninggi, iaitu terhadap orang yang
selayaknya diangkat kedudukannya kerana usahanya yang giat, iaitu termasuk golongan kaum
yang bertaqwa.
25. Al-Muzil: ( ) المذلMaha Menghina / Pemberi kehinaan, iaitu kepada musuh-musuhNya dan
musuh ummat Islam seluruhnya.
28. Al-Hakam: ( ) الحكمMaha Menghukum / Maha Mengadili, iaitu sebagai hakim yang
menetapkan / memutuskan yang tidak seorang pun dapat menolak keputusanNya, juga tidak
seorang pun yang berkuasa merintangi kelangsungan hukumNya itu.
29. Al-’Adl: ( ) العدلMaha Adil. Serta sangat sempurna dalam keadilanNya itu.
30. Al-Lathiif: ( ) اللطيفMaha Menghalusi / Maha Teliti / Maha Lembut serta Halus, iaitu
mengetahui segala sesuatu yang samar-samar, pelik-pelik dan kecil-kecil.
32. Al-Haliim: ( ) الحليمMaha Penyabar / Maha Penyantun / Maha Penghamba, iaitu yang tidak
tergesa-gesa melakukan kemarahan dan tidak pula gelojoh memberikan siksaan.
33. Al-’Adzhiim: ( ) العظيمMaha Agung, iaitu mencapai puncak tertinggi dan di mercu
keagungan kerana bersifat dengan segala macam sifat kebesaran dan kesempunnaan.
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
34. Al-Ghafuur: ( ) الغفورMaha Pengampun, banyak pengampunanNya kepada hamba-
hambaNya.
35. Asy-Syakuur: ( ) الشكورMaha Pembalas / Maha Bersyukur, iaitu memberikan balasan yang
banyak sekali atas amalan yang kecil.
36. Al-’Aliy: ( ) العليMaha Tinggi Martabat-Nya / Maha Tinggi serta Mulia, iaitu mencapai
tingkat yang setinggi-tingginya yang tidak mungkin digambarkan oleh akal fikiran sesiapa pun
dan tidak dapat difahami oleh otak yang bagaimanapun pandainya.
37. Al-Kabiir: ( ) الكبيرMaha Besar, yang kebesaranNya tidak dapat dicapai oleh pancaindera
ataupun akal manusia.
38. Al-Hafidz: ( ) الحفيظMaha Pemelihara Maha Pelindung / Maha Memelihara, iaitu menjaga
segala sesuatu jangan sampai rosak dan goyah. Juga menjaga segala amal perbuatan hamba-
hambaNya, sehingga tidak akan disia-siakan sedikit pun untuk memberikan balasanNya.
39. Al-Muqiit: ( ) المقيتMaha Pemberi kecukupan/ Maha Pemberi Keperluan , baik yang
berupa makanan tubuh ataupun makanan rohani.
41. Al-Jaliil: ( ) الجليلMaha Luhur, iaitu yang memiliki sifat-sifat keluhuran kerana
kesempurnaan sifat-sifatNya.
42. Al-Kariim: ( ) الكريمMaha Pemurah, iaitu mulia tanpa had dan memberi siapa pun tanpa
diminta atau sebagai penggantian dan sesuatu pemberian.
44. Al-Mujiib: ( ) المجيبMaha Mengabulkan, iaitu yang memenuhi permohonan siapa saja
yang berdoa padaNya.
47. Al-Waduud: ( ) الودودMaha Pencinta / Maha Menyayangi, iaitu yang menginginkan segala
kebaikan untuk seluruh hambaNya dan juga berbuat baik pada mereka itu dalam segala hal dan
keadaan.
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
48. Al-Majiid: ( ) المجيدMaha Mulia, iaitu yang mencapai tingkat teratas dalam hal kemuliaan
dan keutamaan.
51. Al-Haq: ( ) الحقMaha Haq / Maha Benar yang kekal dan tidak akan berubah sedikit pun.
53. Al-Qawiy: ( ) القوىMaha Kuat / Maha Memiliki Kekuatan , iaitu yang memiliki kekuasaan
yang sesempurnanya.
54. Al-Matiin: ( ) المتينMaha Teguh / Maha Kukuh atau Perkasa / Maha Sempurna Kekuatan-
Nya , iaitu memiliki keperkasaan yang sudah sampai di puncaknya.
56. Al-Hamiid: ( ) الحميدMaha Terpuji, yang memang sudah selayaknya untuk memperoleh
pujian dan sanjungan.
57. Al-Muhshii: ( ) المحصىMaha Menghitung / Maha Penghitung, iaitu yang tiada satu pun
tertutup dari pandanganNya dan semua amalan diperhitungkan sebagaimana wajarnya.
58. Al-Mubdi’: ( ) المبدئMaha Memulai/Pemula / Maha Pencipta dari Asal, iaitu yang
melahirkan sesuatu yang asalnya tidak ada dan belum maujud.
60. Al-Muhyii: ( ) المحيMaha Menghidupkan, iaitu memberikan daya kehidupan pada setiap
sesuatu yang berhak hidup.
61. Al-Mumiit: ( ) المميتMaha Mematikan, iaitu mengambil kehidupan (roh) dari apa-apa
yang hidup.
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
63. Al-Qayyuum: ( ) القيومMaha Berdiri Dengan Sendiri-Nya , iaitu baik ZatNya, SifatNya,
Af’alNya. Juga membuat berdirinya apa-apa yang selain Dia. DenganNya pula berdirinya
langit dan bumi ini.
64. Al-Waajid: ( ) الواجدMaha Penemu / Maha Menemukan, iaitu dapat menemukan apa saja
yang diinginkan olehNya, maka tidak berkehendakkan pada suatu apa pun kerana sifat
kayaNya yang secara mutlak.
65. Al-Maajid: ( ) الماجدMaha Mulia, (sama dengan no. 48 yang berbeda hanyalah tulisannya
dalam bahasa Arab, Ejaan sebenarnya no. 48 Al-Majiid, sedang no. 65 A1-Maajid).
68. Ash-Shamad: ( ) الصمدMaha Diperlukan / Maha Diminta / Yang Menjadi Tumpuan, iaitu
selalu menjadi tujuan dan harapan orang di waktu ada hajat keperluan.
73. Al-Awwal: ( ) األولMaha Pemulaan / Maha Pertama, iaitu terdahulu sekali dari semua
yang maujud.
74. Al-Aakhir: ( ) اآلخرMaha Penghabisan / Yang Akhir, iaitu kekal terus setelah habisnya
segala sesuatu yang maujud.
75. Azh-Zhaahir: ( ) الظاهرMaha Zahir / Maha Nyata / Maha Menyatakan, iaitu menyatakan
dan menampakkan kewujudanNya itu dengan bukti-bukti dan tanda-tanda ciptaanNya
76. Al-Baathin: ( ) الباطنMaha Tersembunyi, iaitu tidak dapat dimaklumi ZatNya, sehingga
tidak seorang pun dapat mengenal ZatNya itu.
77. Al-Waalii: ( ) الوالىMaha Menguasai / Maha Menguasai Urusan / Yang Maha Memerintah,
iaitu menggenggam segala sesuatu dalam kekuasaanNya dan menjadi milikNya.
78. Al-Muta’aalii: ( ) المتعالMaha Suci/Tinggi , iaitu terpelihara dari segala kekurangan dan
kerendahan.
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
79. Al-Bar: ( ) البارMaha Dermawan / Maha Bagus (Sumber Segala Kelebihan) / Yang banyak
membuat kebajikan, iaitu banyak kebaikanNya dan besar kenikmatan yang dilimpahkanNya.
81. Al-Muntaqim: ( ) المنتقمMaha Penyiksa / Yang Maha Menghukum, kepada mereka yang
bersalah dan orang yang berhak untuk memperoleh siksaNya.
82. Al-’Afuw: ( ) العفوMaha Pemaaf / Yang Maha Pengampun, menghapuskan kesalahan orang
yang suka kembali untuk meminta maaf padaNya.
83. Ar-Rauuf: ( ) الرؤفMaha Pengasih / Maha Mengasihi, banyak kerahmatan dan kasih
sayangNya.
84. Maalikul Mulk: ( ) المالك الملكMaha Pemilik Kekuasaan / Maha Menguasai kerajaan /
Pemilik Kedaulatan Yang Kekal, maka segala perkara yang berlaku di alam semesta, langit,
bumi dan sekitarnya serta yang di alam semesta itu semuanya sesuai dengan kehendak dan
iradatNya.
85. Zul-Jalaali Wal Ikraam: ( ) ذوالجالل واإلكرامMaha Pemilik Keagungan dan Kemuliaan /
Maha Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan. Juga Zat yang mempunyai keutamaan dan
kesempurnaan, pemberi kurnia dan kenikmatan yang amat banyak dan melimpah ruah.
88. Al-Ghaniy: ( ) الغنىMaha Kaya Raya / Maha Kaya serta Serba Lengkap, iaitu tidak
berkehendakkan apa juapun dari yang selain ZatNya sendiri, tetapi yang selainNya itu amat
mengharapkan padaNya.
90. Al-Maani’: ( ) المانعMaha Membela atau Maha Menolak / Maha Pencegah, iaitu membela
hamba-hambaNya yang soleh dan menolak sebab-sebab yang menyebabkan kerosakan.
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
92. An-Naafi’: ( ) النافعMaha Pemberi Manfaat , iaitu meluaslah kebaikan yang
dikurniakanNya itu kepada semua hamba, masyarakat dan negeri.
93. An-Nuur: ( ) النورMaha Pemberi Cahaya / Maha Bercahaya, iaitu menonjokan ZatNya
sendiri dan menampakkan untuk yang selainNya dengan menunjukkan tanda-tanda
kekuasaanNya.
94. Al-Haadi: ( ) الهادىMaha Pemberi Petunjuk / Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk,
iaitu memberikan jalan yang benar kepada segala sesuatu agar berterusan adanya dan terjaga
kehidupannya.
95. Al-Badii’: ( ) البديعMaha Indah / Tiada Bandingan / Maha Pencipta yang baru, sehingga
tidak ada contoh dan yang menyamai sebelum keluarnya ciptaanNya itu.
97. Al-Waarits: ( ) الوارثMaha Membahagi / Maha Mewarisi / Maha Pewaris, iaitu kekal
setelah musnahnya seluruh makhluk.
99. Ash-Shabuur: ( ) الصبورMaha Penyabar yang tidak tergesa-gesa memberikan seksaan dan
tidak juga cepat melaksanakan sesuatu sebelum masanya.
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
4.Fungsi Asmahul Husna
ِ ِب ۡس ِم ٱهللِ ٱل َّر ۡح َم ٰـ ِن ٱل َّر ِح
يم
Allah: ( ) هللاLafaz yang Maha Mulia yang merupakan nama dari Zat Ilahi yang Maha Suci serta wajib
adanya yang berhak memiliki semua macam pujian dan sanjungan.
Lafadz ini disebut juga lafadz Jalalah, dan juga disebut Ismu Zat . Iaitu Zat yang menciptakan
langit, bumi dan seisinya termasuk kita sebagai umat manusia ini. Dan Dialah Tuhan seru sekalian
alam.
Adapun nama-nama lain, maka setiap nama itu menunjukkan suatu sifat Allah yang tertentu
dan oleh sebab itu bolehlah dianggap sebagai sifat bagi lafaz yang Maha Mulia .
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna
itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-
Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”[QS. Al A'raaf :
180].
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
Bagi yg ingin berdoa/dzikir dgn menggunakan Asma’ul Husna, (sesuai perintah Qur’an surat Al
A’roof : 180), maka dapat memakai kitab/buku kompilasi 3 ulama,
Buku ini disusun oleh Abu Muhammad Ibnu Shalih bin Hasbullah, terbitan Pustaka Ibnu ‘Umar. Tebal
153 halaman.
Syaikh Albani rahimahullah dalam “At Tawassul An waa’uhu wa ahkaamuhu” I/29, mengatakan, tidak
mengapa dalam berdoa, bertawassul dengan menggunakan Nama2 Allah yg indah (Asmaa’ul Husna),
atau dengan menggunakan sifat dari sifat2 Allah yg tinggi.
Contoh :
“Allahumma innii as-aluka bi annaka antar rohmaanur rohiimul lathiiful khobiir, an tu’aafiinii”.
Artinya :
Ya Allah, aku memohon kepada-MU, karena sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Mahalembut dan Mahamengetahui, selamatkanlah (dunia akhirat)ku.
Dalam doa tsb, seseorang (-membuat doa sendiri-) menyampaikan doanya dengan menggunakan
perantara Nama-nama Allah : ar Rohmaan, ar Rahiim, al Lathiif dan al Khobiir.
Diantara zikir dan doa yg dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yg sering beliau baca yg
didalamnya terdapat asma’ul husna adalah :
” Sungguh kami telah menghitung ketika kami dalam satu majlis dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam bahwa beliau seratus kali mengucapkan:
Artinya:
Wahai Rabbku, ampunilah aku, terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat dan
Maha Pengampun.
[Diriwayatkan Ahmad (2/21), Abu Dawud (6516), At-Tirmidzi (3434), An-Nasai didalamkitab Al-
Kubra (10292), dan Ibnu Majah (3814).
atau
"Robbighfirlii wa tub 'alayya, innaka antat tawwaabur rohiim". [DOA & WIRID, ust. Yazid bin Abdul
Qadir Jawas].
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
Adapun mewiridkan asmaul husna, seperti :
Ya Allah……………..sekian kali
dan lain-lain banyak sekali wirid2 yang seperti ini, MAKA INI sama sekali tidak ada dalilnya, dan
mengada-ngada dalam perkara agama.
”Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu amalan dalam urusan agama yang bukan datang dari kami
(Allah dan Rasul-Nya), maka tertolaklah amalnya itu”. (SHAHIH, riwayat Muslim Juz 5,133)
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, patuh dan taat walaupun dipimpin budak
Habasyi, karena siapa yang masih hidup dari kalian maka akan melihat perselisihan yang banyak. Maka
berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah pada Khulafaur Rasyidin yang memberi petunjuk
berpegang teguhlah kepadanya dan gigitlah dia dengan gigi geraham kalian. Dan waspadalah terhadap
perkara-perkara yang baru (yang diada-adakan) kepada hal-hal yang baru itu adalah kebid’ahan dan
setiap kebid’ahan adalah kesesatan”. [SHAHIH. HR.Abu Dawud (4608), At-Tirmidziy (2676) dan Ibnu
Majah (44,43),Al-Hakim (1/97)]
“Sesungguhnya Syetan telah berputus asa untuk disembah dinegri kalian, tetapi ia senang ditaati
menyangkut hal selain itu diantara amal perbuatan yang kalian anggap sepele, maka berhati-hatilah.
Sesungguhnya aku telah meninggalkan/mewariskan pada kalian apa2 yang jika kalian berpegang teguh
padanya, maka kalian tidak akan sesat selamanya, yaitu kitab Allah dan Sunnah NabiNya” (HASAN,
riwayat Bukhari, Muslim, Al Hakim, Adz zahabi, Albani)
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman8