Anda di halaman 1dari 26

AGAMA BAB III

Disusun oleh :

Nama : Ardika.R.N

Euis

Pinky

Kelas : X–A

SMKF YBKP 3
GARUT
2013 / 2014

BAB I
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.WB

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah mencurah
limpahkan rahmat dan hidayahnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada Guru PAI ( Agama ) yang sudah
membingbing kami dan kepada pihak – pihak yang ikut serta membantu menyumbang
ide pikiran untuk menyelesaikan makalah yang berjudul Iman Kepada Allah Swt.[PAI
(AGAMA)].

Dengan berbagai kekurangan dan kelemahanya, semoga makalah ini akan


membawa mamfaat yang sebesar – besarnya .

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Penerbit

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8

DAFTAR ISI
Bab I
KATA PENGANTAR…………………………………………..…………………… 1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. 2

Bab II Iman Kepada Allah SWT.


1.Iman Kepada allah SWT.
Arti Iman Kepada allah S..…………………………………………………………… 3

Dasar Iman Kepada allah & Cara Beriman Kepada allah.…..………………………... 4

2.Sifat – Sifat Allah


Sifat – Sifat Allah SWT ...............................……….……………………………….. 5

Dalil Naqli sifat – Sifat allah SWT …………………………………………………. 6

Qidam dan Baqa ...............……..…………………………………………………… 7

Kontroversi ………...………………………………………………………………... 8

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8

BAB II
1. Iman Kepada Allah
Arti Iman Kepada Allah
Iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan memperbuat dengan
anggota badan (beramal). Dengan demikian iman kepada Allah berarti meyakini dengan sepenuh hati
bahwa Allah SWT itu ada, Allah Maha Esa. Keyakinan itu diucapkan dalam kalimat :
‫أشهد أن الإله إال هللا‬
“Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah”
Sebagai perwujudan dari keyakinan dan ucapan itu, harus diikuti dengan perbuatan, yakni
menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya.
Rukun Iman yang pertama adalah iman kepada Allah SWT yang merupakan dasar dari seluruh
ajaran Islam. Orang yang akan memeluk agama Islam terlebih dahulu harus mengucapkan kalimat
syahadat. Pada hakekatnya kepercayaan kepada Allah SWT sudah dimiliki manusia sejak ia lahir.
Bahkan manusia telah menyatakan keimanannya kepada Allah SWT sejak ia berada di alam arwah.  
Firman Allah SWT :

‫وإذ اخذ ربك من بني أدم من ظهورهم ذريتهم وأشهدهم على انفسهم الست بربكم قالوا بلى شهدنا‬
“Dan ingatlah, ketika TuhanMu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”
Mereka menjawab : “Betul Engkau Tuhan kami, kami bersaksi.” (QS. Al-A’raf : 172)
Jauh sebelum datangnya agama Islam, orang-orang jahiliyah juga sudah mengenal Allah SWT.
Mereka mengerti bahwa yang menciptakan alam semesta dan yang harus disembah adalah dzat yang
Maha Pencipta, yakni Allah SWT. Sebagaimana diungkapkan di dalam Al-Qur’an :

‫ولئن سألتهم من خلق السموت واألرض ليقولن خلقهن العزيز العليم‬


“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”,
niscaya mereka akan menjawab : “Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Az-Zukhruf : 9)

Manusia memiliki kecenderungan untuk berlindung kepada sesuatu Yang Maha Kuasa. Yang
Maha Kuasa itu adalah dzat yang mengatur alam semesta ini. Dzat yang mengatur alam semesta ini
sudah pasti berada di atas segalanya. Akal sehat tidak akan menerima jika alam semesta yang sangat
luas dan teramat rumit ini diatur oleh dzat yang kemampuannya terbatas. Sekalipun manusia sekarang
ini sudah dapat menciptakan teknologi yang sangat canggih, namun manusia tidak dapat mengatur alam
raya ini. Dengan kecanggihan teknologinya, manusia tidak akan dapat menghentikan barang sedetik
pun bumi untuk berputar.

Dzat Allah adalah sesuatu yang ghaib. Akal manusia tidak mungkin dapat memikirkan dzat
Allah. Oleh sebab itu mengenai adanya Allah SWT, kita harus yakin dan puas dengan apa yang telah
dijelaskan Allah SWT melalui firman-firman-Nya dan bukti-bukti berupa adanya alam semesta ini.

Ketika Rasulullah SAW endapat kabar tentang adanya sekelompok orang yang berusaha
memikirkan dan mencari hakekat dari dzat Allah, maka beliau melarang mereka untuk melakukan hal
itu. Rasulullah SAW bersabda :
‫عن ابن عباس أن قوما تفكروا فى هللا عزوجل وقال النبي صلى هللا عليه وسلم تفكروا فى خلق هللا وال تفكروا فى ذات هللا (رواه ابو‬
)‫الشيخ‬
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8

“Dari Ibnu Abbas RA, diceritakan bahwa ada suatu kaum yang memikirkan tentang (hakekat)
dzat Allah Azza Wajalla, maka Nabi SAW bersabda : “Pikirkanlah tentang ciptaan Allah dan janganlah
kamu memikirkan (hakekat) dzat Allah.” (HR. Abu Asy-Syaikh)
Sebagai perwujudan dari keyakinan akan adanya Allah, Tuhan Yang Maha Esa adalah pengabdian kita
kepada Nya. Pengabdian kita kepada Allah adalah pengabdian dalam bentuk peribadatan, kepatuhan,
dan ketaatan secara mutlak. Tidak menghambakan diri kepada selain Allah, dan tidak pula
mempersekutukan Nya dengan sesuatu yang lain. Itulah keimanan yang sesungguhnya. Jika sudah
demikian Insya Allah hidup kita akan tentram. Apabila hati dan jiwa sudah tentram, maka seseorang
akan berani dan tabah dalam menghadapi liku-liku kehidupan ini. Segala nikmat dan kesenangan selalu
disyukurinya. Sebaliknya setiap musibah dan kesusahan selalu diterimanya dengan sabar .

Dasar Beriman Kepada Allah


a.       Kecenderungan dan pengakuan hati
b.      Wahyu Allah atau Al-Qur’an
c.       Petunjuk Rasulullah atau Hadits
Setiap manusia secara fitrah, ada kecenderungan hatinya untuk percaya kepada
kekuatan ghaib yang bersifat Maha Kuasa. Tetapi dengan rasa kecenderungan hati secara fitrah
itu tidak cukup. Pengakuan hati merupakan dasar iman. Namun dengan pengakuan hati tidak
akan ada artinya, tanpa ucapan lisan dan pengalaman anggota tubuh. Sebab antara pengakuan
hati, pengucapan lisan, dan pengalaman anggota tubuh merupakan satu kesatuan yang tak
dapat dipisahkan. Untuk mencapai keimanan yang benar tidak hanya berdasarkan fitrah
pengakuan hati nurani saja, tetapi harus dipadukan dengan Al-Qur’an dan Hadits.

Cara Beriman Kepada Allah SWT


Iman kepada Allah SWT merupakan pokok dari seluruh iman yang tergabung dalam
rukun iman. Karena iman kepada Allah SWT merupakan pokok dari keimanan yang lain, maka
keimanan kepada Allah SWT harus tertanam dengan benar kepada diri seseorang. Sebab jika
iman kepada Allah SWT tidak tertanam dengan benar, maka ketidak-benaran ini akan berlanjut
kepada keimanan yang lain, seperti iman kepada malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab Nya,
rasul-rasul Nya, hari kiamat, serta qadha dan qadar Nya. Dan pada akhirnya akan merusak
ibadah seseorang secara keseluruhan. Di masyarakat tidak jarang kita jumpai cara-cara
beribadah seorang yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, padahal orang tersebut mengaku
beragama Islam.
Ditinjau dari segi yang umum dan yang khusus ada dua cara beriman kepada Allah SWT :
a.       Bersifat Ijmali
Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat ijmali maksudnya adalah, bahwa kita
mepercayai Allah SWT secara umum atau secara garis besar. Al-Qur’an sebagai suber ajaran
pokok Islam telah memberikan pedoman kepada kita dalam mengenal Allah SWT.
Diterangkan, bahwa Allah adalah dzat yang Maha Esa, Maha Suci. Dia Maha Pencipta, Maha
Mendengar, Maha Kuasa, dan Maha Sempurna.
b.      Bersifat Tafshili
Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat tafsili, maksudnya adalah mempercayai
Allah secara rinci. Kita wajib percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT memiliki sifat-
sifat yang berbeda dengan sifat-sifat makhluk Nya. Sebagai bukti adalah adanya “Asmaul
Husna” yang kita dianjurkan untuk berdoa dengan Asmaul Husna serta menghafal dan juga
meresapi dalam hati dengan menghayati makna yang terkandung di dalamnya.

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8

2.Sifat – Sifat Allah


A. SIFAT – SIFAT ALLAH

Allah SWT adalah zat Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas seluruh alam beserta isinya. Allah
SWT memiliki sifat wajib, mustahil dan jaiz sebagai sifat kesempurnaan bagi-Nya.
Sebagai muslim yang beriman, wajib mengetahui sifat-sifat tersebut.

 Sifat wajib, artinya sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah SWT – Sifat wajib Allah
berjumlah 13.
 Sifat mustahil, artinya sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada pada Allah SWT – Sifat
mustahil merupakan kebalikan dari sifat wajib. Jumlahnyapun sama dengan jumlah sifat wajib
bagi Allah SWT.
 Sifat jaiz, artinya sifat yang mungkin bagi Allah SWT untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat
sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. – Artinya Allah berbuat sesuatu tidak ada yang
menyuruh dan tidak ada yang melarang.

Sifat jaiz bagi Allah hanya stu, yaitu “Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu.”

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8

B. Dalil Naqli tentang Sifat-Sifat Allah SWT

Sifat-sifat Allah yang wajib kita imani ada 20, diantaranya :

1. Wujud ( Ada )
Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau menciptakan, tetapi
Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri.

Sifat mustahil-Nya adalah :  Adam  yang berarti tidak ada.

Untuk itulah kita tidak boleh meragukan atau mempertanyakan keberadaanNya.


Keimanan seseorang akan membuatnya dapat berpikir dengan akal sehat bahwa alam semesta
beserta isinya ada karna Allah yang menciptakannya .

“Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy.

Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya
pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.

Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb
semesta alam“ … (QS. Al-A’raf :54)

Kepercayaan ada dan tidak adanya Allah SWT bergantung pada manusia itu sendiri yang bisa
menggunakan akal sehatnya, sebagai bukti dengan adanya alam beserta isinya .

 Jika kita perhatikan, maka dari mana alam semesta itu berasal ?
 Siapakah Dia Yang Maha Kuasa dan Maha Agung itu ?
 Dialah Allah SWT yang Maha Suci dan Maha Tinggi.
 Dialah yang mengadakan segala sesuatu di alam ini, termasuk diri kita.

Selain melihat alam semesta, kita juga dapat melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya, seperti
manusia dengan segala perlengkapan hidupnya di dunia ini. Tentu kita bisa berfikir bahwa semua yang
ada pasti ada yang menciptakan, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa ( Allah SWT).

Terkait dengan hal ini Allah SWT berfirman :

“Dan dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran, penglihatan dan
hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur. Da Dialah yang menciptakan serta
mengembangbiakkan kamu di bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan dihimpun. Dan
Dialah yang menghidupkn dan mematikan dan Dialah yang mengatur pertukaran malam
da siang. Maka apakah kamu tidak berfikir?”   … (QS.Al Muminun :78)
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8|

2. Qidam ( Dahulu atau Awal )

Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt sebagai Pencipta lebih dulu ada daripada semesta
alam dan isinya yang Ia ciptakan.

Sifat mustahil-Nya adalah :  Hudus yang artinya baru.


Allah SWT tidak berpermulaan sebab sesuatu yang berpermulaan itu adalah baru dan sesuatu
yang baru itu namanya mahluk (yang diciptakan). Allah SWT bukan mahluk melainkan Khalik (Maha
Pencipta). Oleh karena itu Allah SWT wajib bersifat qidam.

Firman Allah SWT :

“Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu“ … (QS. Al-Hadid :3)

Adanya Allah itu pasti lebih awal daripada mahluk ciptaan-Nya. Seandainya keberadaan Allah
didahului oleh mahluk-Nya, maka semua ciptaan Allah ini akan hancur berantakan. Hal ini tentu
mustahil bagi Allah karena Allah Maha pencipta, tidak mungkin ciptaannya lebih dahulu daripada yang
menciptakan..

3. Baqa’ ( Kekal )

Kekalnya Allah SWT tidak berkesudahan atau penghabisan .

Sifat mustahilnya adalah  :  Fana’ artinya rusak atau binasa.

Semua mahluk yang ada di alam semesta seperti manusia, binatang, tumbuhan, planet dan
bintang akan rusak atau binasa sehingga disebut baru sebab ada awal dan ada akhirnya.

Manusia betapapun gagah perkasa dirinya, wajah elok nan rupawan, suatu saat akan menjadi
tua dan mati. Demikian halnya dengan tumbuhan yang semula tumbuh subur maka lama kelamaan akan
layu dan mati. Sungguh betapa hina dan lemahnya kita berbangga diri di hadapan Allah SWT.

Betapa tidak patutnya kita berbangga diri dengan kehebatan yang kita miliki karena segala
kehebatan itu hanyalah bersifat sementara. Hanya Allah SWT Sang Pencipta yang bersifat kekal.

Firman Allah SWT :

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabb-mu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan“ … (QS. Ar-Rahman :26-27)|

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8

4. Mukhalafatu lil hawadits ( berbeda dengan Ciptaannya )

Berbeda dengan semua yang baru (mahluk).

Sifat mustahil-Nya adalah :  Mumasalatu lil hawadisi


Artinya serupa dengan semua yang baru(mahluk).
Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Coba kita
perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit sendiri tidak mungkin sama dengan baju yang dibuat
orang lain.

Begitu juga dengan tukang pembuat sepatu tidak mungkin sama dengan sepatu yang dibuatnya,
bahkan robot yang paling canggih dan mirip manusia sekalipun tidak akan sama dengan manusia yang
membuatnya.

Firman Allah SWT :

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat“ … (QS. Asy-Syura :11)

Senada dengan ayat tersebut Allah SWT juga berfirman dalam ayat yang lain yang berbunyi :

“……….Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia(Allah).” … (QS Al Ikhlas :4)

Dari dua ayat di atas dapat diambil pelajaran bahwa yang dimaksud dengan tidak setara itu
adalah tentang keagungan, kebesaran, kekuasaan dan ketinggian sifat-Nya. Tidak satupun dari mahluk-
Nya yang menyerupai-Nya..

5. Qiyamuhu binafsihi ( Allah berdiri sendiri )

Qiyamuhu Binafsihi berarti Allah SWT itu berdiri dengan zat sendiri tanpa membutuhkan
bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada dengan sendirinya tidak ada yang
mengadakan atau menciptakan.

Contohnya,
Allah SWT menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa minta pertolongan
siapapun.

Sifat mustahil-Nya adalah :  Ihtiyaju lighairihi,


artinya membutuhkan bantuan yang lain. Berbeda sekali dengan manusia, manusia hidup di
dunia ini tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Mereka pasti saling membutuhkan antara satu dan yang
lainnya karena mereka mahluk (yang diciptakan), sedangkan Allah SWT adalah Maha Pencipta.

Firman Allah SWT :

“Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri.”
(QS Ali Imran:2)

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8

Sadarlah ternyata kita ini mahluk yang sangat lemah karena tidak mampu hidup tanpa bantuan
orang lain. Akan tetapi, sebagai manusia kita juga harus memiliki sifat mandiri supaa tidak bergantung
pada orang lain.

6. Wahdaniyyah ( Esa atau Tunggal )


Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa., baik itu Esa zat-Nya, sifat-Nya, maupun
perbuatannya.

Esa zat-Nya maksudnya zat Allah SWT itu bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau
penyatuan satu unsur dengan unsur yang lain mkenjadi satu. Berbeda dengan mahluk, mahluk
diciptakan dari berbagai unsur, seperti wujudnya manusia, ada tulang, daging, kulit dan seterusnya.

Esa sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah SWT tidak sama dengan sifat-
sifat pada mahluk-Nya, seperti marah, malas dan sombong.

Esa perbuatan-Nya berarti Allah SWT berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh perbuatan mahluk
apapun dan tanpa membutuhkan proses atau tenggang waktu. Allah SWT berbuat karena kehendak-Nya
sendiri tanpa ada yang menyuruh dan melarang.Sifat mustahil-Nya adalah :   Ta’adud  
Artinya berbilang atau lebih dari satu. Allah SWT mustahil (tidak mungkin) lebih dari satu.
Seandainya lebih dari satu pasti terjadi saling bersaing dalam menentukan segala sesuatunya, kalau
terjadi demikian pasti alam semesta tidak akan terwujud.

Perhatikan firman Allah SWT berikut ini :

”Katakanlah (Muhammad ). Dialah Tuhan Yang Maha Esa . Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada_Nya segala sesuatu . dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” … (QS Al Ikhlas :1-4)

Meyakini ke-Esa-an Allah SWT merupakan hal yang paling prinsip. Seseorang dianggap
muslim atau tidak , bergantung pada pengakuan tentang ke-Esa-an Allah SWT. Hal ini dapat dibuktikan
dengan cara bersaksi terhadap Allah SWT, yaiut dengan membaca syahadat tauhid yang berbunyi :
“Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah.”

7. Qudrat ( Berkuasa )

Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya dan tidak ada
yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun terhadap makhluk-Nya. Berbeda
dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan ada yang membatasi.

Sifat mustahil-Nya adalah :  ‘Ajzu,


artinya lemah. Allah SWT tidak mungkin bersifat lemah. Bagi Allah SWT, jika sudah
berkehendak melakukan atau melakukan sesuatu, maka tidak ada satu pun yang dapat
menghalangin-Nya. Dengan demikian, Allah SWT tetap bersifat kudrat (kuasa) dan mustahil
bersifat ‘ajzu
(lemah) ._____________________________________________________________________
______Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III)
Halaman 8

Firman Allah SWT :

“Sesungguhnya ALLAH berkuasa atas segala sesuatu“ … (QS. Al-Baqarah :20)


Sungguh idak patut manusia bersifat sombong dengan kekuasaan yang kita miliki karena sebesar
apapun Allah SWT. Pasti lebih kuasa. Oleh karena itu, kita sebagai hamba Allah yang hidup di muka
bumi harus berkarya, berkreasi, dan berinovasi.

8. Iradat ( Berkehendak )

Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari
pihak lain atau campur tangan dari siapa pun  Apapun yang Allah SWT kehendakin pasti terjadi, begitu
juga setiap setiap Allah SWT tidak kehendaki pasti tidak terjadi.

Berbeda dengan kehendak atau kemauan manusia, tidak sedikit manusia mempunyai keinginan,
tetapi keinginan itu kandas di tengah jalan. Apabila manusia berkeinginan tanpa disertai dengan
kehendak Allah SWT. Pasti keinginan itu tidak terwujud. Hal ini menunjukan bahwa manusia memiliki
keterbatasan, sedangkan Allah SWT memiliki kehendak yang tidak terbatas.

Sifat mustahil-Nya adalah :  Karahah,


Artinya terpaksa. Jika Allah SWT bersifat karahah (terpaksa) pasti alam jagat raya yang kita
tempai ini tidak terwujud sebab karahah itu adalah sifat kekurangan, sedangkan Allah SWT, wajib
bersifat kesempurnaan. Dengan demikian, Allah SWT. Wajib bersifat iradah (berkehendak) mustahil
bersifat karahah (terpaksa).

Untuk menguatkan keyakinan kita, Allah SWT berfirman :

“Sesungguhnya perintah-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata


kepadanya:”Jadilah”maka terjadilah” …. (QS. Yasin : 82)

Sebagai manusia kita harus mempunyai kemauan, keinginan, dan cita-cita yang bertujuan
membangun hari esok yang lebih baik karena kita hidup di muka bumi ini hanya bersifat sementara.
Oleh karena itu, apapun yang kita cita-citakan dengan tujuan mengharap rida Allah SWT.

9. Ilmu ( Mengetahui )

Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, meskipun pada hal yang tidak terlihat .

Sifat mustahil-Nya adalah :  Jahlun yang artinya bodoh.

Allah SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat sempurna, artinya ilmu Allah
SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang ada di alam
semesta, baik yang tampak maupun yang gaib.

Bahkan, apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun. Bukti kesempurnaan
ilmu Allah SWT, ibarat air laut menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Allah SWT, tidak
akan habis kalimat-kalimat tersebut meskipun mendatangkan tambahan air yang banyak seperti
semula.

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8

Kita sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia ini. Kita
juga takjub akan indahnya karya dan canggihnya tekhnologi yang diciptakan manusia. Sadarkah kita
bahwa ilmu tersebut hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan Allah SWT kepada kita ?.
Firman Allah SWT :

”…..Allah SWT mengetahui apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.” … (QS Al Hujurat:16)

Oleh karena itu, sebagai hamba Allah SWT, seharusnya terdorong untuk terus menimba ilmu.
Kita sadar bahwa sebanyak apapun ilmu yang telah kita ketahui, masih lebih banyak lagi ilmu yang
belum kita ketahui.

10. Hayat ( Hidup )

Hidupnya Allah tidak ada yang menhidupkannya melainkan hidup dengan zat-Nya sendiri
karena Allah Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk yang diciptakan-Nya.

Sifat mustahil-Nya adalah :  Mautun yang artinya mati.

Contohnya,
Manusia ada yang menghidupkan. Selain itu, mereka juga mmebutuhkan makanan, minuman,
istirahat, tidur, dan sebagainya. Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua itu. Allah
SWT hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian bahkan mengantuk pun tidak.

Firman Allah SWT :

”Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus
makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur” … (QS Al Baqarah: 255)

Allah SWT selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Oleh karena itu,
hendaknya kita selalu berhati-hati dalam segala tindakan karena gerak gerik kita akan di awasi dicatat
Allah SWT. Kelak di akhirat seluruh amalan tersebut akan kita pertanggung jawabkan.

11. Sam’un ( Mendengar )

Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di alam semesta ini. Yidak ada suara yang
terlepas dari pendengaran Allah SWT walaupun suara itu lemah dan pelan., seperti suara bisikan hati
dan jiwa manusia.

Pendengaran Allah SWT berbeda dengan pendengaran mahluk –Nya karena tidak terhalang
oleh suatu apapun, sedangkan pendengaran mahluk-Nya dibatasi ruang dan waktu.

Sifat mustahil-Nnya adalah :  Summun artinya tuli (tidak mendengar).

Allah SWT mustahil bersifat tuli (tidak mendengar) sebab sekiranya Allah SWT tidak
mendengar pasti segala permohonan dan pernyataa syukur hamba-Nya tidak akan diterima-Nya.

Selain itu penghiaan orang kafir, orang musrik, orang munafiq, dan lain sebagainya tidak
dihiraukan-Nya. Oleh karena itu Allah SWT tetap bersifat sama’ mustahil bersifat summun
___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8

Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surah Al Maidah berikut.


”Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” … (QS Al Maidah :76)

Sebagai seorang muslim seharusnya kita senantiasa bertingkah laku, bersikap, dan berbicara
dengan bahasa yang santun dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang baik lagi bermanfaat. Karena Allah
SWT pasti mendengar segala perkataan m,anusia, baik terucap maupun di dalam hati.

12. Basar ( Melihat )

Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini . penglihatan Allah bersifat
mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak( jauh atau dekat) dan tidak dapat dihalangi oleh dinding (tipis
atau tebal). Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, kecil maupun besar, tampak atau tidak tampak,
pasti semuanya terlihat oleh Allah SWT.

Sifat mustahil-Nya adalah :  ‘Umyun,  artinya buta.


Allah SWT wajib bersifat kesempurnaan. Seandainya Allah SWT itu buta pasti alam semesta
ini tidak akan ada karena Allah SWT tidak dapat melihat apa yang diciptakan-Nya.

Firman Allah SWT sebagai berikut.

”………Dan Allah maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” … (al-Baqarah: 265)

Dengan memahami sifat besar Allah SWT hendaknya kita selalu berhati-hati dalam berbuat.
Mungkin kita bisa berbohong kepada manusia, seperti orang tua, guru, atau teman. Akan tetapi kita
tidak akan bisa berbohong kepada Allah SWT.

Oleh karena itu , berbuat baiklah supaya kita tidak perlu cemas jika kita harus mempertanggung
jawabkannya kelak di akhirat.

13. Kalam ( Berbicara / Berfirman )

Allah SWT bersifat kalam artinya Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang diturunkan
kepada para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu tidak sama dengan pembicaraan
manusia karena Allah SWT tidak berorgan (panca indra), seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh
manusia.

Allah SWT berbicara tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun sebab sifat kalam
Allah SWT sangat sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya wahyu Allah SWT berupa al qur’an yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul
sebelum Nabi Muhammad SAW.

Sifat mustahi-Nya adalah :  Bukmun, artinya Bisu.

Allah SWT mustahil bersifat bisu. Seandainya Allah SWT bersifat bisu mana mungkin para
utusan-Nya bisa mengerti maksud wahyu yang diturunkan kepada tersebut, baik dalam bentuk perintah
maupun larangan.

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8

Padahal kenyataannya semua itu tidak mungkin terjadi. Firman Allah SWT
”……. Dan Allah berkata kepada Musa dengan satu perkataan yang jelas”
(QS AnNisa’ :164)

Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah SWT hendaknya membiasakan diri mengucapkan
kalimat-kalimat tayyibah, artinya kata-kata yang mulia, seperti ketika kita berbuat salah, maka
segeralah membaca istighfar.

Apabila kita menerima nikmat, maka segeralah mengucapkan hamdalah. Selain itu, kita juga
harus membiasakan diri bertutur kata yang lemah lembut dan sopan santun dengan sesama manusia.

14. Kaunuhu Qadirun

Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan.

Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala ,tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum ,
iaitu lain daripada sifat Qudrat.Sifat Allah ini berarti Allah adalah Dzat yang Maha Berkuasa.

Allah tidak lemah, Ia berkuasa penuh atas seluruh makhluk dan ciptaanNya.

“Sesungguhnya Alllah berkuasa atas segala sesuatu“

(QS. Al Baqarah :20).

15. Kaunuhu Muridun

Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu.

Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala ,


tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada
sifat Iradat.Allah memiliki sifat Muridun, yaitu sebagai Dzat Yang Maha Berkehendak.

Ia berkehendak atas nasib dan takdir manusia.

“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki“ … (QS.


Hud :107)

16.  Kaunuhu ‘Alimun

Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu.

Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala , tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , iaitu lain daripada sifat Al-Ilmu.

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
Sifat Allah ‘Alimun, yaitu Dzat Yang Maha Mengetahui. Allah mengetahui segala hal yang
telah terjadi maupun yang belum terjadi.

Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia.

“Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu“ … (QS. An Nisa’ :176)

17. Kaunuhu Hayyun

Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup.

Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , iaitu lain daripada sifat Hayat.

Allah adalah Dzat Yang Hidup.

Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah.

“Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati“
(QS. Al Furqon :58)

18. Kaunuhu Sami’un

Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar akan tiap-tiap yang Maujud.

Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum, iaitu lain daripada sifat Sama’.

Allah adalah Dzat Yang Maha Mendengar.

Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa hambaNya.

“Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui“ … (QS. Al Baqoroh :256).

19. Kaunuhu Basirun

Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ).

Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , iaitu lain daripada sifat Bashar.

Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat. Sifat Allah ini tidak terbatas seperti halnya penglihatan
manusia.

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik.

“Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“ … (QS. Al Hujurat :18)

20. Kaunuhu Mutakallimun

Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata.

Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , iaitu lain daripada sifat Qudrat.

Sifat Allah ini berarti Yang Berbicara. Allah tidak bisu, Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat
Al Quran.

Bila Al Quran menjadi pedoman hidup kita, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah swt.

3.Hikmah Beriman Kepada allah SWT


Meyakini kepada Allah SWT dengan sifat-sifat-Nya akan memberikan banyak hikmah
diantaranya :

 Meyakini kebesaran Allah SWT


 Meningkatkan rasa syukur
 Selalu menjalankan perinyah-Nya.
 Selalu berusaha menjauhi dan meninggalkan larangan-Nya.
 Tidak takut menghadapi kematian

4. Asmahul Husna
Berikut ini adalah 99 nama Allah SWT (Asmaul Husna) beserta maknanya:

1. Ar-Rahmaan: ( ‫ ) الرحمن‬Maha Pengasih, iaitu pemberi kenikmatan yang agung-agung dan


pengasih di dunia.

2. Ar-Rahim: ( ‫ ) الرحيم‬Maha Penyayang, iaitu pemberi kenikmatan yang di luar jangkaan dan
penyayang di akhirat.

3. Al-Malik: ( ‫ ) الملك‬Maha Merajai/ Menguasai /Pemerintah, iaitu mengatur kerajaanNya


sesuai dengan kehendakNya sendiri.

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8

4. Al-Quddus: ( ‫ ) القدوس‬Maha Suci, iaitu tersuci dan bersih dari segala cela dan kekurangan.
5. As-Salaam: ( ‫ ) السالم‬Maha Penyelamat, iaitu pemberi keselamatan dan kesejahteraan kepada
seluruh makhlukNya.

6. Al-Mu’min: ( ‫ ) المؤمن‬Maha Pengaman / Pemelihara keamanan, iaitu siapa yang bersalah


dan makhlukNya itu benar-benar akan diberi seksa, sedang kepada yang taat akan benar-benar
dipenuhi janjiNya dengan pahala yang baik.

7. Al-Muhaimin: ( ‫ ) المحيمن‬Maha Pelindung/Penjaga / Maha Pengawal serta Pengawas, iaitu


memerintah dan melindungi segala sesuatu.

8. Al-’Aziiz: ( ‫ ) العزيز‬Maha Mulia / Maha Berkuasa, iaitu kuasaNya mampu untuk berbuat
sekehendakNya

9. Al-Jabbaar: ( ‫ ) الجبار‬Maha Perkasa / Maha Kuat / Yang Menundukkan Segalanya, iaitu


mencukupi segala keperluan, melangsungkan segala perintahNya serta memperbaiki keadaan
seluruh hambaNya.

10. Al-Mutakabbir: ( ‫ ) المتكبر‬Maha Megah / Maha Pelengkap Kebesaran. iaitu yang


melengkapi segala kebesaranNya, menyendiri dengan sifat keagungan dan kemegahanNya.

11. Al-Khaaliq: ( ‫ ) الخالق‬Maha Pencipta, iaitu mengadakan seluruh makhluk tanpa asal, juga
yang menakdirkan adanya semua itu.

12. Al-Baari’: ( ‫ ) البارئ‬Maha Pembuat / Maha Perancang / Maha Menjadikan, iaitu


mengadakan sesuatu yang bernyawa yang ada asal mulanya.

13. Al-Mushawwir: ( ‫ ) المصور‬Maha Pembentuk / Maha Menjadikan Rupa Bentuk,


memberikan gambaran atau bentuk pada sesuatu yang berbeza dengan lainnya. (Al-Khaaliq
adalah mengadakan sesuatu yang belum ada asal mulanya atau yang menakdirkan adanya itu.
Al-Baari’ ialah mengeluarkannya dari yang sudah ada asalnya, manakala Al-Mushawwir ialah
yang memberinya bentuk yang sesuai dengan keadaan dan keperluannya).

14. Al-Ghaffaar: ( ‫ ) الغفار‬Maha Pengampun, banyak pemberian maafNya dan menutupi dosa-
dosa dan kesalahan.

15. Al-Qahhaar: ( ‫ ) القهار‬Maha Pemaksa, menggenggam segala sesuatu dalam kekuasaanNya


serta memaksa segala makhluk menurut kehendakNya.

16. Al-Wahhaab: ( ‫ ) الوهاب‬Maha Pemberi / Maha Menganugerah, iaitu memberi banyak


kenikmatan dan selalu memberi kurnia.

17. Ar-Razzaaq: ( ‫ ) الرزاق‬Maha Pengrezeki / Maha Pemberi Rezeki, iaitu memberi berbagai
rezeki serta membuat juga sebab-sebab diperolehnya.

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
18. Al-Fattaah: ( ‫ ) الفتاح‬Maha Membukakan / Maha Pembuka , iaitu membuka gedung
penyimpanan rahmatNya untuk seluruh hambaNya.

19. Al-’Aliim: ( ‫ ) العليم‬Maha Mengetahui, iaitu mengetahui segala yang maujud dan tidak ada
satu benda pun yang tertutup oleh penglihatanNya.

20. Al-Qaabidh: ( ‫ ) القابض‬Maha Pencabut / Maha Penyempit Hidup / Maha Pengekang, iaitu
mengambil nyawa atau menyempitkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki olehNya.

21. Al-Baasith: ( ‫ ) الباسط‬Maha Meluaskan / Maha Pelapang Hidup / Maha Melimpah Nikmat,
iaitu memudahkan terkumpulnya rezeki bagi siapa yang diinginkan olehNya.

22. AI-Khaafidh: ( ‫ ) الخافض‬Maha Menjatuhkan / Maha Menghinakan / Maha Perendah /


Pengurang, iaitu terhadap orang yang selayaknya dijatuhkan akibat kelakuannya sendiri dengan
memberinya kehinaan, kerendahan dan seksaan.

23. Ar-Raafi’: ( ‫ ) الرافع‬Maha Mengangkat / Maha Peninggi, iaitu terhadap orang yang
selayaknya diangkat kedudukannya kerana usahanya yang giat, iaitu termasuk golongan kaum
yang bertaqwa.

24. Al-Mu’iz: ( ‫ ) المعز‬Maha Menghormati / Memuliakan / Maha Pemberi


Kemuliaan/Kemenangan, iaitu kepada orang yang berpegang teguh pada agamaNya dengan
memberinya pentolongan dan kemenangan.

25. Al-Muzil: ( ‫ ) المذل‬Maha Menghina / Pemberi kehinaan, iaitu kepada musuh-musuhNya dan
musuh ummat Islam seluruhnya.

26. As-Samii’: ( ‫ ) السميع‬Maha Mendengar.

27. Al-Bashiir: ( ‫ ) البصير‬Maha Melihat.

28. Al-Hakam: ( ‫ ) الحكم‬Maha Menghukum / Maha Mengadili, iaitu sebagai hakim yang
menetapkan / memutuskan yang tidak seorang pun dapat menolak keputusanNya, juga tidak
seorang pun yang berkuasa merintangi kelangsungan hukumNya itu.

29. Al-’Adl: ( ‫ ) العدل‬Maha Adil. Serta sangat sempurna dalam keadilanNya itu.

30. Al-Lathiif: ( ‫ ) اللطيف‬Maha Menghalusi / Maha Teliti / Maha Lembut serta Halus, iaitu
mengetahui segala sesuatu yang samar-samar, pelik-pelik dan kecil-kecil.

31. Al-Khabiir: ( ‫ ) الخبير‬Maha Waspada/  Maha Mengetahui.

32. Al-Haliim: ( ‫ ) الحليم‬Maha Penyabar / Maha Penyantun / Maha Penghamba, iaitu yang tidak
tergesa-gesa melakukan kemarahan dan tidak pula gelojoh memberikan siksaan.

33. Al-’Adzhiim: ( ‫ ) العظيم‬Maha Agung, iaitu mencapai puncak tertinggi dan di mercu
keagungan kerana bersifat dengan segala macam sifat kebesaran dan kesempunnaan.

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
34. Al-Ghafuur: ( ‫ ) الغفور‬Maha Pengampun, banyak pengampunanNya kepada hamba-
hambaNya.

35. Asy-Syakuur: ( ‫ ) الشكور‬Maha Pembalas / Maha Bersyukur, iaitu memberikan balasan yang
banyak sekali atas amalan yang kecil.

36. Al-’Aliy: ( ‫ ) العلي‬Maha Tinggi Martabat-Nya / Maha Tinggi serta Mulia, iaitu mencapai
tingkat yang setinggi-tingginya yang tidak mungkin digambarkan oleh akal fikiran sesiapa pun
dan tidak dapat difahami oleh otak yang bagaimanapun pandainya.

37. Al-Kabiir: ( ‫ ) الكبير‬Maha Besar, yang kebesaranNya tidak dapat dicapai oleh pancaindera
ataupun akal manusia.

38. Al-Hafidz: ( ‫ ) الحفيظ‬Maha Pemelihara Maha Pelindung / Maha Memelihara, iaitu menjaga
segala sesuatu jangan sampai rosak dan goyah. Juga menjaga segala amal perbuatan hamba-
hambaNya, sehingga tidak akan disia-siakan sedikit pun untuk memberikan balasanNya.

39. Al-Muqiit: ( ‫ ) المقيت‬Maha Pemberi kecukupan/ Maha Pemberi Keperluan , baik yang
berupa makanan tubuh ataupun makanan rohani.

40. Al-Hasiib: ( ‫ ) الحسيب‬Maha Penjamin / Maha Mencukupi / Maha Penghitung, iaitu


memberikan jaminan kecukupan kepada seluruh bamba-hambaNya pada hari Qiamat.

41. Al-Jaliil: ( ‫ ) الجليل‬Maha Luhur, iaitu yang memiliki sifat-sifat keluhuran kerana
kesempurnaan sifat-sifatNya.

42. Al-Kariim: ( ‫ ) الكريم‬Maha Pemurah, iaitu mulia tanpa had dan memberi siapa pun tanpa
diminta atau sebagai penggantian dan sesuatu pemberian.

43. Ar-Raqiib: ( ‫ ) الركيب‬Maha Peneliti / Maha Pengawas Maha Waspada, iaitu yang


mengamat-amati gerak-geri segala sesuatu dan mengawasinya.

44. Al-Mujiib: ( ‫ ) المجيب‬Maha Mengabulkan, iaitu yang memenuhi permohonan siapa saja
yang berdoa padaNya.

45. Al-Waasi’: ( ‫ ) الواسع‬Maha Luas Pemberian-Nya , iaitu kerahmatanNya merata kepada


segala yang maujud dan luas pula ilmuNya terhadap segala sesuatu.

46. Al-Hakiim: ( ‫ ) الحكيم‬Maha Bijaksana, iaitu memiliki kebijaksanaan yang tertinggi


kesempurnaan ilmuNya serta kerapiannya dalam membuat segala sesuatu.

47. Al-Waduud: ( ‫ ) الودود‬Maha Pencinta / Maha Menyayangi, iaitu yang menginginkan segala
kebaikan untuk seluruh hambaNya dan juga berbuat baik pada mereka itu dalam segala hal dan
keadaan.

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
48. Al-Majiid: ( ‫ ) المجيد‬Maha Mulia, iaitu yang mencapai tingkat teratas dalam hal kemuliaan
dan keutamaan.

49. Al-Ba’ithu: ( ‫ ) الباعث‬Maha Membangkitkan, iaitu membangkitkan semangat dan


kemahuan, juga membangkitkan para Rasul dan orang-orang yang telah mati dari kubur
masing-masing nanti setelah tibanya hari Qiamat.

50. Asy-Syahiid: ( ‫ ) الشهيد‬Maha Menyaksikan / Maha Mengetahui keadaan semua makhluk.

51.  Al-Haq: ( ‫ ) الحق‬Maha Haq / Maha Benar yang kekal dan tidak akan berubah sedikit pun.

52. Al-Wakiil: ( ‫ ) الوكيل‬Maha Pentadbir / Maha Berserah / Maha Memelihara penyerahan,


yakni memelihara semua urusan hamba-hambaNya dan apa-apa yang menjadi keperluan
mereka itu.

53. Al-Qawiy: ( ‫ ) القوى‬Maha Kuat / Maha Memiliki Kekuatan , iaitu yang memiliki kekuasaan
yang sesempurnanya.

54. Al-Matiin: ( ‫ ) المتين‬Maha Teguh / Maha Kukuh atau Perkasa / Maha Sempurna Kekuatan-
Nya , iaitu memiliki keperkasaan yang sudah sampai di puncaknya.

55. Al-Waliy: ( ‫ ) الولى‬Maha Melindungi, iaitu melindungi serta mengaturkan semua


kepentingan makhlukNya kerana kecintaanNya yang amat sangat dan pemberian
pertolonganNya yang tidak terbatas pada keperluan mereka.

56. Al-Hamiid: ( ‫ ) الحميد‬Maha Terpuji, yang memang sudah selayaknya untuk memperoleh
pujian dan sanjungan.

57. Al-Muhshii: ( ‫ ) المحصى‬Maha Menghitung  / Maha Penghitung, iaitu yang tiada satu pun
tertutup dari pandanganNya dan semua amalan diperhitungkan sebagaimana wajarnya.

58. Al-Mubdi’: ( ‫ ) المبدئ‬Maha Memulai/Pemula / Maha Pencipta dari Asal, iaitu yang
melahirkan sesuatu yang asalnya tidak ada dan belum maujud.

59. Al-Mu’iid: ( ‫ ) المعيد‬Maha Mengulangi / Maha Mengembalikan dan Memulihkan, iaitu


menumbuhkan kembali setelah lenyapnya atau setelah rosaknya.

60. Al-Muhyii: ( ‫ ) المحي‬Maha Menghidupkan, iaitu memberikan daya kehidupan pada setiap
sesuatu yang berhak hidup.

61. Al-Mumiit: ( ‫ ) المميت‬Maha Mematikan, iaitu mengambil kehidupan (roh) dari apa-apa
yang hidup.

62. Al-Hay: ( ‫ ) الحي‬Maha Hidup, iaitu sentiasa kekal hidupNya itu.

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
63. Al-Qayyuum: ( ‫ ) القيوم‬Maha Berdiri Dengan Sendiri-Nya , iaitu baik ZatNya, SifatNya,
Af’alNya. Juga membuat berdirinya apa-apa yang selain Dia. DenganNya pula berdirinya
langit dan bumi ini.

64. Al-Waajid: ( ‫ ) الواجد‬Maha Penemu / Maha Menemukan, iaitu dapat menemukan apa saja
yang diinginkan olehNya, maka tidak berkehendakkan pada suatu apa pun kerana sifat
kayaNya yang secara mutlak.

65. Al-Maajid: ( ‫ ) الماجد‬Maha Mulia, (sama dengan no. 48 yang berbeda hanyalah tulisannya
dalam bahasa Arab, Ejaan sebenarnya no. 48 Al-Majiid, sedang no. 65 A1-Maajid).

66. Al-Waahid: ( ‫ ) الواحد‬Maha Esa.

67. Al-Ahad: ( ‫ ) األحد‬Maha Tunggal.

68. Ash-Shamad: ( ‫ ) الصمد‬Maha Diperlukan / Maha Diminta / Yang Menjadi Tumpuan, iaitu
selalu menjadi tujuan dan harapan orang di waktu ada hajat keperluan.

69. Al-Qaadir: ( ‫ ) القادر‬Maha Berkuasa/ Maha Kuasa / Maha Berupaya

70. Al-Muqtadir: ( ‫ ) المقتدر‬Maha Menentukan.

71. Al-Muqaddim: ( ‫ ) المقدم‬Maha Mendahulukan / Maha Menyegera, iaitu mendahulukan


sebahagian benda dari yang lainnya dalam mewujudnya, atau dalam kemuliaannya, selisih
waktu atau tempatnya.

72. Al-Muakhkhir: ( ‫ ) المؤخر‬Maha Menangguhkan / Maha Mengakhirkan / Maha


Membelakangkan / Maha Melambat-lambatkan., iaitu melewatkan sebahagian sesuatu dari
yang lainnya.

73. Al-Awwal: ( ‫ ) األول‬Maha Pemulaan  / Maha Pertama, iaitu terdahulu sekali dari semua
yang maujud.

74. Al-Aakhir: ( ‫ ) اآلخر‬Maha Penghabisan / Yang Akhir, iaitu kekal terus setelah habisnya
segala sesuatu yang maujud.

75. Azh-Zhaahir: ( ‫ ) الظاهر‬Maha Zahir / Maha Nyata / Maha Menyatakan, iaitu menyatakan
dan menampakkan kewujudanNya itu dengan bukti-bukti dan tanda-tanda ciptaanNya

76. Al-Baathin: ( ‫ ) الباطن‬Maha Tersembunyi, iaitu tidak dapat dimaklumi ZatNya, sehingga
tidak seorang pun dapat mengenal ZatNya itu.

77. Al-Waalii: ( ‫ ) الوالى‬Maha Menguasai / Maha Menguasai Urusan / Yang Maha Memerintah,
iaitu menggenggam segala sesuatu dalam kekuasaanNya dan menjadi milikNya.

78. Al-Muta’aalii: ( ‫ ) المتعال‬Maha Suci/Tinggi , iaitu terpelihara dari segala kekurangan dan
kerendahan.

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
79. Al-Bar: ( ‫ ) البار‬Maha Dermawan / Maha Bagus (Sumber Segala Kelebihan) / Yang banyak
membuat kebajikan, iaitu banyak kebaikanNya dan besar kenikmatan yang dilimpahkanNya.

80. At-Tawwaab: ( ‫ ) التواب‬Maha Penerima Taubat, iaitu memberikan pertolongan kepada


orang-orang yang melakukan maksiat untuk bertaubat lalu Allah akan menerimanya.

81. Al-Muntaqim: ( ‫ ) المنتقم‬Maha Penyiksa / Yang Maha Menghukum, kepada mereka yang
bersalah dan orang yang berhak untuk memperoleh siksaNya.

82. Al-’Afuw: ( ‫ ) العفو‬Maha Pemaaf / Yang Maha Pengampun, menghapuskan kesalahan orang
yang suka kembali untuk meminta maaf padaNya.

83. Ar-Rauuf: ( ‫ ) الرؤف‬Maha Pengasih / Maha Mengasihi, banyak kerahmatan dan kasih
sayangNya.

84. Maalikul Mulk: ( ‫ ) المالك الملك‬Maha Pemilik Kekuasaan  / Maha Menguasai kerajaan /
Pemilik Kedaulatan Yang Kekal, maka segala perkara yang berlaku di alam semesta, langit,
bumi dan sekitarnya serta yang di alam semesta itu semuanya sesuai dengan kehendak dan
iradatNya.

85. Zul-Jalaali Wal Ikraam: ( ‫ ) ذوالجالل واإلكرام‬Maha Pemilik Keagungan dan Kemuliaan  /
Maha Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan. Juga Zat yang mempunyai keutamaan dan
kesempurnaan, pemberi kurnia dan kenikmatan yang amat banyak dan melimpah ruah.

86. Al-Muqsith: ( ‫ ) المقسط‬Maha Mengadili / Maha Saksama, iaitu memberikan kemenangan


pada orang-orang yang teraniaya dari tindakan orang-orang yang menganiaya dengan
keadilanNya.

87. Al-Jaami’: ( ‫ ) الجامع‬Maha Mengumpulkan / Maha Pengumpul, iaitu mengumpulkan


berbagai hakikat yang telah bercerai-berai dan juga mengumpulkan seluruh umat manusia pada
hari pembalasan.

88. Al-Ghaniy: ( ‫ ) الغنى‬Maha Kaya Raya / Maha Kaya serta Serba Lengkap, iaitu tidak
berkehendakkan apa juapun dari yang selain ZatNya sendiri, tetapi yang selainNya itu amat
mengharapkan padaNya.

89. Al-Mughnii: ( ‫ ) المغنى‬Maha Pemberi kekayaan / Maha Mengkayakan dan Memakmurkan,


iaitu memberikan kelebihan yang berupa kekayaan yang berlimpah-ruah kepada siapa saja
yang dikehendaki dari golongan hamba-hambaNya.

90. Al-Maani’: ( ‫ ) المانع‬Maha Membela atau Maha Menolak / Maha Pencegah, iaitu membela
hamba-hambaNya yang soleh dan menolak sebab-sebab yang menyebabkan kerosakan.

91. Adh-Dhaar: ( ‫ ) الضار‬Maha Mendatangkan Mudharat / Maha Pembuat Bahaya  / Maha


Pemberi bahaya, iaitu dengan menurunkan seksa-seksaNya kepada musuh-musuhNya

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
92. An-Naafi’: ( ‫ ) النافع‬Maha Pemberi Manfaat , iaitu meluaslah kebaikan yang
dikurniakanNya itu kepada semua hamba, masyarakat dan negeri.

93. An-Nuur: ( ‫ ) النور‬Maha Pemberi Cahaya  / Maha Bercahaya, iaitu menonjokan ZatNya
sendiri dan menampakkan untuk yang selainNya dengan menunjukkan tanda-tanda
kekuasaanNya.

94. Al-Haadi: ( ‫ ) الهادى‬Maha Pemberi Petunjuk / Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk,
iaitu memberikan jalan yang benar kepada segala sesuatu agar berterusan adanya dan terjaga
kehidupannya.

95. Al-Badii’: ( ‫ ) البديع‬Maha Indah / Tiada Bandingan  / Maha Pencipta yang baru, sehingga
tidak ada contoh dan yang menyamai sebelum keluarnya ciptaanNya itu.

96. Al-Baaqi: ( ‫ ) الباقع‬Maha Kekal, iaitu kekal hidupNya untuk selama-Iamanya

97. Al-Waarits: ( ‫ ) الوارث‬Maha Membahagi / Maha Mewarisi  / Maha Pewaris, iaitu kekal
setelah musnahnya seluruh makhluk.

98. Ar-Rasyiid: ( ‫ ) الرشيد‬Maha Cendekiawan / Maha Pandai / Bijaksana / Maha Memimpin,


iaitu yang memimpin kepada kebenaran, iaitu memberi penerangan dan panduan pada seluruh
hambaNya dan segala peraturanNya itu berjalan mengikut ketentuan yang digariskan oleh
kebijaksanaan dan kecendekiawanNya.

99. Ash-Shabuur: ( ‫ ) الصبور‬Maha Penyabar yang tidak tergesa-gesa memberikan seksaan dan
tidak juga cepat melaksanakan sesuatu sebelum masanya.

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
4.Fungsi Asmahul Husna
ِ ‫ِب ۡس ِم ٱهللِ ٱل َّر ۡح َم ٰـ ِن ٱل َّر ِح‬
‫يم‬

Allah: ( ‫ ) هللا‬Lafaz yang Maha Mulia yang merupakan nama dari Zat Ilahi yang Maha Suci serta wajib
adanya yang berhak memiliki semua macam pujian dan sanjungan.

Lafadz ini disebut juga lafadz Jalalah, dan juga disebut Ismu Zat . Iaitu Zat yang menciptakan
langit, bumi dan seisinya termasuk kita sebagai umat manusia ini. Dan Dialah Tuhan seru sekalian
alam.

Adapun nama-nama lain, maka setiap nama itu menunjukkan suatu sifat Allah yang tertentu
dan oleh sebab itu bolehlah dianggap sebagai sifat bagi lafaz yang Maha Mulia .

BAGAIMANA SEHARUSNYA BERDOA DENGAN ASMAUL HUSNA ?

“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna
itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-
Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”[QS. Al A'raaf :
180].

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
Bagi yg ingin berdoa/dzikir dgn menggunakan Asma’ul Husna, (sesuai perintah Qur’an surat Al
A’roof : 180), maka dapat memakai kitab/buku kompilasi 3 ulama,

-Syaikh DR. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qohthany.


- Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani.
- Syaikh Mahmud ‘Abdurraziq Ar Ridhwani.

Buku ini disusun oleh Abu Muhammad Ibnu Shalih bin Hasbullah, terbitan Pustaka Ibnu ‘Umar. Tebal
153 halaman.

Syaikh Albani rahimahullah dalam “At Tawassul An waa’uhu wa ahkaamuhu” I/29, mengatakan, tidak
mengapa dalam berdoa, bertawassul dengan menggunakan Nama2 Allah yg indah (Asmaa’ul Husna),
atau dengan menggunakan sifat dari sifat2 Allah yg tinggi.

Contoh :

“Allahumma innii as-aluka bi annaka antar rohmaanur rohiimul lathiiful khobiir, an tu’aafiinii”.

Artinya :

Ya Allah, aku memohon kepada-MU, karena sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Mahalembut dan Mahamengetahui, selamatkanlah (dunia akhirat)ku.

Dalam doa tsb, seseorang (-membuat doa sendiri-) menyampaikan doanya dengan menggunakan
perantara Nama-nama Allah : ar Rohmaan, ar Rahiim, al Lathiif dan al Khobiir.

Diantara zikir dan doa yg dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yg sering beliau baca yg
didalamnya terdapat asma’ul husna adalah :

“Robbighfirlii wa tub ‘alayya, innaka antat tawwaabul ghofuur”,

Sebagaimana hadits Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma, ia berkata:

” Sungguh kami telah menghitung ketika kami dalam satu majlis dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam bahwa beliau seratus kali mengucapkan:

“Robbighfirlii wa tub ‘alayya, innaka antat tawwaabul ghofuur.”

Artinya:

Wahai Rabbku, ampunilah aku, terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat dan
Maha Pengampun.

[Diriwayatkan Ahmad (2/21), Abu Dawud (6516), At-Tirmidzi (3434), An-Nasai didalamkitab Al-
Kubra (10292), dan Ibnu Majah (3814).

atau

"Robbighfirlii wa tub 'alayya, innaka antat tawwaabur rohiim". [DOA & WIRID, ust. Yazid bin Abdul
Qadir Jawas].

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman 8
Adapun mewiridkan asmaul husna, seperti :

Ya Allah……………..sekian kali

Allah..Allah..Allah.. sekian kali

Hu…hu…hu..hu…… sekian kali

Ya jabbar………….. sekian kali

Ya Rahman……….. sekian kali

dan lain-lain banyak sekali wirid2 yang seperti ini, MAKA INI sama sekali tidak ada dalilnya, dan
mengada-ngada dalam perkara agama.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

”Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu amalan dalam urusan agama yang bukan datang dari kami
(Allah dan Rasul-Nya), maka tertolaklah amalnya itu”. (SHAHIH, riwayat Muslim Juz 5,133)

“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, patuh dan taat walaupun dipimpin budak
Habasyi, karena siapa yang masih hidup dari kalian maka akan melihat perselisihan yang banyak. Maka
berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah pada Khulafaur Rasyidin yang memberi petunjuk
berpegang teguhlah kepadanya dan gigitlah dia dengan gigi geraham kalian. Dan waspadalah terhadap
perkara-perkara yang baru (yang diada-adakan) kepada hal-hal yang baru itu adalah kebid’ahan dan
setiap kebid’ahan adalah kesesatan”. [SHAHIH. HR.Abu Dawud (4608), At-Tirmidziy (2676) dan Ibnu
Majah (44,43),Al-Hakim (1/97)]

“Sesungguhnya Syetan telah berputus asa untuk disembah dinegri kalian, tetapi ia senang ditaati
menyangkut hal selain itu diantara amal perbuatan yang kalian anggap sepele, maka berhati-hatilah.
Sesungguhnya aku telah meninggalkan/mewariskan pada kalian apa2 yang jika kalian berpegang teguh
padanya, maka kalian tidak akan sesat selamanya, yaitu kitab Allah dan Sunnah NabiNya” (HASAN,
riwayat Bukhari, Muslim, Al Hakim, Adz zahabi, Albani)

Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.


“Akan datang pada akhir umatku orang-orang yang menyampaikan kepada kalian apa-apa yang tidak
pernah kalian dengar dan tidak pernah didengar oleh bapak-bapak kalian, maka waspadalah kalian dari
mereka!” [SHAHIH. HR. Muslim 1/12]

___________________________________________________________________________
Makalah tentang Iman Kepada Allah Swt (BAB III) Halaman8

Anda mungkin juga menyukai