Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HAKIKAT KELUARGA SAKINAH

Disusun Oleh :

KELOMPOK III
NURLELA UMAWAITINA 105731104919
WINDI WIDIA SARI 105731104819
REZKY ADRIYANTO HASANUDDIN 105731105019

UNVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISINIS
JURUSAN AKUNTANSI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memlimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah dengan judul
“Kepribadian Muhammadiyah” ini dapat tersusun dengan baik.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat memenuhi tugas mata kuliah
Al Islam Kemuhammadiyahan. Kami sampaikan terimah kasih kepada dosen dan
semua pihak yang senantiasa mambantu demi kelancaran makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini sangat sederhan dan belum sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran dari pihak senantiasa akan kami terima untuk menjadikan
makalah ini sesuai dengan harapan. Semoga makalah ini mendapat perhatian dan
bermanfaat bagi mahasiswa dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar,5November2021
Kelompok III

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................2

C. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3

BAB III PENUTUP......................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hidup berkeluarga adalah fitrah setiap manusia. Setiap agama dengan kesempurnaan
ajarannya mengatur tentang konsep keluarga yang di bangun di atas dasar
perkawinan.Melalui perkawinan dapat diatur hubungan laki-laki dan wanita (yang secara
fitrahnya saling tertarik) dengan aturan yang khusus. Dari hasil pertemuan ini juga akan
berkembang jenis keturunan sebagai salah satu tujuan dari perkawinan tersebut. Dan dari
perkawinan itu pulalah terbentuk keluarga yang diatasnya didirikan peraturan hidup
khusus dan sebagai konsekuensi dari sebuah perkawinan.
Dalam mengarungi samudera kehidupan rumah tangga tidaklah semudah apa yang
kita bayangkan, tidak jarang sebuah rumah tangga terhempas gelombang badai yang
akhirnya berdampak bagi keharmonisan keluarga.Tidak sedikit keluarga yang akhirnya
tercerai berai tak tentu arah akibat hempasan gelombang badai, namun tidak sedikit juga
keluarga yang tetap kokoh melayari samudera kehidupan rumah tangga karena mampu
menjaga keharmonisan keluarga
Keharmonisan keluarga merupakan syarat penting dalam mengarungi kehidupan
rumah tangga agar mereka mampu menghadapi berbagai goncangan dan hempasan badai
dalam rumah tangga. Oleh karena itu, pemahaman terhadap konsep keharmonisan
keluarga sangat diperlukan karena kebanyakan keluarga yang gagal adalah keluarga yang
tidak mmahami akan pentingnya keharmonisan keluarga.
Keharmonisan keluarga merupakan dambaan setiap orang yang ingin membentuk
keluarga atau yang telah memiliki keluarga, namun masih banyak yang kesulitan dalam
membangun keharmonisan keluarga.Dalam membangun keharmonisan keluarga sangat
dipengaruhi oleh tiga kecerdasan dasar manusia yaitu Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan
Emosional, dan Kecerdasan Intelektual. Oleh sebab itu sangatlah penting bgi setiap
individu atau setiap orang yang ingin membangun sebuah rumah tangga ketinnga pondasi
atau dasar-dasar kecerdasan tersebut harus lebih dimatangakan agara lebih siap lahir
bathin dalam berkeluarga nantinya.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian keluarga sakinah
2. Hak dan kewajiban suami istri
3. Tugas dan tanggung jawab keluarga

C. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian keluarga sakinah
2. Menjelaskan hak dan kewajiban suami istri
3. Mengetahui tugas dan tanggung jawab keluarga
4. Mengetahui prinsip prinsip utama membangun keluarga sakinah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HAKIKAT KELUARGA SAKINAH


Keluarga Bahagia adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang
sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki poorhubungan serasi, selaras, dan seimbang
antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
Bahagia adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan bersitat kondisional.
Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika dia sedang berjaya, maka di situ ada
kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka hilanglah kebahagiaan. Maka. menurut pandangan
ini tidak ada kebahagiaan yang abadi dalam jiwa manusia. Kebahagiaan itu sifatnya
sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia. Inilah gambaran kondisi kejiwaan
masyarakat yang senantiasa dalam keadaan mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa
merasa puas dan menetap dalam suatu keadaan. Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati
yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu.
Keluarga bahagia adalah identik dengan keluarga yang harmonis sangat menentukan
untuk menciptakan lingkungan yang baik dalam suasana kekeluargaan dan menjadi pusat
ketenangan hidup (Bambang, 2000 :52). Setiap keluarga selalu mendambakan terciptanya
keluarga bahagia dan tidak jarang setiap keluarga mengusahakan kebahagiaan dengan
berbagai jalan dan upaya. Bahkan mereka menempa anak-anaknya agar
mampumempersiapkan diri dalam membentuk kehidupan dalam berkeluarga yang
bahagia, sesuai dengan apa yang didambakan orang tuanya.
Keluarga bahagia dan sejahtera adalah tujuan dan sekaligus harapan ideal sebuah
keluarga Indonesia. Kata bahagia selalu dikaitkan dengan aspek psikologis dan ukuran-
ukuran perasaan yang paling dalam. Sementara kata sejahtera dikaitkan dengan keluarga
yag cukup dalam pemenuhan kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, dan papan.
Keadaan cukup tentu bersifat relatif, tetapi di dalamnya terkandung makna mampu
memenuhi kebutuhan minimal, sehingga keadaan seperti itu dapat menciptakan suasana
dalam keluarga tenang. Bahagia dan sejahtera dalam konteks keluarga seolah-olah
mengandung pengertian tunggal, karena menggambarkan adanya situasi seimbang antara
suasana batin (rohani) dan suasana lahir (jasmani). Singkat kata, sebuah keluarga belum

3
disebut bahagia jikahanya berkecukupan harta benda, namun tidak menikmati suasana
batin yang baik.
Di samping itu kelurga bahagia akan terealisasikan apabila kebutuhan-kebutuhan
setiap individu di dalam keluarga terpenuhi sebagai kebutuhan hidup manusia

B. HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI


Hak adalah kekuasaan seseorang untuk melakukan sesuatu sedangkan kewajiban
sesuatu yang harus di kerjakan. Berbicara tentang kewajiban suami dan hak suami istri
alangkah baiknya kita mengetahui apakah sebenarnya kewajiban dan hak itu. Drs.H.Sidi
Nazar Bakry dalam buku karanganya yaitu “kunci keutuhan rumah tangga yang Sakinah”
mendefenisikan bahwa kewajiban dengan sesuatu harus dipenuhi dan dilaksanakan
dengan baik. Sedangkan hak adalah sesuatu yang harusditerima. Dari defenisi di atas
dapat kita simpulkan bahwa kewajiban suami istri adalah sesuatu yang harus suami
laksanakan dan penuhi untuk istrinya. Sedangkan kewajiban istri adalah sesuatu yang
harus istri laksanakan dan lakukan untuk suaminya. Begitu juga dengan pengertian hak
suami adalah sesuatu yang harus diterima suami dari istrinya. Sedangkan hak isteri adalah
sesuatu yang harus di terima isteri dari suaminya. Dengan demikian kewajiban yang
dilakukan oleh suami merupakan upaya untuk memenuhi hak isteri. Demikain juga
kewajiban yang dilakukan istri merupakan upaya untuk memenuhi hak suami,
sebagaimana yang di jelaskan Rasulullah SAW:
‫اﻻ إن ﻟﮝﻢ ﻋﻠﻰ ﻧﺴﺎﺋﮝﻢ ﺣﻗﺎ ﻮﻟﻨﺴﺎﺋﮝﻢﻋﻠﻴﮑﻢ ﺣﻗﺎ‬

Artinya : “ketahuilah, sesungguhnya kalian mempunyai hak yang harus (wajib)


ditunaikan oleh isteri kalian dan kalianpun memiliki hak yang harus (wajib) kalian
tunaikan” (HR; Shahil ibnu Majh no.1501, Tirmidzi II 315 no.1173 den Ibnu Majah I 594
no.1815).

1. Hak hak suami dan istri


1. Hak bersama-sama
 Hak bersama-sama antara suami dan isteri adalah sebagai berikut:
Halal bergaul antara suami isteri dan masing masing dapat bersenang-
senang antara satu sama lain.
 Terjadi mahram semenda : isteri menjadi mahram ayah suami, kakeknya,
dan seterunya ke atas, demikian pula suami menjadi mahram ibu isteri,
neneknya, dan seterusnya ke atas.
 Terjadi hubungan waris-mewaris antara suami dan isteri sejak akad nikah
di laksanakan. Isteri berhak menerima waris atas peninggalan suami.
Demikian pula, suami berhak waris atas peninggalan isteri, meskipun
mereka belum pernah melakukan pergaulan suami isteri.
d. Anak yang lahir dari isteri bernasab pada suaminya (apabila pembuahan
terjadi sebagai hasil hubungan setelah menikah).
 Bergaul dengan baik antara suamidan isteri sehingga tercipta kehidupan
yang harmonis dan damai. Hal ini telah di jelaskan dalam Al-quran surah
An.nisa ayat 19

4
2. Hak hak istri
 Mahar(maskawin)
QS. An-Nisa ayat 24 memerintahkan, “dan berikanlah maskawin kepada
perempuan-perempuan (yang kamu nikahi ) sebagai pemberian wajib.
Apabila mereka dengan senang hati memberikan berbagia maskawin
kepadamu. Ambillah dia sebagai makanan sedap lagi baik akibatnya.
Dari ayat Al-Qur’an tersebut dapat di peroreh suatu pengertian bahwa
maskawin itu adalah harta pemberian wajib dari suami terhadap istri, dan
merupakan hak penuh bagi isteri yang tidak boleh diganggu oleh suami,
suami hanya di benarkan ikut makan maskawin apabila diberikan oleh
isteri dengan sukarela.
 Nafkah
Nafkah adalah mencukupkan segala keperluan isteri, meliputi makan,
pakaian, tempat tinggal, pembantu rumah tangga, dan pengobatan,
meskipun isteri tergolong kaya.
QS. Ath-Thalaq ayat 6 menyatakan “tempatkanlah isteri-isteri dimana
kamu tinggal menurut kemampuanmu; jangalah kamu menyusahkan isteri-
isteri untuk menyempitkan hati mereka. Apabila isteri-isteri yang kamu
talak itu dalam keadaan hamil, berikanlah nafkah kepada mereka hingga
bersalin….”
Dari ayat di atas dapat di simpulkan pula bahwa nafkah merupakan
kewajiban suami dalam membahagiakan isterinya baik lahir maupun batin
dengan cara mencukupkan kebutuhan yang dapat memcukupkan segala
kekurangannya dengan maksud meringankan beban padanya.
 Sikap menghargai, menghormati, dan perlakuan-perlakuan yang baik, serta
meningkatkan taraf hidupnaya dalam bidang-bidang agama, akhlak, dan
ilmu pengetahuan yang di perlukan.
 Melindungi dan menjaga nama baik isteri
Suami berkewajiban melindungi isteri serta menjaga nama baiknya. Hal ini
tidak berarti bahwa suami tidak harus menutup-nutupi kesalahan yang
memang terdapat pada isteri. Namun, adalah sebuah kewajiban suami agar
tidak membeberkan kesalahan-kesalahan isteri kepada orang lain.
 Memenuhi kebutuhan kodrat (hajat) biologis isteri
Hajat biologis adalah kodrat pembawaan hidup. Oleh karena itu, suami
wajib memperhatikan hak isteri dalam hal ini. Ketentraman dan keserasian
hidup perkawinan antara lain ditentukan oleh faktor hajat biologis ini.
Kekecewaan yang dialami dalam masalah ini dapat menimbulkan
keretakan dalam hidup perkawinan, bahkan tidak jarang terjadi
penyelewengan isteri disebabkan adanya perasaan kecewa dalam hal ini.

5
3. Hak-hak suami
Hak-hak suami yang wajib dipenuhi isteri hanya merupakan hak-hak bukan
kebendaan sebab menurut hukum Islam isteri tidak dibebani kewajiban kebendaan
yang diperlukan untuk mencukupkan kebutuhan hidup keluarga. Bahkan, lebih
diutamakan isteri tidak usah ikut bekerja mencari nafkah jika suami memang
mampu memenuhi kewajiban nafkah keluarga dengan baik. Hal ini dimaksudkan
agar isteri dapat mencurahkan perhatiannya untuk melaksanakan kewajiban
membina keluarga yang sehat dan mempersiapkan generasi yang saleh. Kewajiban
ini cukup berat bagi isteri yang memang benar-benar akan melaksanakan dengan
baik.
Namun, tidak dapat dipahamkan bahwa Islam dengan demikian menghendaki agar
isteri tidak pernah melihat dunia luar, agar isteri selalu berada di rumah saja. Yang
dimaksud ialah agar isteri jangan sampai ditambah beban kewajibannya yang telah
berat itu dengan ikut mencari nafkah keluarga. Berbeda halnya apabila keadaan
memang mendesak, usaha suami tidak dapat menghasilkan kecukupan nafkah
keluarga. Dalam batas-batas yang tidak memberatkan, isteri dapat diajak ikut
berusaha mencari nafkah yang diperlukan itu.
Hak-hak suami dapat disebutkan pada pokoknya ialah hak ditaati mengenai hal-
hal yang menyangkut hidup perkawinan dan hak memberi pelajaran kepada isteri
dengan cara yang baik dan layak dengan kedudukan suami isteri.
 Hakditaati
Q.S. An-Nisa : 34 mengajarkan bahwa kaum laki-laki (suami)
berkewajiban memimpin kaum perempuan (isteri) karena laki-laki
mempunyai kelebihan atas kaum perempuan (dari segi kodrat
kejadiannya), dan adanya kewajiban laki-laki memberi nafkah untuk
keperluankeluarganya.
Isteri-isteri yang saleh adalah yang patuh kepada Allah dan kepada
suami-suami mereka serta memelihara harta benda dan hak-hak
suami,meskipun suami-suami mereka dalam keadaan tidak hadir,
sebagai hasil pemeliharaan Allah serta taufik-Nya kepada isteri-isteri
itu. Hakim meriwayatkan dari ‘Aisyah r.a. :
‫اس أَ ْعظَ ُم َحقَّا َعلَى ْال َم^^رْ أَ ِة ؟‬
ِ َّ‫ اَىُّ الن‬: ‫ت رسول هللا صلّى هللا عليه وس^^لّم‬ ُ ‫ َس ْأل‬: ‫ت‬ْ َ‫ع َْن عَائِ َشةَ قَال‬
ُ
)‫ ا ُّمهُ (رواه الحا كم‬: ‫جُل ؟ قَا َل‬ َّ
ِ ‫اس اَ ْعظَ ُم َحقا عَل َى ال َّر‬ َ ْ َ‫ قَال‬.‫ َزوْ ُجهَا‬: ‫قَا َل‬
ِ َّ‫ فَأ ىُّ الن‬: ‫ت‬
Artinya:“Dari Aisyah, ia berkata : Saya bertanya kepada
Rasulullah SAW : Siapakah orang yang paling besar haknya terhadap
perempuan? Jawabnya : Suaminya. Lalu saya bertanya lagi: Siapakah
orang yang paling besar haknya terhadap laki-laki? Jawabannya:
Ibunya.”
Dari bagian pertama ayat 34 Q.S. : An-Nisa tersebut dapat diperoleh
ketentuan bahwa kewajiban suami memimpin isteri itu tidak akan
terselenggara dengan baik apabila isteri tidak taat kepada pimpinan
suami.

 Hak memberi pelajaran


Bagian kedua dari ayat 34 Q.S. An-Nisa mengajarkan, apabila terjadi
kekhwatiran suami bahwa isterinya bersikap membangkang (nusyus),
hendaklah nasihat secara baik-baik. Apabila dengan nasihat, pihak
isteri belum juga mau taat, hendaklah suami berpisah tidur dengan
isteri. Apabila masih belum juga kembali taat, suami dibenarkan

6
member pelajaran dengan jalan memukul (yang tidak melukai dan
tidak pada bagian muka).

C. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA


Status, Fungsi dan Tanggung Jawab Keluarga perbedaan status dalam Keluarga
membawa kepada perbedaan fungsi yang akan diperankan oleh masing-masing dalam
kehidupan sehari-hari. Semua itu secara langsung atau tidak dipersepsi dan dihayati untuk
selanjutnya akan masuk dalam khazanah pengalaman anak. Oleh sebab itu antar
hubungan di dalam keluarga sangat penting untuk diperhatikan. Tidak serasinya
hubungan suami isteri akan mendatangkan keburukan dalam pertumbuhan dan
pendidikan anak-anak yang akhirnya membawa kemerosotan kehidupan masyarakat.
Oleh sebab itu suami-isteri sebagai sayap kanan dan kiri harus saling bekerjasama dalam
menerbangkan pesawat kehidupan menuju tujuannya.
Untuk menjamin keharmonisan di dalam rumah tangga, maka harus dijalankan dengan
sebaik-baiknya tugas dan suami-isteri yang telah berbeda secara kodrati.
1. Kepemimpinan Ayah Terhadap Keluarga
Menurut Islam, ayah berkedudukan sebagai pemimpin dalam keluarga.
Bila ditinjau secara sosiologis seseorang menjadi pemimpin karena ada kelebihan
yang dimiliki melebihi apa yang dipunyai massanya. Begitu dengan ayah yang
menjadi pemimpin dalam keluarga karena telah dianugerahkan Oleh Allah
beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan anggota keluarga Iainnya — isteri
dan anak-anak. Ditetapkannya ayah menjadi pemimpin sekaligus diberi amanat
untuk mengendalikan rumah tangga menuju tujuannya.
Menurut Zamakhsyari kekuasaan yang dimiliki suami sebagai pemimpin
bukan atas dasar kebiasaan, kehormatan, paksaan, kekuatan tetapi atas dasar
kelebihan yang dipunyai suami, seperti pikiran, keteguhan hati, kemauan yang
keras, menunggang kuda dan memanah. Juga karena keharusan memberikan
mahar dan perbelanjaanh idup isteri.
2. Kepemimpinan Ibu di dalam Rumah Tangga
Teratur tidaknya rumah tangga menurut Islam, berada di tangan isteri. Dalam
hubungan dengan pengaturan rumah tangga paling tidak meliputi :
 Pengaturan tata ruang meliputi pengaturan meja, pembagian ruangan
kursi, -kalau mungkin- letak hiasan dan pengaturan bunga-bunga
pengaturan tampak indah, rapi dan sehingga harmonis.

7
 Pengaturan kebersihan rumah tangga. Kebersihan di sini melipuå
kebersihan dari kotoran dan najis.Kebersihan rumah tangga
mencakupk eduanya dan meliputi kebersihan seluruh rumah termasuk
lingkungan, pakaian dan makanan.
 Pengaturan lingkungan rumah seperti tata kebun bunga-bunga dan
sebagainya yang turut memperindah rumah dan menyejukkan situasi di
dalam rumah maupun lingkungannya.
 Pengaturan waktu kerja di rumah meliputi waktu belajar, makan,
istirahat atau bermain.
 Pengaturan isi rumah — anggota keluarga — untuk terjalinnya suasana
persaudaraan yang akan membuahkan ketenteraman sehingga tetangga
üdak merasa-terganggu.

3. Pembagian Tugas Anak dan Latihan Bertanggung Jawab


Dalam berbagai kegiatan pengaturan yang dilakukan harus melibatkan ibu,
anggota keluarga terutama anak-anak dalam rangka mendidik dan membiasakan
mereka. Anak-anak dilibatkan sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing.
Anak yang lebih dewasa diberi tugas yang lebih berat, begitu pula anak lelaki
diberi tugas lebih berat dari anak perempuan sesuai dengan kodratnya.
Mengikutsertakan anak dalam berbagai kegiatan intelektual seperti
membaca dan kegiatan lain seperti memperbaiki alat rumah tangga, perjalanan
bersama dan Iainlain menurut berbagai peneliti dan ahli sebagai tindakan yang
menunjang perkembangan intelek anak-anak. Partisipasi anak seperti itu bukan
hanya berguna bagi anak, tetapi juga menguntungkan bagi orang tua, karena ia
sendiri pun melaksanakan kegiatan tersebut dengan lebih bersungguhsungguh dan
lebih berhati-hati yang pada akhirnya meningkatkan kualitas dan manfaat interaksi
keduanya.
Dilibatkannya anak dalam kegiatan rumah tangga adalah untuk melatih
rajin bekerja dan kemampuan melaksanakan tugas. Anak diberi tugas tertentu,
diberi wewenang dan tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas dengan baik.
Anak jangan dibiarkan berpangku tangan meskipun orang tua mampu
menyediakan pembantu untuk mengerjakan pekerjaan di rumah. Tanpa terikat

8
dengan tugas tertentu, anak kurang merasa memiliki bahkan dapat menumbuhkan
sikap manja dan kurang mandiri.
Orang tua memang berkewajiban membantu anak dalam memenuhi
kebutuhan mereka, akan tetapi ådak boleh berlebihlebihan dalam menolongnya
sehingga anak kehilangan kemampuan untuk berdiri sendiri.
Kalaupun ada pembantu rumah tangga tetapi bagi pekerjaan yang
berkaitan langsung dengan dirinya sendiri seyogyanya dilakukan oleh anak
sendiri.

D. PRINSIP PRINSIP UTAMA MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH


Membangun keluarga bahagia jelas adalah impian setiap manusia. Meskipun cita-cita
tersebut jelas untuk semua orang, namun jalan menuju bahagia tidaklah mudah, ada
banyak ujian dan cobaan yang harus dihadapi. Berangkat dari permasalahan-
permasalahan dalam keluarga sebagaimana yang telah diuraikan, berikut ada beberapa
prinsip yang mencoba untuk diterapkan sebagai upaya untuk menciptakan keluarga yang
bahagia, antara lain:
1. Tumbuhkan komitmen bersama Kebahagiaan sebuah keluarga berawal dari adanya
komitmen dari masing-masing pihak untuk membangun keluarga bahagia,
sebagaimana tujuan dari perkawinan atau terbentuknya sebuah keluarga yang bahagia.
Dan ini harus menjadi komitmen bersama sebagai suami dan istri, dan komitmen ini
menjadi penggerak upaya masing-masing pihak untuk saling membahagiakan,
menjadi semacam energy untuk saling menggerakkan. Komitmen untuk membangun
sebuah keluarga yang bahagia dapat dipandang sebagai pondasi awal yang diperlukan
untuk langkahlangkah selanjutnya (Mulia Muslim, 2006). Sehingga menjadi misi dari
keluarga tersebut. Tanpa komitmen bersama, kesulitan dan persoalan yang muncul
dalam kehidupan sebuah keluarga akan sulit diatasi dan mudah tergoyahkan bahkan
menghancurkan keluarga, sehingga upaya membangun keluarga yang bahagia akan
kehilangan pondasinya.
2. Berikan apresiasi Setelah membangun komitmen bersama ke arah kebahagiaan,
berikutnya diperlukan adanya kemampuan untuk menyatukan kekuatan dari masing-
masing pihak. Sebuah kolaborasi harus dibangun diatas sikap yang positif akan
kemampuan masing-masing. Untuk itu mulailah dengan melihat sisi positif masing-
masing pihak. Tanpa kesediaan untuk melihat hal-hal yang positif pada pasangan
masing-masing, maka tidak ada sinergi yang tulus ke arah kebahagiaan. Sikap positif

9
pada pasangan dapat ditunjukkan dan ditumbuhkan dalam aktivitas sehari-hari,
melalui kebiasaan

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah tersebut , maka dapat disimpulkan bahwa :
Keluarga Bahagia adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota
dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Ciri – ciri keluarga bahagia adalah
keluarga yang selalu mempunyai tegang rasa yang baik antar sesama anggota keluarga,
tidak saling curiga, saling bantu membantu, tidak mudah terpengaruh dengan isu-isu luar
yang bisa merusak keharmonian keluarga. Keluarga bahagia, keluarga yang didalamnya
terdapat berbagai persoalan/masalah kekeluargan. Tetapi itu semua dihadapi dengan
kepala diingin dan dengan komunikasi yang baik, antar sesama anggota keluarga
keluarga, istri dengan suami, anak dengan ibu, anak dengan ayah, martua dengan
menantu, dan anggota lain yang ada dikeluarga. kewajiban suami,istri terhadap anak itu
sangatlah penting dan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup keluarga. Untuk
membina keluarga yang bahagia maka semua anggota keluarga harus menunaikan hak
dan kewajiban. Hak harus di terima sedang kewajiban harus dilaksanakan.

B. SARAN
Kunci utama keharmonisan sebenarnya terletak pada kesepahaman hidup suami dan
istri. Karena kecilnya kesepahaman dan usaha untuk saling memahami keadaan pasangan,
baik kelebihan maupun kekurangannya yang kecil hinga yang tebesar untuk mengerti
sebagai landasan dalam menjalani kehidupan berkeluarga. Rencana kehidupan yang
dilakukan kedua belah pihak merupakan faktor yang sangat berpengaruh karena dengan
perencanaan ini keluarga bisa mengantisipasi hal yang akan datang dan terjadi saling
membantu untuk misi keluarga. Penuhilah kebutuhan-kebutuhan keluarga secara
bersama-sama, sehingga dengan mudah kita bisa bangun keluarga yang bahagia.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://solomoncell.wordpress.com/2012/04/14/keluarga-bahagia/
http://bpi6-iaims.blogspot.com/2016/04/makalah-keluarga-sakinah.html
http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13463/31/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR
%20PUSTAKA.pdf
http://wawai.id/syiar/makalah-kewajiban-suami-istri-fikih-munakahat/
https://docplayer.info/32880838-Bab-v-prinsip-prinsip-membangun-keluarga-bahagia-
tersebut-jelas-untuk-semua-orang-namun-jalan-menuju-bahagia-tidaklah-mudah-ada-
banyak-ujian.html

12

Anda mungkin juga menyukai