Disusun Oleh :
KELOMPOK III
NURLELA UMAWAITINA 105731104919
WINDI WIDIA SARI 105731104819
REZKY ADRIYANTO HASANUDDIN 105731105019
Makassar,5November2021
Kelompok III
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hidup berkeluarga adalah fitrah setiap manusia. Setiap agama dengan kesempurnaan
ajarannya mengatur tentang konsep keluarga yang di bangun di atas dasar
perkawinan.Melalui perkawinan dapat diatur hubungan laki-laki dan wanita (yang secara
fitrahnya saling tertarik) dengan aturan yang khusus. Dari hasil pertemuan ini juga akan
berkembang jenis keturunan sebagai salah satu tujuan dari perkawinan tersebut. Dan dari
perkawinan itu pulalah terbentuk keluarga yang diatasnya didirikan peraturan hidup
khusus dan sebagai konsekuensi dari sebuah perkawinan.
Dalam mengarungi samudera kehidupan rumah tangga tidaklah semudah apa yang
kita bayangkan, tidak jarang sebuah rumah tangga terhempas gelombang badai yang
akhirnya berdampak bagi keharmonisan keluarga.Tidak sedikit keluarga yang akhirnya
tercerai berai tak tentu arah akibat hempasan gelombang badai, namun tidak sedikit juga
keluarga yang tetap kokoh melayari samudera kehidupan rumah tangga karena mampu
menjaga keharmonisan keluarga
Keharmonisan keluarga merupakan syarat penting dalam mengarungi kehidupan
rumah tangga agar mereka mampu menghadapi berbagai goncangan dan hempasan badai
dalam rumah tangga. Oleh karena itu, pemahaman terhadap konsep keharmonisan
keluarga sangat diperlukan karena kebanyakan keluarga yang gagal adalah keluarga yang
tidak mmahami akan pentingnya keharmonisan keluarga.
Keharmonisan keluarga merupakan dambaan setiap orang yang ingin membentuk
keluarga atau yang telah memiliki keluarga, namun masih banyak yang kesulitan dalam
membangun keharmonisan keluarga.Dalam membangun keharmonisan keluarga sangat
dipengaruhi oleh tiga kecerdasan dasar manusia yaitu Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan
Emosional, dan Kecerdasan Intelektual. Oleh sebab itu sangatlah penting bgi setiap
individu atau setiap orang yang ingin membangun sebuah rumah tangga ketinnga pondasi
atau dasar-dasar kecerdasan tersebut harus lebih dimatangakan agara lebih siap lahir
bathin dalam berkeluarga nantinya.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian keluarga sakinah
2. Hak dan kewajiban suami istri
3. Tugas dan tanggung jawab keluarga
C. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian keluarga sakinah
2. Menjelaskan hak dan kewajiban suami istri
3. Mengetahui tugas dan tanggung jawab keluarga
4. Mengetahui prinsip prinsip utama membangun keluarga sakinah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
disebut bahagia jikahanya berkecukupan harta benda, namun tidak menikmati suasana
batin yang baik.
Di samping itu kelurga bahagia akan terealisasikan apabila kebutuhan-kebutuhan
setiap individu di dalam keluarga terpenuhi sebagai kebutuhan hidup manusia
4
2. Hak hak istri
Mahar(maskawin)
QS. An-Nisa ayat 24 memerintahkan, “dan berikanlah maskawin kepada
perempuan-perempuan (yang kamu nikahi ) sebagai pemberian wajib.
Apabila mereka dengan senang hati memberikan berbagia maskawin
kepadamu. Ambillah dia sebagai makanan sedap lagi baik akibatnya.
Dari ayat Al-Qur’an tersebut dapat di peroreh suatu pengertian bahwa
maskawin itu adalah harta pemberian wajib dari suami terhadap istri, dan
merupakan hak penuh bagi isteri yang tidak boleh diganggu oleh suami,
suami hanya di benarkan ikut makan maskawin apabila diberikan oleh
isteri dengan sukarela.
Nafkah
Nafkah adalah mencukupkan segala keperluan isteri, meliputi makan,
pakaian, tempat tinggal, pembantu rumah tangga, dan pengobatan,
meskipun isteri tergolong kaya.
QS. Ath-Thalaq ayat 6 menyatakan “tempatkanlah isteri-isteri dimana
kamu tinggal menurut kemampuanmu; jangalah kamu menyusahkan isteri-
isteri untuk menyempitkan hati mereka. Apabila isteri-isteri yang kamu
talak itu dalam keadaan hamil, berikanlah nafkah kepada mereka hingga
bersalin….”
Dari ayat di atas dapat di simpulkan pula bahwa nafkah merupakan
kewajiban suami dalam membahagiakan isterinya baik lahir maupun batin
dengan cara mencukupkan kebutuhan yang dapat memcukupkan segala
kekurangannya dengan maksud meringankan beban padanya.
Sikap menghargai, menghormati, dan perlakuan-perlakuan yang baik, serta
meningkatkan taraf hidupnaya dalam bidang-bidang agama, akhlak, dan
ilmu pengetahuan yang di perlukan.
Melindungi dan menjaga nama baik isteri
Suami berkewajiban melindungi isteri serta menjaga nama baiknya. Hal ini
tidak berarti bahwa suami tidak harus menutup-nutupi kesalahan yang
memang terdapat pada isteri. Namun, adalah sebuah kewajiban suami agar
tidak membeberkan kesalahan-kesalahan isteri kepada orang lain.
Memenuhi kebutuhan kodrat (hajat) biologis isteri
Hajat biologis adalah kodrat pembawaan hidup. Oleh karena itu, suami
wajib memperhatikan hak isteri dalam hal ini. Ketentraman dan keserasian
hidup perkawinan antara lain ditentukan oleh faktor hajat biologis ini.
Kekecewaan yang dialami dalam masalah ini dapat menimbulkan
keretakan dalam hidup perkawinan, bahkan tidak jarang terjadi
penyelewengan isteri disebabkan adanya perasaan kecewa dalam hal ini.
5
3. Hak-hak suami
Hak-hak suami yang wajib dipenuhi isteri hanya merupakan hak-hak bukan
kebendaan sebab menurut hukum Islam isteri tidak dibebani kewajiban kebendaan
yang diperlukan untuk mencukupkan kebutuhan hidup keluarga. Bahkan, lebih
diutamakan isteri tidak usah ikut bekerja mencari nafkah jika suami memang
mampu memenuhi kewajiban nafkah keluarga dengan baik. Hal ini dimaksudkan
agar isteri dapat mencurahkan perhatiannya untuk melaksanakan kewajiban
membina keluarga yang sehat dan mempersiapkan generasi yang saleh. Kewajiban
ini cukup berat bagi isteri yang memang benar-benar akan melaksanakan dengan
baik.
Namun, tidak dapat dipahamkan bahwa Islam dengan demikian menghendaki agar
isteri tidak pernah melihat dunia luar, agar isteri selalu berada di rumah saja. Yang
dimaksud ialah agar isteri jangan sampai ditambah beban kewajibannya yang telah
berat itu dengan ikut mencari nafkah keluarga. Berbeda halnya apabila keadaan
memang mendesak, usaha suami tidak dapat menghasilkan kecukupan nafkah
keluarga. Dalam batas-batas yang tidak memberatkan, isteri dapat diajak ikut
berusaha mencari nafkah yang diperlukan itu.
Hak-hak suami dapat disebutkan pada pokoknya ialah hak ditaati mengenai hal-
hal yang menyangkut hidup perkawinan dan hak memberi pelajaran kepada isteri
dengan cara yang baik dan layak dengan kedudukan suami isteri.
Hakditaati
Q.S. An-Nisa : 34 mengajarkan bahwa kaum laki-laki (suami)
berkewajiban memimpin kaum perempuan (isteri) karena laki-laki
mempunyai kelebihan atas kaum perempuan (dari segi kodrat
kejadiannya), dan adanya kewajiban laki-laki memberi nafkah untuk
keperluankeluarganya.
Isteri-isteri yang saleh adalah yang patuh kepada Allah dan kepada
suami-suami mereka serta memelihara harta benda dan hak-hak
suami,meskipun suami-suami mereka dalam keadaan tidak hadir,
sebagai hasil pemeliharaan Allah serta taufik-Nya kepada isteri-isteri
itu. Hakim meriwayatkan dari ‘Aisyah r.a. :
اس أَ ْعظَ ُم َحقَّا َعلَى ْال َم^^رْ أَ ِة ؟
ِ َّ اَىُّ الن: ت رسول هللا صلّى هللا عليه وس^^لّم ُ َس ْأل: تْ َع َْن عَائِ َشةَ قَال
ُ
) ا ُّمهُ (رواه الحا كم: جُل ؟ قَا َل َّ
ِ اس اَ ْعظَ ُم َحقا عَل َى ال َّر َ ْ َ قَال. َزوْ ُجهَا: قَا َل
ِ َّ فَأ ىُّ الن: ت
Artinya:“Dari Aisyah, ia berkata : Saya bertanya kepada
Rasulullah SAW : Siapakah orang yang paling besar haknya terhadap
perempuan? Jawabnya : Suaminya. Lalu saya bertanya lagi: Siapakah
orang yang paling besar haknya terhadap laki-laki? Jawabannya:
Ibunya.”
Dari bagian pertama ayat 34 Q.S. : An-Nisa tersebut dapat diperoleh
ketentuan bahwa kewajiban suami memimpin isteri itu tidak akan
terselenggara dengan baik apabila isteri tidak taat kepada pimpinan
suami.
6
member pelajaran dengan jalan memukul (yang tidak melukai dan
tidak pada bagian muka).
7
Pengaturan kebersihan rumah tangga. Kebersihan di sini melipuå
kebersihan dari kotoran dan najis.Kebersihan rumah tangga
mencakupk eduanya dan meliputi kebersihan seluruh rumah termasuk
lingkungan, pakaian dan makanan.
Pengaturan lingkungan rumah seperti tata kebun bunga-bunga dan
sebagainya yang turut memperindah rumah dan menyejukkan situasi di
dalam rumah maupun lingkungannya.
Pengaturan waktu kerja di rumah meliputi waktu belajar, makan,
istirahat atau bermain.
Pengaturan isi rumah — anggota keluarga — untuk terjalinnya suasana
persaudaraan yang akan membuahkan ketenteraman sehingga tetangga
üdak merasa-terganggu.
8
dengan tugas tertentu, anak kurang merasa memiliki bahkan dapat menumbuhkan
sikap manja dan kurang mandiri.
Orang tua memang berkewajiban membantu anak dalam memenuhi
kebutuhan mereka, akan tetapi ådak boleh berlebihlebihan dalam menolongnya
sehingga anak kehilangan kemampuan untuk berdiri sendiri.
Kalaupun ada pembantu rumah tangga tetapi bagi pekerjaan yang
berkaitan langsung dengan dirinya sendiri seyogyanya dilakukan oleh anak
sendiri.
9
pada pasangan dapat ditunjukkan dan ditumbuhkan dalam aktivitas sehari-hari,
melalui kebiasaan
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah tersebut , maka dapat disimpulkan bahwa :
Keluarga Bahagia adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota
dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Ciri – ciri keluarga bahagia adalah
keluarga yang selalu mempunyai tegang rasa yang baik antar sesama anggota keluarga,
tidak saling curiga, saling bantu membantu, tidak mudah terpengaruh dengan isu-isu luar
yang bisa merusak keharmonian keluarga. Keluarga bahagia, keluarga yang didalamnya
terdapat berbagai persoalan/masalah kekeluargan. Tetapi itu semua dihadapi dengan
kepala diingin dan dengan komunikasi yang baik, antar sesama anggota keluarga
keluarga, istri dengan suami, anak dengan ibu, anak dengan ayah, martua dengan
menantu, dan anggota lain yang ada dikeluarga. kewajiban suami,istri terhadap anak itu
sangatlah penting dan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup keluarga. Untuk
membina keluarga yang bahagia maka semua anggota keluarga harus menunaikan hak
dan kewajiban. Hak harus di terima sedang kewajiban harus dilaksanakan.
B. SARAN
Kunci utama keharmonisan sebenarnya terletak pada kesepahaman hidup suami dan
istri. Karena kecilnya kesepahaman dan usaha untuk saling memahami keadaan pasangan,
baik kelebihan maupun kekurangannya yang kecil hinga yang tebesar untuk mengerti
sebagai landasan dalam menjalani kehidupan berkeluarga. Rencana kehidupan yang
dilakukan kedua belah pihak merupakan faktor yang sangat berpengaruh karena dengan
perencanaan ini keluarga bisa mengantisipasi hal yang akan datang dan terjadi saling
membantu untuk misi keluarga. Penuhilah kebutuhan-kebutuhan keluarga secara
bersama-sama, sehingga dengan mudah kita bisa bangun keluarga yang bahagia.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://solomoncell.wordpress.com/2012/04/14/keluarga-bahagia/
http://bpi6-iaims.blogspot.com/2016/04/makalah-keluarga-sakinah.html
http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13463/31/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR
%20PUSTAKA.pdf
http://wawai.id/syiar/makalah-kewajiban-suami-istri-fikih-munakahat/
https://docplayer.info/32880838-Bab-v-prinsip-prinsip-membangun-keluarga-bahagia-
tersebut-jelas-untuk-semua-orang-namun-jalan-menuju-bahagia-tidaklah-mudah-ada-
banyak-ujian.html
12