Anda di halaman 1dari 37

DIMENSI SOSIAL KEAGAMAAN

I. PENGERTIAN
Dalam kajian keislaman dimensi sosial
keagamaa disebut MUAMALAH, yaitu
aturan-aturan dasar mengenai
hubungan antarmanusia.

Tampaknya perhatian Islam terhadap


masalah-masalah sosial lebih besar
daripada terhadap masalah-masalah
ritual.
Bukti perhatian Islam terhadap muamalah
a. Ayat-ayat ibadah : ayat-ayat sosial = 1 : 100
b. Apabila urusan ibadah bersamaan waktunya
dengan urusan muamalah yang penting, maka
ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan
(bukan ditinggalkan ).
c. Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan
diberi rewards yang lebih besar daripada ibadah
individual.
d. Apabila ibadah dilakukan tidak sempurna atau
batal, maka kifaratnya adalah melakukan sesuatu
yang berhubungan dengan masalah sosial.
e. Amal baik dalam bidang kemasyarakatan
mendapat rewards lebih besar daripada
ibadah sunnat.
e. Orang yang bekerja keras untuk
menyantuni janda dan orang miskin,
adalah seperti pejuang di jalan Allah
(atau aku kira beliau berkata) dan
seperti orang yang terus menerus salat
malam dan terus menerus berpuasa
( HR Bukhari & Muslim).

f. “Maukah kamu aku beritahukan derajat


apa yang lebih utama daripada salat,
puasa dan sodaqah? (sahabat menjawab)
Tentu. Yaitu mendamaikan dua
pihak yang bertengkar ( Abu Daud,
Turmudzi, dan Ibnu Hibban )
• Muamalah merupakan aktualisasi kekhalifahan
manusia di muka bumi.

Muamalah merupakan tuntunan hidup manusia


sebagai mahluk psiko-fisik-sosial.

II. RUANG LINGKUP


Muamalah meliputi seluruh dimensi manusia :
Perkawinan, mawarits, hukum-hukum publik,
ekonomi, bisnis, tataniaga, politik, dan budaya,
dlsb.

Muamalah merupakan lapangan yang terbuka


bagi pemikiran-pemikiran baru melalui sarana
ijtihad.
MUNAKAHAT
Pengertian Perkawinan
• Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian
pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
• Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum
perkawinan masing-masing agama dan kepercayaan serta
tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-
undangan yang berlaku.
• Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya
perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri.
Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang
bahagia sejahtera dan kekal selamanya. Perkawinan
memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental
karena menikah / kawin adalah sesuatu yang sakral dan dapat
menentukan jalan hidup seseorang.
Dari Kamus Istilah2 Qur’an dan Artinya, Sheik Mousa Ben Mohammed Al
Kaleeby, Cairo, Maktabat Al Adab, 2002:
Definisi “Nikah” adalah "penetration" : penembusan sesuatu benda oleh
benda lainnya.
Contohnya adalah benih (N) tanah atau rasa kantuk (N) mata. Kata ini juga
berarti dua benda saling berbelit. Contohnya seperti pohon (N) satu sama
lain, berarti pohon2 itu saling membelit.
Dari Kitab Al Nikah. Komentar Imam Ahmed Ben Ali Ben Hagar Al
Askalani, Beirut, Dar Al Balagha, 1986 :
“Nikah” berarti "merengkuh atau menembus". Jika dilafalkan “Nokh” ini
berarti vagina wanita. Kata ini hanya digunakan dalam konteks
“melakukan hubungan seksual.” Jika kata ini dihubungkan dalam
pernikahan, maka ini berarti seks adalah kewajiban dalam pernikahan. Al
Fassi berkata, “ Jika dikatakan seorang pria (N) seorang wanita, ini berarti
pria ini menikahi sang wanita, dan jika dikatakan seorang pria (N) istrinya,
ini berarti dia berhubungan seks dengan istrinya.”
Kata ini juga dapat digunakan secara metaforis seperti pengertian:
air hujan (N) tanah, atau rasa kantuk (N) mata, atau benih (N) tanah, atau
kerikil (N) tapak kaki unta. Jika digunakan dalam konteks pernikahan, ini
berarti hubungan seksual adalah tujuan pernikahan. Adalah wajib dalam
perkawinan untuk “mencicipi madu” (pernyataan Islam yang berarti
bersetubuh).
Kedudukan Perkawinan
Kedudukan Perkawinan
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-
mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu,
dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan
daripada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. (QS An-Nisa : 1)
Kedudukan Perkawinan
• Perkawinan dalam Islam adalah suatu ikatan yang kuat dan
perjanjian yang teguh yang ditegakkan di atas landasan niat
untuk bergaul antara suami-isteri dengan abadi, supaya dapat
memetik buah kejiwaan yang telah digariskan Allah dalam al-
Quran, yaitu ketenteraman, kecintaan dan kasih sayang.
Sedang tujuannya yang bersifat duniawi yaitu demi
berkembangnya keturunan dan kelangsungan jenis manusia.
Seperti yang diterangkan Allah dalam al-Quran:
"Allah telah menjadikan jodoh untuk kamu dari jenismu
sendiri, dan Ia menjadikan untuk kamu dari perjodohanmu itu
anak-anak dan cucu." (an-Nahl: 72)
Kedudukan Perkawinan
• Al Quran menyebut ikatan perkawinan sebagai
mitsaqon ghalidla

Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal


sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain
sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah
mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. (QS An-Nisa : 21 )
Kedudukan Perkawinan

Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina


untuk (menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil dari)
mereka. Dan kami perintahkan kepada mereka: "Masukilah
pintu gerbang itu sambil bersujud", dan Kami perintahkan
(pula), kepada mereka: "Janganlah kamu melanggar peraturan
mengenai hari Sabtu", dan Kami telah mengambil dari mereka
perjanjian yang kokoh. (QS An-Nisa L 154 )
Kedudukan Perkawinan

Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-


nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa
putera Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka
perjanjian yang teguh, (QS Al Ahzab 7 )
1. PERNIKAHAN ( MUNAKAHAT )
a. Kedudukan dan Hukum
HIERARKI KEBUTUHAN MANUSIA
( Abraham Maslow, 1908 - 1970 )
Need for self
actualization
Esteem needs (from
self and others )
Belongingness
and love needs
Safety needs : security, order,
and stability
Physiological needs : food,
water, and sex
( Duane Schultz and Ellen Schultz, 1994 : 280 )
Pemenuhan kebutuhan hidup berdasarkan syariat akan
memelihara kehormatan manusia sebagai mahluk
Allah yang paling mulia dan menghindarkannya dari
dosa dan kehinaan.

Pernikahan bukan hanya legalisasi hub. laki-laki dgn


perempuan, melainkan wahana mewujudkan kasih
sayang yang diberikan Allah pada proses
penciptaannya pertama kali ( Ali-Imran : 14; ar-Rum :
21 )
Pernikahan adalah sunnah Rasul  ibadah
 magfirah Allah.
Menurut Jumhur Ulama, nikah itu sunnah
dan bisa juga menjadi wajib atau haram.
Perkawinan termasuk dalam bidang
muamalat, sedang kaidah dasar
muamalat adalah ibahah (boleh). Oleh
karena itu, asal hukum melakukan
perkawinan dilihat dari segi kategori
kaidah hukum Islam adalah: Ibahah
(boleh).
a) Wajib (kalau seseorang telah cukup matang untuk
berumahtangga, baik dilihat dari segi pertumbuhan
jasmani dan rohani, maupun kesiapan mental,
kemampuan membiayai kehidupan rumah tangga dan
supaya tidak terjerumus dalam lubang perzinahan).
b) Sunnat (kalau dipandang dari pertumbuhan jasmani,
keinginan berumah tangga, kesiapan mental, kesiapan
membiayai kehidupan berumah tangga telah benar-
benar ada).

c) Haram Haram (kalau melanggar larangan-larangan atau


tidak mampu menghidupu keluargan
d) Makruh (kalau dilakukan oleh seseorang yang belum
siap jasmani, rohani (mental), maupun biaya rumah
tangga).
TUJUAN PERKAWINAN DALAM ISLAM
Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk
sedekah ! Mendengar sabda Rasulullah para shahabat
keheranan dan bertanya : "Wahai Rasulullah, seorang suami
yang memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan
mendapat pahala ?" Nabi shallallahu alaihi wa sallam
menjawab : "Bagaimana menurut kalian jika mereka (para
suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka
berdosa .? Jawab para shahabat :"Ya, benar". Beliau bersabda
lagi : "Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya
(di tempat yang halal), mereka akan memperoleh pahala !".
(Hadits Shahih Riwayat Muslim 3:82, Ahmad 5:1167-168 dan
Nasa'i dengan sanad yang Shahih).
• b. Tujuan Berkeluarga dalam Islam

• 1) Menyalurkan dorongan dan kebutuhan


seksual secara terhormat
• 2) Membina rasa cinta dan kasih sayang
antara dua orang berbeda jenis secara
mantap
• 3) Menurunkan dan melindungi turunan
dari ketidakpastian masa depan
• 4) Membangun fondasi masyarakat
d. Pelaksanaan Pernikahan

1) Wali : laki-laki, muslim, balig, adil,


berakal sehat, tdk sedang
melaksanakan ihram

2) Sighat nikah

3) Dua saksi : laki-laki, Islam, balig,


berakal sehat, dan adil.

4) Mahar
e. Membina Kehidupan Bersama
dalam Berkeluarga

HAK & KEWAJIBAN TUJUAN


SUAMI & ISTRI PERKAWINAN

PELAKSANAAN
AKAD NIKAH

PERSIAPAN
Kriteria Calon Pasangan yang Ideal
a. Harus Kafa'ah
Murtsid dari Abu Murtsid, bahwa dia minta izin kepada Nabi untuk kawin
dengan pelacur yang telah dimulainya perhubungan ini sejak zaman
jahiliah, namanya: Anaq. Nabi tidak menjawabnya sehingga turunlah ayat
yang berbunyi:
"Laki-laki tukang zina tidak (pantas) kawin, melainkan dengan perempuan
penzina atau musyrik; dan seorang perempuan tukang zina tidak (pantas)
kawin, melainkan dengan laki-laki penzina atau musyrik. Yang demikian itu
diharamkan atas orang-orang mu'min." (an-Nur: 3) Kemudian beliau
bacakan ayat tersebut dan berkata:
"Jangan kamu kawin dengan dia." (Abu Daud, Nasa'i dan Tarmizi)

"Perempuan jahat untuk laki-laki yang jahat, dan laki-laki yang jahat untuk
perempuan jahat; dan perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan
laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik." (an-Nur: 26)
Kriteria Calon Pasangan yang Ideal

b. Shalihah
Wanita dikawini karena empat hal : Karena
hartanya, karena keturunannya, karena
kecantikannya, dan karena agamanya. Maka
hendaklah kamu pilih karena agamanya (ke-
Islamannya), sebab kalau tidak demikian,
niscaya kamu akan celaka". (Hadits Shahih
Riwayat Bukhari 6:123, Muslim 4:175).
Faktor-Faktor Pembentukan Keluarga
Sakinah
• A. Faktor Utama:
• Untuk membentuk keluarga sakinah, dimulai dari pranikah, pernikahan, dan berkeluarga.
Dalam berkeluarga ada beberapa hal yang perlu difahami, antara lain :
• 1. Memahami hak suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami
• a. Menjadikannya sebagai Qowwam (yang bertanggung jawab)
• Suami merupakan pemimpin yang Allah pilihkan
• Suami wajib ditaati dan dipatuhi dalam setiap keadaan kecuali yang bertentangan dengan
syariat Islam.
• b. Menjaga kehormatan diri
• Menjaga akhlak dalam pergaulan
• Menjaga izzah suami dalam segala hal
• Tidak memasukkan orang lain ke dalam rumah tanpa seizin suami
• c. Berkhidmat kepada suami
• Menyiapkan dan melayani kebutuhan lahir batin suami
• Menyiapkan keberangkatan
• Mengantarkan kepergian
• Suara istri tidak melebihi suara suami
• Istri menghargai dan berterima kasih terhadap perlakuan dan pemberian suami
Faktor-Faktor Pembentukan Keluarga
Sakinah
• 2. Memahami hak istri terhadap suami dan kewajiban suami terhadap istri
• a. Istri berhak mendapat mahar
• b. Mendapat perhatian dan pemenuhan kebutuhan lahir batin
• Mendapat nafkah: sandang, pangan, papan
• Mendapat pengajaran Diinul Islam
• Suami memberikan waktu untuk memberikan pelajaran
• Memberi izin atau menyempatkan istrinya untuk belajar kepada seseorang atau lembaga dan
mengikuti perkembangan istrinya
• Suami memberi sarana untuk belajar
• Suami mengajak istri untuk menghadiri majlis ta’lim, seminar atau ceramah agama
• c. Mendapat perlakuan baik, lembut dan penuh kasih saying
• Berbicara dan memperlakukan istri dengan penuh kelembutan lebih-lebih ketika haid, hamil
dan paska lahir
• Sekali-kali bercanda tanpa berlebihan
• Mendapat kabar perkiraan waktu kepulangan
• Memperhatikan adab kembali ke rumah
Faktor-Faktor Pembentukan Keluarga
Sakinah
• B. Faktor Penunjang
• 1. Realistis dalam kehidupan berkeluarga
• Realistis dalam memilih pasangan
• Realistis dalam menuntut mahar dan pelaksanaan walimahan
• Realistis dan ridho dengan karakter pasangan
• Realistis dalam pemenuhan hak dan kewajiban
• 2. Realistis dalam pendidikan anak
• Penanganan Tarbiyatul Awlad (pendidikan anak) memerlukan satu kata
antara ayah dan ibu, sehingga tidak menimbulkan kebingungan pada anak.
Dalam memberikan ridho’ah (menyusui) dan hadhonah (pengasuhan)
hendaklah diperhatikan muatan:
• Tarbiyyah Ruhiyyah (pendidikan mental)
• Tarbiyah Aqliyyah (pendidikan intelektual)
• Tarbiyah Jasadiyyah (pendidikan Jasmani)
Faktor-Faktor Pembentukan Keluarga
Sakinah
• 3. Mengenal kondisi nafsiyyah suami istri
• 4. Menjaga kebersihan dan kerapihan rumah
• 5. Membina hubungan baik dengan orang-orang
terdekat
• a. Keluarga besar suami / istri
b. Tetangga
c. Tamu
d. Kerabat dan teman dekat
• 6. Memiliki ketrampilan rumah tangga
• 7. Memiliki kesadaran kesehatan keluarga
Faktor-Faktor Pembentukan Keluarga
Sakinah
• C. Faktor Pemeliharaan
• 1. Meningkatkan kebersamaan dalam berbagai
aktifitas
• 2. Menghidupkan suasana komunikatif dan
dialogis
• 3. Menghidupkan hal-hal yang dapat merusak
kemesraan keluarga baik dalam sikap,
penampilan maupun prilaku
Daftar Pustaka:

• Al-qur’an Terjemahan
• Al-Iroqi, Butsaiman As-sayyid. Rahasia Pernikahan yang
Bahagia, Cetakan I.Pustaka Azzam, Jakarta, Oktober 1997
• Isa, Abdul Ghalib Ahmad. Pernikahan Islam, cetakan I,
Pustaka Manthiq, Solo April 1997
• Yusuf, Husein Muhammad. Keluarga Muslim dan
Tantangannya, Cetakan 9, Gema Insani Press, Mei 1994
• Hamid, Muhammad abdul Halim, Bagaimana
Membahagiakan Istri, Cetakan 2 Citra Islami Press,
September 1993
• Hawwa, Said, Panduan Membina Rumah Tangga Islami
• Qardawi, prof. Dr. Yusuf, Ruang Lingkup Aktifitas Wanita
Muslimah, Pustaka Al-kautsar, Cetakan II, Juli 1996
f. Putusnya Akad pernikahan
1) Kematian
2) Thalaq
3) Khulu’
4) Fasakh
5) Syiqaq
6 ) Pelanggaran ta’liq thalaq

‫( ابغض الحال ل الى هللا الطال ق ) ابو داود و ابن ما جه‬


2. Mawarits
a. Beberapa prinsip tentang harta dan hak
penggunaannya :
1) Harta hakikatnya milik Allah (QS. 2 : 107 )
2) Materi adalah alat menjalani kehidupan di
dunia  hanya berhak dimanfaatkan oleh yang
masih hidup ( QS 26: 88 dan 3 : 14 )
3) Kepemilikan harta yang wafat kepemilikannya
kembali kepada Allah
4) Hanya Allah yang berhak mengatur kembali
pendistribusian harta yang ditinggal wafat
‘pemiliknya’ ( QS 4 : 7 ; 13 ).
b. Prinsip-prinsip Kewarisan
1) Diredistribusikan kepada yang memiliki hubungan batin
terdekat dengan yang meninggal
2) Laki-laki dan perempuan sama-sama ahli waris (QS 4:7)
3) Yang diwariskan meliputi :
a) Harta benda yang riil; dan
b) Hak-hak material.
4) Harta waris dibagikan setelah dikurangi :
a) pembayaran utang
b) biaya pemeliharaan jenazah
c) pemenuhan wasiyat = ≤ 1/3 X [ p – ( a + b) ]
5) Warisan terjadi setelah kematian
c. Ahli Waris

NASAB

AHLI WARIS MUSAHARAH

MUWAALAAH
Jenis-jenis ahli waris
1. Ash-habul Furudl : ahli waris yang mendapat furudl: bagian
tertentu yang telah ditetapkan jumlahnya dari harta warisan
(2/3;1/3 ;1/6;1/8; ¼; ½)
a. Anak pr. jika tidak ada anak laki-laki
b. Ibu
c. Ayah apabila ada anak laki-laki
d. Isteri
e. Suami
f. Anak pr. dari anak lk.2 apabila tdk bersama-sama dg.
anak lk.2 dari anak lak.2
g.Sdr. perempuan sekandung apabila tdk. bersama sdr. lk.2.
h.Sdr. laki-laki seibu
i. Sdr. pr. seayah jika tidak ada sdr. laki-laki seayah.
j. Sdr. perempuan seibu
k.Ayah dari ayah
l. Ibu dari ayah
2. Ashabah: ahli waris yang mendapatkan semua
warisan apabila tidak ada yg pertama, atau sisa dari
yang pertama atau tidak mendapat apa2 jika warisan
habis
a. Anak laki-laki
b. Anak pr. apabila bersama anak laki2
c. Anak laki-laki dari anak lk.2 dst.ke bawah
d. Anak pr. dari anak laki2 apabila bersama anak laki2 dari
anak laki2
e. Ayah
f. Ayah dari ayah, dst. ke atas dari pihak lk.2
g. Saudara laki2 sekandung
h. Saudara pr. sekandung apabila bersama saudara laki2
sekandung
i. Saudara pr. sekandung apabila ada anak pr.atau anak
pr. dari anak laki2
j. Sdr. laki2 seayah
k. Sdr. perempuan seayah apabila bersama
saudara laki2 seayah
l. Sdr.perempuan seayah apabila ada anak
peremp. atau anak pr. dari anak laki2 m. Anak laki2
dari sdr. laki2 sekandung dst. ke bawah dari pihak
laki2
n. Anak pr. dari sdr. laki2 sekandung apabila
bersama anak laki2 dari sdr. laki2
sekandung dst. ke bawah
o. Anak laki2 dari sdr. laki2 seayah dst ke bawah dari
pihak laki2
p. Anak pr. dari sdr. laki2 seayah apabila bersama
anak laki2 dari sdr. laki2 seayah
q. Paman dari pihak ayah dst. ke atas
(saudara2 kakek dari pihak ayah)
r. Anak laki2 dari paman dari pihak ayah dst.
ke bawah
s. Paman dari pihak ibu.

AHLI WARIS UTAMA :


a. Istri atau suami
b. Ayah kandung
c. Ibu kandung
d. Anak kandung perempuan
e. Anak kandung laki-laki

Anda mungkin juga menyukai