B. Kegiatan Belajar : Sumber Akhlak dan implementasinya (KB 2)
C. Refleksi
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
A. Definisi Akhlak Al-karimah Menurut bahasa kata Akhlak dalam Bahasa Arab merupakan jama’ dari khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai,tingkah laku,sopan santun atau tabiat. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk.Sedangkan secara bahasa Al Imam Al- Ghozali mendefinisikan Akhlak sebagai gambaran keadaan jiwa berupa sifat-sifat yang sudah mendarah daging yang mendorong dilakukannya perbutan-perbuatan dengan mudah lagi gampang tanpa berfikir panjang. B. Kekuatan jiwa dan sumber terbentuknya akhlak al- karimah 1. Quwwah al-Ilmi Quwwah al-Ilmi adalah kekuatan yang berasal dari akal. Dengan akal inilah manusia dapat dengan mudah membedakan mana yang jujur dan mana yang bohong dalam berbicara, mana yang benar dan mana yang salah dalam mengambil keputusan, mana yang baik dan mana yang buruk dalam bertindak. 2. Quwwah al-Ghadhab Quwwah al-Ghadhab merupakan dorongan manusia untuk menolak yang tidak disenangi dan Konsep (Beberapa istilah mendapatkan kenikmatan yang bersifat abstrak dan batin. 1 dan definisi) di KB Dimana ia bisa menghasilkan sifat utama yang dapat menjadi sumber akhlak yang mulia sertamenumbuhkan kebaikan- kebaikan yakni sifat syaja’ah (keberanian) 3. Quwwah asy-Syahwah Al-Quwwah asy-Syahwah yaitu kekuatan yang ada dalam diri manusia yang mendorong perbutan-perbuatan untuk memperoleh kenikmatan- kenikmatan yang bersifat zhahir, yang dinspirasi oleh panca indranya seperti: mencari makanan dan minuman, mencintai lawan jenis dan lain-lainnya. Dengan kekuatan ini manusia menjadi lebih bergairah dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan. Quwwah asySyahwah yang baik disebut al-iffah 4. Quwwah al-‘Adl Menurut al-Ghazali, terbentuknya akhlak yang mulia pada diri seseorang diperlukan lagi satu kekuatan, yaituAl-Quwwahal-‘Adl,sebuah kekuatan penyeimbang dari ketiga kekuatan jiwa sebelumnya. Tiga kekutan jiwa manusia yang menjadi dorongan tingkah lakunya akan menjadi baik kalau bersinergi secara adil (keseimbang) C. Amal Shalih sebagai Implementasi Akhlak al-Karimah kepada Allah Swt Konsep Bingkai Amal Shalih : 1. Tawakkal Menurut bahasa kata tawakkal diambil dari Bahasa Arab tawakkul dari akar kata wakala yang berarti lemah. Adapun tawakkul berarti menyerahkan atau mewakilkan. Sedangkan secara istilah tawakal merupakan amalan dan penghambaan hati dengan menyandarkan segala sesuatunya hanya kepada Allah Swt. semata, percaya terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikan segala ‘kecukupan’ bagi dirinya, dengan tetap berikhtiar semaksimal mungkin untuk dapat memperolehnya. 2. Ikhlas Menurut bahasa, ikhlas berartijujur, tulus dan rela. Sedangkan secara istilah iklas adalah melakukan amal kebajikan semata-mata karena Allah SWT 2. Sebenarnya kata sabar berasal dari bahasa arab, yaitu shabara- yashbiru-shabran yang artinya menahan. Kata lainnya adalah alhabs yang artinya menahan atau memenjarakan. Artinya adalah menahan hatinya dari keinginan atau nafsunya. Sedangkan secara istilah sabar adalah kemampuan menahan atau mengatur diri untuk dapat tetap taat terhadap aturan-aturan yang benar berdasarkan syariat dalam menjalankan perintah Allah Swt., menjauhi larangan-Nya dan menerima cobaan, pada waktu tertentu mulai dari awal sampai selesai 3. Syukur Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), syukur diartikan sebagai: (1) rasa terima kasih kepada Allah, dan (2) Secara bahasa berarti pujian atas kebaikan dan penuhnya sesuatu. Syukur juga berarti yakni menampakkan nikmat Allah. Sedangkanmenurut istilah syukuradalah pengakuan terhadap nikmat yang dikaruniakan Allah yang disertai dengan kedudukan.
Akhlak al-Karimah : Kemuliaan dan kebaikan yang
dilakukan secara sadar karena dorongan jiwa yang Sudah terbiasa tanpa harus dipertimbangkan. Quwwah al-Ilmi : Kekuatan yang berasal dari akal. Hikmah : Ilmu yang bermanfaat,yakni ilmu yang dapat mempengaruhi jiwa pemiliknya dan membimbing kehendaknya untuk mendorong melakukan tindakan- tindakan yang dapat membawa manfaat dan kebahagiaan dunia akhirat.
Quwwah al-Gadhab : Dorongan manusia untuk menolak
Daftar materi pada KB yang tidak disenangi dan mendapatkan 2 yang sulit dipahami kenikmatan yang bersifat abstrak dan batin. Saja’ah : Sifat keberanian. Amal Saleh : Perbuatan baik yg dilakukan seseorang karena Allah Swt. dengan tujuan untuk mendapatkan rahmat dan rida-Nya, baik menjalankan perintah maupun menjalankan perintah maupun menjauhi larangan-Nya. sesuai dengan aturan-aturan ajaran Islam. Sabar : Kemampuan menahan atau mengatur diri untuk dapat tetap taat terhadap aturan-aturan yang benar berdasarkan syariat dalam menjalankan perintah Allah Swt., menjauhi laranganNya dan menerima cobaan, pada waktu tertentu mulai dari awal sampai selesai. Syukur : Pengakuan terhadap nikmat dikaruniakan Allah yang disertai dengan kedudukan kepada-Nya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan tuntunan dan kehendak-Nya. Rida : Kondisi kejiwaan atau sikap mental yang senantiasa menerima dengan lapang dada atas segala keputusan Allah Swt. yang terkait dengan diri seorang hamba, baik berupa karunia yang baik berupa nikmat maupun yang buruk berupa bala’. Tawakal : Hakekat Tauhid yang merupakan dasar dari keimanan, dan seluruh bagian dari keimanan tidak akan terbentuk melainkan dengan ilmu, keadaan, dan perbuatan.
Tentang pengertian akhlak : Seorang ahli Ilmu Akhlak
modern, yakni Ahmad Amin dalam bukunya Kitab al- Akhlaq, menegaskan bahwa pada dasarnya akhlak adalah kehendak yang dibiasakan, bukan perbuatan yang tidak ada kehendaknya. Seperti bernafas, denyut jantung, kedipan mata dan lain-lain (Ahmad Amin, Kitab alAkhlaq, 2012; 10). Menanggapi tentang tawakkal. Berikutnya Ibnu Qayyim al- Daftar materi yang sering Jauziyyah, dalam kitabnya Madarij as-Salikin 3 mengalami miskonsepsi menjelaskan bahwa tawakal merupakan amalan dan dalam pembelajaran penghambaan hati dengan menyandarkan segala sesuatunya hanya kepada Allah Swt. semata, percaya terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan rida atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikan segala ‘kecukupan’ bagi dirinya, dengan tetap berikhtiar semaksimal mungkin untuk dapat memperolehnya