Anda di halaman 1dari 5

Penjelasan arti ‫سوءالخاتمة‬

Neraka Allah yang menyala-nyala itu tidak mengambil selain kepada orang-orang yang
terhijab dari Allah

‫بسم الله الرحمن الرحيم‬

Penjelasan arti ‫( سوءالخاتمة‬Buruk kesudahan) (-hya ‘Ulumuddin

Kalau anda bertanya bahwa kebanyakan mereka itu takutnya adalah kepada suu-ul
khaatimah maka apa arti suu-ul khaatimah itu ?
Ketahuilah bahwasanya suu-ul khaatimah itu ada dua tingkat, salah satunya lebih
besar dari yang lain. Adapun yang besar, yang mendahsyatkan adalah apabila
mengerasi atas hati ketika sakaratil maut dan huru haranya adakalanya oleh keraguan
dan ada kalanya oleh keingkaran. Lalu ruh diambil dalam keadaan bersangatannya
keingkaran atau keraguan. Maka ikatan keingkaran yang mengeras di dalam hati itu
menjadi dinding / hijab antara dirinya dengan Allah untuk selama-lamanya. Dan yang
demikian ini menyebabkan kejauhan yang terus menerus dan siksaan yang tiada
berkesudahan. Yang kedua adalah kurang dari yang pertama tadi bahwa mengerasi atas
hati ketika mati oleh kecintaan kepada sesuatu dari dunia dan keinginan dari
beberapa keinginan duniawi. Maka yang demikian ini terbentuk di dalam hatinya dan
menenggelamkannya. Sehingga tidak ada lagi dari yang demikian itu tempat untuk yang
lain. Maka ber-kebetulan pengambilan nyawanya dalam keadaan yang demikian, akan
membalikkan kepalanya arah dunia dan memalingkan mukanya ke dunia itu.
Manakala muka telah berpaling dari Allah niscaya terjadilah hijab. Dan manakala
telah terjadi hijab maka turunlah azab. Karena neraka Allah yang menyala-nyala itu
tidak mengambil selain kepada orang-orang yang terhijab dari Allah. Adapun orang
mukmin yang hatinya sejahtera daripada kecintaan dunia danciat-citanya terarah
kepada Allah maka neraka akan berkata kepadanya, “Berlalulah hai orang mukmin
karena sinarmu telah memadamkan bara apiku”.
Ketika berkebetulan pengambilan nyawa dalam keadaan bersangatannya kecintaan kepada
dunia, maka keadaannya menjadi sangat berbahaya. Karena manusia itu mati menurut
apa ketika ia hidup. Dan tidaklah mungkin diusahakan sifat lainnya dari hati bagi
hati sesudah mati, yang berlawanan dengan sifat yang mengerasi / dominan atas
dirinya. Karena tidak berlaku pada hati selain amal perbuatan anggota badan. Dan
anggota badan itu telah batil sebab kematian, maka batillah segala amal perbuatan.
Oleh karena itu tidak ada harapan lagi pada amal perbuatan. Dan tak ada lagi
harapan untuk kembali ke dunia untuk memperoleh apa yang hilang. Dan saat itu amat
besar lah penyesalan. Hanya pokok iman dan kecintaan kepada Allah SWT, apabila
sifat ini melekat pada hati maka itu adalah masa yang sangat panjang. Dan yang
demikian bertambah kuat dengan amal saleh. Maka itu akan menghapuskan dari hati
(terhadap kecintaan terhadap dunia) – akan keadaan tersebut yang datang bagi hati
ketika mati. Kalau ada kekuatan imannya kepada batas seberat biji sawi niscaya iman
itu akan mengeluarkannya dari neraka walaupun sesudah ribuan tahun.
Jika anda mengatakan, bahwa apa yang telah kami sebutkan tersebut menghendaki bahwa
bersegeralah neraka kepadanya sesudah matinya, maka apa artinya (neraka) itu
ditangguhkan sampai kepada hari kiyamat dan ditangguhkan sepanjang masa itu ?
Ketahuilah bahwa setiap orang yang mengingkari adanya azab kubur, maka orang itu
adalah pembuat bid’ah dan ia terdinding dari nur Allah SWT, dari nur Al-Quran dan
dari nur iman. Bahkan yang sahih dari orang-orang yang memiliki mata hati
(bashirah) ialah apa yang sahih pada hadits-hadits yaitu bahwa alam kubur itu
adalah suatu lobang dari lobang-lobang neraka atau taman dari taman-taman surga.
Dan terkadang dibukakan kepada kubur yang diazabkan, tuju puluh pintu dari neraka
jahanam, sebagaimana tersebut pada hadits-hadits. Maka ketika nyawanya bercerai
dari orang yang mati, lalu turun bala padanya kalau ia termasuk orang yang celaka
dengan ‫ سوءالخاتمة‬Hanya saja bermacam-macam jenis azab itu seiring dengan bermacam-
macamnya waktu.
Oleh karena itu peratanyaan Munkar Nakir ketika orang yang mati itu diletakkan di
dalam kubur dan penyiksaan sesudahnya, kemudian perdebatan pada hitungan / hisab,
dan tersiarnya di hadapan orang banyak yang menyaksikan di hari kiyamat, sesudah
itu bahaya pada titian shiratal mustaqiim, yaitu para malaikat penjaga neraka (
‫ )الزبانية‬sampai kepada penghabisan apa yang tersebut pada hadits-hadits. Maka
senantiasalah orang yang celaka itu berbolak-balik dalam semua keadaannya antara
berbagai macam azab. Dan akan diazabkan dalam jumlah hal keadaan itu selain orang
yang dilindungi Allah SWT dengan rahmat-Nya.
Jangan anda mengira bahwa tempat iman itu dimakan oleh tanah. Akan tetapi tanah
memakan semua anggota badan dan dihancurkannya sampai pada waktunya. Maka
berkumpulah bagian-bagian yang tercerai berai dan dikembalikan nyawa kepadanya
dimana nyawa itu adalah tempat bagi iman. Dan nyawa itu sejak dari waktu mati
sampai kepada dikembalikan –adakalanya berada di dalam perut burung hijau yang
tergantung di bawah ‘arsy apabila nyawa itu bahagia. Dan adakalanya dalam keadaan
yang berlawanan dengan keadaan diatas. Kita berlindung kepada Allah SWT Jikalau ada
nyawa itu tidak mendapat kebahagiaan. Jikalau anda bertanya, “ apakah sebab yang
membawa kepada ‫ ? سوءالخاتمة‬Maka ketahuilah bahwa sebab-sebab dari keadaan ini tidak
mungkin dihinggakan dengan uraian, akan tetapi mungkin untuk diisyaratkan kepada
kumpulannya. Adapun kesudahan dengan keraguan dan keingkaran maka hal itu terbatas
sebabnya pada dua perkara :
Pertama tergambar kesudahan (‫ )ال خاتمة‬serta sempurnanya wara’ dan zuhud dan
sempurnanya kebaikan pada amal perbuatan itu keadaannya seperti orang yang
mengerjakan bid’ah yang zuhud. Maka akibatnya berbahaya sekali walaupun amal
perbuatannya salih. Dan tidaklah aku maksudkan suatu mazhab lalu aku katakan bahwa
itu bid’ah. Maka penjelasan yang demikian itu akan panjanglah pembicaraan padanya.
Akan tetapi yang aku kehendaki dengan bid’ah adalah : bahwa seseorang beri’tikad
mengenai dzat Allah SWT, sifatnya dan af’alnya, dengan menyalahi kebenaran. Lalu ia
beri’tikad menyalahi apa yang sebenarnya. Adakalanya dengan pendapatnya atau dengan
yang dipikirkannya dan dengan pandangannya. Yang demikian itulah ia berdebat dengan
para musuhnya, Kepada yang demikian ia berpegang, dan yang demikian itulah ia
tertipu.
Adakalanya ia mengambil dengan ikut-ikutan / ‫ تقلد‬kepada seseorang yang keadaannya
demikian. Maka apabila ia telah mendekati mati, akan tampak ubun-ubun Malakul maut
dan bergoncanglah hati dengan apa yang ada padanya. Kadang-kadang terbuka baginya
dalam keadaan sakaratul maut itu tentang batilnya / kesalahan apa yang telah
dii’tikadkannya disebabkan karena kebodohannya. Karena sesungguhnya keadaan mati
itu adalah terbukanya tirai / tutup. Dan permulaan sakarat itu dari permulaan
terbukanya tirai. Maka kadang-kadang terbuka sebagian perkara. Maka apabila jelas
kesalahan apa yang dii’tikadkannya dan ia telah berketetapan hati dan yakin pada
dirinya niscaya ia tidak menyangka bahwa ia bersalah pada i’tikadnya tersebut,
karena ia terbawa kepada pendapat yang bathil dan akal yang kurang. Maka ia
menyangka bahwa setiap apa yang dii’tikadkannya itu tidak berasal. Karena tidak ada
padanya perbedaan antara imannya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dan aqidah-aqidah
yang lain yang benar dengan i’tikad yang salah. Maka tersingkapnya sebagian
akidahnya dari kebodohan adalah sebab batalnya akidah-akidahnya yang lain atau
karena keraguannya terhadap akidah-akidah itu.
Kalau kebetulan keluarnya nyawa pada kali ini sebelum ia tetap dan kembali kepada
pokok iman, maka berkesudahanlah baginya dengan keadaan buruk (‫)سوءالخاتمة‬. Dan
keluarlah nyawanya di atas kemusyrikan. Kita berlindung kepada Allah SWT dari
keadaan yang demikian. Mereka itulah yang dimaksudkan dengan firman Allah SWT
‫وبدا لهم من الله ما لم يكونو ا يحتسبون‬
Dan ketika itu jelas bagi mereka bahwa apa yang dahulu tiada mereka kira itu memang
dari Allah.

Dan dengan firman-Nya


104-103 ‫اللدين ضل سعيهم في الحيوة الدني وهم يحسبون انهم يحسنون صنعا—ال كهف‬
ْ – ‫قل هل ننبئكم بالخسرين اعماال‬
Katakan, “Kami akan beritakan kepadamu orang-orang yang peling rugi di dalam
pekerjaannya. Mereka itulah yang sia – sia usahanya di dalam kehidupan dunia sedang
mereka mengira bahwa apa yang mereka kerjakan itu adalah usaha yang baik.

Dan sebagaimana kadang-kadang terbuka pada sakaratul maut sebagian keadaan karena,
karena kesibukan dunia dan nafsu keinginan badan itulah yang mencegah hati kepada
memperhatikan alam malakut. Maka ia (ketika itu akan) membaca apa yang ada di lauh
mahfudz supaya terbuka kepadanya keadaan yang sebenarnya. Maka contoh keadaan ini
menjadi sebab bagi keterbukaan(kasyaf) dan adalah kasyaf itu akan menjadi sebab
keraguan pada i’tikad-i’tikad lainnya.
Setiap orang yang beri’tikad mengenai Allah SWT, sifat-sifat-Nya dan af’al-Nya,
juga akan sesuatu dibalik yang sebenarnya, maka adakalanya karena ikut ikutan / ‫تقلد‬
dan ada kalanya karena memperhatikan kepada pendapat dan pemikiran. Maka ia berada
dalam bahaya ini. Zuhud dan kesalehan itu tidak mencukupi untuk dapat menolak
bahaya tersebut. Akan tetapi tidak ada yang dapat melepaskan daripadanya selain
oleh i’tikad yang benar. Dan orang-orang yang dungu dapat tersingkirkan dari bahaya
ini, yakni mereka yang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dan kepada hari
kiyamat dengan iman yang ‫( مجمل‬tiada terperinci) yang meresap ke dalam hatinya.
Seperti orang arab dusun , orang hitam dan orang-orang awam lainnya yang tiada
terjun dalam pembaahsan dan pemerhatian. Dan mereka tidak pula masuki dalam -
membahas ilmu kalam (ilmu ketuhanan) secara bebas dan tidak pula mereka bertekun
kepada bermacam-macam jenis orang – orang ahli ilmu kalam ( ‫ ) ال متكلمون‬dengan
mengikuti pembicaraan mereka yang bermacam-macam. Dan karena itulah Nabi SAW
bersabda, ‫ اكثر اهل الجنة البله‬Kebanyakan ahli surga adalah orang-orang dungu.
Karena itulah dilarang oleh ulama salaf dari pembahasan , pemerhatian dan
penerjunan dalam ilmu kalam. Dan pemeriksaan dari urusan – urusan itu. Mereka (para
ulama salaf) memerintahkan manusia untuk membatasi diri untuk mengimani ahli ilmu
kalam (‫ ) ال متكلمون‬dengan apa yang diturunkan oleh Allah SWT semuanya dan dengan
setiap apa yang datang secara lahiriyah saja. Serta berti’tikad akan tidak adanya
keserupaan (dalam bentuk apapun antara KHALIQ dengan makhluk ). Mereka melarang
manusia untuk terjun dalam penta’wilan (mencari pengertian yang dapat difahami
dengan pikiran). Karena bahaya dalam membahas sifat-sifat Allah SWT itu amat besar,
halangan-halangannya menyusahkan dan jalan-jalannya menyulitkan.
Sedangkan akal manusia untuk memahami keagungan Allah SWT itu sangatlah pendek. Dan
petunjukAllah SWT dengan ‫ نور اليقين‬pada hati dari tabi’atnya kepada kecintaan akan
kehidupan dunia itu terhijab / terdinding. Dan apa yang disebutkan oleh para
pembahas ilmu kalam dengan hanya bermodalkan akal pikiran mereka itu -akanlah
membuat kacau dan bertentangan. Dan hati itu akan merasa jinak kepada untuk apa
yang disampaikan kepadanya pada permulaan kejadiannya dan dengannya itu bersangkut.
Dan ta’assub (kemunafikan) yang berkobar diantara manusia itu merupakan paku-paku
yang teguh bagi kepercayaan-kepercayaan ayng diwarisi atau yang diambil dengan baik
sangka dari para guru pada permulaan keadaannya. Kemudian tabi’at manusia itu
tersangkut dengan kecintaan kepada dunia. Kepada dunia, tabi’at itu menghadap. Dan
nafsu keinginan dunia itu mencekik lehernya dan menjadikan berpaling dari
kesempurnaan pikiran. Maka apabila pintu pembicaraan mengenai Allah SWT dan sifat-
sifat-Nya dengan pendapat dan akal itu dibuka, serta berlebih kurangnya manusia
dalam kecerdasannya, berbedanya mereka dalam tabi’atnya, dan bersangatan lobanya
orang yang bodoh dalam mendakwakan kesempurnaan dirinya atau mendakwakan mengetahui
hakikat kebenaran –niscaya terlepaslah lidah mereka dengan apa yang terjadi bagi
setiap orang dari mereka. Dan menyangkutlah / menular yang demikian itu dengan hati
orang-orang yang memperhatikan kepada mereka. Dan menjadi kuatlah yang demikian
sebab lamanya kejinakan hati kepada mereka. Maka adalah keselamatan makhluk itu
dengan menyibukkan mereka. Lalu tersumbatlah secara keseluruhan jalan kelepasan
kepada mereka. Maka keselamatan makhluk itu adalah dengan menyibukkan mereka dengan
amal salih dan tidak membawa mereka kepada apa yang diluar dari batas kesanggupan
mereka.
Akan tetapi sekarang telah menurunlah tali kekang dan telah berkembanglah kesia-
siaan. Setiap orang bodoh menempatkan diri dengan yang bersesuaian dengan
pebawaannya yaitu dengan sangkaan dan terkaan. Dia berkeyakinan bahwa yang demikian
itu adalah ilmu yang meyakinkan dan keimanan yang murni. Ia menyangka bahwa apa
yang terjadi pada dirinya dari terkaan dan uret-uretan itu adalah ilmu yakin dan
ainul yakin. Dan akan anda ketahui beritanya sesudah seketika. Dan seyogyalah
dinyanyikan kepada mereka itu ketika tabir sudah tersingkap :
Engkau baikkan sangkaan dengan hari-hari karena ia berbuat baik
Dan engkau tidak takut dengan keburukan yang didatangkan oleh takdir

Engkau diselamatkan oleh malam-malam


Lalu engkau tertipu dengan semua itu
Dan ketika malam menjadi jernih
Datanglah kekeruhan.......

Ketahuilah dengan keyakinan bahwa setiap orang yang memperbedakan iman yang penuh
sangkaan dengan Allah SWT , Rasul-Nya dan kitab-kitab-Nya dan menerjunkan diri
dalam pembahasan maka sesungguhnya ia menempuh bahaya ini. Contohnya adalah seperti
orang yang kapalnya pecah dan dia berada dalam pukulan ombak. Ia dilemparkan oleh
ombak kepada ombak yang lain. Kadang-kadang berbetulan ia dilemparkan ke pantai.
Dan yang demikian itu jauh dari kejadian yang sebenarnya. Dan yang banyak terjadi
adalah ia itu akan binasa.
Setiap orang yang masuk dalam suatu akidah yang ia peroleh dari para pembahas (ilmu
kalam) dengan modal akal pikiran mereka adakalanya bersama dalil-dalil yang
diuraikannya dalam kefanatikan atau tanpa dalil sama sekali. Maka jikalau ia itu
ragu padanya niscaya ia itu perusak agama. Dan jikalau ia percaya yang demikian
maka dia pasti akan merasa aman dari rencana Allah SWT (‫ ) مكر الله‬dan tertipu dengan
akalnya yang kurang. Dan setiap orang yang terjun dalam pembahasan ilmu kalam maka
ia tidak akan terlepas dari dua hal ini, kecuali apabila ia melampaui batas-batas
yang diterima akal pikiran kepada nur mukasyafah yang menjadi tempat terbitnya
matahari pada alam kewalian dan kenabian. Dan yang demikian itu adalah seperti
belerang merah, dari manakah akan mudah diperoleh ?. Maka yang akan selamat
daripada bahaya ini adalah orang yang dungu dari orang awam atau mereka yang
disibukkan oleh takutnya kepada neraka dengan mentaati Allah SWT. Mereka tidak
terjun pada perbuatan yang tidak penting ini.
Maka inilah salah satu sebab yang membahayakan pada ‫سوءالخاتمة‬.

Adapun sebab kedua yaitu kelemahan pada pokok iman kemudian kecintaan pada dunia
yang menguasai hati. Dan manakala iman lemah niscaya lemahlah kecintaan kepada
Allah SWT dan kuatlah kecintaan kepada dunia. Lalu yang terjadi tidak ada lagi
tempat di hati untuk mencintai Allah SWT selain hanya dari kata hati saja dan tidak
melahirkan bekas pada penentangan hawa nafsu dan perpaling dari jalan setan. Maka
yang demikian itu akan menyebabkan kebinasaan pada mengikuti hawa nafsu syahwat,
sehingga gelaplah hati, kesat serta hitam. Dan bertindih lapis kegelapan hawa nafsu
atas hati maka senantiasalah nur iman yang ada padanya menjadi padam di atas
kelemahannya itu, sehingga jadilah yang demikian itu tabi’at dan karat.
Maka apabila datang sakaratil maut niscaya bertambahlah kecintaan (kepada dunia)
itu. Yakni kecintaan kepada Allah SWT bertambah lemah karena apa yang tampak dari
perasaan akan berpisah dengan dunia. Dan dunia itu menjadi kecintaan yang mengerasi
bagi hati lalu hati itu merasa sedih dengan perasaan perpisahan dengan dunia. Dan
ia melihat yang demikian itu dari Allah SWT. Maka tergeraklah hati dengan
mengingkari kematian yaitu apa yang ditakdirkan kepadanya. Dan ia tiada menyukai
bahwa yang demikian itu dari Allah SWT. Maka ditakuti akan berkobarlah dalam
hatinya suatu kemarahan kepada Allah SWT sebagai ganti dari kecintaannya kepada
dunia.
Sebagaimana orang yang mencintai anaknya dengan kecintaan yang lemah, apabila anak
itu mengambil hartanya yang lebih dikasihinya dari pada anaknya kemudian harta itu
dirusakkannya niscaya berubahlah kecintaan itu menjadi kemarahan. Maka jikalau
berbetulan keluarnya nyawa dan pada detik itu gurisan ini (‫ )حب الدني‬yang terguris
di dalam hati maka beakhirlah ia dengan ‫ سوءالخاتمة‬dan binasalah ia untuk selama-
lamanya. Dan sebab-sebab yang membawa kepada kesudahan yang seperti ini adalah
kerasnya kecintaan kepada dunia, kecenderungan kepadanya dan bergembira dengan
sebab-sebabnya serta kelemahan iman yang menyebabkan kelemahan kecintaan kepada
Allah SWT.
Maka barang siapa yang di dalam hatinya memperoleh kecintaan kepada Allah SWT yang
lebih keras dari pada kecintaannya kepada dunia walaupun masih ada sisa
kecintaannya kepada dunia, maka dia itu lebih jauh dari bahaya tersebut.
Kecintaan kepada dunia adalah sumber pangkal kesalahan. Dan itu adalah penyakit
yang melumpuhkan dan telah meratai kepada semua jenis manusia. Dan semua itu karena
sedikitnya ma’rifah kepada Allah SWT, karena tiada yang mencintai Allah SWT selain
orang yang mengenali-Nya. Dan karena itulah Allah SWT berfirman

‫قل انكان آبائكم وابنائكم واخوانكم وازواجكم وعشيرتكم واموال اقترفتموها‬


‫وتجارة تخشون كسادها ومساكن ترضونها احب اليكم من الله ورسوله وجهاد فيسبسله فتربصوا حتى يئنى الله بامره‬

“Katakanlah jikalah bapak-bapakmu, anak-anakmu dan saudara-saudaramu dan isteri-


isterimu dan kaum keluargamu, kekayaan yang kamu peroleh, perniagaan yang kamu
takutkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai –Kalau semua itu lebih
kamu sukai daripada Allah SWT dan Rasul-Nya dan dari berjuang di jalan Allah maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. (At-Taubah 24).

Jadi setiap orang yang berpisah nyawanya pada keadaan detik keingkaran hati kepada
Allah SWT dan melahirkan kemarahan kepada perbuatan Allah SWT dengan hatinya, dan
pada terpisahnya ia dengan isterinya, hartanya dan lain-lain yang ia cintai, maka
sesungguhnya ia datang kepada Allah SWT sebagai hamba yang dimarah, hamba yang lari
dari Tuannya karena terpaksa. Maka tidak tersembunyi lagi apa yang berhak ia terima
yaitu berupa kehinaan dan hukuman dari Tuannya.
Adapun orang yang mati atas kecintaan kepada Allah SWT maka orang itu datang kepada
Allah SWT sebagaimana datangnya hamba yang berbuat baik yang rindu kepada Tuannya
yang menangung kesulitan-kesulitan perbuatan dan kesukaran-kesukaran perjalanan
karena mengharap bertemu dengan tuannya. Maka tidaklah tersembunyi apa yang akan
dijumpainya dari kesenangan dan kegembiraan dengan semata-mata bertemu itu. Lebih-
lebih dengan apa yang berhak diterimanya dari kelemah lembutan pemuliaan dan
kecemerlangan penikmatan..........bersambung ‫انشاء الله‬
Kembali ke www.manakib.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai