Anda di halaman 1dari 14

BAB V

PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

(KONSEP FITRAH, LINGKUNGAN DAN PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP)

A. Pengaruh Lingkungan ( )

Agama Islam mengakui besarnya pengaruh lingkungan/miliu/inverment/ajar dan semacamnya,

termasuk di dalamnya pengalaman yang dialami manusia/anak seperti pendidikan dan pelatihan. Ada

bermacam-macam lingkungan yang berpengaruh manusia yaitu lingkungan alam fisik dan lingkungan

sosial budaya baik lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Sesuai digambarkan Rasulullah

saw berikut ini :

.‫عن أبى هريرة رضي هللا عنه قل رسو ل هللا صل ا هلل عليه وسلم مامن مولود االيولد على الفطرة وفى رواية على هذه الملة‬

‫فأبواه يهودانه أوينصرانه أويمجسانه‬

Terjemahannya :
Dari Abu Hurairah r.a Berkata: Bersabda Rasulullah Saw.Tidaklah seorang anak dilahirkan
melainkan dilahirkan atas dasar fitrah. Dan satu riwayat dilahirkan atas agama inii (Islam) maka
keduanya orang tuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani dan Majusi.

Dilain Hadits juga Rsulullah bersabda :

‫ان خيادكم ابناء المشركين اال انها ليست نسمه تو لد االولدت على الفطرة فما تزال عليها ختى يبين عننها لسا نها‬

‫فأبواها يهودانها وينصرا نها‬

Terjemahannya :
Sesungguhnya yang terbaik bagi kamu sekalian adalah anak-anak musrik, ketahuilah bahwa sanya tidak
satu anak-anak dilahirkan melainkan atas fitrah. Lidahnya menjelaskannya (dewasa) maka keduanya
orang tuanya yang menjadikannya yahudi dan Nasrani.

Hadits tersebut diatas menunjukkan bahwa semua anak dilahirkan tanpa kecuali, anak musrik

sekalipun dilahirkan atas dasar fitrah. Nanti pengaruh kedua orang tuanya di dalam lingkungan rumah

tangga yang menjadikan ia menyimpang fitrah.


Fitrah secara harfiah berarti suci, artinya suci dari dosa dan condong kepada kebaikan atau tauhid.

Jadi fitrah tidak sama dengan bersih sebagaimana konsep tabularasa dalam aliran emperisme.

Agama Islam juga mengakui bahwa manusia telah membawa potensi alamiyah sesuai dengan

fitrah kejadiannya, hanya pengaruh lingkungan diakui sangat besar dapat membelokkan atau merusak

fitrah itu. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan rumah tangga, sekolah, masyarakat. Dalam

hadits yang lain dikatakan teman pun mempengaruhi seseorang. Sabda Nabi saw :

‫المرأة على دين خليله فل يظر أحدكم من يخا لل‬

Terjemahannya :
Seseorang tergantung atas agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang kamu lihat
kepada siapa kamu berteman.

B. Agama Islam juga mengakui adanya pengaruh warisan/pembawaan/nativ/dasar/kodrat alam dan

sebagainya yang dimaksudkan pembawaan yaitu suatu hal yang diperoleh seorang anak sebagai

warisan dari kedua orang tuanya, baik berupa tanda-tanda fisikk seperti; warisan kulit, rambut, kelopak

mata dan lain-lain. Demikian juga warisan non fisik seperti; sifat, karakter dan temparamen.

Warisan ini ditunjukkan salah satu hadits Nabi saw yang menyangkut masalah pemilihan jodoh,

sebagai calon ibu/ayah. Nabi menganjurkan agar mengawini calon pasangan dari keturunan yang baik-baik

agamanya dan akhlaknya terjamin, karena turunan itu berbekas. Sabda Rasulullah saw berbunyi :

‫تخيرو لنطفكم فأن العرق دساس‬

Terjemahannya :
Pilih kamu sekalian tempat manimu, karena sesungguhnya turunan itu berbekas.

Dalam hadits yang lain Rasuulullah saw, bersabda :

‫تزوجوا فى الحجر الصالح فأن العرق دساس‬

Tejemahannya :
Kawinlah kamu sekalian dalam pangkuan yang baik, karena sesungguhnya turunan itu berbekas.
Hadits selanjutnya Rasulullah telah bersabda :

‫ المرأة السناء من المنبت السوء‬. ‫ قالو وحضر الد من يا رسو ل هللا ؟ قال‬. ‫اياكم وحضر الد من‬

Terjemahannya :
Januhilah kamu sekalian ”Hudraud Diman”, para sahabat bertanya apa itu, Nabi menjawab yaitu berasal
dari tempat tumbuh yang tidak baik.

Hadits tersbut diatas menunjukkan pentingnya pemilihan jodoh karena keturunan itu berbekas.

Rasulullah saw telah memesankan dalam memiilih jodoh calon istri/suami untuk calon istri dikatakan

pilihlah karena faktor agamanya agar supaya kamu tidak celaka.

Untuk calon suami Nabi mewasiatkan kepada para wali wanita agar jika datang melamar orang

yang disukai agama dan akhlaknya, maka terimalah lamarannya itu dan kawinkan.

Dengan demikian Agama Islam sejalan dengan paham aliran Convergensi yang meyakini

pengaruh kedua faktor diatas, dalam pertumbuhan dan perkembangan anak hanya saja pengaruh faktor

lingkungan itu sangat besar. Oleh karena itu pendidikan Islam mengajarkan agar kita menciptakan suasana

lingkungan keagamaan sedemikian rupa baik dalam lingkungan rumah tangga dan masyarakat, sehingga

tercipta kondisi yang menunjang perkembangan jiwa keagamaan anak, disamping pelajaran agama yang

diberikan disekolah (pendidikan formal).

C. Pendidikan Seumur Hidup

Dimasa orde baru konsep pendidikan seumur hidup dicanangkan di Indonesia dengan dicantumkan
dalam GBHN (Tap MPR No. IV 1973 dan 1978) yang menyatakan bahwa ”Pendidikan berlangsung
seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, skolah dan masyarakat. Pendidikan
adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.”
Pendidikan seumur hidup populer setelah terbit buku Paul Langrend An Intruction to life long Education
sesudah parang dunia II kemudian diambil alih oleh International Commision on the Develoment of
Education (UNESCO), suatu badan yang berada dibawa naungan PBB (1945 M) yang bergerak
dibidang pendidikan.
Pendidikan seumur hidup ( life long Integrated Education), dapat pula disebut pendidikan terus menerus
( Continuing Education). Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan asas bahwa pendidikan adalah
suatu proses yang berlangsung terus menerus (kontinu) dari sejak dilahirkan (bayi) sampai meninggal
dunia.
Konsep pendidikan seumur hidup di Indonesia diperkuat dengan lahirnya Undang-Undang RI No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 13 disebutkan ”jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Dengan
adanya Undang-Undang ini, maka pelaksanaan pendidikan tidak hanya terbatas di sekolah/madrasah
saja tetapi diluar sekolah/madrasah yang memungkinkan terlaksananya pendidikan seumur hidup.
Sebenarnya pendidikan seumur hidup dalam konsep pendidikan Islam sudah ada sejak Nabi Muhammad
menerima tugas sebagai Nabi dan Rasul. Dalam ajaran Nabi Muhammad Saw (tahun 571-632 M)
dianjurkan untuk belajar mulai dari ayunan (buaian) hingga meninggal dunia. Nabi Muhammad bersabda.
‫أطلب العلم من المهد الى الحد‬
Artinya: Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan (buaian) hingga liang lahad
Menurut Prof. Dr. H. Ramayulis, Pendidikan seumur dibagai kedalam dua priode utama yaitu:
1. ‫( التبية قبل والدة‬Tarbiyah qabl al-Wiladah)
Tarbiyah qabl al-Wiladah biasa juga disebut Pendidikan prenatal, yaitu Pendidikan sebelum melahirkan
yang dimulai dari.
a. Fase Pemilihan jodoh
Fase pemilohan jodoh ketima memasuki usia dewasa untuk menghadapi hidup baru yaitu berkeluarga,
Salah satu Pendidikan yang hartus dimiliki oleh yang sudah dewasa adalah masalah memilih jodoh yang
tepat, sebab sangat mempengaruhi kebahagiaan rumah tangga.
Menurut R.I. Suhartin ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu syarat yang bersifat umum dan khusus.
Syarat umum agar memilih jodoh yang sudah dewasa jika ingin tidak mengalami kesulitan dalam
berkeluarga, sedangkan syarat khusus tergantung kepada pribadi masing-masing, yang terpenting
adalah saling mencintai. Fase pemilihan jodoh terkait dengan wanita (calon isteri) dewasa dan laki-laki
dewasa (laki-laki calon suami)
1) Pemilihan calon isteri
Memilih calon isteri Nabi Saw memberi petunjuk dalam sabdanya.
‫ فا ظفر بذا ت الدين تربت يداك‬.‫ ولدينها‬.‫ ولحسابها‬.‫ ولجمالها‬.‫ لمالها‬. ‫تنكح المرأة آلربع‬
Artinya: kawinilah wanita dengan empat syarat, yaitu karena hartanya, karena kecantikannya, karena
nasabnya dan karena agamanya. Maka pililah wanita yang bagus agamanya, kalua tidak niscaya akan
kamu merugi.
2) Pemilihan calon suami
Memilih calon suami Nabi Saw memberikan pentunjuk dalam sabdanya.
‫ وخلقه وزوجه اال تفعلون تكن فتنة فى ألرض وفساد كبير‬/‫اذا جا ءكم من ترضون دينه‬
Artinya: Apabila sekalian didatangi seorang yang agama dan akhlaknya kamu ridhoi, maka
kawainkanlah ia, jika kamu sekalian tidak melaksanakannya, maka akan terjadi fitnah di muka bumi
ini tersebarlah kerusakan.
b. Fase Perkawinan/Pernikahan
Menurut Abdullah Nasih Ulwan masalah perkawinan terdiri dari dua aspek yakni; perkawinan
sebagaiu fitrah insani, dan perkawinan sebagai kemaslahatan social.
Ada beberapa aspek yang dijelaskan oleh syariat Islam yang berhubungan anjuran
pernikahan/perkawinan, diantaranya.
1) Perkawinan sebagai sunnah Rasulullah Muhammad Saw. Hal ini dijelaskan oleh Nabi Muhammad
Saw dalam sabdanya.
‫النكاح سنتى فمن رغب عن سنتى فليس منى‬
Artinya: Nikah itu sunnah-Ku, maka barang siapa yang tidak mau menikah maka tidaklah ia termasuk
golongan-Ku.
2) Perkawinan untuk menciptakan ketenteraman dan kasih saying. Hal ini diejlaskan dalam al-Qur’an
QS. Ar-Rum:21.

َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن َخل‬


‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا لِّتَ ْس ُكنُ ْٓوا اِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرحْ َمةً ۗاِ َّن‬
ٍ ‫ك اَل ٰ ٰي‬
٢١‫ت لِّقَ ْو ٍم يَّتَفَ َّكر ُْو َن‬ َ ِ‫فِ ْي ٰذل‬
Terjemahnya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir
3) Perkawinan untuk mendapatkan keturunan. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an QS: An-Nahl: 72.
‫هّٰللا‬
ِ ‫َو ُ َج َع َل لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا َّو َج َع َل لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْز َو‬
‫اج ُك ْم بَنِي َْن َو َحفَ َدةً َّو َر َزقَ ُك ْم‬
‫ت هّٰللا ِ هُ ْم يَ ْكفُر ُْو ۙ َن‬ ِ َ‫ت اَفَبِ ْالب‬
ِ ‫اط ِل يُْؤ ِمنُ ْو َن َوبِنِ ْع َم‬ ِ ۗ ‫ِّم َن الطَّي ِّٰب‬
Terjemahnya: Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-
isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka
beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?
4) Memelihara pandangan dan menjaga kemaluan dari kemaksiatan. Hal ini dijelaskan oleh Nabi Muhammad
Saw dalam sabdanya.
‫يمعشر السباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج فأنه أغض للبصر واحصن للفرج ومن لم يستطع فعليه با لصوم فأنه الوجاع‬
Artinya: Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian sudah mampu kawin, maka kawinlah, sebab perkawinan
itu akan dapat lebih memelihara pandangan dan lebih menjaga kemaluan, dan siapa saja yang belum mampu
untuk kawin maka hendaklah ia berpuasa karena sesungguhnya puasa itu akan menahan nafsu.
c. Fase kehamilan
Salah satu tujuan untuk kawin atau menikah adalah mendapatkan keturunan (anak), dalam mendapatkan anak
tersebut melalui kehamilan. Dalam pandangan Pendidikan Islam proses Pendidikan janin berlangsung yang
dilakukan oleh orang tua. Allah Swt mengajarkan jika sedang hamil orang tua terutama ibu hendaklah senantiasa
berdoa. Hal ini dijelaskan dalam al_qur’an QS: As-Shaffat :100.

ّ ٰ ‫َربِّ هَبْ لِ ْي ِم َن ال‬


‫صلِ ِحي َْن‬
Terjemahnya: Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.
Menurut Nabi masa kehamilan itu mempunyai beberapa tahapan (1) Tahap nutfah, calon anak masih berbentuk
cairan (sperma dan sel telur) yang berlangsung selama 40 hari (2) tahap alaqah setelah berumur 80 hari
bagaikan segumpal darah yang bergantung di diding Rahim ibu (3) tahap mudghah sesudag berumur 120 hari
menjadi segumpal daging, pada saat itu janin siap menerima hembusan ruh dari malaikan utusan Allah.
Dalam pandangan Pendidikan Islam setidaknya ada 3 faktor yang dibicarakan proses Pendidikan dalam
kandungan.
1. Harus diyakini bahwa priode dalam kandungan pasti bermula adanya kehidupan (al-hayat), keyakinan
tersebut didasarkan pada suatu kenyataan yaitu terjadi pertumbuhan dan perkembangan, dimulai dari
nutfah, alaqah, dan mudghah, selanjutnya menjadi bayi, tanpa ada unsur kehidupan tidak mungkin ada
perkembangan, namun yang hatus dipahami, bahwa kehidupan pada masa itu masih bersifat biologis.(fisik)
2. Setelah terbentuk sekerat daging (mudghah) Allah mengutus Malikat untuk meniupkan ruh, dan inilah
menjadi titik mula dan sekaligus awal mula bergeraknya motor kehidupan psikis manusia, kehiduoan janin
paa masa ini bersifat biologis, sekaligus mencakup psikis. Jantun janin mulai bekerja getarannya dapat
dipantau shtescope, gerakannya semakin kuat seiring bertambahnya hari (umur) janin), pada saat ini juga
sudah melakukan tugas-tugas seperti merasa, berpikir, mengingat, membayangkan, mengangan-angan dan
sebagainya. Disisi lain juga kehidupan psikis dapat dibuktikan dengan mengaitkan kegembiraan dan
penderitaan batin sang ibu yang mengandung bayi.
3. Adanya aspek agama (religi) sudah ada seiring sekuat keagamaan yang dirasakan oleh orang tua terutama
ibu. Aspek agama sudah ada sejak sebelum lahir bayi, dan ini dipengaruhi oleh keagaan keagamaan yang
dirasakan dan dilakukan oleh orang tua pada waktu mengandung bayi. Hal ini dijelaskan Allah dalam al-
Qur’an

ُ ‫َواِ ْذ اَ َخ َذ َرب َُّك ِم ۢ ْن بَنِ ْٓي ٰا َد َم ِم ْن ظُه ُْو ِر ِه ْم ُذرِّ يَّتَهُ ْم َواَ ْشهَ َدهُ ْم َع ٰلٓى اَ ْنفُ ِس ِه ۚ ْم اَلَس‬
‫ْت بِ َربِّ ُك ۗ ْم قَالُ ْوا‬
١٧٢‫بَ ٰل ۛى َش ِه ْدنَا ۛاَ ْن تَقُ ْولُ ْوا يَ ْو َم ْالقِ ٰي َم ِة اِنَّا ُكنَّا َع ْن ٰه َذا ٰغفِلِي ۙ َْن‬
Terjemahnya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku
ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"
Proses pendidikan yang berlangsung pada masa ini adalah indirest (tidak langsung) dengan langkah-
langkah.
1) Ibu senantiasa mendoakan anaknya
2) Menjaga dirinya tetap makan makanan dan meminum yang halal, sebab makanan yang tidak halal
menyebabkan doa tidak terkabul
3) Ikhlas mendidik anak
4) Memenuhi kebutuhan isteri seperti kebutuhan untuk diperhatikan, kasih sayang, makanan ekstra,
mengabulkan beberapa kemauan yang aneh, Kebutuhan ketenangan, Kebutuhan pengharapan,
Kebutuhan perawatan, Kebutuhan akan keindahan
5) Taqarrub pada Allah
6) Kedua orang tua berakhlak mulia seperti kasih sayang, sopan lemah lembut, pemaaf, rukun dengan
keluarga dan tetangga.
2. ‫( الت بية بعد اآلوالد‬Pendidikan Pasca Natal)
a. Fase Bayi
Masa bayi disbut oral phase (masa mulut), sebab dapat mencapai kepuasan hidup melalui mulutnya, jika tidak
makai a akan mengisap ibu jari, cirinya.
1) Pada bulan pertama bayi senang tidaur, sehingga disebut penidur
2) Hidupnya hanya makan, makan dan dibersihakn seakan-akan hidup bersifat vegetative seperti tumbuh-
tumbuhan
3) Pasif, seakan-akan tidak ada hubungan dengan dunia luar
4) Apabila bangun bergerak secara spontan, mengelepar, membuka dan menutup tangan, menggerakkan
badan dan sebagainya
5) Pada empat bulan bayi mulai miring, membalikkan badan dan mengangkat kepala, belajar merangkak,
duduk dan berdiri, pada umur 1 tahun belajar berjalan
6) Perkembangan Gerakan dan bersifat gerak serentak, lama kelamaan semakin terperinci sehingga dapat
memegang, memukul dan sebagainya
7) Perasaan semula kabur, kemudian mulai timbal dengan lagu tangisnya yang bermacam-macam, seorang
ibu cerdas dapat membedakan tangis sedih, sakit, marah dan sebagainya.
Diantara perkembangan yang menonjol pada saat itu adalah indra pendengaran. Hal ini dijelaskan dalam al-
Qur’an surat
َ ٰ ‫ون ُأ َّم ٰهَتِ ُكمۡ اَل ت َۡعلَ ُمونَ ش ٗۡ‍َٔيا َو َج َع َل لَ ُك ُم ٱلسَّمۡ َع َوٱَأۡل ۡب‬
٧٨ َ‫ص َر َوٱَأۡلۡ‍ِٔف َدةَ لَ َعلَّ ُكمۡ ت َۡش ُكرُون‬ ِ ُ‫َوٱهَّلل ُ َأ ۡخ َر َج ُكم ِّم ۢن بُط‬
Terjemahnya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar
kamu bersyukur.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua terhadap anaknya yang baru lahir.
1) Mengeluarkan zakat fitrah (lahir sebelum salat Id dilaksanakan)
2) Mendaptkan hak waris
3) Menyampaikan kabar gembira dan ucapan selamat atas kelahiran
4) Menyuarakan azan dan ikamah diteliga bayi
5) Aqikah
6) Memberi nama
b. Fase Kanak-Kanak
Fase ini masa selepas usia dua tahun hingga 6 tahun (lepas panggilan bayi sampai masuk
sekolah) berlaku di Indonesia. Fase ini biasa juga disebut masa estetika (perasaan indah,
suka warna-warni), masa indra (indra anak berkembang pesat, sehingga senang melakukan
eksplorasi), masa manantang orang tua (menonjolnya perkembangan berbagai aspek fisik,
psikis di satu pihak, dipihak lain belum berfungsinya control. Masa bayi dibagi kedalam dua
fase yaitu:
1) Fase Anal (1-3) tahun, fase ini kecerdasan anak dapat ditingkatkan dengan cara;
memberi makanan yang baik utamanya zat putih telur, dan selalu diajak berkomunikasi,
bermain dengan bermacam-macam permainan yang cocok usianya. Ciri khas yang
menonjol.
a) Mula-mula sudah dapat berjalan, walau belum stabil
b) Mulai belajar makan sendiri
c) Senang mendengar cerita yang berulang-ulang
d) Senang mengerjakan hal-hal yang berulang-ulang (menjatuhkan barang)
e) Belajar Bahasa mulai aktif, dengan bertanya
f) Pada umur 3 tahun melalui masa negative, tidak mudah menurut, mulai timbul
kemauannya sendiri
g) Mulai memperhatikan anak lain, mula-mula menyentuh dengan jari, badan anak lain.
c. Fase Sekolah AUD ( 3-6) tahun
Adapun karakteristik anak pada fase ini adalah.
1) Dapat mengontrol tindakannya
2) Selalu ingin bergerak adalah sesuatu yang alami
3) Berusaha mengenal lingkungan sekeliling
4) Perkembangan yang cepat dalam berbicara
5) Senantiasa ingin memiliki sesuatu, egois, keras kepala, suka protes, menanyai sesuatu
yang berulang
6) Mulai membedakan antara yang benar dan yang salam, yang baik dan buruk
7) Mulai mempelajari dasar-dasar prilaku social.
Setidaknya orang tua sebagai pendidik pada masa ini hendaknya melakukan 2 hal yaitu:
1) Membiasakan anak untuk mengingat Allah, serta semangat mencari dalil dalam
mengesakan Allah melalui tanda-tanda kekuasaannya dan menginterpretasikan berbagai
gejala alam melalui penafsiran yang dapat memperkokoh fitrah anak agar tetap berada
dalam kesucian dan kesiapan mengagungkan Allah.
2) Rasa kagum anak terhadap ayahnya dapat dipergunakan oleh ayah untuk membina
mental anaknya dengan kasih sayangnya, kea rah pengenalan tuhan. Melalui keadaan
psikis yang sedang dialami anak. Karena anak menyukai keindahan, akibat pengaruh
perkembangan fantasinya, maka dalam memperkenalkan Tuhan harus sesuai dengan
kesukaannya.
d. Fase Anak-Anak (6-12) tahun
Menurut EB. Horlock menyebutnya masa akhir kanak-kanak (late childhood), sedangkan
J.E. Brophy membatasinya sejak anak berusia 6 tahun dengan ditandainyadengan masuk
ke sekolah hingga berusia 13 tahun. Adapun karakteristik anak pada fase ini.
1) Anak mulai bersekolah
2) Guru mulai menjadi pujaannya
3) Gigi tetap mulai tumbuh
4) Anak mulai gemar membaca
5) Anak mulai malu jika dilhat auratnya pada orang lain
6) Hubungan anak dengan ayahnya semakin erat
7) Anak suka sekali menghafal
Pada fase ini merupakan penyempurnaan pada fase sebelumnya.Fase ini menurut Piaget
menyebutnya “masa berpikir operasional konkret (operasi logis) dan berakhir masa berpikir
operasional formal. Anak pada masa ini sudah dapat mengambil keputusan yang logis bukan
keputusan peseptual.
Pada fase ini juga anak sudah mulai mengenal Tuhan melalui Bahasa dan kata-kata orang
yang berada di lingkungannya yang pada mulanya diterima secara acu-tak acu, lambat laun
disadarinya akan masuklah pikirannya tentang tuhan dalam pembentukan kepribadiannya
dan menjadi objek pengalaman agamis.
Menurut Prof. Dr. Zakiah daradjat, memperkenalkan sifat-sifat Allah kepada anak-anak pada
masa ini hendaknya memilih sifat-sifat Allah yang menyenangkan baginya, seperti pengasih,
penyayang, penolong, pelindung dan sebagainya.
e. Fase Remaja
Fase remaja yang biasa disebut adolencece berlangsung dari umur 12-21 tahun yang
ditandai dengan kegoncangan jiwa. Anak laki-laki ditandai dengan ibtilant (basah malam),
sedangkan perempuan ditandai dengan menstruasi. Karena itu masa terjadi perubahan
menyangkut masalah gender, dikalangan ahli juga menyebutnya pralihan dari masa
aseksual menjadi seksual, juga terjadi perubahan fisik laki-laki bertambah tinggi sedang
perempuan perubahan pembesaran payu darah.
Menurut Horlock selain perubahan fisik juga terjadi peruabahan psikis yang dapat ditandai.
1) Meningkatnya emosi
2) Peruabahan minat dan meningkatnya peran yang diharapkan oleh lingkungan social
3) Perubahan minat dan tingkah laku dan
4) Munculnya sikap ambivalen (cabang dua mencitai sekaligus membenci).
Pola Pendidikan pada fase ini harus berubah dari masa sebelumnya, remaja membutuhkan
teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat merasakan suka
dukanya. Pada masa ini mulai tumbuh mencari pedoman hidup, mencari puja. Pada masa ini
remaja mengalami kegoncangan batin sebab tidak mau lagi memakai pedoman hidup masa
kanak-kanaknya.
Proses terbentuknya pendirian hidup atau pandangan hidup atau cita-cita ini dapat
dipandang sebagai penemuan nilai-nilai hidup dalam mengeksplorasi si remaja. Menurut
Sumardi Suryabrata proses tersebut melewati 3 langkah.
1) Karena remaja tiadanya pedoman, remaja merindukan sesuatu yang dianggap bernilai,
pantas dihargai dan dipuja
2) Pada taraf yang ke dua objek pujaaan itu telah menjadi lebih jelas, yaiti pribadi-pribadi
yang dipandangnya mendukung sesuatu nilai (jadi personifikasi nilai-nilai)
3) Pada taraf yang ketiga, si remaja telah dapat menghargai nilai-nilai lepas dan
pendukungnya, nilai-nilai sebagai hal yang abstrak.
Najib Khalil al-Amin menyebutkan bahwa dalam mendidik anak hatus mengambil sikap
sebagai berikut.
1) Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada anak-anak mereka yang sedang
puber dengan melakukan pengamatan
2) Mengarahkan mereka untuk selalu ke Masjid sejak kecil sehingga memiliki disiplin
naluriah dan andil yang potensial oleh lingkungan Rabbani
3) Menanamkan rasa kepercayaan diri pada diri mereka dan siap mendengarkan pendapat-
pendapat mereka
4) Menyarankan agar menjalani persahabatan dengan teman-teman yang baik
5) Mengembangkan potensi mereka disemua bidang yang bermanfaat
6) Menganjurkan mereka untuk berpuasa sunat karena hal itu dapat menjadi prisai dari
kebobobrokan moral
7) Membuka dialog dan menyadarkan mereka akan status social mereka.
f. Fase Dewasa
Fase dewasa yaitu dimulai sejak berakhirnya kegoncangan-kegoncangan kejiwaan yang
menimpa masa remaja. Ini dipahami bahwa usia dewasa dapat dikatakan masa
ketenangan jiwa, ketetapan hati dan keimanan yang tegas.
Netty Hartati, dkk. Menjelaskan bahwa masa dewasa ini dapat dibagi kepada tiga tahap
a. Fase dewasa dini (18-40) tahun
Yaitu masa pencarian kemantapan dan masa produktif, yaitu masa yang penuh masalah
dan ketenangan emosional, priode isolasi social, priode komitmen dan masa
ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada hidup yang
baru.
Penyesuaian keluarga dan pekerjaan, khususnya pada masa dewasa dini sangat sulit,
karena kebanyakan orang dewasa muda membatasi dasar-dasar yang dengannya
membangun penyesuaian karena pembaruan (newness) peran-peran yang dituntut
penyesuaian diri. Katika ia menikah pun akan membatasi dan berusaha untuk mencari
pasangan yang menurutnya sesuai dengan statusnya.
Karena seorang muslim tentu ia akan menjalankan aturan-aturan yang adaa dalam agama
Islam, ketika ia memiliki keyakinan keagamaan yang kuat dalam dirinya, apapun yang ia
miliki. Islam mempunyai satu ketentuan yang tercantum dalam suatu hadits dan menjadi
panduan bagi kehidupan muslim. Nabi bersabda dalam haditsnya.
‫ واعمل ألخرتك كأن تموت غدا‬. ‫اعمل لدنياك كأنك تعيش ابد‬
Artinya: Bekerjalah untuk duniamu, seakan-akan engkau hidup selama-lamanya, dan
bekerjalah untuk akhiratmu, seakan-akan engkau mati di hari esok.
Dalam hadits yang Nabi bersabda.
‫المؤمن قوي خير واحب الى هللا من المؤمن الضعيف‬
b. Fase dewasa madya (40-60) tahun
Fase ini ditandai adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60
tahun terjadi penurunan kekuatan fisik seiring diikuti oleh penurunan daya ingat. Ada
10 karakteristik yang biasa terjadi pada usia dewasa madya.
1) Usia madya adalah priode yang sangat menakutkan
2) Usia madya merupakan usia transisi
3) Masa stress
4) Usia yang berbahaya
5) Usia canggung
6) Masa berprestasi
7) Masa wvaluasi
8) Dievaluasi dengan standar ganda
9) Masa sepi
10) Masa jenuh
Rentang usia 40-60 tahun ini tampak tanda-tanda isyarat kecenderungan kearah
kebaikan atau kejahatan, menjadi manusia pembangunan atau perusak. Karena itu
bias dikatakan bahwa apa bila sampai umur 40 tahun sedangkan kebijakannya tidak
melebihi kejahatannya maka seta akan menyapu wajahnya seraya berkata “Demi
ayahku wajah ini tidak akan Berjaya” yang lain lagi mengatakan “siapa yang sudah
mencapai 40 tahun, sedang kebijakannya tidak melebihi kejahatannya, maka
hendaklah ia terjerumus kedalam kenistaan”.
c. Fase Dewasa akhir (lansia)
Adapun ciri-ciri usia lanjut (lansia) adalah
1) Meruapakan priode kemunduran
2) Perbedaan individual pada efek manua
3) Usia tua ditandai kriteria yang berbeda
Masalah umum yang unik pada masa usia lanjut keadaan fisik melemah dan tak berdaya,
sehingga harus tergantung pada orang lain. Hal ini dijelaskan Allah dalam al-Qur’an QS.
Ar-Rum ayat 54
‫هّٰللَا‬
َ ‫ْف قُ َّوةً ثُ َّم َج َع َل ِم ۢ ْن بَ ْع ِد قُ َّو ٍة‬
‫ض ْعفًا‬ َ ‫ْف ثُ َّم َج َع َل ِم ۢ ْن بَ ْع ِد‬
ٍ ‫ضع‬ ٍ ‫ضع‬ َ ‫۞ ُ الَّ ِذيْ َخلَقَ ُك ْم ِّم ْن‬
٥٤ ‫ق َما يَ َش ۤا ۚ ُء َوهُ َو ْال َعلِ ْي ُم ْالقَ ِد ْي ُر‬
ُ ُ‫َّو َش ْيبَةً ۗيَ ْخل‬
Terjemahnya: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan
(kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.
Jalaludiin menjelaskan bahwa sikap keagamaan pada orang dewasa memiliki ciri-ciri.
1) Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan yang matang bukan sekedar
ikut-ikutan
2) Birsikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk
mempelajatinya dan memperdalam keagamaan
3) Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan pertanggung jawab
diri, hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dan sikap hidup
4) Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas
5) Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-
masing sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam, menerima, memahami
serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
Pendidikan agama yang diberikan pada fase usia tua adalah melalui majelis ta’lim.
Pendidikan di masjelis ta’lim dapat membina kedekatan dan ikatan hamba dengan
penciptanya akan semakin erat. Hal ini dijelaskan Allah dalam sebuah hadits Qudsi yang
artinya.
“Wahai Tuhan-Ku jika kamu Mengingat Aku ketika sendirian, Aku akan mengingatmu
ketika sendirian, dan jika kamu mengingat Aku ditengah keheningan Aku akan mengingat
kamu ditengah kerumunan masa yang lebih baik dan lebih banyak”.
Pendidikan pada orang dewasa tiada akhirnya, artinya usia dewasa bukan dari akhir
Pendidikan. Islam mengajarkan perinsip bahwa Pendidikan manusia berakhir setelah
berpisah ruh dengan jazad. Hal ini dipahami dari hadits Nabi Muhammad Saw.
‫لقننو موتاكم الاله اال هللا‬
Artinya: Tuntunlah orang-orang yang berada diambang kematian untuk membaca kalimat
laa ilah illa Allah.
Berdasarkan hadits ini maka dalam Pendidikan Islam yang menjadi batas akhir dari
Pendidikan manusia adalah berpisahnya ruh dengan jazad. Manusia secara fisik berubah
menjadi mayat, sedangkan ruh kembali kepada Allah.

Anda mungkin juga menyukai