Menurut bahasa kata Akhlak dalam bahasa Arab merupakan jama’ dari خلق/khuluqun
yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, sopan santun atau tabiat. Kata tersebut
mengandung segi persesuaian dengan perkataan خلق/khalqun berarti kejadian, yang juga erat
hubungannya dengan خالق/khalik yang berarti pencipta, demikian pula مخلوق/makhluqun yang
berarti yang diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang
memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk (Mushtofa, Akhlak
Tasawuf, 2008: 11) Sudah nyambung? Coba selanjutnya Saudara fahami beberapa definisi
akhlak menurut para ahli berikut:
a. Ibnu Miskawih رویة الخلق حال للنفس داعیة لھا إلى أفعالھا من غیر فكر وال
“Akhlak adalah kondisi jiwa yang mendorong tindakan-tindakan tanpa perlu berpikir dan
pertimbangan lagi” (Ibn. Miskawaih, Thadzib al-Akhlaq, 1985; 25) Kondisi jiwa
seseorang dalam definisi Ibn Miskawaih di atas merupakan kondisi jiwa yang sudah
terbiasa melakukan tindakan-tindakan tertentu, sehingga tindakantindakan tersebut seakan
sudah mendarah daging, mereka akan melakukannya secara sepontan ketika mendapatkan
stimulus tertentu.
b. Al-Ghazali
a. Al-Karam (kebaikan budi), yaitu berani mengambil sikap moderat untuk mengambil
atau menerima keputusan penting dalam berbagai masalah yang menyangkut
kemaslahatan yang besar dan urusan-urusan yang mulia.
c. Kibr an-Nafs (berjiwa besar), bukan sombong juga bukan rendah diri (mider). Ia
berani menjadikan dirinya sebagai ahli dalam hal kemuliaan dengan penuh kerendahan
hati dan menghindari perdebatan pada urusan-urusan yang sedikit manfaatnya. Ia
sangat menghormati ulama.
c. 'iffah
Seorang dikatakan sebagai orang yang ‘affih apabila yang mampu menahan diri dari
perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah Swt. Dengan demikian seorang yang 'afif adalah
orang yang bersabar yakni taat muthlak kepada Allah Swt. baik dalam menjalankan perintah-
perintah-Nya, maupun meninggalkan lawangan-Nya walaupun jiwanya (syahwatnya) sangat
menginginkan untuk melanggarnya. 'Iffah merupakan akhlaq yang sangat dicintai oleh Allah
Swt. Oleh sebab itulah sifat ini perlu dilatih sejak anak-anak masih kecil, sehingga memiliki
kemampuan dan daya tahan terhadap keinginan-keinginan yang tidak semua harus dituruti
karena akan membahayakan saat telah dewasa. Dari sifat 'iffah inilah akan lahir sifat-sifat
mulia. Diantara sifat-sifat terpuji turunan dari sifat 'Iffah adalah sebagai berikut:
a. الحیاء/haya’, adalah sifat malu untuk meninggalkan perbuatan yang diperintahkan oleh Allah
Swt. dan sebaliknya malu melakukan perbutan yang dilarang oleh-Nya. Apabila jiwa manusia
semua sudah memiliki sifat malu seperti ini, niscaya tidak ada lagi tindak kejahatan dimuka
bumi ini. Sehingga bumi akan aman, tentram dan damai. Karena malu akan menjadi benteng
terakhir bagi diri seseorang dalam melakukan kemaksiatan
b. القناعة/qana'ah, adalah sifat menerima atau merasa cukup atas karunia Allah Saw., sekaligus
menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kekurangan yang berlebih-lebihan. Qanaah
muncul dalam kehidupan seseorang berupa sikap rela menerima keputusan Allah Swt. yang
berlaku bagi dirinya. Bagi siapa yang dapat menjadikan dirinya qana'ah, maka ia akan dijamin
akan mendapatkan hakekat dunia, menjadi orang yang beruntung, mudah bersyukur, terhindar
dari sifat hasud dan terhindar dari problema kehidupan dunia.
c. السخاء/sakha’, yaitu sifat dermawan senanga memberikan harta dalam kondisi memang
wajib memberi, sesuai kepantasannya dengan tanpa mengharap imbalan dari yang diberi dalam
bentuk apapun seperti pujian, balasan, kedudukan, ataupun sekedar ucapan terima kasih (QS.
Al-Insan/76:9). Jadi seseorang disebut dermawan jika dapat memberi secara tulus ikhlas. Orang
yang memberi karenan ingin balasan dari pihak yang diberi bukanlah dermawan tapi disebut
berdagang. Sebab ia seolah-olah membeli balasan berupa pujian, kedudukan, ucapan terima
kasih dan lainnya dengan hartanya.