E. Refleksi
Ikhlas
Ikhlas artinya menerima segala sesuatu yang diberikan oleh
Allah SWT. Dalam bahasa Arab, kata ikhlas merupakan bentuk
mashdari dari akhlas, yang berasal dari akar kata
kholas/khalasa. artinya memperbaiki dan membersihkan sesuatu
Keikhlasan yang diungkapkan oleh para ulama antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Muhammad Abduh mengatakan keikhlasan adalah agama
yang ikhlas karena Allah SWT. selalu memandang
kepada-Nya dan tidak mengenali keserupaan-Nya dengan
makhluk apa pun atau tujuan khusus apa pun seperti
menghindari bencana atau mencari keuntungan, atau
menunjuk siapa pun selain Dia sebagai pelindung.
2. Muhammad al-Ghazali mengatakan bahwa ikhlas adalah
berbuat baik hanya karena Allah SWT.
Ikhlas melakukan sesuatu dengan sengaja demi Allah
SWT. dan mengharapkan keridhaan dan kesucian-Nya dari
segala kekotoran dan godaan, seperti keinginan nikmat, simpati
orang lain, kemewahan, kedudukan, kekayaan, pemuasan
nafsu dan penyakit hati lainnya.
Sifat-sifat yang dapat merusak keikhlasan adalah:
a) Ria, itu berbuat baik bukan untuk mencari keridhaan
Allah SWT. namun akan dihargai oleh manusia untuk
memperoleh pujian atau ketenaran, status, kedudukan
dalam masyarakat sebagaimana yang dijelaskan dalam
firman Allah SWT. Ciri-ciri pengidap Riya adalah:
1) orang yang meningkatkan ketaatannya ketika orang
lain memuji atau menyanjungnya, tetapi melemahkan
atau bahkan mengurungkan niatnya ketika dikritik dan
diolok-olok,
2) rajin rukuk di hadapan banyak orang, tetapi malas
melakukannya sendirian,
3) bersedia memberi atau sedekah bila banyak yang
melihatnya, tetapi ogah-ogahan bila tidak ada yang
melihatnya,
4) Berkata dan berbuat baik bukan hanya dari Allah SWT.
Tapi demi harapan umat manusia
b) Sum'ah, menceritakan tentang perbuatan baik kepada
orang lain, agar dapat penilain baik terhadap orang lain.
c) Kemunafikan, sifat menyembunyikan kekafiran dengan
menyatakan dan bersumpah beriman kepada Allah SWT.
Sabar
Kesabaran berarti bertahan menghadapi cobaan, tidak mudah
marah, depresi atau putus asa. Sebenarnya kata sabar berasal
dari bahasa arab yaitu shabara-yashbiru-shabran yang artinya
sabar. Kata lainnya adalah alhabit yang artinya menangkap
atau memenjarakan. Tujuannya untuk menjaga hatinya dari
hawa nafsu atau hawa nafsu
Sabar artinya kemampuan mengendalikan emosi sehingga
kesabaran mempunyai nama yang berbeda-beda tergantung
objeknya:
1) Sabar adalah ketabahan dalam menghadapi musibah,
begitu pula kebalikannya rasa khawatir, dan mengeluh
berarti sabar
2) Shabar adalah dhobit an nafs, yang berasal dari
kemampuan menghadapi dan menahan diri dari godaan
kesenangan hidup,
3) Shabara disebut pemberani dalam perang, sebaliknya
pengecut,
4) Kesabaran dalam menahan amarah disebut dengan
kesantunan (hilm), sebaliknya kurang ajar (tazammur),
5) Kesabaran dalam menghadapi musibah disebut rahmat
(ridha),
6) Seorang Shabar yang mendengar gosip dikatakan mampu
menyembunyikan rahasia,
7) Shabar menuju kemewahan disebut zuhud dan
8) Sabar dalam menerima sedikit disebut dermawan
(qana'ah), kebalikan dari serakah atau kikir.
Syukur
Syukur adalah rasa syukur kepada Allah dan kebahagiaan
(mengungkapkan kelegaan, kegembiraan, dan sebagainya).
Sebenarnya kata syukur berasal dari bahasa arab yaitu bentuk
mashdar dari kata kerja syakara-yasykuru-syukran-wa syukur-
wa syukranan.
Syukur artinya memuji kebaikan dan kesempurnaan suatu
hal. Bersyukur juga berarti menunjukkan sesuatu secara
dangkal. Dalam hal ini mengungkapkan sesuatu yang tampak
di permukaan, atau mengungkapkan kemurahan Tuhan.
Menurut istilahnya, syukur adalah pengakuan terhadap pahala
yang dianugerahkan Tuhan, berkaitan dengan status seseorang
di sisi-Nya, dan pemanfaatan nikmat tersebut sesuai petunjuk
dan kehendak-Nya.
M. Quraish Shihab mejelaskan bahwa syukur mempunyai
tiga aspek: Pertama, rasa syukur dalam hati, yaitu kepuasan
batin atas anugerah. Kedua, ucapan terima kasih secara
linguistik, yaitu pengakuan atas pemberian dan pujian dari si
pemberi. Ketiga, ucapan terima kasih melalui tindakan, yaitu
menggunakan hadiah yang diterima sesuai dengan tujuan
pemberian penghargaan .Persatuan dengan amal shaleh
menjadi dasar tauhid ketika ia mendapat kesempatan yang
baik untuk menunaikan kewajibannya di dunia ini.
Ridha
Kata الرضا/ridha secara bahasa berasal dari bahasa Arab
yang berarti senang, rela. Kebalikan dari السخت/al-sukht yang
artinya marah, gusar, muak. Orang yang الرضا/ridha artinya
orang yang mampu melepaskan rasa ketidakpuasan batin
sehingga hanya kesenangan yang tersisa di hatinya.
Para ulama mengartikan rida sebagai berikut:
a. Dzunnun Al-Miṣri mengatakan kenikmatan adalah
nikmatnya hati bertemu dengan qadha Allah,
b. Ibnu Ujaibah mengatakan bahwa Ridha menerima
kehancuran dengan wajah tersenyum, atau bersukacita
ketika keputusan itu datang, atau tidak memilih apa yang
telah Allah atur dan putuskan, atau dermawan dan
mengingkari segala sesuatu yang berasal dari Allah.
c. Al-Barkawi meyakini Ridha adalah jiwa yang suci
terhadap apa yang terjadi dan apa yang terjadi, tanpa
perubahan apa pun. Ibnu Aṭaillah as-Sakandari berkata:
“Tertawa adalah pendapat hati tentang pilihan abadi Allah
terhadap hamba-Nya, yaitu menahan diri dari amarah.