Anda di halaman 1dari 5

RESUME MATERI AKHLAK MADZMUMAH

PAI 4

Dosen pengampu : PARIHAT, DRA., M.SI.

Disusun Oleh:

Bunga Sesilya Gunawan

10050019057

Kelas B

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2021
AKHLAK MADZMUMAH

A. Latar Belakang

Akhlak Madzmumah adalah akhlak yang tercela atau buruk, baik dilihat dari
sikap, perilaku, atau ucapan bertentangan dengan ajaran Islam, dimana akhlak ini
merupakan akhlak yang buruk yang harus dihindarkan dan dijauhi oleh setiap orang.
Akhlak madzmumah bersumber dari setan yang mendorong pada kemaksiatan dan
kemungkaran. Akhlak mazmumah dapat membawa kerusakan pada diri maupun
orang lain. Imam Ghazali menamakannya dengan muhlikat yaitu sifat-sifat yang
menghancurkan manusia.

B. Sumber-Sumber Aklhak Mazmumah


1) Maksiat lahir yaitu pelanggaran oleh orang yang berakal dan baligh karena
melakukan perbuatan yang dilarang dan meninggalkan pekerjaan yang
diwajibkan syariat islam.
2) Maksiat batin berasal dari dalam hati dimana terkadang tak terlihat dan lebih
sungkar dihilangkan.

Akhlak madzmumah (maksiat lahir dan bantin) lahir karena hal berikut (Al-
Fudlail ibnu ‘lyadl) :

1. Al-Kibru (sombong)

Dalam surat al-Hasyr ayat 22 terdapat kata “Al-Mutakabbir” (angkuh). Al-


Kibru yaitu sifat seseorang yang sombong terhadap orang lain, menganggap
remeh orang itu dan memanfaatkan agar mengikuti segala maksudnya. Menurut
istilah, sikap angkuh dan merasa mampu dirinya lebih dari orang lain dan
memandang remeh sertatidak mau taat dan tunduk kepada Allah SWT. Kibru
tidak dapat mencium bau surga. Kibru menjadikan hati terkunci dan tidak mau
menerima petunjuk Rasululah karenamerasa sudah lebih dan merasa cukup ilmu
dibanding lain sehingga tertutup dari kebenaran.
2. Al-Hirshu (rakus)

Sifat rakus timbul akibat dari ketidakmampuan manusia dalam


mengendalikan hawa nafsu padahal hawa nafsu cenderung bersifat tamak/halus.
Al-Hirshu adalah suatu keinginan yang berlebih-lebihan terhadap masalah-
masalah keduniaan. Sifat selalu ingin menang merupakan sifat kemanusiaan dan
sifat pembawaan manusia. Islam melarang perilaku yang berlebihan, tetapi
keinginan yang masih batas wajar dapat diperbolehkan untuk memenuhi
kebutuhan primer.

3. al-Hasadu (dengki)

Dalam kamus al-‘Ain disebutkan lafadz ẖasad adalah mashdar dari fi’il
ẖasada yaẖsudu ẖasadan. Dalam kamus Lisân al-‘Arabdi sebutkan asal kata ẖasad
adalah Qasyr (lapisan kulit luar). Hukum hasad adalah haram, kecuali hasad
terhadap nikmat yang diperoleh fajir dan orang kafir. Sifat hasad merupakan
cabang dari sifat tamak/rakus. . Sifat hasad membebani pelakunya atas segala
anugerah Allah untuk hamba-Nya, baik berupa ilmu, harta, rasa cinta di hati
manusia, atau keberuntungan-keberuntungan lain sehingga membuatnya
menginginkan hilangnya anugerah tersebut dari pemiliknya meskipun dirinya
tidak memperoleh apapun dari nikmat tersebut. Hasud (dengki) ada dua macam
yaitu, hasud yang tercela menurut syari’at, yaitu tidak senang melihat kenikmatan
ada pada orang lain, dan ia menghendaki bahwa kenikmatan itu hilang dari orang
itu. Kedua, hasud yang dikenal dengan istilah ghibthah (keinginan untuk menjadi
seperti orang lain).

C. Pilar-Pilar Madzmumah
1. Hubbud-Dunya (mencitai dunia)

Hubbud-Dunya yaitu suatu sikap, perilaku atau cara hidup seseorang yang
mementingkan hal-hal yang bersifat duniawi walaupun kurang memiliki
kesanggupan untuk memperolehnya tanpa memperdulikan batas-batas kebenaran
agama dan kepentingan orang lain. Cenderung menghalalkan segala cara untuk
memperoleh apapun. Hubbud-dunya merupakan salah satu macam akhlak tercela
yang wajib dihindari oleh setiap muslim. Sebab Hubbud-dunya dapat membuat
seseorang memiliki sikap atau perilaku sebagai berikut:

• Menghalalkan segala cara.


• Mementingkan diri sendiri
• Bersikap hasud kepada orang lain
• Rakus dan serakah
• Tunduk kepada kesenangan hawa nafsu
• Tidak pernah merasa puas dan cukup
• Larut kepada kelezatan duniawi yang memikat
• Tidak bersyukur
• Jauh dari ajaran agama
• Membanggakan diri/sombong

Dalam pandangan ilmu Tasawuf, Hubbud-dunya merupakan lawan dari


zuhud yaitu mengurangi keyakinan terhadap sesuatu yang dibolehkan sekalipun
padahal ada kesanggupan untuk memperolehnya atau mengerjakannya, dalam
upaya melatih diri serta mendahulukan kepentingan orang lain dari kepentingan
sendiri.

2. Hasud (Iri Hati atau Dengki)


Hasud adalah sifat iri hati, dengki dan mengharapkan hilangnya
kenikmatan dari orang lain karena benci kepadanya. Dalam al-Qur’an surat al-
Falaq ayat 1 – 5 dijelaskan dalam surat ini tentang buruk dan tercelanya orang-
orang yang memiliki sifat hasud.
3. Takabur/Ujub
“ghurur” (sombong/kesombongan) dan “ujub” (berarti berlebih-lebihan
atau berbangga diri). Lazimnya kata takabur bergandengan/Orang yang congkak
dan berbangga diri adalah orang yang silau akan harta, pangkat, kedudukan dan
nafsunya yang disebabkan oleh godaan setan atau orang- orang yang berada di
sekitarnya. sedangkan "ujub" adalah orang yang sombong dan berbangga diri,
kedua sifat ini hampir sama dan keduanya merupakan sifat tercela yang dilarang
agama. Orang yang ujub selalu merasa hebat, besar, dan selalu merasa benar
sehingga tidak mau menerima kritik orang lain. Seperti dalam perang Hunain
hampir membawa musibah bagi kaum muslim, karena mereka merasa jumlahnya
jauh lebih besar dari musuhnya.
4. Riya’
Berasal dari kata ra’a (memperlihatkan). Riya' artinya menampakkan
ibadah dengan maksud agar dilihat orang, agar mendapat pujian dimana
berhubungan dengan penglihatan. Sum'ah yaitu menyebutkan sesuatu perbuatan
agar orang lain mengetahuinya. sikap riya' dan sum'ah itu merupakan sikap yang
dapat mengantarkan seseorang kepada ketidakikhlasan. Akibat perbuatan Riya
yaitu :
 Dapat mengakibatkan dosa besar, jika perbuatan riya' itu dilakukan dalam
melaksanakan ibadah pokok, seperti salat, puasa, zakat dan sebagainya.
 Menggugurkan pahala, jika perbuatan riya' itu dilakukan dalam
melaksanakan ibadah-ibadah sunah.
 Mengurangi pahala.
 Menimbulkan fitnah atau ejekan orang

Anda mungkin juga menyukai